Anda di halaman 1dari 36

KONSTRUKSI DAN BANGUNAN

FARIH AMRIL HAQ


18.01.0546
MKTJ C
Perencanaan bundaran untuk
persimpangan sebidang

• Acuan normatif
• Undang-Undang RI Nomor : 13 Tahun 1980 tentang Ja/an;
• Undang-Undang RI Nomor : 14 Tahun 1992 tentang La/u Lintas dan
Angkutan Ja/an,
• Peraturan Pemerintah RI Nomor : 26 Tahun 1985 tentang Jalan;
• Peraturan Pemerintah RI Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
La/u Lintas;
• SNI No. 03-2447-1991, Spesifikasi Trotoar
• Pedoman Teknis No.Pd.T.-12-2004-B, Marka Jalan
• Federal Highway Authority (FHWA), No. RD-00-067, Roundabout : an
Informationa/ Guide.
Istilah dan definisi
• Bundaran : persimpangan yang dilengkapi lajur lingkar dan mempunyai
desain spesifik, dilengkapi perlengkapan lalu lintas.
• bundaran lajur tunggal : bundaran dengan desain lajur masuk, lajur keluar
dan jalur lingkar, berjumlah 1 lajur.
• bundaran Iajur ganda : bundaran dengan desain lajur masuk, lajur keluar
dan jalur lingkar, berjumlah 2 lajur.
• jarak pandang bundaran : jarak yang dibutuhkan oleh pengemudi untuk
menerima dan bereaksi terhadap kendaraan yang mungkin akan konflik
• jarak pandang henti : jarak yang dibutuhkan oleh pengemudi untuk bereaksi
dan memberhentikan kendaraannya dalam mengantisipasi konflik dengan
obyek di jalan
• jalur lingkar : jalur yang digunakan cleh kendaraan melakukan
putaran arus lalu lintas dan dapat terdiri dari 1 atau 2 lajur
lingkar.
• kecepatan rencana : kecepatan yang dipilih sebagai dasar
perencanaan geometri jalan dan persimpangan.
• konflik : sebuah peristiwa yang melibatkan 2 atau lebih
pengguna jalan, dimana suatu aksi dari salah satu pengguna jalan
akan mengakibatkan pengguna jalan lain bereaksi untuk
menghindari tabrakan.
• lajur keluar : lajur yang mengarahkan kendaraan meninggalkan
bundaran.
• lajur lingkar lajur di jalur lingkar, yang berfungsi sebagai ruang
pergerakan kendaraan dan sebagai pengarah gerakan kendaraan.
• lajur masuk : lajur yang mengarahkan kendaraan memasuki
bundaran.
• lebar jalur lingkar lebar antara Sisi luar jalur lingkar dan pulau
pusat, tidak termasuk apron.
• lebar lajur keluar (exit wMth) lebar dari lajur jalan yang dipakai
kendaraan keluar dari jalur lingkar, yang diukur dari titik
perpotongan tegak lurus ke arah sisi kiri dari lengan keluar sisi
diameter jalur bundaran dengan marka pulau pemisah.
• lebar lajur maşuk : lebar dari lajur jalan yang dipakai kendaraan
untuk maşuk ke jalur lingkar, yang diukur dari titik perpotongan
sisi diameter lingkaran bundaran dengan marka pulau pemisah.
• lengan pendekat bagian dari ruas jalan yang mengarahkan lalü
lintas memasuki bundaran.
• jarak pandang aman kendaraan untuk mengantisipasi konflik
dengan kendaraan dari lengan lain atau dengan kendaraan di
jalur lingkar.
• pulau bundaran : area yang ditinggikan atau area yang ditandai
dengan marka sebagai pusat bundaran.
• pulau pemisah : pulau lalü iintas pada pendekat yang
digunakan untuk memisahkan arus lalü lintas maşuk
dan arus lalü lintas keluar, mengarahkan serta
memperlambat kecepatan kendaraan saat maşuk, dan
menyediakan lahan tunggu bagi penyeberang jalan.
• lindasan truk bagian pulau pusat yang boleh dilindas
dan digunakan pada bundaran berdimensi kecil untuk
mengakomodasi lintasan roda kendaran besar.
Ketentuan umum
• Bundaran yang diatur dalam pedoman ini dapat digunakan di
kawasan perkotaan pada .
1) Persimpangan sebidang antara :
a) jalan lokal dengan jalan lokal
b) jalan lokal dengan jalan kolektor
c) jalan kolektor dengan jalan kolektor
d) jalan kolektor dengan jalan arteri
e) jalan arteri dengan jalan arteri
2) Persimpangan sebidang yang memiliki perbandingan volume
lalu lintas
3) Persimpangan-persimpangan yang apabila diatur dengan lampu lalu
lintas diperkirakan akan mengakibatkan waktu tundaan yang !ebih besar
daripada bundaran;
4) Persimpangan yang memiliki lalu lintas belok kanan cukup tinggi
5) Persimpangan jalan Iokal atau kolektor, dimana kecelakaan yang
melibatkan lalu tintas menerus dan pergerakan membelok cukup tinggi
6) Persimpangan jalan arteri, dimana lalu lintasnya memiliki kecepatan
yang cukup tinggi
7) Pada simpang T atau Y dimana volume lalu lintas membelok ke kanan
pada jalan dengan hirarki fungsi lebih tinggi sangat besar.
Ketentuan operasional
• Pedoman perencanaan bundaran harus memperhatikan aspek
sebagai berikut .
a) kelancaran lalu lintas
b) keselamatan lalu lintas
c) ketersediaan lahan yang cukup
d) Efisiensi
e) kemudahan akses bagi pejalan kaki dan penyandang cacat
f) sosialisasi peraturan berlalu lintas di bundaran kepada
pengguna jalan.
Parameter perencanaan

a) Volume lalu lintas rencana yang digunakan dalam


perencanaan bundaran adalah volume lalu lintas
seluruh lengan yang diperkirakan akan memasuki
bundaran pada akhir umur rencana
b) Kendaraan rencana yang digunakan adalah
kendaraan dengan radius putar yang paling besar
c) Kecepatan rencana yang digunakan dalam
perancangan dibatasi maksimum 50 kmih.
Elemen bundaran

• Secara fisik bundaran terdiri atas .


1. pulau bundaran
2. jalur lingkar
3. lindasan truWapron truk
4. pulau pemisah;
Gambar 1 Bagian/elemen geometri bundaran 3 lengan
Gambar 2 Bagian/elemen geometri bundaran 4 lengan
Gambar 3 Bagian/elemen geometri bundaran 5 lengan
Jumlah lajur lingkar
• Jumlah lajur lingkar maksimum bundaran yang diatur dalam pedoman
ini adalah 2 lajur lingkar. Jumlah lajur lingkar ditentukan berdasarkan
volume lalu lintas harian rencana pada persimpangan, lihat Tabel 1.
Volume lalu lintas harian rencana yang lebih besar dari 40.000
kendaraan per hari tidak dapat mengikuti ketentuan pedoman ini.
• Jumlah lajur pada jalur masuk atau jalur keluar tidak boleh lebih besar
dari jumlah lajur pada jalur lingkar.

Volume lalu lintas harian rencana persimpangan (kendaraan Jumlah lajur


No
per hari) lingkar

1 1
< 20.000

2 20.000 - 40.000 2
Diameter bundaran

• Diameter bundaran diukur dari Sisi luar lingkaran


yang bersinggungan dengan lengan pendekat.
Diameter bundaran ditentukan berdasarkan
kendaraan rencana dan kecepatan rencana.
Kecepatan rencana Rentang dimensi
maksimum lengan pendekat diameter
No. Kendaraan rencana (km/h) bundaran[ml Jenis bundaran

Truk sumbu tunggaI/Bis


Bundaran
1 25 25 - 30
sederhana

Truk sumbu ganda/Semi Bundaran lajur


2 Trailer 35 30 - 45 tunggal

Bundaran lajur
3 Semi Trailer atau Trailer 50 45 - 60 ganda
Bundaran sederhana dan bundaran
lajur tunggal
• Bundaran sederhana dan bundaran lajur tunggal
merupakan bundaran yang memiliki 1 lajur lingkar pada
jalur lingkar, lajur masuk dan Iajuflkeluar.
• Lebar jalur lingkar minimum merupakan lebar dari jalur
masuk dan kebutuhan manuver membelok dari
kendaraant lebar antara 4,30 m - 4,90 m.

Bundaran lajur ganda :


Bundaran lajur ganda merupakan bundaran yang memiliki 2
lajur lingkar pada jalur lingkar, lajur masuk dan lajur keluar.
Pulau bundaran
1 . Bentuk geometri yang umum dipakai untuk pulau bundaran
adalah lingkaran. Selain lingkaran, seperti bentuk oval, tidak
disarankan.
2. Pulau bundaran harus memberikan pandangan yang cukup bagi
pengendara untuk dapat mengantisipasi kendaraan dari arah
lengan pendekat lain. Penempatan obyek di dalam pulau bundaran
harus memperhatikan jarak pandang jalur lingkar dan jarak
pandang henti jalur lingkar.
3 . Pulau bundaran dapat dilengkapi dengan apron truk, untuk
desain bundaran yang mengakomodasi kendaraan rencana truk
dan trailer. Lebar apron truk berkisar antara 1-4 meter.
Tipikal pulau bundaran
Diameter pulau bundaran dihitung dengan
mengurangkan total lebar jalur lingkar terhadap
diameter bundaran.

• Uníuk bundaran lajur tunggal, diameter pulau


bundaran adalah diameter bundaran dikurangi dua
kali lebar jalur lingkar yang dipilih.
• Untuk bundaran lajur ganda, lihat Tabel
Diameter pulau
Diameter bundaran pusat meter
No Lebar jalur lingkar * (meter)
(meter)

1 45 9,8 25,4

50 9,3 31 A
2
3 55 9,1 36,8

4 60 9,1 41,8

5 65 8,7 47.6
llustrasi lebar jalur lingkar
Superelevasi jalur

• Superelevasi jalur lingkar bundaran sebesar 2%,


superelevasi apron truk sebesar 3 % - 4 0/0. Gambar
supere!evasi jalur lingkar ditampilkan pada Gambar

Kereb dalam varg c½patddak


Lengan pendekat
• Lajur masuk dan iajur keluar (enfryandexit)
• Lebar lajur masuk untuk burldaran dengan lajur tunggal
maupun lajur ganda berkisar antara 4,30 m -4,90 m.

• Lajur masuk dapat dimodifikasi/diubah/dilebarkan/untuk


meningkatkan kapasitas dengan cara :
• memberikan lajur tambahan atau lajur paralel pada lengan
pendekat;
• melebarkan pendekat secara gradual (f/are).
Peningkatan kapasitas jalan dengan menambah lajur pada lengan pendekat
• Kesinambungan radius masuk dengan jaiur lingkar secara signifikan akan
memberikan dampak kepada aspek keselamatan. Radius masuk/keluar,
pulau bundaran dan jalur lingkar memberikan kontribusi kepada manuver
kendaraan yang akan masuk atau keluar jalur lingkar.
Radius masuk dan radius keluar :
• Radius masuk dan radius keluar bundaran ditentukan oteh persamaan (1)
berikut ini :

dengan pengertian :
• V adalah kecepatan rencana pada lengan pendekat, km/h R adalah radius
masuWkeluar, m e adalah superelevasi m/m f adalah koefisien gesek
(friksi) permukaan jalan
• Koefisien gesek ditentukan berdasarkan fungsi dari
kecepatan rencana, dengan mengacu kepada standar yang
dikeluarkan oleh AASHTO. Hubungan koefisien gesek
dengan kecepatan rencana

• Kelandaian dan superefevasi lengan pendekat


Kelandaian maksimum 'engan pendekat dan daerah
persimpangan bundaran pada persimpangan sebidang adalah
4 0/0.
Alinyemen horisontal pendekat

• Titik pusat bundaran seharusnya ditempatkan pada perpotongan


sumbu (centerline) dari masing-masing lengan pendekat.
• Namun dimungkinkan pula jika sumbu dari salah satu lengan bergeser
ke arah kanan dari titik pusat bundaran. Namun tidak dibenarkan jika
sumbu salah satu pendekat bergeser ke arah kiri dari titik pusat
bundaran.

TIDAK DITERIMA DISARANKAN DAPAT DITERIMA


Pulau pemisah (splitter island)
• Pulau pemisah harus tersedia di setiap lengan bundaran. Selain
dipergunakan untuk membimbing kendaraan memasuki jalur
lingkar, pulau pemisah juga berfungsi sebagai "tempat
pemberhentian (refuge)" bagi penyeberang jalan dan membantu
mengendalikan kecepatan.
• Total panjang minimum dari pulau pernisah lebih kurang 15 m.
Gambar 12 menampilkan dimensi minimum dari pulau
pemisah.
• Meningkatkan lebar dari pulau pernisah secara signifikan akan
memberikan kontribusi tingkat kecelakaan pada jalur lingkar.
Kebebasan pandang pada bundaran
dan wilayah pendekat bundaran
• Desain bundaran harus memberikan kebebasan pandang kepada pengemudi untuk dapat
mengantisipasi pergerakan kendaraan di jalur lingkar maupun kendaraan yang memasuki
daerah persimpangan bundaran. Karena itu, seluruh wilayah yang termasuk dalam daerah
kebebasan pandang pengemudi harus terbebas dari obyek yang dapat mengganggu
kebebasan pandang. Arsiran pada Gambar 14 memperlihatkan wilayah kebebasan pandang
yang harus disediakan pada wilayah bundaran.
• Kebebasan pandang samping ditentukan dengan menarik garis sepanjang b m. ke arah tepi
lengan pendekat di sebelah kanan. Panjang garis b dihitung dengan rumus (2).
b = 0.278 (V konflik) (tc) (2)
• dengan pengertian .
• b adalah jarak pandang lengan bundaran, meter
• V konflik adalah 70 % kecepatan rencana lengan pendekat, km/h tc adalah selisih waktu
kritis saat masuk pada jalan utama, detik, (6,5 detik)
• Jika kecepatan konflik yang telah ditentukan sebelumnya, panjang garis
b dapat mengacu pada Tabel 5.
• Jarak pandang bundaran ditentukan dengan mengasumsikan mata
pengendara setinggi 1.080 mm dan tinggi obyek (kendaraan Iain)
adalah 600 mm.
Kecepatan konflik (V konflik) (km/h) Jarak pandang lengan bundaran (b)
(meter)

20 36

25 45

30 54

35 63
40 72
Jarak pandang henti

• 1) Jarak pandang henti dihitung dengan persamaan


(3)
• d = 0,039 (3)
• a dengan pengertian d adalah jarak pandang berhenti,
m adalah waktu reaksi, diasumsikan 2,5 detik
• V adalah kecepatan, km/h adalah deselerasi
pengemudi, diasumsikan 3,4 m/detik2
• Untuk kecepatan yang telah ditentukan, jarak
Jarak pandang henti minimum (meter)

pandang
No
harus minimum pada bundaran dapat dilihat
Kecepatan (km/h)

pada Tabel 10
8

2 20 19

30 31
3

4 46
40

50
5 63
• Khusus untuk perencanaan persimpangan dengan
bundaran terdapat 3 jarak pandang henti yang harus
dihitungj yaitu
• a) Jarak pandang henti pendekat
• Jarak pandang henti ini merupakan jarak aman yang
dibutuhkan pengemudi untuk dapat memberhentikan
kendaraannya dalam mengantisipasi obyek atau
penyeberang jalan pada lengan pendekat,
Jarak pandang henti jalur lingkar

• Jarak pandang henti ini merupakan jarak aman yang


dibutuhkan pengemudi untuk dapai memberhentikan
kendaraannya dalam mengantisipasi obyek di jalur
lingkar. Seperti terlihat pada Gambar
Jarak pandang henti jalur
penyeberang jalan pada jalur keluar
• Jarak pandang henti ini merupakan jarak aman yang
dibutuhkan pengemudi untuk dapat memberhentikan
kendaraannya dalam mengantisipasi obyek atau
penyeberang jalan pada lajur keluar. Dapat dilihat
pada Gambar

Anda mungkin juga menyukai