Anda di halaman 1dari 15

Strategi Pemuliaan Kelapa Sawit

di Lahan Sub Optimal


Nama Kelompok 4:
Chella Regina Pridiyanthi 170301036
Yahdi Putra Tama 170301039
Ronaldo Caroll Surbakti 170301042
Tasya Nahdah 170301044
Grace Meyliana Pasaribu 170301051
PENDAHULUAN
Perkembangan perkebunan kelapa sawit
mengakibatkan lahan mineral semakin berkurang.
Untuk mengimbangi kebutuhan lahan akibat
keberadaan lahan mineral yang terbatas, maka
alternatif pilihan adalah dengan memanfaatkan
lahan suboptimal.
Lahan suboptimal adalah lahan yang telah
mengalami degradasi atau lahan yang mempunyai
tingkat kesuburan yang rendah sehingga tidak dapat
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Lahan suboptimal terdiri dari tanah mineral dan
tanah rawa.
Untuk memacu produktivitas, Sinaga
(2008) menjelaskan strategi yang dapat
dikembangkan di lahan kering adalah
memberikan input yang tinggi dengan
memanipulasi lahan, tujuannya agar sesuai
untuk pertumbuhan tanaman dan
menggunakan varietas tanamanyang adaptif
terhadap kondisi lahan kering.
STRATEGI PEMULIAAN KELAPA SAWIT SECARA
KONVENSIONAL
•Metode Seleksi
Pewarisan sifat yang rendah untuk
beberapa karakteristik (terutama produksi
tandan) mengakibatkan proses seleksi tidak
efektif, maka untuk mengevaluasi suatu famili
kelapa sawit dapat diestimasi secara akurat
dengan memperhatikan nilai Daya Gabung
Umum (DGU) tetua tetuanya. Nilai nilai dapat
diestimasi dari hasil evaluasi progeni
persilangan dura x pisifera, dengan catatan
skema penyilangan.
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis data
didapatlah nilai DGU hingga nilai fenotipik individu.
Nilai-nilai inilah yang dijadikan acuan untuk
menentukan hasil seleksi baik ditingkat famili
maupun ditingkat individu.
Dalam dan seleksi ada beberapa karakter
yang perlu di amati yaitu karakter generatif berupa
produksi, karakter vegetatif berupa kecepatan
meninggi dan panjang pelepah dan Analisa tandan
(minyak) berupa produksi minyak dan oil extract
rendement (OER).
Karakter tersebut dianggap penting karena riset
pemuliaan kelapa sawit Indonesia pada umumnya ditujukan
untuk menghasilkan bahan tanaman kelapa sawit unggul yang
memiliki produktivitas tinggi dan memiliki karakteristik sekunder
spesifik seperti kualitas minyak dan fenologi.

Menurut Breure & Verdooren (1995) dalam bukunya


menjelaskan data Produksi, Analisa dan tinggi tanaman
diperlukan untuk memperoleh karakteristik seleksi.

Data-data berikut diperoleh dari data rata-rata progeni-


progeni berdasarkan kriteria seleksi. Progeni-progeni tersebut di
kelompokkan berdasar origin tetua pisiferanya sehinngga
membentuk varietas. Varietas Sriwijaya 1 berasal dari origin
Nigeria, varietas Sriwijaya 1 berasal dari origin Nigeria, varietas
Sriwijaya 2 berasal dari origin Ghana, varietas Sriwijaya 3 berasal
dari origin Ekona, varietas Sriwijaya 4 berasal dari origin Avros
varietas Sriwijaya 5 berasal dari origin Dami dan varietas
Sriwijaya 6 berasal dari origin Yangambi.
Karakter Generatif
Pengamatan karakter generatif merupakan
proses pencatatan data karakter-karakter yang
berhubungan dengan reproduksi dan potensi
hasil tanaman. Pengamatan ini merupakan
indikator suatu tanaman dinyatakan memiliki
produktivitas yang tinggi. Pada observasi ini
karakater pengamatan yang digunakan untuk
menilai produktivitas adalah jumlah tandan
(tandan/tahun), berat tandan (kg/tandan) dan
produksi (ton/ha).
Berdasarkan data produksi varietas yang memiliki rata-rata produksi tertinggi adalah
varietas Sriwijaya 1 yaitu 32,20 ton/ha dengan jumlah tandan rata-rata 19
tandan/tahun dan rata-rata berat tandan 11,5 kg. Produksi terendah adalah varietas
Sriwijaya 6 yaitu 29,50 ton/ha dengan jumlah tandan rata-rata 17 tandan/tahun dan
rata-rata berat tandan 12,2 kg.
PENGADAAN BAHAN TANAMAN SECARA
KONVENSIONAL
Proses Produksi Tepung Sari
 Inspeksi bunga jantan, Kegiatan inspeksi bunga jantan oleh petugas
meliputi pengamatan apakah ada bunga jantan muda, ada bunga
untuk dibungkus, ada bunga yang sudah dibungkus, ada bunga yang
bisa dipanen, serta ada bunga yang sudah dipanen.
 Pembungkusan bunga jantan minimal dilakukan 10 hari sebelum
anthesis. Pada waktu tersebut ujung bunga jantan masih belum
membuka dan masih berupa kuncup. Bunga jantan dibungkus
dengan bagging (sarung pembungkus).
 Panen bunga jantan, panen dilakukan pada saat bunga mulai mekar
ditandai dengan terbukanya kelopak bunga, keluarnya tepung sari dari
sebagian spikelet bunga sekitar 60-70% dan tercium bau yang spesifik.
Pemanenan dilakukan sekitar 10-15 hari setelah pembungkusan.

 Persiapan tepung sari. Tepung sari yang telah dipanen disimpan selama 3
jam diruang dingin (air conditioned room) untuk dikeringkan, karena
tandan yang baru dipanen biasanya basah akibat penguapan yang terjadi.
Digantung dengan posisi bagian tangkai di atas dan bagian kantong
penampung tepung saridi bawah dalam keadaan masih
terbungkus,kemudian dipukul-pukul untuk memisahkan tepung sari dari
spikelet.
Metode Pemuliaan Kelapa Sawit
• RRS (Recurrent Reciprocal Selection)
Penggunaan RRS diilhami oleh Comstock dan Robinson (1949) yang
memperkenalkan alat bantu seleksi dengan sasaran utama meningkatkan
alel-alel bermanfaat, mempertahankan keragaman genetik, dan
mengeksploitasi heterosis. Penggunaan metode RRS untuk memperbaiki
produktivitas minyak tanaman kelapa sawit.
• FIPS (Family and Individual Palm Selection)
Prosedur pemuliaan yang lain adalah dengan menerapkan
strategi seleksi yang didasarkan pada seleksi famili dan individu, yang
lazim disebut Family and Individual Palm Selection (FIPS). Tujuan
utama dari penggunaan FIPS adalah untuk memperbaiki produksi CPO.
Prosedur seleksi ini juga dilakukan untuk memperbaiki sifat sekunder,
seperti pertumbuhan meninggi yang lambat. Keberadaan varietas yang
mengandung CPO tinggi dan mempunyai pertumbuhan meninggi yang
lambat diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi kelapa sawit.
• Biak Sel dan Jaringan
Peningkatan produksi minyak kelapa sawit per satuan luas
areal juga dapat dilakukan dengan menggunakan material kelapa sawit
klonal hasil kultur jaringan. Pengembangan klon melalui teknologi
kultur jaringan ini masih terus dilakukan. Hasil pengamatan di lapang
pada percobaan PPKS menunjukkan bahwa tanaman klon asal kultur
jaringan mampu menghasilkan tandan buah segar (TBS) 30-40% lebih
tinggi
• Silang Balik (Backcross).
Backcross merupakan prosedur umum yang
digunakan untuk mentransfer karakter-karakter
spesifik dari satu spesies ke spesies lainnya. Saat ini
dikenal dua spesies utama pada kelapa sawit: E.
guineensis yang berasal dari Afrika dan E. Oleifera
yang berasal dari Amerika.
• Marker-Assisted Selection (MAS).
Untuk memecahkan kendala inefisiensi
program pemuliaan diperlukan pendekatan baru
dengan sasaran memperpendek siklus seleksi. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menggabungkan teknologi marka molekuler ke
dalam kegiatan seleksi, atau lazim disebut marker-
assisted selection (MAS).

Anda mungkin juga menyukai