Anda di halaman 1dari 84

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN TS 4812

Nama Dosen/Pengajar : PROF. DR. IR H SUGENG WIYONO, MMT


Alamat Rumah : Jl. Kurnia 1-D Tangkerang Labuai
Jabatan/Pangkat : Dekan FT UIR/ Pembina Utama Muda ( IVc )
Pendidikan :
1. S1 Teknik Sipil UGM lulus tahun 1986
2. S2 Man Teknologi ITB lulus tahun 1998
3. S3 Civil Engineering (Highway and Transportation) UTM 2006

Organisasi profesi
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Riau WAKETUM
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi/LPJK (Sekum LPJK-D)
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia/HAKI Provinsi Riau (Ketua)
Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia/HPJI (anggota)
Forum Studi Transportasi Perguruan Tinggi (FSTPT)
Asosiasi Pengembang Daurulang Jalan Indonesia (APDJI)
Materi (terlampir)
Bahan Bacaan
1. AASHTO, 2001 A POLICY ON GEOMETRIC DESIGN OF HIGHWAY and STREETS
2. Ditjen Bina Marga, Bipran, 1990. Spesifikasi Standart untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota
dan RSNI – 2004 untuk Jalan dalam kota.
3. Oglesby, C.H, . & Hicks, R.G., Teknik Jalan Raya, Penerbit Erlangga Jakarta.
MATERI KULIAH
I. PENDAHULUAN (DEFINISI, PENGERTIAN, DASAR PERENCANAAN DLL)

II KARAKTERISTIK JALAN
2.1 PENAMPANG MELINTANG
2.2 PARAMETER PERENCANAAN GEOMITRIK JALAN
2.3 JARAK PANDANGAN

III. PERENCANAAN JALAN


3.1 PENENTUAN TRASE JALAN
3.2 PENETAPAN STASIUN
3.3 PERENCANAAN POT MEMANJANG DAN MELINTANG
3.4 PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN

IV. ALINYEMEN
4.1. ALINYEMEN HORISONTAL
4.1.1 Perencanaan tikungan
4.1.2 Tikungan gabungan dan tikungan balik
4.1.3 Superelevasi
4.1.4 Pelebaran pada tikungan
4.2. ALINYEMEN VERTIKAL
TUGAS
LATIHAN
MID
UJIAN AKHIR
I. PENDAHULUAN
1. DEFINISI :

Definisi Jalan menurut UU Jalan no.38/2004 : Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali JKA,
jalan lori dan jalan kabel.
jalan umum : jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
Jalan tol : jalan umum yang merupakan bag jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya
dikenakan kewajiban membayar tol.
Tol : sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.
Penyelenggara jalan adalah kegiatan penanganan jaringan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan
Jalan khusus adalah jalan yang dibangun untuk kepentingan instansi, badan usaha maupun perorangan atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Pengaturan : perumusan kelompok perencanaan, penyusunan perenc. Umum, dan perenc peraturan
perundang-undangan jalan.
Pembinaan : penyusunan pedoman, dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sdm, litbang.
Pembagunan : pemrograman dan penganggaran, perenc teknis, pelaksanaan, serta OP
Pengawasan : kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertip pengaturan, pembinaan, dan pembangunan
jalan
2. AZAS PENYELENGARAAN :
Keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keamanan dan keselamatan; efisiensi; kebersamaan dan kemitraan
; manfaat
3. Pengelompokan jalan menurut fungsi : Jalan Arteri (, Jalan kolektor, jalan lokal , jalan lingkungan
4. Pengelompokan jalan menurut status : Jalan Nasional ; Jalan Propinsi ; Jalan Kabupaten ; Jalan Kota ; Jalan
Desa ; Jalan Khusus
5. Jalan Menurut Kelas Jalan : Kelas I, II ; IIIA ; IIIB ; IIIC
6. Bagian-bagian jalan : Ruang manfaat jalan ; Ruang Milik jalan ; Ruang pengendalian jalan dan ruang
pengawasan jalan
2. AZAS, PENGELOMPOKAN DAN BAGIAN JALAN

1. Azas Penyelenggaraan : Keserasian, keselarasan


dan keseimbangan, keamanan dan keselamatan;
efisiensi; kebersamaan dan kemitraan ; manfaat
2. Pengelompokan jalan menurut fungsi : Jalan Arteri (,
Jalan kolektor, jalan lokal , jalan lingkungan
3. Pengelompokan jalan menurut status : Jalan Nasional
; Jalan Propinsi ; Jalan Kabupaten ; Jalan Kota ; Jalan
Desa ; Jalan Khusus
4. Jalan Menurut Kelas Jalan : Kelas I, II ; IIIA ; IIIB ; IIIC
5. Bagian-bagian jalan : Ruang manfaat jalan ; Ruang
Milik jalan ; Ruang pengendalian jalan dan ruang
pengawasan jalan
IMPORTANT ISSUES
• Safety
• Economics
• Durability
• Climate Change
• Sustainability
• Penyelengaraan jalan merupakan siklus yang berlangsung secara terus
menerus selama infrastruktur jalan dibutuhkan. Mulai dari perencanaan
umum, pra studi & studi kelayakan, DED, pengadaan tanah & pelaksanaan,
sampai OP serta evaluasi.
• Perencanaan Teknik Jalan
Kumpulan dukumen teknik yang memberikan gambaran produk yang ingin
diwujudkan, yang terdiri dari gambar teknik, syarat-syarat dan spesifikasi
pekerjaan
• Perencanaan teknik jalan harus memenuhi ketentuan teknik
mengenai :
a. Ruang Manfaat b. Ruang milik jalan c. Ruang pengendalian jalan d. Ruang
pengawasan jalan e. Dimensi jalan f. Beban rencana, volume lalu lintas dan
kapasitas, g. Persyaratan geomitrik jalan h. Konstruksi jalan i. Kelestarian
lingkungan hidup.
• Lebar jalan (PP34-2006) :
Arteri primer 11 m , Vmin = 60 km/jam
Arteri sekunder 11 m, V = 30 km/jam
Kolektor Primer 9 m, V = 40 km/jam
Kolektor sekunder 9 m V = 20 km/jam
Lokal Primer 7,5 m V = 20 km/jam
Lokal Sekunder 7,5 m V = 10 km/jam
Lingkungan primer 6,5 m V= 15 km/jam
Lingkungan sekunder
Klasifikasi Jalan
Raya/PP 43/1993
Fungsi/Kelas Muatan Sumbu LHR dalam
jalan Terberat (MST) SMP
Arteri/ I >10 ton >20.000
Arteri/II 10 ton 6000 – 20.000
Arteri/IIIA 8 ton 2000 - 6000
Kolektor / IIIA 8 ton <2000
Kolektor / IIIB 8 ton
Lokal / IIIC 8 ton

Jalan arteri adalah jalan yang terletak diluar pusat perdagangan (out lying business district
Jalan kolektor adalah jalan yang terletak di pusat perdagangan (central busines distrik)
Jalan Lokal adalah jalan yang terletak di daerah pemukiman
Penjelasan :
• Dalam bentuk apapun tidak terbatas pada
jalan konvensional, akan tetapi termasuk
jalan yang melintas sungai/danau/laut,
jalan di bawah permukaan tanah, diatas,
• Bangunan pelengkap : jembatan, tembok
penahan,drainase, lintas bawah/atas
• Perlengkapan jalan : Rambu-rambu,
marka,gagar pembatas, patok-patok ruang
milik jalan
7. Perencanaan Teknik Jalan
Kumpulan dukumen teknik yang memberikan gambaran
produk yang ingin diwujudkan, yang terdiri dari gambar
teknik, syarat-syarat dan spesifikasi pekerjaan
8. Perencanaan teknik jalan harus memenuhi ketentuan
teknik mengenai :
a. Ruang Manfaat b. Ruang milik jalan c. Ruang
pengendalian jalan d. Ruang pengawasan jalan e.
Dimensi jalan f. Beban rencana, volume lalu lintas dan
kapasitas, g. Persyaratan geomitrik jalan h. Konstruksi
jalan i. Kelestarian lingkungan hidup.
II. KARAKTERISTIK JALAN

2.1 PENAMPANG MELINTANG


A Daerah manfaat jalan
B Daerah milik jalan
C Daerah pengawasan jalan
Jalur Lalulintas/travelled way/carriage way adalah bg perkerasan yang diperuntukkan untuk lalu lintas
kendaraan yang terdiri beberapa lajur (lane) kendaraan.
Lajur/lane adalah bagian dari jalur lalulintas yang diperuntukkan untuk satu rangkaian kendaraan roda
empat
Bahu jalan : bagian yang terletak berdampingan dengan jalur lalulintas dan berfungsi : a) tempat
berhenti sementara b)menghindar pd keadaan darurat c)kelegaan pengemudi d)dukungan dari
samping thd perkerasan e)ruangan pembantu pd saat perbaikan f)lintasan darurat
Lebar bahu minimal : Kelas IIc pegunungan 1 m,
Kelas I pegunungan 3 m
Jalan penghubung 1 m
Kemiringan bahu 2 – 8%
Median : bagian yang memisahkan dua jalur lalulintas yang berlawanan arahvdan berfungsi : a)Untuk
U turn, b) daerah netral, c)pelindung pejalan kaki d)mengurangi silaunya sinar lampu kendaraan
yang berlawanan arah d) kebebasan samping.
Saluran Samping : mengalirkan air dari dalam dan luar bag perkerasan
Kereb : bag yang ditinggikan/ditonjolkan pada tepi perkersan atau bahu jalan. Fungsinya adalah a)
untuk keperluan drainase b) mencegah kendaraan keluar perkerasan c) batas tepi perkerasan
RUMIJA

RUMAJA

5m

Badan Jalan

d b a b d
c c
1,5 m

RUWASJA

Catatan :
a = jalur lalu lintas
= Ruang manfaat jalan (Rumaja) = Ruang pengawasan jalan (Ruwasja)
b = bahu jalan
c = saluran tepi
= Ruang milik jalan (Rumija) = Bangunan d = ambang pengaman

Gambar 2. Bagian –bagian Jalan 10


(UU No.38/2004 PSL 11 & PP No.34/2006 PSL 33)
Geomitrik jalan (fly over)mantraman jakarta
Flay over Kmp Melayu Jakarta
Highway
Jalan 2 jalur , kerb , median
Jalan dengan median
Jembatan/over pass ?
Jalan tol CIPULARANG(amblas)
II. KARAKTERISTIK JALAN

2.1 PENAMPANG MELINTANG


A Daerah manfaat jalan
B Daerah milik jalan
C Daerah pengawasan jalan
Jalur Lalulintas/travelled way/carriage way adalah bg perkerasan yang diperuntukkan untuk lalu lintas
kendaraan yang terdiri beberapa lajur (lane) kendaraan.
Lajur/lane adalah bagian dari jalur lalulintas yang diperuntukkan untuk satu rangkaian kendaraan roda
empat
Bahu jalan : bagian yang terletak berdampingan dengan jalur lalulintas dan berfungsi : a) tempat
berhenti sementara b)menghindar pd keadaan darurat c)kelegaan pengemudi d)dukungan dari
samping thd perkerasan e)ruangan pembantu pd saat perbaikan f)lintasan darurat
Lebar bahu minimal : Kelas IIc pegunungan 1 m,
Kelas I pegunungan 3 m
Jalan penghubung 1 m
Kemiringan bahu 2 – 8%
Median : bagian yang memisahkan dua jalur lalulintas yang berlawanan arahvdan berfungsi : a)Untuk
U turn, b) daerah netral, c)pelindung pejalan kaki d)mengurangi silaunya sinar lampu kendaraan
yang berlawanan arah d) kebebasan samping.
Saluran Samping : mengalirkan air dari dalam dan luar bag perkerasan
Kereb : bag yang ditinggikan/ditonjolkan pada tepi perkersan atau bahu jalan. Fungsinya adalah a)
untuk keperluan drainase b) mencegah kendaraan keluar perkerasan c) batas tepi perkerasan
KONDISI EKSISTING

Jalan Tanah Eksisting


Kondisi rusak parah

KONDISI RENCANA

Saluran Bahu Jalan Bahu Jalan Saluran


Samping Agregat Klas B Agregat Klas B Samping

CL
1.00 2.00 2.00 1.00

-4% -2% -2% -4%

TYPICAL CROSS SECTION


PADA KONDISI TIMBUNAN
skala 1 : 100

0.04 AC (MS > 750 KG)

0.05 ATB (MS > 550 KG)

0.15 AGREGAT KLAS A (CBR > 80 % )

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU


DINAS PU- KIMPRASWIL KAB. INDRAGIRI HULU
PEKERJAAN: PERENCANAAN DAN DETAIL TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN ANGGARAN 2007
0.20 AGREGAT KLAS C (CBR > 30% ) RUAS JALAN KUALA KILAN PETONGGAN
NAMA GAMBAR : SKALA
1 : 100
TYPICAL CROSS SECTION SEGMEN I 1 : 10

PT. KITA ABADI Con sultan t


Jln. H. Imam Munandar No. 114 B Tangkerang Selatan - Pekanbaru Telp/Fax : 0761 - 47728

DETAIL KONSTRUKSI PERKERASAN


skala 1 : 10
1.50 PROYEK

SALURAN JALURTROTOAR TROTOARJALUR


SALURAN
AIR HIJAU PERKERASAN JALAN LAMA MEDIAN PERKERASAN JALAN RENCANA HIJAU AIR SKALA GAMBAR

EXISTING
1.00 2.00 1.00 1.00 7.00 4.00 7.00 1.00 1.00 2.00
JUDUL GAMBAR SKALA
TYPICAL CROSS SECTION
JALAN POROS UTAMA ROW 28 M

JML LBR NO. LBR

JALAN POROS UTAMA DUA JALUR ROW 2 8 M NO TANGGAL KETETAPAN PARAF

SISTIM GRID YANG DIGUNAKAN ADALAH UTM


( UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR )
DATUM WGS 84

TYPE FLEXIBLE PAVEMANT


DIGAMBAR SADYO W., ST.

DIUKUR MIFTAH A.

TULANGAN MEMANJANG TULANGAN MEMANJANG KONSTRUKSI


WIREMESS M8-200 TULANGAN MELINTANG WIREMESS M8-200 TULANGAN MELINTANG
WIREMESS M8-200 WIREMESS M8-200 TEAM LEADER

SIUP : No. GAMBAR :

AC Tebal 4 cm
ATB Tebal 4 cm
BETON BERTULANG K350 BETON BERTULANG K350
TEBAL 25CM TEBAL 25CM JML NO
SKALA : TANGGAL :
Agregat Klas A Tebal 15 cm LBR LBR

AGREGAT KLAS B
AGREGAT KLAS B TEBAL 15CM
TEBAL 20CM
DIKETAHUI
Agregat Klas C Tebal 20 cm

TANAH DASAR
AGREGAT KLAS C TEBAL 15CM
CBR >20%

TANAH DASAR/ DIPERIKSA OLEH : Direncanakan Oleh :


TANAH ASLI CBR >20% PEMIMIPIN KEGIATAN
TANAH TIMBUN TINGGI 1.00 - 1.50 M

GEOTEKSTIL

KONSULTAN
DETAIL PERKERASAN JALAN
PROYEK

1.50
TANAH TIMBUN GEOTEKSTIL SKALA GAMBAR

JUDUL GAMBAR SKALA


TYPICAL CROSS SECTION
SALURAN TALUD JALURTROTOAR TROTOARJALUR
TALUD JALAN POROS UTAMA ROW 28 M
SALURAN
AIR HIJAU PERKERASAN JALAN LAMA MEDIAN PERKERASAN JALAN RENCANA HIJAU
AIR
JML LBR NO. LBR

EXISTING
1.00 2.00 1.00 1.00 7.00 4.00 7.00 1.00 1.00 2.00 NO TANGGAL KETETAPAN PARAF

JALAN DUA JALUR DAERAH TIMBUNAN


SISTIM GRID YANG DIGUNAKAN ADALAH UTM
( UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR )
DATUM WGS 84

RIGID PAVEMANT TYPE 1 RIGID PAVEMANT TYPE 2


TYPE FLEXIBLE PAVEMANT DIGAMBAR

DIUKUR
SADYO W., ST.

MIFTAH A.

TULANGAN MEMANJANG TULANGAN MEMANJANG KONSTRUKSI


WIREMESS M8-200 TULANGAN MELINTANG WIREMESS M8-200 TULANGAN MELINTANG
WIREMESS M8-200 WIREMESS M8-200 TEAM LEADER

SIUP : No. GAMBAR :

AC Tebal 4 cm
ATB Tebal 4 cm
BETON BERTULANG K350 BETON BERTULANG K350
TEBAL 25CM TEBAL 25CM JML NO
SKALA : TANGGAL :
Agregat Klas A Tebal 15 cm
LBR LBR

AGREGAT KLAS B
AGREGAT KLAS B TEBAL 15CM
TEBAL 20CM
DIKETAHUI
Agregat Klas C Tebal 20 cm

TANAH DASAR
AGREGAT KLAS C TEBAL 15CM
CBR >20%

TANAH DASAR/ DIPERIKSA OLEH : Direncanakan Oleh :


TANAH ASLI CBR >20% PEMIMIPIN KEGIATAN
TANAH TIMBUN TINGGI 0.75-1.00M

GEOTEKSTIL

KONSULTAN
DETAIL PERKERASAN JALAN
Daerah Milik Jalan (DAMIJA)

Derah Manfaat Jalan (DAMAJA)

Badan Jalan
saluran Bahu Jalan Bahu Jalan
samping Diperkeras Jalur Lalu lintas Tidak Diperkeras
Lajur Lajur
Kendaraan Kendaraan
Daerah Galian
Daerah Timbunan

Lapisan Perkerasan
Tanah Dasar Lapisan Pondasi Atas
Lapisan Pondasi Bawah

(a)

Daerah Milik Jalan (DAMIJA)

Derah Manfaat Jalan (DAMAJA)

Badan Jalan
saluran Bahu Jalan Bahu Jalan
samping Diperkeras Jalur Lalu lintas Tidak Diperkeras
Lajur Lajur
Kendaraan Kendaraan
Daerah Galian
Daerah Timbunan

Lapisan Perkerasan
Tanah Dasar Lapisan Pondasi Atas
Lapisan Pondasi Bawah

(b)
2.2 PARAMETER PERENCANAAN GEOMITRIK JALAN
A. Kendaraan rencana :jnis kendaran yang domonan memakai jalan tersebut
B. Kecepatan rencana : Kecepatan yang dipilih untuk kepentingan perencanaan setiap bagian
jalan raya/kecepatan maksimal yang diijinkan. Faktor yang mempengaruhi : a) Keadaan
Medan (datar/0-9.9 % ; perbukitan /10-24,8% Pegunungan/>25% ) b) Sifat dan penggunaan
C. Karakteristik Kendaraan (berdasarkan fisik dan fungsi)
D. Reaksi pengemudi ( P I E V) ; Perception/persepsi , intellection/pertimbangan, emotion,
volution/tindakan
E. Karakteristik volume lalu lintas : satuan dalam SMP
F. Volume Lalu lintas
G. Kapasitas : kemampuan suatu jalan menerima beban lalu lintas/jumlah kendaraan maksimal yg
dapat melewati suatu penampang melintang jalan pada jalur jalan selama satu jam dg kondisi
serta arus lalulintas tertentu
H. Tingkat pelayanan jalan ( A s/d C)
A : arus lalu lintas bebas tanpa adanya hambatan
Kecepatan merupakan pilihan pengemudi
B : Arus Lalu lintas msh dalam keadaan stabil
Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalulintas
C : Arus Lalu lintas msh dalam keadaan stabil
Kecepatan sdh dipemgaruhi oleh volume
D :Arus sdh tidak stabil, perub volum LL dipengaruhi kecepatan
E : Arus tdk stabil, sering macet, volume sama dengan kapasitas
F : arus lalu lintas tertahan pd kecepatan rendah, sering macet, arus LL rendah
Faktor Konversi Terhadap SMP
Jenis kendaraan Faktor
Sepeda motor 0,5
Mobil penumpang 1,0
Truk Ringan < 5 t 2,0
Truk Sedang ( 5-10 t) 2,5
Bus 3,0
Truk berat 3,0
2.2.1. Lalu lintas
• Kerusakan perkerasan sangat/lebih dominant dipengaruhi oleh
lalulintas, baik besar ataupun jumlah repetisi beban sumbunya,
dibanding pengaruh aging/waktu (Sugeng wiyono, Phd thesis 2006)
• Selain beban sumbu, konfigurasi roda dan sumbu juga tekanan ban
mempengaruhi kinerja bg atas konstruksi perkerasan (peattie, 1978)
• Yang diperlukan dalam perencanaan adalah analisa lalu lintas saat
ini dan perkiraan faktor pertumbuhan lalulintas selama umur
rencana.
• Analisa lalulintas meliputi
a. Jumlah/volume kendaraan yg akan memakai jalan
b. Jenis kendaraan
c. Konfigurasi sumbu
d. Beban masing-masing sumbu kendaraan
• Perkiraan pertumbuhan lalulintas
a. Berdasarkan atas analisa ekonomi dan sosial daerah setempat
b. Data-data survey lalulintas
c. Keakuratan data pertumbuhan LL sulit didapatkan
2.2.2. Volume lalulintas
• Jumlah kendaraan yg melewati satu titik pengamatan selama satu
satuan waktu
a. kendaraan/hari/2arah (jln 2 arah tidak terpisah)
b. kendaraan/hari/1 arah (jln 1 arah atau 2 arah terpisah)
• Dilakukan pada kondisi yang bisa representative selama 24 jam(
hari jumat sabtu minggu senin), sehingga didapatkan LHR (lalu-
lintas Harian Rata-rata)
• Perhitungan dilakukan baik secara manual maupun dengan alat.
• Untuk kebutuhan perencanaan yang diperlukan :
a. LHR rata-rata
b. Data masing jenis/tipe (jumlah, kecepatan, kondisi muatan/tidak, )
c. Komposisi arus lalu lintas
d. Distribusi arah untuk jalan 2 jalur
• Syarat-syarat pos pengamatan adalah
a. Pada lokasi lurus
b. tempat yang tidak terganggu dg LL lokal
c. tidak dekat dg persimpangan
KENDARAAN STANDARD
MENURUT KLASIFIKASI MST
MST 8 TON
1. Truk 2 Sumbu

2. Truk 3 Sumbu

3. Truk Gandengan 6 Sumbu

CATATAN : MST B= Muatan Sumbu terbesar 8 ton = Beban Maksimum single axle dual wheel 8 ton
- Axle Load yang lain untuk setiap klasifikasi MST dihitung dengan “Damage Facyor”
Yang hasilnya seperti terlihat pada gambar
Notasi Axle : 1 = Single axle – Single wheel
2 = Single axle – dual wheel
2.2 = Tandem axle – dual wheel
2.2.2 = Triple axle – dual wheel
Distribusi Beban Sumbu Dari Berbagai Jenis Kendaraan
TYPE KENDARAAN DAN DISTRIBUSI BEBAN SUMBU

NO TYPE KENDARAAN GAMBAR Berat Total Distribusi Beban Sumbu (Ton)


(Ton) Depan Belakang 1 Belakang 2 Belakang 3

UMUM
1. Kendaraan Ringan 2.00 1.00 1.00

2. Bus Kecil 6.00 2.04 3.96

3. Bus Besar 9.00 3.06 5.94

4. Truk 2 As 18.20 6.19 12.01

5. Truk 3 As 25.00 6.25 18.75

6. Truk Gandengan/ Trialer 42.00 7.56 11.76 22.68

ANGKUTAN KAYU

1. Truk 2 As 3.38 14.82

2. Truk 3 As 4.57 27.33

3. Truk Gandengan/ Trialer 5.36 17.70 21.30


Tabel Koefisien Distribusi

Jumlah Lajur Kendaraan Ringan Kendaraan Berat


Berat Tot < 5 ton Berat tot > 5 ton
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur (L<5.5 m) 1.00 1.00 1.00 1.00
2 lajur (5.5 m < L <8.25m) 0.60 0.50 0.70 0.50
3 lajur (8.25 m < L<11.25m) 0.40 0.40 0.50 0.475
4 lajur (11.25 m<L<15.00m) 0.30 0.45
5 Lajur (15.0 m < L<18.75m) 0.25 0.425
6 lajur ( 18.75 m< L < 22.0m) 0.20 0.40
Jalur dan lajur serta berbagai type kendaraan
RIGID-CHASIS COMMERSCIAL VEHICLES ARTICULATED COMMERCIAL VEHICLES

1.1 Single tyres on front and rear 1.1-1 Single tyres on both axles
axles of tractor
Single tyres on axle of
trailer

1.2 Single tyres on front axles 1.1-11 Single tyres on both axles
Twin tyres on rear axle of tractor
Single tyres on both axles
of trailer

1.11 Single tyres on front axles 1.1-22 Single tyres on both axles
Single tyres on rear axles of tractor
Two rear axles Twin tyres on both axles of
trailer

1.22 Single tyres on front pair of 1.2-1 Single tyres on front axle of
axles tractor
Twin tyres on rear pair of Twin tyres on rear axle of
axles tractor
Single tyres on axle of
trailer

11.1 Single tyres on front pair of 1.2-11 Single tyres on front axle of
1 axles tractor
Single tyres on rear pair of Twin tyres on rear axle of
axles tractor
Single tyres on both axles
of trailer

11.2 Single tyres on front pair of 1.2-2 Single tyres on front axle of
axles tractor
Twin tyres on rear axle Twin tyres on rear axle of
tractor
Twin tyres on axles of
trailer

11.2 Single tyres on front pair of Single tyres on front axle of


2 axles tractor
Twin tyres on rear pair of Twin tyres on rear axle of
axles 1.2-22 tractor
Twin tyres on both axles of
trailer

TRAILERS

+1.1 Single tyres on both axles 1.22-2 Single tyres on front axle of
tractor
Twin tyres on both rear axle
of tractor
Twin tyres on rear axles of
trailer

+1.2 Single tyres on front axle 1.22- Single tyres on front axle of
Twin tyres on rear axle 22 tractor
Twin tyres on both rear axle
of tractor
Twin tyres on both axles of
trailer

+2.2 Twin tyres on both axles 1.22- Single tyres on front axle of
111 tractor
1.22- Twin tyres on rear axle of
222 tractor
Single/Twin tyres on axles
of trailer
2.3. Jarak Pandangan

Adalah panjang bg jalan di depan pengemudi yg dpt dilihat dengan jelas.


Diukur dari tempat mengemudi
Manfaat :
1. Menghindari tabrakan
2. Penempatan rambu-rambu

1. Jarak Pandangan Henti


Panjang bagian jalan yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan
kendaraannya
Terdiri dari :
D1 : Jarak yg ditempuh saat melihat sampai menginjak rem (m)
D2 : Jarak yg ditempuh sampai berhenti setelah menginjak rem (m)

Rumus yang dipakai :

a. Untuk jalan datar


b. Untuk jalan landai (tanjakan/turunan)
V : Kecepatan rencana (km/jam)
m : beda kecepatan kendaraan yang menyiap dan disiap/dipotong (15
km/jam)
t2 = 6,56 + 0,048 V
D3 = Jarak kebebasan
D4 = jarak yang ditempuh kendaraan dari arah depan
Asumsi :
a. Kendaraan yang disiap kecepatan tetap
b. Kecep kendaraan menyiap > kendaraan yg disiap
c. Apabila start terlambat pada saat menyiap harus kembali ke jalur
d. Pada saat kembali kejalur semula perlu jarak dengan kendaraan
yang datang
Ketentuan mengukur jarak pandangan :
a. Jarak pandangan henti : tinggi mata 100 cm, tinggi objek 10 cm
b. Jarak pandangan menyiap : tinggi mata 100 cm, tinggi objek
100cm
III. PERENCANAAN JALAN

Tahapan perencanaan jalan meliputi :


1. Penentuan Trase
2. Penentuan stasiun
3. Perenc potongan memanjang dan
melintang
4. Perhitungan volume pekerjaan tanah
(galian dan timbunan)
5. Perencanaan perkerasan
6. Perhitungan RAB
3.1 Penentuan Trase Jalan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
• Topografi
Permasalahan pada daerah perbukitan, lembah sungai/danau. Hal ini
dapat mengakibatkan tidak ekonomisnya trase jalan
• Geologi & kondisi tanah
Daerah patahan, daerah bergerak, daya dukung tanah, tinggi muka air
tanah, akan mempengaruhi trase jalan yang dubuat
• Tataguna Lahan
Merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan jalan
Misalkan : daerah pemukiman, perindustrian, pertanian dll. Hal ini
menyangkut terhapap pembebasan lahan, serta tujuan pembuatan jalan.
• Lingkungan
Pembangunan yang berwawasan lingkungan
Dalam perencanaan trase jalan perlu dilakukan studi AMDAL
3.2. Penentuan Stasiun
• Untuk menentukan panjang suatu ruas jalan
• Untuk menentukan titik-titik penting
• Kriteria penentuan :
a. Untuk daerah datar jarak patok 100 m
b. Untuk daerah perbukitan 50 m
c. Untuk daerah pegunungan 25 m
d. Untuk daerah lengkung, lebih pendek sesuai dengan keperluan
ketelitiannya

3.3. Perenc potongan memanjang dan


melintang
Potongan memanjang
• Skala horisontal 1 : 1000 atau 1 : 2000 ; skala vertikal 1 : 100
• Digambarkan langsung pada hasil pengukuran
• Didasarkan pada hasil hitungan alinyemen vertikal
Potongan melintang
• Lebar perkerasan
• Lebar bahu
• Lebar saluran
• Lereng melintang perkerasan
• Lereng melintang bahu
• Jenis dan tebal lapisan perkerasan
3.4. Perhitungan galian dan timbunan

• Didasarkan pada gambar alinemen vertikal dan horisontal


• Langkah-langkah perhitungan
a. Penentuan stasioning dari alinemen horisontal
b. Gambar profil memanjang (alinemen vertikal), memberikan
gambaran tinggi muka tanah asli dg tinggi muka perkerasan
c. Gambar profil melintang pada titik stasiun, didapat luas
penampang galian dan timbunan
d. Hitung volume galian dan timbunan dengan mengalikan luas
penampang dengan jarak patok.
IV. ALINYEMEN

4.1. ALINYEMEN HORISONTAL


4.1.1 Perencanaan tikungan
4.1.2 Tikungan gabungan dan tikungan balik
4.1.3 Superelevasi
4.1.4 Pelebaran pada tikungan
4.2. ALINYEMEN VERTIKAL
4.1 Alinyemen Horisontal
Gaya gesek antara ban dg permukaan jln
Koef gesek f = -0.00065.V+0.192
f =-0.00125.V+0.24
Gaya sentrifugal dpt diimbangi
Dalam batas keamanan & kenyamanan

Untuk mengimbangi gaya setrifugal, dengan cara membuat kemiringan melintang jalan
Kemiringan melintang pada lengkung horisontal dinamakan superelevasi
Jari-jari lengkung (R)

• Dari Rumus (e+f) = V²/127. R


• Didapatkan Rmin = V² / 127.(emak + f mak )
• Rmin adalah nilai batas perencanaan,R rencana > R min
• Besaran superelevasi :
a. Untuk daerah licin e mak = 8 %
b. Daerah perkotaan e mak = 4 – 6 %
c. Daerah persimpangan e mak serendah mungkin
d. Menurut Bina Marga, Jalan luar kota Vrencana > 30
km/jam e mak 10%, jalan dalam kota e mak 6%
4.1.1 Perencanaan Tikungan
Bentuk tikungan : Full Circle, Spiral-Spiral, Spiral-Circle-Spiral

Full Circle (lingkaran penuh)


Spiral-Circle-Spiral

Spiral merupakan lengkung


Peralihan dari lurus (tangen)
Ke lingkaran (circle).

Pada saat melaju didaerah spiral


Maka terjadi perubahan gaya sen
Trifugal mulai 0 ke F = m.V² / R.Ls
Gambar Gemitrik jalan
Alinemen vertikal
Gambar Distribusi Kecepatan mobil luar kota
Panjang lekung vertikal cekung minimum
Superelevasi yang dianjurkan
Lengkung Peralihan
Jarak pandangan henti pada tikungan
Jenis kereb
Contoh Interchange di Cina
Sub Way
Jalan tidak aman

Anda mungkin juga menyukai