Dan
perkembangan
Hukum Islam
Pertama
Periode Rosulullah Saw
Periode ini sangat singkat, hanya sekitar
22 tahun beberapa bulan.
Namun periode ini berpengaruh sangat
besar terhadap Pembinaan Hukum Islam
selanjutnya.
Karena sumber utama dari Tasyri’ Islami
itu sendiri sudah sempurna pada periode ini.
Secara umum periode ini di bagi
menjadi dua masa / fase:
1. Masa Rosul masih berada di Makkah, yaitu
kurang lebih sekitar 13 tahun.
2. Masa setelah hijrahnya Rosul dari Makkah
menuju madinah, kurang lebih 10 tahun.
Fase Makkah
Selama 13 tahun masa kenabian Muhammad
Saw di Mekkah sedikit demi sedikit turun hukum.
Periode ini lebih terfokus pada:
a. Proses penanaman (ghars) tata nilai tauhid, seperti: Iman
kepada Allah, Rasulnya, hari kiamat, dan
b. Perintah untuk berakhlak mulia seperti keadilan,
kebersamaan, menepati janji dan
c. Perintah untuk menjauhi kerusakan akhlak seperti zina,
pembunuhan dan penipuan.
Fase Madinah
Yakni selama kira-kira 10 tahun
berjalan dari waktu hijrah beliau
sampai wafatnya.
Pada fase ini Islam :
• Terbina menjadi umat,
• Membentuk pemerintahan, dan
• Dakwah telah berjalan lancar.
Pengendali Kekuasaan Hukum
Pada
Periode Rosululloh
Pada masa Rasulullah, pengendali kekuasaan
Hukum adalah Rasulullah sendiri.
Tidak seorangpun umat Islam selain Rasulullah
sendiri yang mensyariatkan hukum pada suatu
kejadian, baik untuk dirinnya maupun untuk orang
lain.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum
Islam langsung ditanyakan dan diberi kata putus
oleh Rasulullah.
Rasulullah memberi fatwa, menyelesaikan
persengketaan, menjawab pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an yang di
wahyukan oleh Allah kepada beliau.
Tidak jarang pula dengan cara ijtihad
Rasulullah yang bersandar kepada ilham dari Allah,
atau berdasar kepada petunjuk akalnya.
Hukum-hukum yang dikeluarkan oleh
Rasulullah kemudian menjadi tasyri’ bagi umat
Islam dan merupakan undang-undang yang
wajib diikuti, baik hal itu :
• Bersumber dari Allah maupun
• Ijtihad Rasulullah sendiri.
Meskipun demikian tetap saja ada
beberapa sahabat yang melakukan
ijtihad sendiri untuk memutuskan
persengketaan pada sebagian
peristiwa hukum, misalnya:
1. Ali ibn Abi Thalib telah diutus oleh Rasulullah
ke Yaman sebagai qadhi.
Rasulullah bersabda kepadanya:
“Sesungguhnya Allah akan menunjuki hatimu dan
meneguhkan lisanmu.
Jika di hadapanmu duduk dua orang yang bersengketa,
janganlah engkau memberi keputusan hukum hingga engkau
mendengar keterangan dari pihak kedua sebagimana engkau
telah mendengar keterangan dari pihak pertama, karena hal
itu lebih memelihara jelasnya keputusanmu.”
ى- ُّ ب
ِ ه ن ال ى ن
ِ َ ثَ ع َ ب : لَ ا َ ق ُ ه ْ
ن ع
َ ُ ه
َّللا ى
َ ض ِ رَ ى
ٍّ ل
ِ ع
َ نْ عَ
ت يَا اضيًا يَ ْعنِى ِإلَى ْاليَ َم ِن فَقُ ْل ُ صلى هللا عليه وسلم -قَ ِ
َان
ٍّ ن س ْ َ أ ى و َ
َ ٍّ ِذ ام و ْ
ق َ أ ى َ ل َاب َوت َ ْبعَث ِ
إ ى ن
ِ ُ َّللاِ ِإنِى ش ٌّ سو َل ه َر ُ
ان
َ ِ م ص
ْ خَ ْ
ال اك َ َ ت َ أ ا َ ذ إ
ِ « : ل َ ا َ ق م
تثه ُ ع َوا ٍّ عا ِلى ِبدَ َ قَا َل فَدَ َ
ضيَ هن َحتهى ت َ ْس َم َع ِم َن اآلخ َِر ِ ق ْ َ ت َ ال َ ف ا ت ِم ْن أ َ ِ َ
م ه دِ ح َ س ِم ْع َ فَ َ
ى بَ ْعدَ ذَ ِل َك ه َ لعَ ف
َ َ ل َ ت اخْ ا م َ َ ف : ل
َ ا َ ق . » ك
َ َ ل ت ُ َ بْ ثَ أ ُ ه ه ن فِ
إ َ
ضا ُء. َ َ ق ْ
ال
2. Suatu ketika, ada dua orang sahabat sedang
dalam perjalanan.
Kemudian datang waktu shalat sedangkan
keduanya tidak mendapatkan air.
Yang seorang berijtihad dengan berwudlu dan
mengulangi shalatnya, sedangkan temannya berijtihad
bahwa shalat yang dilakukan itu sudah mencukupi dan
tidak perlu mengulang shalat lagi.
ى قَا َل خ ََر َج َر ُجالَ ِن ِفى ر
ِ ِ ْ
د خ ُ ْ
ال د ٍّ ي عِ ع ْن أ ِ َ
س ى بَ َ
ص ِعيدًا ْس َمعَ ُه َما َما ٌء فَتَيَ هم َما َ ي َ
صال َ َ لو ُ ة َ ت ال ه ض َر ِ سفَ ٍّر فَ َح َ َ
عادَ أ َ َحدُ ُه َما
ت فَأ ََ صلهيَا ث ُ هم َو َجدَا ْال َما َء فِى ْال َو ْق ِ َ َ ف اً ب ي
ِ َ
ط
سو َل ه
َّللاِ - ر اي
ُ ه َ َ َُ تَ أ مُ ث َرخ اآل دِ ع ُ ي
َ َ ْ ِ م َ لو ء و ض
ُ و ْ
صالَة َ َو ُ
ال ال ه
صلى هللا عليه وسلم -فَذَ َك َرا ذَ ِل َك لَهُ فَقَا َل ِلله ِذى لَ ْم يُ ِع ْد
ضأ َصالَت ُ َك »َ .وقَا َل ِلله ِذى ت َ َو ه َ ك َ ْ ت َ أ زَ ج
ْ َ أو َ َ ة ه ن س
ُّ ال ْت
َ ب ص
«أ َ َ
عادَ « لَ َك األ َ ْج ُر َم هرتَي ِْن ». َوأ ََ
3. Suatu ketika Rasulullah bersabda kepada
‘Amr ibn Ash:
“Putuskanlah perkara ini.”
‘Amr menjawab:
“Apakah saya boleh berijtihad, sedangkan Rosul
ada di depanku?”
Rasul menjawab :
“Ya, jika betul maka engkau mendapat dua pahala,
dan jika keliru maka engkau mendapat satu pahala.”
عن عبد هللا بن عمرو أن رجلين اختصما
إلى النبي صلى هللا عليه وسلم فقال لعمرو :
اقض بينهما فقال أقضي بينهما وأنت
حاضر يا رسول هللا قال نعم على إنك إن أصبت
فلك عشر أجور وإن اجتهدت فأخطأت فلك أجر
رواه الحاكم
اص رضي هللا عنه ْ
ع ْم ِرو ب ِْن العَ ِ ع ْن َ َ
سو َل َّللاِ صلى هللا عليه وسلم ه َ س ِم َع َر ُ أنه َ ُ ه َ
يَقُو ُل:
اب, ص َ أ مُ
ِإذَا َح َك َم ا َ َ ِ ُ ْ َ َ ه َ َ
ث , د ه َ ت اجَ ف , م ك ا حلْ
طأ َ,
اجت َ َهدَ ,ث ُ هم أ َ ْخ َانَ .و ِإذَا َح َك َم ,فَ ِْ رَ ج
ْ َ أ ُ ه َ ل َ ف
ََ َ
Contoh kasus diatas mempunyai
pesan bahwa seseorang (sahabat)
selain Rasulullah boleh melakukan
ijtihad hanya dalam situasi yang
sangat khusus dan mendesak saja.
Keputusan para sahabat dalam kasus
diatas hanya bersifat penerapan hukum,
bukan berupa tasyri’.
Dan bukan pula undang-undang yang
ditetapkan untuk umat Islam, kecuali dengan
ketetapan dari Rasulullah.
Sumber-Sumber Hukum
pada
Periode Rosul
Perundang-undangan di masa
Rasulullah bersumber dari dua hal,
yaitu :
• Wahyu Allah dan
• ijtihad Rasulullah sendiri.
Apabila muncul permasalahan yang menghendaki
peraturan seperti perselisihan, peristiwa hukum,
pertanyaan, atau permintaan fatwa, maka Allah
mewahyukan kepada Rasul-Nya satu atau beberapa ayat
yang memuat hukum yang dikehendaki.
Kemudian Rasulullah menyampaikan wahyu yang
lantas menjadi undang-undang yang wajib diikuti itu
kepada umat Islam.
Namun apabila timbul sesuatu hal
yang memerlukan peraturan, sedang Allah
tidak mewahyukan kepada Rasulullah ayat
yang menjelaskan hukum dimaksud, maka
Rasulullah berijtihad untuk mengetahui
hukumnya.
Hasil ijtihadlah yang dipergunakan untuk
memberi keputusan, atau memberi fatwa
hukum, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan,
atau menjawab permintaan fatwa hukum.
Sehingga ijtihad Rasulullah menjadi
peraturan yang wajib diikuti, di samping
undang-undang Allah.
Jika kita meneliti ayat-ayat hukum yang
termuat dalam Al-Qur’an dan riwayat para ahli tafsir
tentang sebab turunnya masing-masing ayat, maka
nampak jelas bahwa tiap-tiap hukum Al-Qur’an itu
disyariatkan untuk sesuatu kejadian yang
memerlukan ketetapan hukum.
Sebagai contohnya:
1. Firman Allah Swt
a. Qs. al-Baqarah ayat 217
1.Jami’ al-Fushuli,
2.Dlarar al-Hukkam,
3.Kitab al-Fiqh
4.Qawaid al-Fiqh, dan lain-lain.
Dasar-dasar Madzhab Hanafi
adalah :
1. Al-Qur’an Al-Karim
2. Sunnah Rosul ( Al-Hadits )
3. Ijma’
4. Fatwa ( Atsar ) sahabat
5. Qiyas
6. Istihsan
7. Adat dan ‘Urf masyarakat
2.
Madzhab Maliki
Madzhab ini dibangun oleh
Seorang Ulama Tabi’in, Malik bin Anas.
Ia dilahirkan di Madinah pada
tahun 93 H, dan wafat di kota yang
sama pada tahun 179 H.
Dasar madzhab Maliki
dalam menentukan hukum
adalah :
1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
3. Amalan Ahlu Al-Madinah
4. Fatwa-Fatwa Shohabat
5. Al-Ijma’
6. Al-Qiyas
7. Al-Istihsan
8. Al-Istishhab
9. Al-Maslahah Al-Mursalah
10. Al-’Urf
11. Adz-Dzari’ah
3.
Madzhab Syafi’i
Madzhab ini didirikan oleh Imam Muhammad
bin Idris Asy-Syafi’i.
Imam Asy-Syafi’i lahir Di Palestina ( Gaza )
pada tahun 150 H, dan wafat di Mesir pada tahun
204 H.
Madzhab fiqh Asy-Syafi’i ( dinilai oleh banyak
peneliti / pengkaji ) merupakan perpaduan antara
madzhab Hanafi dan madzhab Maliki.
Madzhab ini terdiri dari dua
pendapat, yaitu :
1. Qoul Qodim ( pendapat lama) di Irak
dan
2. Qoul Jadid ( pendapat baru ) di Mesir.
Cara
Imam Asy-Syafi’i
berijtihad
Dalam kontek fiqihnya, Asy-Syafi’i
mengemukakan pemikiran bahwa hukum Islam
bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah serta
Ijma’ dan apabila ketiganya belum
memaparkan ketentuan hukum yang jelas,
beliau mempelajari perkataan-perkataan
sahabat dan baru yang terakhir melakukan
qiyas dan istishab.
Dasar Imam Asy- Syafi’i
dalam menentukan hukum
adalah :
Jadi secara umum, dasar-dasar
mazhabnya dalam mengistinbatkan hukum
adalah:
1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
3. Al-Ijma’
4. Qoul shohabi
5. Al-Qiyas
6. Istishhab
7. Al-Maslahah al-Mursalah
4.
Madzhab Hambali
Pendiri Mazhab Hambali ialah:
ُ
) صيهة
ِ ْ
خ ه
ش ال ُ
ل َ
( األ ْح َوا
Yang melingkupi pernikahan, kewarisan, di
samping soal ibadah Khusus.
Periode
Kebangkitan Kembali
Daya Ijtihad
Boleh jadi karena di dorong oleh rasa bersalah atau
berdosa berkepanjangan karena dalam kegiatan sehari-
hari melaksanakan hukum yang bukan hukum Islam yang
di ancam Alloh Swt di dalam Al-Qur’an, surah Al-Maidah:
44, 45 dan 47.
Dalam perkembangannya semakin nyata kesadaran
dari sebagian Umat Islam untuk mengembalikan kejayaan
Hukum Islam dengan melaksanakannya kembali dalam
setiap aspek kehidupan manusia.
َ
َو َم ْن لَ ْم يَ ْح ُك ْم ِب َما أنزَ َل
ْ
ْ َ ُ
َ َّللاُ فَأول ِئ َك ُه ُم ال َكا ِف ُر
ون ه
)٤٤(
…. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang
َ
َو َم ْن لَ ْم يَ ْح ُك ْم ِب َما أنزَ َل
ْ
ه َ ُ
َّللاُ فَأول ِئ َك ُه ُم الظا ِل ُمو َنه
)٤٥(
…. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut
َ
َو َم ْن لَ ْم يَ ْح ُك ْم ِب َما أنزَ َل
ْ
ون
َ ِ ُ ق ساَ ف ْ
ال م
ُ ُ
ه كَ ئ
ِ َ لوُ أَ ف ُ ه
َّللا
)٤٧(
…. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka
Wassalaam …….