Anda di halaman 1dari 41

KONSEP DAN HIKMAH

THAHARAH, SHOLAT, PUASA,


DAN HAJI
PENDAHULUAN

Manusia diciptakan Allah untuk beribadah,


yaitu tunduk dan patuh kepadanya
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali
untuk beribadah”
TQS. Ad-Dzariyat ayat 56
PENDAHULUAN
 Ibadah ada dua macam; ibadah mahdah (khusus)
dan ibadah ‘am (umum) atau ghairu mahdah
(bukan khusus)

 Terkait ibadah mahdah, manusia harus tunduk dan


taat untuk melaksanakannya, karena ibadah ini
telah diatur secara khusus oleh Allah
THAHARAH (BERSUCI)
 Thaharah secara bahasa berarti suci dan bersih,
baik dalam aspek lahir maupun batin

 “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang


bertaubat (yang kembali) dan mencintai orang-orang
mensucikan diri”
(TQS. Al-Baqarah/2: 222)
THAHARAH (BERSUCI)
 Secara istilah; thaharah adalah;

“mensucikan diri dari najis dan hadats


yang menghalangi shalat dan ibadah-
ibadah sejenisnya dengan air atau
tanah atau batu”
THAHARAH (BERSUCI)
 Penyucian diri tidak hanya terkait badan, tetapi
juga pakaian dan tempat
 Hukum thaharah adalah wajib, khususnya bagi
orang yang mau sholat
 “Kunci shalat itu adalah bersuci ...” (HR. Tirmidzi dari
Ali bin Abi Thalib)
 “Sesuatu yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu
lain, maka sesuatu lain itu adalah wajib” (kaidah
fiqhiyyah)
ALAT BERSUCI
 AIR, terdiri dari air yang dapat digunakan untuk
bersuci dan air mutanajjis (bernajis)

 Air yang bisa digunakan untuk bersuci; (a) air


muthlaq (suci mensucikan), seperti air mata air, air
sungai, air zamzam, air hujan, air laut, salju, dan
embun; (b) air musta’mal, air yang sudah digunakan
untuk wudlu dan mandi
ALAT BERSUCI

 Air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci; (a)


air mutanajjis, yaitu air yang terkena najis, kecuali
dalam jumlah besar dan tidak berubah sifat
kemutlakannya (tidak berubah warna, bau, dan
rasanya); (b) air suci tapi tidak mensucikan, seperti
air susu, teh, kopi, air kelapa muda, dan lain-lain
ALAT BERSUCI
 DEBU, yang kering dan suci, biasanya terletak di
tanah, pasir, tembok, atau dinding. Biasanya
digunakan untuk tayammum

 BENDA PADAT (Batu, daun, kertas) dapat


digunakan untuk bersuci apabila tidak ada air.
Tidak dibolehkan untuk menggunakan benda pada
berupa tahi dan tulang
NAJIS DAN HADATS
 Najis adalah segala kotoran, ada yang sifatnya
hakiki dan ada juga hukmi
 Najis hakiki seperti tinja, kencing, darah, nanah,
daging babi, bangkai (kecuali ikan), liur anjing,
madzi, dan wadi. Najis ini harus dibersihkan
sebelum thaharah
 Najis hukmi disebut hadats, yaitu sesuatu yang
diperbuat oleh anggota badan yang menyebabkan
dia terhalang untuk melakukan sholat
NAJIS DAN HADATS
 Hadats ada dua macam; hadats besar dan hadats
kecil
 Hadats besar adalah seseorang dalam keadaan
junub dan selesai haid. Bersuci dari hadats besar
adalah dengan mandi besar, bila tidak
memungkinkan bisa dengan wudlu atau tayammum
 Hadats kecil adalah suatu keadaan yang
menghalangi seseorang untuk melakukan sholat.
Hadats kecil ini BAB, BAK, kentut, menyentuh
kemaluan, dan tidur dalam posisi berbaring
CARA BERSUCI

 Wudlu

 Tayammum

 Mandi Besar
HIKMAH BERSUCI

 Bentuk ketaatan dan ketundukan


 Menentramkan hati karena dalam

keadaan bersih lahir dan batin


 Terjaga dari gangguan syetan

 Mampu menjaga diri dari perbuatan

kotor dan maksiat


SHOLAT

 Secara bahasa shalat berarti do’a dan rahmat

 Sholat secara istilah;


“suatu ibadah yang terdiri dari ucapan dan
perbuatan tertentu yang dibuka dengan takbir dan
ditutup dengan salam”
POSISI SHOLAT DALAM ISLAM
 Ibadah yang pertama kali diwajibkan dan
perintahnya langsung diberikan Allah dalam
peristiwa Isra Mi’raj

 Sholat merupakan tiang agama

 Amalan yang paling pertama ditanyakan oleh


Allah
Hukum Meninggalkan Sholat

 Bagi seorang mukallaf muslim bila dengan sengaja


meninggalkan sholat maka dihukumi syirik dan kufur

 “Beda antara mukmin dan antara syirik dan


kekafiran, adalah meninggalkan sholat” (HSR.
Muslim)
Fungsi dan Hikmah Sholat
 Mengingat Allah
 Mendidik tenang dalam menghadapi
masalah dan kesulitan dan bersikap
kikir ketika mendapatkan nikmat
 Mencegah perbuatan keji dan munkar

 Penolong bagi orang yang beriman


Syarat Sah Sholat

 Sudah masuk waktunya


 Suci dari najis dan hadats besar

dan kecil
 Menutup aurat

 Menghadap ke arah
kiblat/masjidil haram
PUASA/SHIYAM
 Secara bahasa berarti menahan diri dari sesuatu
 Al-Shan’ani menjelaskan bahwa menahan diri
bermakna menahan diri tidak hanya sebatas pada
hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi juga dari
perbuatan yang bisa mengurangi nilai puasa, dari
terbit fajar hingga terbenam matahari yang
disertai niat
KETENTUAN PUASA
 Rukun Puasa; menahan diri, ada yang
menambahkan niat
 Syarat wajib; muslim, mumayyiz, kuat
 Syarat sah; tidak dalam haid/nifas (bagi wanita),
waktunya untuk berpuasa
 Puasa ada yang wajib (puasa ramadlan, nadzar,
kafarat) dan sunnah (senin kamis, dawud, syawwal,
arafah), puasa makruh (puasa terus menerus) dan
puasa haram (puasa hari raya)
HIKMAH PUASA

 Berlatih mengendalikan diri


 Merasakan kesulitan seperti orang

miskin
 Menjaga kesehatan

 Menentramkan hati

 Mendekatkan diri pada Allah


HAJI DAN UMRAH

 Secara bahasa berarti menyengaja,


menuju, maksud
 Secara istilah mengaja mengunjungi

Makkah untuk beribadah


 Sedangkan umrah adalah

mengunjungi Makkah untuk


beribadah
BEDA HAJI DAN UMRAH

 Haji dan Umrah pada hakikat hampir


sama, tetapi yang membedakan
adalah dalam haji wajib mengikuti
wukuf dan harus dilakukan dalam 9
sampai 13 Dzulhijjah, sedangkan
Umrah tidak ada wukuf dan dapat
dilakukan bulan kapan pun
HUKUM HAJI
 Wajib bagi yang memiliki
kemampuan dalam aspek;
finansial, kesehatan, transportasi,
keamanan, kuota, dan tidak ada
halangan syar’i lainnya (misal
harus menunggui orang tua yang
uzur, dan lain-lain)
Hikmah Haji

Tunduk dan taat


Merasakan padang masyhar
dunia
Persamaan hak antar manusia

Menentramkan hati
FIQH IBADAH
BAGI ORANG SAKIT
Pendahuluan
 Sakit dalam bahasa Arab disebut maradl. Bentuk kata yang
berakar dari huruf-huruf m-r-dl (‫ ض‬-‫ ر‬-‫ )م‬yang makna
dasarnya berarti sakit atau segala sesuatu yang
mengakibatkan manusia melampaui batas kewajaran dan
mengantar kepada terganggunya fisik, mental bahkan tidak
sempurnanya amal atau karya seseorang atau bila
kebutuhannya telah sampai pada tingkat kesulitan.
 Terlampauinya batas kewajaran tersebut dapat berbentuk
ke arah berlebihan yang disebut boros, sombong maupun
takabbur; dan dapat pula ke arah kekurangan yang disebut
kikir, bodoh, dungu dan kolot. Oleh karenanya maradl juga
dapat dikatakan sebagai hilangnya suatu keseimbangan
bagi manusia.
Pendahuluan
 Sakit adalah suatu keadaan di mana metabolisme
dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya.
 Walaupun sakit merupakan satu kondisi yang tidak
mengenakkan, seorang muslim tidak perlu banyak
mengeluh, karena terlalu banyak mengeluh
merupakan bagian dari godaan syaithan.
Pendahuluan
 "Perumpamaan orang muslim adalah tangkai padi
yang terkadang tegak dan terkadang menunduk,
sementara perumpamaan orang kafir adalah biji-
bijian hanya kuat lalu akan jatuh" (H.R. Thabrani). Ini
artinya sakit termasuk tanda-tanda orang muslim
yang baik
 "Seorang mu'min yang sakit, ia tidak mendapatkan
pahala dari sakitnya, namun diampuni dosa-
dosanya" (H.R. Thabrani)
Sakit dalam Pandangan Islam
 Sakit adalah Ujian
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Sakit dalam Pandangan Islam
 Sakit adalah Adzab
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka
sebagian adzab yang kecil di dunia sebelum adzab
yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka
kembali ke jalan yang benar.” (QS. As-Sajdah: 21)
Sakit dalam Pandangan Islam
 Sakit adalah Cinta
”Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat
ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika sekiranya
Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan
memberikan cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi dan
Baihaqi)
“Aku mendengar Rasulallah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda : “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah
walau hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat
baginya kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan
dosanya.” (HR.Muslim)
Macam Ibadah Islam
 Ibadah dalam arti umum,yakni menjalani kehidupan untuk
memperoleh keridlaan Allah, dengan mentaati syari'at-
Nya.
 Ibadah dalam arti khusus.
Yakni ibadah yang macam dan cara melaksanakannya
ditentukan dalam Syara'. Dalam Ibadah Mahdlah ini
berlaku qaidah:
‫ األصل في العبادة البطالن حتى يدل الدليل على األمر‬Artinya:
Pada dasarnya perbuatan dalan bidang ibadah tidak
boleh dilakukan kecuali ditunjukkan oleh dalil yang
memerintahkan
Prinsip Ibadah Dalam Islam

 Beribadah hanya kepada Allah


 Ibadah tanpa perantara
 Ikhlas
 Memelihara keseimbangan unsur
rohani dan jasmani
 Mudah dan meringankan
Prinsip Ibadah Bagi Orang Sakit
 Pada dasarnya orang sakit sama dengan orang
sehat dalam hal kewajiban melaksanakan ibadah
mahdah seperti sholat, puasa, atau haji, hanya
bagi orang sakit ada beberapa rukhsah
(keringanan) dalam melaksanakannya
 Di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa agama Islam
itu mudah tidak sulit, dan Allah tidak menjadikan
untuk kita dalam agama suatu kesempitan
Prinsip Ibadah Bagi Orang Sakit
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali
tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(ikutilah) Agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah
menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam (al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi
saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung
dan sebaik-baik Penolong”. [QS. al-Hajj (22): 78]
Contoh Ibadah Bagi Orang Sakit:
Sholat
 Ketika akan melaksanakan shalat hendaklah
melakukan wudhu terlebih dahulu. Jika orang sakit
mampu melakukan wudhu dengan menggunakan air,
maka hendaklah ia melakukannya seperti orang
sehat. Apabila ia tidak mampu melakukannya dengan
menggunakan air, maka hendaklah ia melakukan
tayamum sebagai ganti dari wudhu, yaitu, dengan
menekankan kedua telapak tangan ke tanah atau
tempat yang mengandung unsur tanah/ debu,
kemudian meniup kedua telapak tangan tersebut, lalu
mengusapkannya pada muka dan kedua punggung
telapak tangan masing-masing satu kali
Contoh Ibadah Bagi Orang Sakit:
Sholat
 Orang sakit selama ia mampu melakukan shalat
dengan berdiri, maka hendaklah ia shalat dengan
berdiri. Jika ia tidak mampu melaksanakannya
dengan berdiri, maka shalatlah dengan duduk,
baik dengan duduk bersila maupun dengan cara
duduk tawaruk atau iftirasy
Contoh Ibadah Bagi Orang Sakit:
Sholat
 Jika tidak mampu duduk karena mendapatkan kesulitan
ketika duduk atau mendapatkan madharat, seperti
penyakitnya bertambah parah, maka hendaklah ia
melaksanakan shalat dengan tidur miring. Tata cara
shalat orang sakit seperti itu ditegaskan dalam hadits:
“Diriwayatkan dari Imran bin Husein ra., ia berkata;
”Saya menderita penyakit wasir, lalu saya bertanya
kepada Rasulullah saw., maka beliau menjawab:
“Shalatlah kamu sambil duduk. Jika tidak mampu (duduk),
maka hendaklah shalat sambil berbaring.” [HR. al-
Bukhari]
Contoh Ibadah Bagi Orang Sakit:
Sholat
 Gerakan atau cara ruku’ dan sujud orang sakit hendaklah
dibedakan
“Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra., dari Nabi saw. beliau
bersabda: Orang sakit melakukan shalat dengan berdiri jika ia mampu
berdiri. Jika ia tidak mampu (berdiri), shalatlah ia dengan duduk. Jika
ia tidak mampu sujud ke tanah (tempat sujud), maka ia memberi
isyarat, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah (posisi atau caranya)
dari ruku’nya. Jika ia tidak mampu shalat dengan duduk, maka ia
shalat dengan tidur miring ke sebelah kanan dan menghadap kiblat.
Jika tidak mampu tidur miring ke sebelah kanan, maka ia shalat
dengan menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat.” [HR. al-Baihaqi
dan ad-Daruquthni]
Contoh Ibadah Bagi Orang Sakit:
Puasa
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka
Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka Itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S.
Al-Baqarah: 184)

Anda mungkin juga menyukai