Anda di halaman 1dari 51

Alinemen Horisontal

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

DEBBY YULINAR PERMATA, ST., MT

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
ALINEMEN HORIZONTAL
• Pendahuluan
• Gaya – gaya pada tikungan
• Lengkung peralihan
• Desain lengkung peralihan
• Superelevasi
Pendahuluan
• Alinemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal.

• Alinyemen Horizontal sering disebut sebagai “situasi jalan”


atau “trase jalan” , terdiri dari garis lurus (Tangen Horizontal)
yang dihubungkan dengan garis- garis lengkung (Lengkung
Horizontal).

• Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran


ditambah dengan lengkung peralihan atau busur-busur peralihan
saja ataupun busur lingkaran saja.
Pendahuluan
GAYA – GAYA PADA TIKUNGAN

•Gaya Sentrifugal
•Superlevasi (e)
•Gaya gesek melintang (f)
•Radius Minimum
Gaya Sentrifugal
• Kendaraan dengan lintasan berbentuk
lengkung pada bidang datar atau miring akan
mengalami akselerasi centripetal secara radial
keluar dari lajur jalannya. Akselerasi
sentripetal ini sama besarnya dengan gaya
sentrifugal
Gaya Sentrifugal
Kendaraan yang Gaya sentrifugal
bergerak dengan akan mendorong
kecepatan tetap V, kendaraan keluar
mengalami gaya jalan yang
sentrifugal (F) yang menimbulkan rasa
tegak lurus terhadap tidak nyaman bagi
arah kecepatan V. pengemudi

Besarnya gaya sentrifugal dihitung dengan persamaan berikut:

m: Massa= G/g a: Percepatan sentrivugal= V²/R


G: Berat Kendaraan V: Kecepatan kendaraan
g: gaya gravitasi bumi= 9,81 m/det² R: Jari-jari lengkung lintasan
Gaya Sentrifugal
• Dengan demikian, besarnya gaya sentrifugal
dapat ditulis seperti persamaan berikut:

Agar dapat mempertahankan gerak kendaraan tetap pada sumbu lajur


jalannya, maka dibutuhkan gaya untuk mengimbangi gaya sentrifugal
yang berasal dari gaya gesek melintang antara ban kendaraan
dengan permukaan jalan (f) dan komponen berat kendaraan akibat
kemiringan melintang permukaan jalan (e).
SUPERELEVASI (e)

• Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan


pada lengkung horizontal.
• Superelevasi maksimum pada lengkung
horizontal jalan ditentukan oleh hal-hal yang
membatasi kecepatan kendaraan, seperti cuaca,
kondisi medan, dan komposisi jenis kendaraan.
• Semakin besar kecepatan kendaraan yang dapat
dipilih, semakin besar pula superelevasi
maksimum yang dapat dibuat.
Gaya Gesekan Melintang (f)
• Gesakan yang timbul antara ban dengan permukaan jalan
dalam arah melintang jalan yang berfungsi untuk mengimbangi
gaya sentrifugal.
• Koefisien gesekan melintang adalah perbandingan antara gaya
gesek melintang dan gaya normal pada muka jalan akibat
adanya berat kendaraan.
• f berbanding lurus dengan lamanya kontak dan luas bidang
kontak antara ban dan muka jalan yang dipengaruhi oleh
kecepatan kendaraan, tipe dan ukuran ban, tekanan ban, tipe
dan kondisi permukaan jalan serta cuaca.
• Demi faktor keamanan maka koefisien gesekan melintang
maksimum yang digunakan untuk merancang geometri jalan
dipilih di bawah nilai maksimum yang terjadi.
Radius Minimun (Rmin)
Lengkung dengan radius minimum adalah
lengkung yang mempunyai superelevasi
maksimum dan koefisien gesek maksimum.
Lengkung tersebut dinamakan lengkung tertajam
yang dapat direncanakan untuk satu nilai
kecepatan rencana yang dipilih pada satu nilai
superelevasi maksimum.
Radius Minimum (R min)
 Dalam merancang alinemen horizontal sebaiknya dihindarkan
menggunakan radius minimum yang menghasilkan lengkung
tetajam tersebut.
 Radius minimum ditentukan dengan menggunakan rumus:

.... (1)

Dimana:
 Rmin= radius minimum untuk satu kecepatan rencana dan
superelevasi maksimum tertentu, m
 emaks= superelevasi maksimum, e (%)
 fmaks= koefisien gesekan maksimum
 V= Kecepatan rencana, km/jam
Derajat Lengkung Maksimum
• Derajat lengkung (D) didefinisikan sebagai besar
sudut lengkung (ketajaman lengkung horizontal) yang
memberikan panjang busur 25,0 m.

... (2)
Besar R minimum dan D maksimum
Untuk beberapa kecepatan rencana dengan menggunakan persamaan (1) dan
persamaan (2)
Lengkung Peralihan

Definisi

Fungsi

Metode
Perhitungan
Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan dibuat Panjang lengkung peralihan


untuk menghindari terjadinya harus:
perubahan alinemen yang • Memenuhi kenyamanan
tiba-tiba dari bentuk lurus ke
dan keamanan pencapaian
bentuk lingkaran, jadi
kemiringan
lengkung peralihan ini
• Pencapaian kemiringan
diletakkan antara bagian lurus
dan bagian lingkaran, yaitu
terjadi secara
pada sebelum dan sesudah teratur/seragam
tikungan berbentuk busur • Tepi perkerasan kelihatan
lingkaran. tidak patah-patah
Keuntungan Lengkung Peralihan

1. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah


disediakan untuknya, tanpa melintasi lajur lain yang
berdampingan
2. Dapat melakukan perubahan dari lereng jalan normal ke
kemiringan sebesar superelevasi secara berangsur-angsur
sesuai dengan gaya sentrifugal yang terjadi
3. Mengadakan peralihan pada pelebaran perkerasan yang
diperlukan, dari jalan yang lurus menuju ke kebutuhan lebar
perkerasan pada tikungan-tikungan yang tajam
4. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi,
karena sedikit kemungkinan pengemudi keluar dari jalur
5. Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, menghindari
kesan patahnya jalan pada batasan bagian lurus dan lengkung
dari busur lingkaran
Lengkung Peralihan
Metode perhitungan lengkung
peralihan (ls)
1. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik),

2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, Rumus modifikasi shortt:

VR^3 VR.e
Ls = 0,022 - 2,727
R. C C

3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :

(em –en). V
Ls =
3,6 re
Metode perhitungan lengkung
peralihan (ls)
4. Berdasarkan Kelandaian relatif

BM Ls = b.m (en + e) Ls = b.m (e) AASHTO

Sangat jarang digunakan


5. Berdasarkan rumus spiral
Dimana :
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, 3 detik
Ls = panjang lengkung peralihan (m)
V R = Kecepatan rencana (km/jam)
e = superelevasi
C = perubahan percepatan diambil 0,3 – 1,0 disarankan 0,4
m/dtk²
R = Jari-jari busur lingkaran (m)
em = Superelevasi maksimum
en = Superelevasi normal (umumnya 2%)
re =Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan
(m/m/dtk)
– Vrencana ≤ 70 km/jam re-maks = 0,035 m/m/detik
– Vrencana ≥ 80 km/jam re-maks = 0,025 m/m/detik
Kelandaian Relatif
 Landai relatif (1/m) adalah Rumus
besarnya kelandaian akibat
perbedaan elevasi tepi
perkerasan sebelah luar (e+ en) B
1/m = Ls
sepanjang lengkung peralihan.
 Perbedaan elevasi didasarkan
pada tinjauan perubahan bentuk
Dimana :
penampang melintang jalan, 1/m = landai relatif
belum merupakan gabungan Ls = panjang lengkung peralihan
dari perbedaan elevasi akibat (lengkung spiral)
kelandaian vertikal jalan. B = lebar jalur 1 arah, m
e = superelevasi , m/m’
 Besarnya landai relatif en = kemiringan melintang
maksimum dipengaruhi oleh normal, m/m;
kecepatan dan tingkah laku
pengemudi.
Menurut Bina Marga, landai relatif : 1/m = h/Ls

(e + en) B
1/m = Ls

Menurut AASHTO, landai relatif : 1/m = h1/Ls


(e) B
1/m = Ls

Dimana :
1/m = landai relatif
Ls = panjang lengkung peralihan
B = lebar jalur 1 arah, m
e = superelevasi, m/m’
en = kemiringan melintang normal, m/m;
Dari batasan lantai relatif maksimum, dapat
ditentukan panjang lengkung peralihan minimum
Tabel Panjang Peralihan
Bina Marga ASSHTO
Landai Relatif : 1/m = h/Ls Landai Relatif : 1/m = h1/Ls

m > m maksimum m ≥ m maksimum

(e + en) B 
1 (e) B 1
=
Ls m maksimum Ls m maksimum

Ls ≥ (e + en) B.mmaksimum Ls ≥ (e) B.mmaksimum


Kelandaian Relatif (1:m)
Menurut Bina Marga Menurut AASHTO

Kecepatan Kelandaian Relatif


(1:m)
20 1:50

30 1:75

40 1:100

50 1:115

60 1:125

80 1:150
Desain Lengkung Horisontal
(Tikungan)

Flowchart

Jenis
Lengkung

Perhitungan
Properti
Pemilihan Jenis
Tikungan Tikungan Spiral-Lingakaran Spiral

• Pada dasarnya tidak ya


ada ketentuan baku Lc<25m Tikungan Spiral-Spiral

tentang pemilhan
jenis tikungan tidak
• Alat pemilihan jenis ya
P<0.10 m Tikungan Lingkaran
tikugan biasanya
digunakan
tidak
pendekatan seperti
bagan alir di samping ya
e=NC atau RC Tikungan Lingkaran

tidak
Tikungan Spiral-Lingakaran Spiral
Desain Lengkung horizontal
• Lengkung horizontal adalah lengkung yang
digunakan untuk menghubungkan 2 bagian
tangen pada alinemen horizontal.
• Jenis lengkung horizontal :
o Lengkung busur lingkaran sederhana (Full
Circle)
o Lengkung busur lingkaran dengan lengkung
peralihan (Spiral – Circle – Spiral)
o Lengkung peralihan spiral – spiral
FULL CIRCLE (FC)

• Full circle (FC) adalah jenis tikungan yang


hanya terdiri dari bagian suatu lingkaran
saja.
• Lengkung FC hanya digunakan untuk R
(jari-jari tikungan) yang besar agar tidak
terjadi patahan, karena dengan R yang kecil
diperlukan superelevasi yang besar.
FULL CIRCLE (FC)
Lengkung busur lingkaran sederhana
(Full Circle)
• Titik peralihan dari bentuk tangen ke bentuk busur
lingkaran dinamakan TC dan titik CT adalah peralihan
dari busur lingkaran ke tangen.
• Jika bagian lurus diteruskan, maka akan memotong titik
yang diberi nama PI (point of intersection)
• Sudut yang terbentuk oleh kedua garis tersebut
dinamakana sudut perpotongan yang bersimbol Δ
• Jarak antara TC – PI diberi nama Tc
• Ketajaman lengkung dinyatakan oleh radius Rc.
• Jarak antara titik PI dan busur lingkaran dinamakan Ec.
• Panjang busur lingkaran dinamakan Lc
Lengkung Spiral – Circle - Spiral
Spiral – Circle – Spiral

 TS- SC : lengkung peralihan berbentuk spiral


 Ts = panjang PI ke TS atau ST
 Es = jarak PI ke lengkung
 R = jari-jari
 Lc = panjang lengkung circle
 Ls = panjang lengkung spiral
 qc = besar sudut lingkaran
 qs = besar sudut spiral
 p = pergeseran busur lingkaran terhadap tangen asli
 k = jarak antarA TS atau ST terhadap tangen asli
 l = panjang lengkung seluruhnya
Tikungan spiral-spiral
• Tikungan ini terdiri dari dua buah kurva, yaitu lingkaran dan spiral.
guna lengkung spiral adalah untuk menjaga agar gaya sentrifugal
yang timbul pada waktu memasuki/meninggalkan tikungan dapat
terjadi secara berangsur-angsur, tidak mendadak. Untuk itu dikenal
rumus yang disebut modifit formula.
• Ts = Tangen-spiral
• St = Spiral-tangen
• Sc = Spiral-circle
• Cs = Cicle-spiral
• Ls = Panjang lengkung spiral
• Lc = Panjang lengkung circle
• qs = Sudut spiral
• qc = Sudut circle
Spiral – Spiral (SS)
Superelevasi
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang
normal pada bagian jalan yang lurus, sampai ke kemiringan
maksimum (superelevasi) pada bagian lengkung jalan. Dengan
mempergunakan diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk
penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung
horizontal yang direncanakan.
Batasan superelevasi maks pada suatu jalan raya :

1. Keadaan cuaca, seperti sering turun hujan, berkabut


2. Keadaan medan, seperti daerah datar, berbukit-
bukit, atau pegunungan
3. Keadaan lingkungan, seperti daerah perkotaan
(urban) atau daerah luar kota (rural)
4. Komposisi jenis kendaraan dari arus lalu lintas,
seperti banyaknya kendaraan berat yang bergerak
lambat,adanya kendaraan yang ditarik hewan atau
kendaraan tak bermotor, mengakibatkan gerak lalu
lintas menjadi tidak menentu
SUPERELEVASI MAKSIMAL
 AASHTO 2001 merekomendasikan :
o Nilai e maks : 4%, 6%, 8%, 10% dan 12%
o E maks = 12 % untuk daerah bersalju
o E maks 4% dan 6% untuk urban design

 Common Uses in Indonesia :


o Rural (antar kota) = 10%
o Urban (perkotaan) = 6%
o Toll = 8%
Superelevasi
Transisi dari bagian lurus ke tikungan
• Potongan melintang • Potongan melintang
bagian lurus bagian tikungan

length of roadway is needed to accomplish a


change from normal section to rotated section
and back to normal section
SUPERELEVASI LURUS KE TIKUNGAN
Pencapaian kemiringan
(diagram superelevasi)
 Pencapaian kemiringan:
o Untuk tikungan tanpa lengkung peralihan tidak dilakukan pencapaian
kemiringan
o Untuk tikungan dengan lengkung peralihan semu, pencapaian kemiringan
sebagian dilakukan di bagian lurus dan sebagian dilakukan di lengkung
lingkaran. Pada bagian lurus dilakukan 60% - 80% dari superelevasi dan
sisanya dilakukan pada lingkaran
o Untuk tikungan dengan lengkung peralihan, pencapaian kemiringan dilakukan
disepanjang lengkung peralihan
Diagram superelevasi tipe Lengkung
lingkaran (tanpa)
Diagram superelevasi tipe Lengkung
lingkaran ls semu
DIAGRAM SUPERELEVASI
(Spiral – Circle – Spiral)
DIAGRAM SUPERELEVASI
TIPE SPIRAL – SPIRAL (SS)
Stasioning (STA)
 Titik penting hasil perancangan sumbu jalan perlu dibuat tanda
berupa patok – patok dengan nomor kode referensi tertentu

 Penomoran ini disebut stasioning dimana angka yang


tercantum menunjukkan jarak atau lokasi titik tersebut
terhadap titik acuan

 Format umum stasioning : X+YYY,ZZZ dimana:


• X menunjukkan besaran kilometer
• Y menunjukkan besaran meter
• Z menunjukkan besaran per seribuan meter
Stasioning (STA)
• Suatu titik yang memiliki sta 1+234,567 menunjukkan
bahwa titik tersebut terletak pada satu kilometer dua
ratus tiga puluh empat meter lima ratus enam puluh
tujuh milimeter dari titik awal atau titik acuan.

• Tujuan penggunaan stasioning adalah sebagai tanda


atau lokasi titik-titik penting, seperti titik awal,
simpang, titik penting tikungan, titik awal jembatan,
titik akhir, dan sebagainya.

• Selain itu, stasioning pun digunakan sebagai acuan


jarak
52

Anda mungkin juga menyukai