Anda di halaman 1dari 60

TEKNIK REKAYASA JALAN

MATERI: 13
PERENCANAAN BUNDARAN
Pendahuluan
Dasar: Materi:
1) Ketentuan umum:
a) Penggunaan bundaran;
Pd. T-20-2004-B, Perencanaan b) Ketentuan operasional.
2) Ketentuan teknis:
Bundaran untuk a) Parameter perencanaan;
Persimpangan Sebidang, b) Elemen bundaran;
c) Jumlah lajur lingkar;
Departemen Kimpraswil. d) Diameter bundaran;
e) Lebar jalur lingkar;
f) Pulau bundaran;
g) Superelevasi jalur lingkar;
h) Lengan pendekat;
i) Kebebasan pandang di bundaran;
j) Marka dan rambu;
k) Fasilitas lainnya.
1.1. Penggunaan Bundaran

Bundaran yang diatur dalam pedoman ini dapat digunakan di


kawasan perkotaan pada:
1) Persimpangan sebidang antara:
a) jalan lokal dengan jalan lokal;
b) jalan lokal dengan jalan kolektor;
c) jalan kolektor dengan jalan kolektor;
d) jalan kolektor dengan jalan arteri;
e) jalan arteri dengan jalan arteri;

2) Persimpangan sebidang yang memiliki perbandingan volume


lalu lintas seperti digambarkan pada Lampiran B;
3) Persimpangan-persimpangan yang apabila diatur dengan lampu
lalu lintas diperkirakan akan mengakibatkan waktu tundaan yang
lebih besar daripada bundaran;

4) Persimpangan yang memiliki lalu lintas belok kanan cukup tinggi;

5) Persimpangan jalan lokal atau kolektor, dimana kecelakaan yang


melibatkan lalu lintas menerus dan pergerakan membelok cukup
tinggi;

6) Persimpangan jalan arteri, dimana lalu lintasnya memiliki


kecepatan yang cukup tinggi;

7) Pada simpang T atau Y dimana volume lalu lintas membelok ke


kanan pada jalan dengan hirarki fungsi lebih tinggi sangat besar.
1.2. Ketentuan Operasional

Pedoman perencanaan bundaran harus memperhatikan aspek


sebagai berikut:
1) kelancaran lalu lintas;
2) keselamatan lalu lintas;
3) ketersediaan lahan yang cukup;
4) efisiensi;
5) kemudahan akses bagi pejalan kaki dan penyandang cacat;
6) sosialisasi peraturan berlalu lintas di bundaran kepada
pengguna jalan.
2.1. Parameter perencanaan

1) Volume lalu lintas rencana yang digunakan dalam perencanaan


bundaran adalah volume lalu lintas seluruh lengan yang
diperkirakan akan memasuki bundaran pada akhir umur rencana;
2) Kendaraan rencana yang digunakan adalah kendaraan dengan
radius putar yang paling besar;
3) Kecepatan rencana yang digunakan dalam perancangan dibatasi
maksimum 50 km/h.
2.2. Elemen bundaran

Secara fisik bundaran terdiri atas:


1) pulau bundaran;
2) jalur lingkar;
3) lindasan truk/ apron truk;
4) pulau pemisah.
Gambar 1 Bagian/elemen geometri bundaran 3 lengan
Gambar 2 Bagian/elemen geometri bundaran 4 lengan
Gambar 3 Bagian/elemen geometri bundaran 5 lengan
2.3. Jumlah lajur lingkar
1) Jumlah lajur lingkar maksimum bundaran yang diatur dalam pedoman
ini adalah 2 lajur lingkar. Jumlah lajur lingkar ditentukan berdasarkan
volume lalu lintas harian rencana pada persimpangan, lihat Tabel 1.
Volume lalu lintas harian rencana yang lebih besar dari 40.000
kendaraan per hari tidak dapat mengikuti ketentuan pedoman ini.
1) Jumlah lajur pada jalur masuk atau jalur keluar tidak boleh lebih besar
dari jumlah lajur pada jalur lingkar.
2.4. Diameter bundaran
1) Diameter bundaran diukur dari sisi luar lingkaran yang
bersinggungan dengan lengan pendekat. Diameter bundaran
ditentukan berdasarkan kendaraan rencana dan kecepatan
rencana.
2) Tabel 2 menampilkan rentang diameter bundaran untuk
kendaraan rencana dan kecepatan rencana yang dipilih.
2.5. Lebar jalur lingkar
1. Bundaran sederhana dan bundaran lajur tunggal
Bundaran sederhana dan bundaran lajur tunggal merupakan
bundaran yang memiliki 1 lajur lingkar pada jalur lingkar, lajur
masuk dan lajur keluar.
Lebar jalur lingkar minimum merupakan lebar dari jalur masuk
dan kebutuhan manuver membelok dari kendaraan, lebar
antara 4.30 m–4.90 m.
2. Bundaran lajur ganda
Bundaran lajur ganda merupakan bundaran yang memiliki 2
lajur lingkar pada jalur lingkar, lajur masuk dan lajur keluar.
Lebar jalur lingkar pada bundaran dengan lajur ganda
ditampilkan pada Tabel 3.
2.6. Pulau bundaran

1) Bentuk geometri yang umum dipakai untuk pulau bundaran


adalah lingkaran. Selain lingkaran, seperti bentuk oval, tidak
disarankan;
2) Pulau bundaran harus memberikan pandangan yang cukup bagi
pengendara untuk dapat mengantisipasi kendaraan dari arah
lengan pendekat lain. Penempatan obyek di dalam pulau
bundaran harus memperhatikan jarak pandang jalur lingkar dan
jarak pandang henti jalur lingkar;
3) Pulau bundaran dapat dilengkapi dengan apron truk, untuk
desain bundaran yang mengakomodasi kendaraan rencana
truk dan trailer. Lebar apron truk berkisar antara 1- 4 meter;

4) Diameter pulau bundaran dihitung dengan mengurangkan


total lebar jalur lingkar terhadap diameter bundaran:
a) Untuk bundaran lajur tunggal, diameter pulau bundaran adalah
diameter bundaran dikurangi dua kali lebar jalur lingkar yang dipilih;
b) Untuk bundaran lajur ganda, lihat Tabel 3.
Gambar 4 Tipikal pulau bundaran
Gambar 5 Ilustrasi lebar jalur lingkar
2.7. Superelevasi jalur lingkar

1) Superelevasi jalur lingkar bundaran sebesar 2%, superelevasi


apron truk sebesar 3 % - 4 %.

Gambar 6 Potongan melintang jalur lingkar dan lindasan truk


2.8. Lengan pendekat
1) Lajur masuk dan lajur keluar (entry and exit)
Lebar lajur masuk untuk bundaran dengan lajur tunggal maupun lajur ganda
berkisar antara 4.30 m – 4.90 m.

Lajur masuk dapat dimodifikasi/ diubah/ dilebarkan/ untuk meningkatkan


kapasitas dengan cara:
a) memberikan lajur tambahan atau lajur paralel pada lengan pendekat;
b) melebarkan pendekat secara gradual (flare).

Kesinambungan radius masuk dengan jalur lingkar secara signifikan akan


memberikan dampak kepada aspek keselamatan.
Radius masuk/ keluar, pulau bundaran dan jalur lingkar memberikan
kontribusi kepada manuver kendaraan yang akan masuk atau keluar jalur
lingkar.
peningkatan kapasitas pada lajur masuk

Gambar 7 Peningkatan kapasitas jalan dengan menambah lajur pada lengan pendekat
peningkatan kapasitas pada lajur masuk

Gambar 8 Peningkatan lebar jalan dengan memperlebar flare


kesinambungan jalur masuk dan keluar
dengan jalur lingkar

Gambar 9 Ilustrasi jalur masuk dan keluar


2) Radius masuk dan radius keluar
Radius masuk dan radius keluar bundaran ditentukan oleh persamaan
(1) berikut ini :

V2
R = ---------------- ……… (1)
127 (e + f)

dengan pengertian:
V : kecepatan rencana pada lengan pendekat, km/h;
R : radius masuk/keluar, m;
e : superelevasi (0.02-0.03), m/m;
f : koefisien gesek (friksi) permukaan jalan.
Koefisien gesek ditentukan berdasarkan fungsi dari kecepatan
rencana, dengan mengacu kepada standar yang dikeluarkan oleh
AASHTO. Hubungan koefisien gesek dengan kecepatan rencana
ditentukan berdasarkan Gambar 10.
3) Kelandaian dan superelevasi lengan pendekat
Kelandaian maksimum lengan pendekat dan daerah persimpangan
bundaran pada persimpangan sebidang adalah 4 %.
4) Alinyemen horisontal pendekat
Titik pusat bundaran seharusnya ditempatkan pada perpotongan
sumbu (centerline) dari masing-masing lengan pendekat.
Namun dimungkinkan pula jika sumbu dari salah satu lengan
bergeser ke arah kanan dari titik pusat bundaran.
Namun tidak dibenarkan jika sumbu salah satu pendekat bergeser
ke arah kiri dari titik pusat bundaran.

Gambar 11 Alinyemen pendekat


5) Pulau pemisah
a) Pulau pemisah harus tersedia di setiap lengan bundaran. Selain
dipergunakan untuk membimbing kendaraan memasuki jalur
lingkar, pulau pemisah juga berfungsi sebagai “tempat
pemberhentian” bagi penyeberang jalan dan membantu
mengendalikan kecepatan.
b) Total panjang minimum dari pulau pemisah lebih kurang 15 m.
Gambar 12 menampilkan dimensi minimum dari pulau pemisah.
c) Meningkatkan lebar dari pulau pemisah secara signifikan akan
memberikan kontribusi tingkat kecelakaan pada jalur lingkar.
d) Dimensi dari hidung pulau pemisah ditampilkan pada Gambar 13.
Gambar 12 Tipikal pulau pemisah
Gambar 13 Dimensi hidung pulau pemisah
2.9. Kebebasan pandang di bundaran

1) Kebebasan pandang pada bundaran dan wilayah pendekat


bundaran
a) Desain bundaran harus memberikan kebebasan pandang kepada
pengemudi untuk dapat mengantisipasi pergerakan kendaraan di
jalur lingkar maupun kendaraan yang memasuki daerah
persimpangan bundaran. Karena itu, seluruh wilayah yang termasuk
dalam daerah kebebasan pandang pengemudi harus terbebas dari
obyek yang dapat mengganggu kebebasan pandang. Arsiran pada
Gambar 14 memperlihatkan wilayah kebebasan pandang yang harus
disediakan pada wilayah bundaran.
b) Wilayah kebebasan pandang diukur dari titik A yang terletak 15 m
sebelum garis prioritas. Dari jarak tersebut, pengemudi harus dapat
mengantisipasi kendaraan yang bergerak pada jalur lingkar (d2)
maupun kendaraan pada lengan pendekat yang akan memasuki jalur
lingkar dari arah kanan (d1).
c) Kebebasan pandang samping ditentukan dengan menarik garis
sepanjang b m. ke arah tepi lengan pendekat di sebelah kanan.
Panjang garis b dihitung dengan rumus (2).
b = 0,278.(Vkonflik).(tc) ………………………… (2)
dengan pengertian :
b: jarak pandang lengan bundaran, meter;
Vkonflik: 70 % kecepatan rencana lengan pendekat, km/h;
tc: selisih waktu kritis saat masuk pada jalan utama, detik, (6,5 detik)
d) Jika kecepatan konflik yang telah ditentukan sebelumnya, panjang
garis b dapat mengacu pada Tabel 5.
e) Jarak pandang bundaran ditentukan dengan mengasumsikan mata
pengendara setinggi 1.080 mm dan tinggi obyek (kendaraan lain)
adalah 600 mm.

Gambar 14 Jarak pandang bundaran


2) Jarak pandang henti
Khusus untuk perencanaan persimpangan dengan bundaran terdapat 3 jarak
pandang henti yang harus dihitung, yaitu:
a) Jarak pandang henti pendekat
Jarak pandang henti ini merupakan jarak aman yang dibutuhkan
pengemudi untuk dapat memberhentikan kendaraannya dalam
mengantisipasi obyek atau penyeberang jalan pada lengan pendekat,
seperti terlihat pada Gambar 15.
a) Jarak pandang henti jalur lingkar
Jarak pandang henti ini merupakan jarak aman yang dibutuhkan
pengemudi untuk dapat memberhentikan kendaraannya dalam
mengantisipasi obyek di jalur lingkar. Seperti terlihat pada Gambar 16.
a) Jarak pandang henti jalur penyeberang jalan pada jalur keluar
Jarak pandang henti ini merupakan jarak aman yang dibutuhkan
pengemudi untuk dapat memberhentikan kendaraannya dalam
mengantisipasi obyek atau penyeberang jalan pada lajur keluar. Dapat
dilihat pada Gambar 17.
2.10. Marka dan rambu
koreksi
2.11. Fasilitas lainnya

1) Drainase
Inlet sistem drainase jalan ditempatkan di sisi luar dari diameter
bundaran. Untuk bundaran dengan kemiringan jalur relatif datar
(mendekati 0,5%), selain ditempatkan di sisi luar diameter jalur
lingkar bundaran, inlet juga dapat ditempatkan di garis kerb pulau
pusat atau apron truk.
2) Jalur pejalan kaki
a) Dimensi dari jalur pejalan kaki (trotoar) mengacu kepada SNI
No. 03-2447-1991, Spesifikasi Trotoar dan tata cara
perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan
011/T/Bt/1995. Tabel 7 menampilkan hal yang harus
diperhatikan dalam kaitannya dengan perencanaan bundaran
dengan mempertimbangkan aspek dimensi pejalan kaki,
penyandang cacat dan sepeda
b) Untuk menghindari pejalan kaki melintasi jalur lingkar, terlebih
jika pulau pusat dilengkapi oleh apron truk sebaiknya antara
jalur pejalan kaki dengan perkerasan jalan dibuat jalur hijau
atau pagar. Perlakuan ini akan memaksa pejalan kaki untuk
menyeberang jalan di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan.
Gambar 19 menampilkan penanganan yang dimaksud.
3) Lahan parkir dan halte
a) Jalur lingkar bundaran harus terbebas dari parkir kendaraan.
b) Parkir di lengan bundaran sebaiknya ditempatkan sejauh mungkin
dari jalur lingkar bundaran. Direkomendasikan lokasi parkir
sekurang-kurangnya 50 meter dari jalur penyeberangan (zebra
cross), menjauhi titik pusat bundaran.
c) Halte bus ditempatkan sekurang-kurangnya 50 meter dari jalur
penyeberangan, menjauhi titik pusat bundaran.
4) Akses lahan
a) Akses lahan dapat ditempatkan sekurang-kurangnya sejauh 7 meter
dari jalur penyeberangan pada lengan pendekat, menjauhi pusat
bundaran dan difasilitasi dengan jalur lambat.
b) Jalur lingkar harus terbebas dari akses lahan maupun pergerakan
pejalan kaki.
3. Cara pengerjaan
Cara pengerjaan ini meliputi perencanaan penggunaan bundaran sebagai
alternatif jenis penanganan simpang dan evaluasi kinerja simpang.
1) Tentukan jumlah lajur bundaran dengan memperhitungkan volume lalu
lintas harian persimpangan (lihat Tabel 1) ;
2) Tentukan :
• Kendaraan rencana (lihat Tabel 2) ;
• Kecepatan rencana (lihat Tabel 2).
3) Tentukan diameter bundaran dan jenis bundaran (Tabel 2) ;
4) Tentukan lebar lajur lingkar sesuai jenis bundaran (Subbab 2.5. atau
Tabel 3);
5) Rencanakan pulau bundaran (Subbab 2.6 atau Gambar 4);
6) Tentukan superelevasi jalur lingkar (Subbab 2.7 atau Gambar 6);
7) Rencanakan atau desain lengan pendekat dengan menentukan atau
menghitung :
a) Lajur masuk dan lajur keluar (Subbab 2.8);
b) Radius masuk dan radius keluar (Subbab 2.8 atau Tabel 4);
c) Kelandaian maksimum lengan pendekat (Subbab 2.8);
d) Rencanakan pulau pemisah untuk setiap lengan pendekat (Subbab
2.8, Gambar 12 dan Gambar 13).
8) Periksa dan ukur kebebasan pandang lengan bundaran dan jarak
pandangan henti minimum (Subbab 2.9);
9) Rencanakan penempatan rambu, marka jalan dan fasilitas lainnya.
Bagan alir pengerjaan desain bundaran
Kategori bundaran

Bundaran dapat dikategorikan menjadi 3 jenis


yaitu :
1) bundaran sederhana;
2) bundaran lajur tunggal;
3) bundaran lajur ganda.
Gambar C.1 Bundaran Sederhana
Gambar C.2 Bundaran Lajur Tunggal
Gambar C.3 Bundaran Lajur Ganda
Lampiran D Contoh penggunaan bundaran simpang Y
Contoh pengerjaan
Rencanakan geometri bundaran 4 lengan, dengan ketentuan:
• Volume lalu lintas bundaran tahun rencana: 40.000 kendaraan/ hari;
Jawaban:
1) Tentukan jumlah lajur bundaran dengan memperhitungkan volume lalu
lintas harian persimpangan (Tabel 1):
• Volume: 40.000 kend./ hari, lihat Tabel 1, Jumlah lajur lingkar = 2
2) Tetapkan:
• kendaraan rencana: Semi Trailer (3 axle);
• kecepatan rencana: 40 km/ jam.
3) Tentukan diameter bundaran dan jenis bundaran: (Tabel 2):
• Untuk kendaraan rencana: Semi Trailer, dan kecepatan rencana: 40 km/ jam,
maka rentang diameter bundaran berkisar antara 45 - 60 m. Dipilih diameter
bundaran: 45 m;
• Jenis bundaran: Bundaran lajur ganda.
4) Tentukan lebar lajur lingkar sesuai jenis bundaran (Subbab 2.5. atau
Tabel 3):
• Lebar satu (1) lajur putaran: 4.3 m - 4.9 m
• Dengan diameter bundaran: 45 m, maka Lebar lajur lingkar minimum
= 9,8 m, diambil lebar lajur lingkar = 10 m;
• Tentukan lebar lindasan truk/apron truk yang lebarnya berkisar
antara 1 – 4 m. Dipilih lebar lindasan truk = 1.5 m.
• Hitung diameter pulau pusat = 45 – (2 x 10) – (2 x 1.5) = 22 m

5) Rencanakan pulau bundaran (Subbab 2.6 atau Gambar 4);

6) Tentukan superelevasi jalur lingkar (Subbab 2.7 atau Gambar 6):


• Superelevasi jalur lingkar bundaran sebesar: 2%,
• Superelevasi apron truk sebesar: 3 % - 4 %, diambil: 3 %.
7) Rencanakan atau desain lengan pendekat dengan menentukan atau
menghitung (Subbab 2.8) :
a) Lajur masuk dan lajur keluar :
• Lebar lajur masuk untuk bundaran dengan lajur tunggal
maupun lajur ganda berkisar antara 4.30 m–4.90 m, diambil =
4,9 m.
b) Radius masuk dan radius keluar (Tabel 4):
• Hitung radius masuk dan radius keluar dengan menggunakan
persamaan (1) : R = V2 / 127.(e+f), dengan V = 40 km/ jam, e =
0,02, dan f = 0,23 (gambar 10, V=40km/jam); diperoleh: R=
50,4 m; atau
• Dari Tabel 4, dengan V= 40 km/ jam, radius minimum masuk/
keluar = 51 m.
c) Kelandaian maksimum lengan pendekat:
• Cek kelandaian lengan pendekat: harus < 4 %.
d) Rencanakan pulau pemisah untuk setiap lengan pendekat
(Gambar 12 dan Gambar 13), panjang minimum pulau pemisah:
15 m.
8) Periksa dan ukur kebebasan pandang lengan bundaran dan jarak
pandangan henti minimum (Subbab 2.9);
a) Hitung jarak pandang bebas bundaran
• Gunakan persamaan (2): b = 0.278 (V konflik) (tc)
• Kecepatan konflik (Vkonflik) = 70% kecepatan rencana lengan
pendekat: 40 km/ jam x 0.7 = 28 km/h, dibulatkan menjadi 30
km/h;
• Tc: ditentukan = 6,5 detik;
• Maka: b = 0,278 . 30 . 6,5 = 54 m;
• Atau dengan menggunakan Tabel 5, dimana V konflik=30 km/
jam, maka jarak pandang lengan bundaran = 54 m
b) Jarak pandang henti bundaran.
• Dengan kecepatan rencana: 40 km/ jam, dengan menggunakan
Tabel 6, maka didapat jarak pandang henti minimum: 46 m.
9) Rencanakan penempatan rambu, marka jalan dan fasilitas lainnya.
• Rencanakan perambuan dan pemarkaan sesuai dengan Gambar 18;
• Rencanakan penempatan untuk fasilitas lainnya.
Desain akhir geometri bundaran
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai