Oleh:
Triono Agung Sakti
G99141040
Pembimbing
dr. R. Th. Supraptomo, Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI DAN TERAPI
INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
dan
infeksi.
Untuk
persentasenya
sendiri
penatalaksanaan
hipertensi
pada
kehamilan,
terjadi
preeklampsia.
Kejang
dapat
timbul
menyertai
sekitar
20%
dari
seluruh
kematian
ibu
melahirkan.
untuk
menekan
aksis
hipotalamus
pituitari
membahayakan
keadaan
janin,
bahkan
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMSIA
Definisi
Preeklampsia
ialah
timbulnya
hipertensi
disertai
ini
dianggap
berat
jika
tekanan
darah
dan
proteinuria meningkat secara bermakna atau terdapat tandatanda kerusakan organ termasuk gangguan pertumbuhan
janin.
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada
tanda-tanda kenaikan lain. Kenaikan tekanan darah sistolik
dan
diastolik
ditegakkannya
140/90
diagnosis
mmHg
hipertensi.
dapat
membantu
Penentuan
tekanan
spesimen
urin
dalam
24
jam),
protein
sedangkan
tensikronis)
dengan
gejala
yaitu
onset
baru
ditandai
dengan
ditemukannya
urin
protein
24
jam
satu
komplikasi
dari
preeklampsia
adalah
bahan
tromboxane)
dan
vasokonstriktor
penurunan
bahan
(angiotensin
vasodilator
dan
(PGE2,
endotel
yang
luas.
Manifestasi
yang
terjadi
adalah
respon
terhadap
terapi
konvensional
d. Terdapat IUGR
e. Sianosis, edema pulmo
f. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau 110 mmHg
untuk tekanan darah diastolik (minimal diperiksa dua
kali dengan selang waktu 6 jam)
g. Sianosis, edema pulmo
preeklampsia
berat,
penundaan
merupakan
medikamentosa
untuk
perawatan
aktif
dapat
diberikan:
konservatif,
yang
berarti
mempertahankan
kehamilan.
Indikasi: Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa
disertai tanda-tanda impending eklampsi dengan
keadaan janin baik.
Terapi medikamentosa untuk perawatan konservatif:
Sama
dengan
perawatan
medisinal
pada
syarat-syarat
telah
terpenuhi,
hendaknya
10
kurang
sempurnanya
pengawasan
antenatal,
pertolongan.
Kematian
ibu
biasanya
karena
CAESARIA
TRANS
PERITONEAL
PROFUNDA
(SCTP)
Definisi
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Terdapat beberapa cara sectio caesaria yang dikenal saat ini,
yaitu
sectio
caesaria
transperitonealis
profunda,
sectio
11
Indikasi
1. Indikasi ibu: Panggul sempit, tumor jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks uteri atau vagina,
perdarahan ante partum, disproporsi janin dan panggul,
bakat ruptura uteri, preeklampsia/ hipertensi.
2. Indikasi janin : kelainan letak, gawat janin.
Komplikasi
1. Infeksi puerperal.
2. Perdarahan.
3. Komplikasikomplikasi lain seperti luka kandung kencing
dan terjadinya embolisme paru.
C. ANESTESI SPINAL
Analgesi regional adalah suatu tindakan anestesi yang
menggunakan
obat
analgetik
lokal
untuk
menghambat
12
dengan
menganestesi
bagian
bawah
tubuh
hipovolemia,
anemia
berat,
penyakit
jantung,
Persiapan
pra
anestesi
sangat
mempengaruhi
umumnya
dilakukan
1-2
hari
sebelumnya,
13
Pasien
normal
sehat,
kelainan
bedah
aktivitas
harian/
live
style
mengancam
jiwa,
tidak
selalu
organ,
angina
menetap.
Angka
mortalitas 68%.
ASA V
14
dengan
mencantumkan
tanda
huruf
menjadi
diabetes
penyulit
melitus,
anestesi
penyakit
seperti
alergi,
kronis
(asma
paru
obat-obatan
yang
meliputi
alergi
obat,
pembedahan
dan
anestesi,
komplikasi
dan
kebiasaan
sehari-hari
yang
dapat
15
gastrointestinal,
hematologi,
neurologi,
endokrin,
ortopedi
dan
dermatologi.
Ada
pula
mallampati
sangat
penting
untuk
I:
palatum
molle,
uvula,
dinding
16
rasa
nyaman
bagi
pasien,
misal
diazepam.
b. Menghilangkan rasa khawatir, misal : diazepam.
c. Membuat amnesia, misal : diazepam, midazolam.
d. Memberikan analgesia, misal pethidin.
e. Mencegah
muntah,
misal
domperidol,
metoklopropamid.
f. Memperlancar induksi, misal : pethidin.
g. Mengurangi
jumlah
obat-obat
anesthesia,
misal
pethidin.
h. Menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal :
sulfas atropin.
i. Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal :
sulfas atropin
Premedikasi diberikan berdasarkan atas keadaan
psikis dan fisiologis pasien yang ditetapkan setelah
dilakukan kunjungan prabedah. Dengan demikian maka
pemilihan obat premedikasi yang akan digunakan harus
selalu mempertimbangkan umur pasien, berat badan,
status fisik, derajat kecemasan, riwayat pemakaian obat
17
operasi,
dan
rencana
anestesi
yang
akan
digunakan.
Sesuai dengan tujuannya, maka obat-obat yang
dapat
digunakan
sebagai
obat
premedikasi
dapat
misal
pentobarbital,
penobarbital,
sekobarbital.
d. Antikolinergik, misal atropin dan hiosin.
e. Antihistamin, misal prometazine.
f. Antasida, misal gelusil.
g. H2 reseptor antagonis, misal simetidine.
3. Prosedur Anestesi Spinal
a. Perlu
mengingatkan
kekuatan
motorik
penderita
dan
tentang
berkaitan
hilangnya
keyakinan
kalau
18
a. Bupivakain
Bupivakain (Decain, Marcain) adalah derivat butil
yang 3 kali lebih kuat dan bersifat long acting (5-8 jam).
Obat ini terutama digunakan untuk anestesi daerah
luas
(larutan
0,25%-0,5%)
dikombinasi
dengan
19
terhadap
kadarnya.
Presentase
dimetabolisasi
menjadi
pipekoloksilidin
(PPX).
lain.
Plasma
t1/2
1,5-5,5jam.
Untuk
yang
sama
dengan
CSS
disebut
isobarik
Berat
Sifat
Dosis
Isobarik
5-20 mg (1-4
Hiperbarik
ml)
5-15 g (1-3
Jenis
Bupivakain (Decain)
0,5% dalam air
0,5% dalam dekstrosa
8,25%
1,005
1,027
ml)
b. Fentanyl
Merupakan opioid agonis sintetis yang sering
digunakan untuk premedikasi. Keuntungan penggunaan
obat ini adalah memudahkan induksi, mengurangi
kebutuhan obat anestesi, menghasilkan analgesia pra
20
juga
memiliki
efek
vasodilatasi
perifer,
respon
turunnya
CO2.
Mual
dan
muntah
Dosis
: 0,05 ug/kgBB
a. Keuntungan:
1) Respirasi spontan.
2) Lebih murah.
3) Sedikit resiko muntah yang dapat menyebabkan
aspirasi paru pada pasien dengan perut penuh.
4) Tidak memerlukan intubasi.
5) Pengaruh terhadap biokimiawi tubuh minimal.
6) Fungsi usus cepat kembali.
7) Observasi dan perawatan post operatif lebih ringan.
b. Kerugian:
21
a. Hipotensi berat
Akibat Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada
dewasa dicegah dengan pemberian cairan elektrolit
1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
b. Bradikardi
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,
terjadi akibat blok sampai T-2.
c. Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf phrenikus atau hipoperfusi pusat
kendali nafas.
d. Hematom
e. Cedera saraf
f. Mual-muntah
g. Blok spinal tinggi atau spinal total
7. Penatalaksanaan
a. Pemberian oksigen
Apabila terjadi hipoventilasi baik oleh obatobat
narkotik, anestesi umum maupun lokal, maka akan
mudah terjadi hipoksemia yang berat. Faktor-faktor
yang menyebabkan hal ini, yaitu :
1) Turunnya kemampuan paru-paru untuk menyimpan
O2
2) Naiknya konsumsi oksigen
3) Airway closure
4) Turunnya cardiac output pada posisi supine
22
keadaan
asam-basa
bayi
yang
dilahirkan
2) Dapat memperbaiki pasien dan bayi pada saat
episode hipotensi
3) Sebagai
preoksigenasi
kalau
anestesi
umum
diperlukan
b. Terapi cairan
Terapi cairan perioperatif bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang
selama
operasi.
Selain
itu
jugaa
untuk
tindakan
muntah,
penghisapan
isi
lambung,
terjadi
operasi.
kehilangan
Kebutuhan
cairan
cairan
pada
karena
proses
dewasa
untuk
operasi :
Ringan = 4 ml / kgBB / jam
Sedang = 6 ml / kgBB / jam
23
Berat = 8 ml / kg BB / jam
Bila terjadi perdarahan selama operasi, dimana
perdarahan kurang dari 10% EBV maka cukup
digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali
volume darah yang hilang. Apabila perdarahan lebih
dari 10 % maka dapat dipertimbangkan pemberian
plasma / koloid/ dekstran dengan dosis 1 2 kali
darah yang hilang.
3) Setelah operasi
Pemberian
Pemberian
cairan
pasca
operasi
24
Skor
1
2
3
4
pergelangan kaki
D. TEKNIK ANESTESI SPINAL PADA SECTIO CAESARIA
Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan
menyuntikkan
obat
analgetik
lokal
ke
dalam
ruang
sampai
akhirnya
menembus
duramater-
25
26
27
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
ANAMNESIS
A. Identitas Penderita
Nama
:
Umur
:
Pekerjaan
Alamat
:
Tanggal masuk
:
No RM
:
Ny. HM
32 tahun
: Ibu rumah tangga
Mojosongo, Jebres, Surakarta
2 Mei 2015
01017686
B. Data Dasar
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke RS dr. Moewardi sebagai rujukan
dari RSUD Surkarta dengan preeklamsia berat.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita G4P3A0 usia 32 tahun
dengan usia kehamilan 41+2 datang ke IGD RSUD dr.
Moewardi sebagai rujukan dari RSUD Surakarta.
Pasien dirujuk dengan diagnose preeklamsia berat.
Pasien merasa hamil tua, gerakan janin masih
dirasakan, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan,
air kawah belum dirasakan keluar, gerak janin masih
dirasakan, lendir darah (-), nyeri kepala frontalis (-),
pandangan kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri
epigastrium (-), kejang (-). BAB dan BAK tidak ada
kelainan.
3. Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Penyakit Dahulu
penyakit serupa
:
tekanan darah tinggi :
sakit gula
:
sakit jantung
:
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
28
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
4. Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
alergi
asma
abortus
operasi
: disangkal
: disangkal
: (-)
: disangkal
Penyakit Keluarga
penyakit serupa
:
tekanan darah tinggi :
sakit gula
:
sakit jantung
:
alergi
:
asma
:
5. Riwayat Kebiasaan
Merokok
Minuman beralkohol
Ketergantungan obat
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
A. Primary Survey
Airway
: bebas, buka mulut >3 jari, mallampati I
Breathing : Thorax bentuk normochest, simetris,
pengembangan dada kanan=kiri, retraksi
(-), otot bantu nafas (-), sonor/sonor, suara
dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-,
frekuensi nafas 18x/menit.
Circulation : jantung ictus cordis tak tampak, tak kuat
angkat teraba di SIC V LMCS, bunyi jantung
29
darah
180/130
mmHg,
nadi
: 60 kg
23,43
(kehamilan
41+2
minggu)
Kulit
Kepala
Mata
(+), ikterik(-)
: bentuk mesocephal, rambut warna hitam
: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
simetris,
massa/
oedem
- -
- -
30
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 2 mei 2015
PEMERIKSAAN
Darah Rutin
Hb
Hct
AL
AT
AE
Kimia klinik
GDS
SGOT
SGPT
Albumin
Kreatinin
Ureum
HbsAg
Elektrolit
Na darah
Creatinin
Ureum
LDH
IV.
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
10,2
32
14.6
265
4.79
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12.0 - 15.6
33 - 45
4.5 - 11.0
150 - 450
4.10 5.10
95
16
8
3,4
1.2
96
Non
reactive
mg/dl
u/l
u/l
g/dl
mg/dl
mg/dl
60 140
< 31
< 34
3.5 5.2
0.6 1.1
< 50
132
1.2
96
mEq/L
mg/dL
mg/dL
438
u/l
Non reactive
135 145
0.5 0.9
5 - 25
Lactatepiruvate
DIAGNOSA ANESTESI
Ny H, wanita 32 tahun, G4P2A0 dengan fetal
distress dan preeklampsia berat pada multigravida hamil
postdate dan oligohidramnion pro SCTP-em + MOW status
fisik ASA II E plan RASAB.
V.
POTENSIAL PROBLEM
Perdarahan
Infeksi
Fetal distress
VI.
PELAKSANAAN OPERASI
Operasi dilaksanankan pada tanggal 2 mei 2015 di OK IGD
A. Primary survey
Airway
: Bebas, buka mulut > 3 jari, mallampati I
31
Breathing :
Thorax
bentuk
normochest,
simetris,
darah
180/130
mmHg,
nadi
survey
turgor menurun (-), lembab (+), ikterik(-)
konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus
Hidung
Mulut
(-)
: nafas cuping hidung (-), sekret (-)
: sianosis (-), mukosa basah (+), papil lidah
Leher
limfonodi (-)
Abdomen :dinding perut lebih tinggi dari dinding dada,
distensi, bising usus (+) normal, timpani,
supel, hepar dan lien tidak teraba, teraba
janin
Ekstremitas
tunggal,
intrauterin,
memanjang,
- -
Anestesi dimulai
pukul 21.30,- berlangsung
75
- menit, sampai pukul 22.45. Tindakan bedah dilakukan
32
beberapa
teranestesi.
Kemudian
saat,
perlahan
dilakukan
tindakan
pasien
sectio
Heart
SpO2
Rate
(%)
88
98
92/43
93
96
21.45
22.00
22,15
22.30
95/50
102/65
110/70
135/89
92
94
96
104
98
99
99
100
22.45
142/90
105
100
Waktu
an
21.30
darah
129/78
21.39
Keterangan
Mulai anestesi
Setelah dilakukan anestesi
RASAB
5 menit setelah bayi lahir
20 menit setelah bayi lahir
35 menit setelah bayi lahir
50 menit setelah bayi lahir
5 menit setelah
pembedahan selesai
(gerakan
penuh
dari
tungkai),
kesadaran
33
4gr/6jam,
injeksi
Asam
Tranexamat
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Penggunaan anestesi sangat penting untuk melakukan
tindakan
medis
tertentu.
Sebagaimana
tindakan
medis
lainnya, tindakan anestesi khususnya penggunaan obatobatan anestesi, memiliki risiko tersendiri. Banyak hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan tindakan anestesi pada
wanita hamil yang akan melakukan persalinan. Karena dalam
melakukan tindakan anestesi harus memperhatikan teknik
anestesi yang akan dipakai demi menjaga keselamatan ibu,
bayi, serta kehamilan itu sendiri. Untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan saat melakukan tindakan anestesi pada
wanita hamil, maka kita harus mengetahui perubahanperubahan fisiologis wanita hamil serta efek masing-masing
obat
anestesi.
Usia
kehamilan
kehamilan postdate.
Penatalaksanaan
penanganan
aktif
yaitu
pada
preeklampsia
terminasi
kasus
ini
adalah
berat
adalah
kehamilan
se-aterm
35
36
jantung
dan
otak,
di
antaranya
dengan
paralisis
otot
pernafasan,
abdominal,
oksigen
yang
adekuat
dan
pengawasan
terutama
pada
diberikan
premedikasi
secara
intravena
atau
operasi
sectio
caesaria
emergensi
dimana
diperlukan
beberapa
pertimbangan.
Teknik
37
dan lamanya
Metode
anestesi
mendepresi
janin,
sebaiknya
sifat
seminimal
analgesi
cukup
mungkin
kuat,
tidak
optimal.
Pada
pasien
ini
digunakan
teknik
pemberian
obat
anestesi
lokal
ke
ruang
illiaca
dengan
tulang
punggung
yaitu
antara
tengah.
Kemudian
disterilkan
tempat
tusukan
38
untuk
mencegah
perdarahan
dengan
tinggi
untuk
mencegah
spinal
headache,
nadi,
suhu
dan
respiratory
rate),
dan
39
BAB V
KESIMPULAN
Seorang wanita G4P2A0 32 tahun dengan pre-eklampsia
berat pada multigravida hamil postdate belum dalam persalinan
pro SCTP-em + MOW dengan status fisik ASA II E Plan RASAB.
Dilakukan tindakan sectio caesaria pada tanggal 5 mei 2015 di
kamar operasi IGD atas indikasi pre-eklampsia berat dan fetal
distress.
Teknik anestesi dengan spinal anestesi (subarachnoid blok)
merupakan teknik anestesi sederhana dan cukup efektif. Anestesi
dengan menggunakan Bupivacain spinal 12,5 mg, dan untuk
maintenance dengan oksigen 2 liter/menit. Untuk mengatasi
nyeri digunakan Fentanyl sebanyak 25 mcg. Perawatan post
operatif dilakukan di ICU bangsal Mawar 1 dan dilakukan
pengawasan
pada
tanda-tanda
vital
serta
tanda-tanda
perdarahan.
Penggunaan anestesi sangat penting untuk melakukan
tindakan medis tertentu agar tindakan anestesi berjalan dengan
baik sesuai dengan tujuan anestesi. Sebagaimana tindakan
medis lainnya, tindakan anestesi khususnya penggunaan obatobatan anestesi memiliki risiko tersendiri, sehingga anestesi
dalam persalinan perlu mempertimbangkan keamanan ibu dan
bayi. Pemeriksaan pre anestesi memegang peranan penting
pada
setiap
memungkinkan
memperkirakan
operasi,
kita
melalui
pemeriksaan
mengetahui
masalah
yang
kondisi
mungkin
yang
teliti
pasien
dan
timbul
sehingga
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Angsar MD. 2002. Hipertensi Dalam Kehamilan dalam Ilmu
Kebidanan edisi ke 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: 530-561
Arga J. PEB dalam Guick Obgyn. Departement Obstetri dan
Ginekologi Dr. Mohammad Hoesein. FK UNSRI. Palembang:
73-77
Cunningham
FG,
dkk.
2005.
Gangguan
Hipertensi
Dalam
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
42