• Acuan normatif
• Undang-Undang RI Nomor : 13 Tahun 1980 tentang Ja/an;
• Undang-Undang RI Nomor : 14 Tahun 1992 tentang La/u Lintas dan
Angkutan Ja/an,
• Peraturan Pemerintah RI Nomor : 26 Tahun 1985 tentang Jalan;
• Peraturan Pemerintah RI Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
La/u Lintas;
• SNI No. 03-2447-1991, Spesifikasi Trotoar
• Pedoman Teknis No.Pd.T.-12-2004-B, Marka Jalan
• Federal Highway Authority (FHWA), No. RD-00-067, Roundabout : an
Informationa/ Guide.
Istilah dan definisi
• Bundaran : persimpangan yang dilengkapi lajur lingkar dan mempunyai
desain spesifik, dilengkapi perlengkapan lalu lintas.
• bundaran lajur tunggal : bundaran dengan desain lajur masuk, lajur keluar
dan jalur lingkar, berjumlah 1 lajur.
• bundaran Iajur ganda : bundaran dengan desain lajur masuk, lajur keluar
dan jalur lingkar, berjumlah 2 lajur.
• jarak pandang bundaran : jarak yang dibutuhkan oleh pengemudi untuk
menerima dan bereaksi terhadap kendaraan yang mungkin akan konflik
• jarak pandang henti : jarak yang dibutuhkan oleh pengemudi untuk bereaksi
dan memberhentikan kendaraannya dalam mengantisipasi konflik dengan
obyek di jalan
• jalur lingkar : jalur yang digunakan cleh kendaraan melakukan
putaran arus lalu lintas dan dapat terdiri dari 1 atau 2 lajur
lingkar.
• kecepatan rencana : kecepatan yang dipilih sebagai dasar
perencanaan geometri jalan dan persimpangan.
• konflik : sebuah peristiwa yang melibatkan 2 atau lebih
pengguna jalan, dimana suatu aksi dari salah satu pengguna jalan
akan mengakibatkan pengguna jalan lain bereaksi untuk
menghindari tabrakan.
• lajur keluar : lajur yang mengarahkan kendaraan meninggalkan
bundaran.
• lajur lingkar lajur di jalur lingkar, yang berfungsi sebagai ruang
pergerakan kendaraan dan sebagai pengarah gerakan kendaraan.
• lajur masuk : lajur yang mengarahkan kendaraan memasuki
bundaran.
• lebar jalur lingkar lebar antara Sisi luar jalur lingkar dan pulau
pusat, tidak termasuk apron.
• lebar lajur keluar (exit wMth) lebar dari lajur jalan yang dipakai
kendaraan keluar dari jalur lingkar, yang diukur dari titik
perpotongan tegak lurus ke arah sisi kiri dari lengan keluar sisi
diameter jalur bundaran dengan marka pulau pemisah.
• lebar lajur maşuk : lebar dari lajur jalan yang dipakai kendaraan
untuk maşuk ke jalur lingkar, yang diukur dari titik perpotongan
sisi diameter lingkaran bundaran dengan marka pulau pemisah.
• lengan pendekat bagian dari ruas jalan yang mengarahkan lalü
lintas memasuki bundaran.
• jarak pandang aman kendaraan untuk mengantisipasi konflik
dengan kendaraan dari lengan lain atau dengan kendaraan di
jalur lingkar.
• pulau bundaran : area yang ditinggikan atau area yang ditandai
dengan marka sebagai pusat bundaran.
• pulau pemisah : pulau lalü iintas pada pendekat yang
digunakan untuk memisahkan arus lalü lintas maşuk
dan arus lalü lintas keluar, mengarahkan serta
memperlambat kecepatan kendaraan saat maşuk, dan
menyediakan lahan tunggu bagi penyeberang jalan.
• lindasan truk bagian pulau pusat yang boleh dilindas
dan digunakan pada bundaran berdimensi kecil untuk
mengakomodasi lintasan roda kendaran besar.
Ketentuan umum
• Bundaran yang diatur dalam pedoman ini dapat digunakan di
kawasan perkotaan pada .
1) Persimpangan sebidang antara :
a) jalan lokal dengan jalan lokal
b) jalan lokal dengan jalan kolektor
c) jalan kolektor dengan jalan kolektor
d) jalan kolektor dengan jalan arteri
e) jalan arteri dengan jalan arteri
2) Persimpangan sebidang yang memiliki perbandingan volume
lalu lintas
3) Persimpangan-persimpangan yang apabila diatur dengan lampu lalu
lintas diperkirakan akan mengakibatkan waktu tundaan yang !ebih besar
daripada bundaran;
4) Persimpangan yang memiliki lalu lintas belok kanan cukup tinggi
5) Persimpangan jalan Iokal atau kolektor, dimana kecelakaan yang
melibatkan lalu tintas menerus dan pergerakan membelok cukup tinggi
6) Persimpangan jalan arteri, dimana lalu lintasnya memiliki kecepatan
yang cukup tinggi
7) Pada simpang T atau Y dimana volume lalu lintas membelok ke kanan
pada jalan dengan hirarki fungsi lebih tinggi sangat besar.
Ketentuan operasional
• Pedoman perencanaan bundaran harus memperhatikan aspek
sebagai berikut .
a) kelancaran lalu lintas
b) keselamatan lalu lintas
c) ketersediaan lahan yang cukup
d) Efisiensi
e) kemudahan akses bagi pejalan kaki dan penyandang cacat
f) sosialisasi peraturan berlalu lintas di bundaran kepada
pengguna jalan.
Parameter perencanaan
1 1
< 20.000
2 20.000 - 40.000 2
Diameter bundaran
Bundaran lajur
3 Semi Trailer atau Trailer 50 45 - 60 ganda
Bundaran sederhana dan bundaran
lajur tunggal
• Bundaran sederhana dan bundaran lajur tunggal
merupakan bundaran yang memiliki 1 lajur lingkar pada
jalur lingkar, lajur masuk dan Iajuflkeluar.
• Lebar jalur lingkar minimum merupakan lebar dari jalur
masuk dan kebutuhan manuver membelok dari
kendaraant lebar antara 4,30 m - 4,90 m.
1 45 9,8 25,4
50 9,3 31 A
2
3 55 9,1 36,8
4 60 9,1 41,8
5 65 8,7 47.6
llustrasi lebar jalur lingkar
Superelevasi jalur
dengan pengertian :
• V adalah kecepatan rencana pada lengan pendekat, km/h R adalah radius
masuWkeluar, m e adalah superelevasi m/m f adalah koefisien gesek
(friksi) permukaan jalan
• Koefisien gesek ditentukan berdasarkan fungsi dari
kecepatan rencana, dengan mengacu kepada standar yang
dikeluarkan oleh AASHTO. Hubungan koefisien gesek
dengan kecepatan rencana
20 36
25 45
30 54
35 63
40 72
Jarak pandang henti
pandang
No
harus minimum pada bundaran dapat dilihat
Kecepatan (km/h)
pada Tabel 10
8
2 20 19
30 31
3
4 46
40
50
5 63
• Khusus untuk perencanaan persimpangan dengan
bundaran terdapat 3 jarak pandang henti yang harus
dihitungj yaitu
• a) Jarak pandang henti pendekat
• Jarak pandang henti ini merupakan jarak aman yang
dibutuhkan pengemudi untuk dapat memberhentikan
kendaraannya dalam mengantisipasi obyek atau
penyeberang jalan pada lengan pendekat,
Jarak pandang henti jalur lingkar