Anda di halaman 1dari 76

PERANAN PETUGAS SANITASI DALAM

PELAKSANAAN AKREDITASI
DI RUMAH SAKIT

Oleh : Irawan Cendra Wanto, S.KM

Disampaikan dalam Seminar Kesehatan Lingkungan


‘Implementasi & Dokumentasi Kegiatan Sanitasi Dalam Pengelolaan Lingkungan
Di Fasyankes Dalam Menunjang Akreditasi’
Surabaya, 24 Pebruari 2018
TUJUAN KEGIATAN
1. Peserta memahami tentang klausul akreditasi yang
terkait dengan kegiatan sanitasi di rumah sakit
2. Peserta dapat mempersiapkan beberapa hal yang
terkait dengan kegiatan sanitasi dalam akreditasi
di rumah sakit
3. Peserta dapat mengimplementasikan kegiatan
sanitasi yang mendukung akreditasi di rumah sakit
4. Peserta dapat sukses dalam pemenuhan akreditasi
di rumah sakit terkait dengan kegiatan sanitasi

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 2


Standard
Akreditasi RS

MFK (Manajemen
PPI (Pencegahan AKTIVITAS Keselamatan &
& Pengendalian
Infeksi) SANITASI Fasilitas)

KEBIJAKAN Rumah Sakit

PEDOMAN RS / Unit Kerja

PANDUAN Unit Kerja

SPO Instruksi Kerja


Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 3
GAMBARAN UMUM PPI

Tujuan pengorganisasian program


PPI adalah mengidentifikasi dan
menurunkan risiko infeksi yang
didapat dan ditularkan.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 4


PPI
9 FOKUS
AREA

107 ELEMEN
29 STANDAR
PENILAIAN
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 5
FOKUS AREA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)

• Kepemimpinan dan Tata Kelola (PPI 1; 2)


1.

• Sumberdaya (PPI 3; 4)
2.

• Tujuan Program PPI (PPI 5; 6; 6.1; 6.2 )


3.

• Peralatan Medis dan Alat Kesehatan Habis Pakai ( PPI 7;


4. 7.1;7.2;7.2.1;7.2.2;7.3;7.3.1)

• Limbah Infeksius (PPI 7.4; 7.4.1;7.5)


5.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 6


FOKUS AREA
P P I, LANJUTAN

• Pelayanan Makanan (PPI 7.6)


6.

• Risiko Konstruksi (PPI 7.7)


7.

• Transmisi Infeksi (PPI 8; 8.1;8.2;8.3; 9;9.1)


8.

• Peningkatan Mutu dan Program Edukasi (PPI 10; 11)


9.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 7


A. Elemen Penilaian PPI (Pencegahan & Pengendalian Infeksi)
Elemen Penilaian PPI.4
 Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan standar sanitasi dan kebersihan lingkungan dari
badan-badan nasional atau lokal
Elemen Penilaian PPI 7.4.
 Pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh dikelola untuk meminimalisasi risiko penularan.
 Penanganan dan pembuangan darah dan komponen darah dikelola untuk meminimalisasi risiko penularan
Elemen penilaian PPI 7.5.
 Benda tajam dan jarum dikumpulkan pada wadah yang khusus yang tidak dapat tembus (puncture proof)
dan tidak direuse.
 Rumah sakit membuang benda tajam dan jarum secara aman atau bekerja sama dengan sumber-sumber
yang kompeten untuk menjamin bahwa wadah benda tajam dibuang di tempat pembuangan khusus untuk
sampah berbahaya atau sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Elemen Penilaian PPI 7.6
 Sanitasi dapur dan penyiapan makanan ditangani dengan baik untuk meminimalisasi risiko infeksi
Elemen Penilaian PPI 7.7
 Rumah sakit menggunakan kriteria risiko untuk menilai dampak renovasi atau pembangunan (kontruksi)
baru.
 Risiko dan dampak renovasi atau kontruksi terhadap kualitas udara dan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi dinilai dan dikelola

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 8


Standar PPI.4

Pimpinan rumah sakit menyediakan

sumber daya untuk mendukung

pelaksanaan program PPI

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 9


Maksud dan tujuan PPI. 4

Untuk melaksanakan program PPI, diperlukan sumber daya yang

memadai. Sumber daya tersebut meliputi:

Tenaga, Anggaran, Fasilitas dan Sumber Informasi/referensi yang

diperlukan.

Untuk menerapkan program PPIRS diperlukan anggaran, karena


itu rumah sakit WAJIB menyediakan anggaran sesuai dengan
kebutuhan. Rumah sakit MENJAMIN tersedianya anggaran yang
cukup untuk melaksanakan program PPI dengan efektif.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 10


Maksud Dan Tujuan PPI.4,lanjutan

Sumber informasi dan referensi terkini dapat diperoleh dari sumber


nasional maupun internasional misalnya dari:
a) United States Centers for Disease Control and Prevention (USCDC)
b) World Health Organization (WHO) dan organisasi lain yang
dapat memberikan informasi tentang “evidence based practice
and guidelines”
c) Berbagai publikasi dan penetapan standar oleh organisasi
profesi bidang kesehatan lingkungan dan kebersihan rumah
sakit.
d) Pedoman dari pemerintah yang memuat praktik pencegahan
infeksi terkait layanan klinis dan layanan penunjang.
e) Peraturan perundang-undangan, terutama yang berkaitan
dengan ledakan (outbreak) penyakit infeksi dan ketentuan
pelaporan lainnya.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 11


Elemen Penilaian PPI.4

1. Tersedia anggaran yang cukup untuk menunjang


pelaksanaan program PPI. (R)

2. Tersedia fasilitas yang cukup untuk menunjang


pelaksanaan program PPI (O,W)

3. Rumah sakit mempunyai sistem informasi untuk


mendukung program PPI, khususnya terkait dengan
data dan analisis angka infeksi. (D,O,W)

4. Rumah sakit menyediakan sumber informasi dan


referensi terkini yang dapat diperoleh dari a) sampai
dengan e) di maksud dan tujuan. (D,O,W)
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 12
KEBERSIHAN LINGKUNGAN
 Membuat Kebijakan ttg Kebersihan Lingkungan
 Membuat Panduan Kebersihan
 Membuat Proker Kebersihan
 Mmebuat Standarisasi Sarpras Kebersihan
 Membuat SPO Kebersihan
 Melakukan Koordinasi & Sosialisasi Program
Kebersihan
 Melaksanakan monev Kebersihan
 Membuat Laporan kepada Pimpinan
Standar PPI. 7.4

Rumah sakit mengurangi risiko


infeksi melalui pengelolaan
limbah infeksius dengan benar

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 14


Standar PPI. 7.4.1
Rumah sakit menetapkan pengelolaan
kamar mayat dan kamar bedah mayat
sesuai peraturan perundang-undangan

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 15


Maksud dan tujuan PPI. 7.4 dan PPI. 7.4.1

Setiap hari rumah sakit banyak menghasilkan limbah,


termasuk limbah infeksius. Pembuangan limbah infeksius
dengan tidak benar dapat menimbulkan risiko infeksi di
rumah sakit (lihat juga AP.5.3.1 dan MFK.5.1).
Hal ini nyata terjadi pada pembuangan cairan tubuh dan
material terkontaminasi dengan cairan tubuh,
pembuangan darah dan komponen darah, dan
pembuangan limbah dari daerah kamar mayat dan kamar
bedah mayat (post mortem) (lihat juga AP.5.3.1).
Pemerintah mempunyai regulasi terkait dengan
penanganan limbah infeksius dan limbah cair, rumah sakit
diharapkan melaksanakan ketentuan tersebut sehingga
dapat mengurangi risiko infeksi di rumah sakit.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 16


Maksud dan tujuan PPI. 7.4 dan PPI. 7.4.1

Rumah sakit menyelenggaraan pengelolaan


limbah dengan benar untuk meminimalkan risiko
infeksi melalui kegiatan sebagai berikut :
a) pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius
b) penanganan dan pembuangan darah serta
komponen darah
c) pemulasaraan jenazah dan bedah mayat
d) pengelolaan limbah cair
e) pelaporan pajanan limbah infeksius

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 17


Elemen Penilaian PPI. 7.4

1. Ada regulasi tentang pengelolaan limbah rumah sakit untuk


meminimalkan risiko infeksi yang meliputi a) sampai dengan e)
di maksud dan tujuan. (R)

2. Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius sesuai regulasi


dan dilaksanakan monitoring, evaluasi dan tindak lanjutnya.
(D,O,W)

3. Penanganan dan pembuangan darah serta komponen darah


sesuai regulasi dan dilaksanakan monitoring, evaluasi dan
tindak lanjutnya. (D,O,W)

4. Pengelolaan limbah cair sesuai regulasi. (D,O,W)

5. Pelaporan pajanan limbah infeksius sesuai regulasi dan


dilaksankan monitoring, evaluasi dan tindak lanjutnya. (D,O,W)
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 18
Elemen Penilaian PPI. 7.4

6. Ada bukti penanganan (handling) dan pembuangan darah dan

komponen darah sudah dikelola sesuai peraturan perundang-

undangan. (O,W)

7. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring terhadap

kegiatan a) sampai dengan e) di maksud dan tujuan. (D,O,W)

8. Bila pengelolaan limbah dilaksanakan oleh pihak luar rumah

sakit harus berdasarkan kerjasama dengan pihak yang memiliki

izin dan sertifikasi mutu sesuai peraturan perundang-undangan.

(D,O,W) (lihat MFK.5.1 EP 4)

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 19


Elemen Penilaian PPI. 7.4.1

1. Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat sesuai


regulasi (D,O,W)

2. Ada bukti kegiatan kamar mayat dan kamar bedah


mayat sudah dikelola sesuai peraturan perundang-
undangan (O,W)

3. Ada bukti pelaksanaan monitoring dan evaluasi


dan tindak lanjut kepatuhan prinsip-prinsip PPI,
sesuai peraturan perundang - undangan. (D,W )

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 20


Standar PPI. 7.5

Rumah sakit menetapkan

pengelolaan limbah benda tajam

dan jarum secara aman

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 21


Maksud dan tujuan PPI. 7.5

Salah satu bahaya luka karena tertusuk jarum


suntik adalah terjadi penularan penyakit melalui
darah (blood borne diseases)
Pengelolaan limbah benda tajam dan jarum yang
tidak benar merupakan kekhawatiran staf
terhadap keamanannya.
Kebiasaan bekerja sangat mempengaruhi
timbulnya risiko menderita luka dan
kemungkinan terpapar penyakit secara potensial.
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 22
Maksud dan tujuan PPI. 7.5
Identifikasi dan melaksanakan kegiatan praktek
beradasar bukti sahih (evidence based) menurunkan
risiko luka karena tertusuk jarum dan benda tajam.
Rumah sakit perlu mengadakan edukasi kepada staf
bagaimana mengelola dengan aman benda tajam dan
jarum.
Pembuangan yang benar adalah dengan
menggunakan wadah menyimpan khusus.
Safety box untuk limbah benda tajam dan atau
Sharp container untuk jarum yang dapat ditutup,
anti tertusuk, anti bocor baik di dasar maupun di sisi
nya sesuai peraturan perundangan.
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 23
Maksud dan tujuan PPI. 7.5

Rumah sakit menetapkan regulasi yang memadai


mencakup :
a) semua tahapan proses,
b) termasuk identifikasi jenis dan
penggunaan wadah secara tepat,
pembuangan wadah, dan surveilans proses
pembuangan. (Lihat juga ARK.6)
c) laporan tertusuk jarum dan benda tajam

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 24


Elemen Penilaian PPI. 7.5

1. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pengelolaan

benda tajam dan jarum untuk menurunkan cedera dan

mengurangi risiko infeksi yang meliputi a) sampai dengan c)

yang ada di maksud dan tujuan. (R )

2. Benda tajam dan jarum sudah dikumpulkan, disimpan di

wadah yang tidak tembus, tidak bocor, berwarna kuning,

diberi label infeksius dan dipergunakan hanya sekali pakai

sesuai peraturan perundang- undangan. (O,W)

3. Pengelolaan benda tajam dan jarum dilaksanakan sesuai

regulasi. (O,W)

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 25


Elemen Penilaian PPI. 7.5

4. Bila pengelolaan benda tajam dan jarum dilaksanakan oleh pihak

luar rumah sakit harus berdasarkan kerjasama dengan pihak yang

memiliki izin dan sertifikasi mutu sesuai peraturan perundang-

undangan. (D,O,W)

5. Ada bukti adanya data dokumen limbah benda tajam dan jarum. (lihat

juga di PPI 7.2). (D,W)

6. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring oleh IPCN terhadap

pengelolaan benda tajam dan jarum sesuai prinsip PPI, termasuk bila

dilaksanakan pihak luar rumah sakit. (D,O,W)

7. Ada bukti pelaksanaan monitoring kepatuhan prinsip-prinsip PPI.

(D,W) Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 26


Standar PPI. 7.6
Rumah sakit mengurangi risiko
infeksi terkait penyelenggaraan
pelayanan makanan

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 27


Elemen Penilaian PPI. 7.6

1. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pelayanan makanan


di RS yang meliputi a) sampai dengan b) yang ada di maksud
dan tujuan. (R )

2. Ada bukti pelaksanaan yang penyimpanan bahan makanan,


pengolahan, pembagian/pemorsian dan distribusi makanan
sudah sesuai peraturan perundang - undangan. (O,W)

3. Ada bukti pelaksanaan penyimpanan makanan dan produk


nutrisi dengan memperhatikan kesehatan lingkungan meliputi
sanitasi, suhu, pencahayaan, kelembaban, ventilasi, keamanan
untuk mengurangi risiko infeksi. (O,W)

4. Ada bukti pelaksanaan monitoring kepatuhan prinsip-prinsip


PPI, sesuai peraturan perundang - undangan. (D,W )

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 28


RISIKO KONSTRUKSI

Standar PPI. 7.7

Rumah sakit menurunkan risiko infeksi pada fasilitas


yang terkait dengan pengendalian mekanis dan teknis
(mechanical dan enginering controls) serta pada saat
melakukan pembongkaran, konstruksi dan renovasi
gedung.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 29


Maksud Dan Tujuan PPI.7.7

Pembongkaran, konstruksi, renovasi gedung di area


mana saja di rumah sakit, dapat merupakan sumber
infeksi.
Pemaparan terhadap debu dan kotoran konstruksi,
kebisingan, getaran, kotoran dan bahaya lain dapat
merupakan bahaya potensial terhadap fungsi paru
paru dan terhadap keamanan staf serta pengunjung.
Rumah sakit meggunakan kriteria risiko untuk
menangani dampak renovasi danpembangunan
gedung baru, terhadap persyaratan mutu udara,
pencegahan dan pengendalian infeksi, standar
peralatan, syarat kebisingan, getaran dan prosedur
darurat (lihat juga, MFK.4)
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 30
Elemen Penilaian MFK (Manajemen Fasilitas dan Keselamatan)
Elemen Penilaian MFK 5
Rumah sakit perlu mempunyai regulasi yang mengatur :
 Daftar B3 & limbahnya yang meliputi jenis sesuai kategori
WHO dan peraturan perundangan, jumlah, dan lokasi;
 Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 dan limbahnya;
 Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi
tumpahan, atau paparan/pajanan;
 Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 dan limbahnya;
 Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan
insiden lainnya;
 Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya;
 Pengadaan/pembelian B3, pemasok (supplier) wajib melampirkan material
safety data sheet / lembar data pengaman (MSDS/LDP)
WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya dengan kategori
sebagai berikut :
a. Infeksius
b. Patologi anatomi
c. Farmasi
d. Bahan kimia
e. Logam berat
f. Kontainer bertekanan
g. Benda tajam
h. Genotoksik / sitotoksik
i. Radioaktif
Elemen Penilaian MFK 5.1
1. Rumah sakit memiliki regulasi untuk penyimpanan dan pengolahan
LB3 secara benar dan aman sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
2. Penyimpanan limbah B3 sudah mempunyai izin TPS B3 yang masih
berlaku dan sesuai dengan perundang – undangan
3. Rumah Sakit sudah mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dengan izin yang masih berlaku sesuai dengan peraturan
perundang – undangan
4. Rumah Sakit mempunyai Instalasi Pengolah B3 dengan izin yang
masih berlaku atau melakukan kerja sama dengan pihak ketiga
dengan izin sebagai transporter dan pengolah LB3 yang masih
berlaku sesuai dengan peraturan perundangan
PERUSAHAAN JASA PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS DI INDONESIA
NO NAMA ALAMAT PERUSAHAAN ALAMAT KEGIATAN
PERUSAHAAN
1. PT. Jasa Medivest Jl. Tubagus Ismail Depan No. 1A Jl. Inter Change Desa Dawuan
Lantai 3 Sekeloa Coblong Kota Bandung Provinsi Jawa Tengah, Kecamatan Cikampek
Barat Kabupaten Karawang
Jawa Barat
Telp/Fax: (0264) 8387712 8387714
2. PT. Tenang Jaya Jalan Raya Badami Desa Margakaya, Teluk Jambe Jalan Raya Badami Desa Margakaya, Teluk
Sejahtera Karawang Jambe Karawang

3. PT. Putra Restu Ibu Jl. Kedungsari, Dusun Kemiri RT 01/01 Desa Mojokerto, Provinsi Jawa Timur
Abadi Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Telp: 0321-362427
Fax : 0321-362163
4. PT. Pengelola Jalan Jend. Sudirman No. 15 Kelurahan Gunung Gunung Pasir RT. 001, Kuala Samboja,
Limbah Kutai Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kartanegara Kalimantan Timur, Telp/Fax (0542) 733336 / 735283 Kalimantan Timur

5. PT. Arah Menara Rajawali Lt. 7-1, Jl. DR Ide Anak Agung Gde Dusun Menjing RT. 002 RW. 005, Desa
Environmental Agung Lot. #5.1, Kawasan Mega Kuningan, Kuningan Kayu Apak, Polokarto, Sukoharjo, Jawa
Indonesia Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan 12950 Telp. 021- Tengah
29287150 ,Fax. 021-29557228

6. PT. Wastec Komplek Majapahit Permai Blok C, No. 109, Jakarta Jl.Australia II Kawasan Industri Barat
Cilegon, Desa Kotasari, Kecamatan pulo
merak, Ckota Cilegon

Sumber : www. Menlh.go.id


Elemen Penilaian MFK 9
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, keluarga pasien, pengunjung dan staf, sistem utilitas harus dapat
berfungsi efisien. Asuhan pasien rutin dan darurat, berjalan selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam
waktu 7 hari dalam seminggu. Jadi, kesinambungan fungsi utilitas merupakan hal esensial untuk memenuhi
kebutuhan pasien, termasuk listrik dan air harus tersedia selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam
waktu 7 hari dalam seminggu.

Elemen Penilaian MFK 9.1.


1. Rumah sakit mempunyai regulasi tentang inventarisasi, pemeliharaan, inspeksi dengan kriteria yang
ditentukan untuk sistem utilitas penting yang dilakukan secara berkala
2. Rumah sakit mempunyai daftar sistem utilitas di rumah Sakit dan daftar sistem utilitas penting
3. Sistem utilitas dan komponen telah diinspeksi secara teratur /berdasarkan kriteria yang disusun rumah
sakit
4. Sistem utilitas dan komponen diuji secara teratur berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan
5. Sistem utilitas dan komponen dipelihara berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan.
6. Sistem utilitas dan komponen diperbaiki bila diperlukan
Elemen Penilaian MFK 9.2.
1. mengidentifikasi peralatan, sistem, dan area yang memiliki risiko paling tinggi terhadap pasien dan staf
(sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang membutuhkan penerangan, pendinginan (lemari
es), bantuan hidup/Ventilator, dan air bersih untuk membersihkan dan sterilisasi alat)
2. menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 hari seminggu.
3. menguji ketersediaan dan kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih darurat /pengganti/backup
4. mendokumentasikan hasil-hasil pengujian
5. memastikan bahwa pengujian sumber alternatif air bersih dan listrik dilakukan setidaknya setiap
6 bulan atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan perundangan di daerah,
rekomendasi produsen, atau kondisi dari sumber listrik dan air. Kondisi dari sumber listrik dan
air yang mungkin dapat meningkatkan frekuensi dari pengujian mencakup :
 perbaikan sistem air bersih yang terjadi berulang-ulang
 sumber air bersih sering terkontaminasi
 jaringan listrik yang tidak dapat diandalkan
 pemadaman listrik yang tak terduga dan berulang-ulang

Standar MFK 9.3


RS melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah secara berkala sesuai dengan peraturan
perundang - undangan

a) Pelaksanaan monitoring mutu air bersih paling sedikit setiap 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan
kimia minimal setiap 6 bulan sekali atau lebih sering tergantung ketentuan peraturan perundang-
undangan, kondisi sumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan.
b) Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 bulan atau lebih sering tergantung peraturan perundang-
undangan, kondisi air limbah, dan hasil pemeriksaan air limbah terakhir. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan
c) Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap bulan, untuk menilai pertumbuhan
bakteri dan endotoksin. Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan
d) Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan melakukan perbaikan bila diperlukan.
Penanganan Bahan B3
Inventarisasi Bahan Berbahaya di Fasyankes
NO NAMA BAHAN SATUAN KERJA PEMAKAI
A BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MEDIS
DARI I.FARMASI
ANTISEPTIK DAN DISINFEKTAN
1 Alkohol 95 %
2 Alkohol 70 %
3 Formalin
4 Natrium hipoklorida
5 Microshields 2 dan Microshields 4
6 Povidone Iodine
7 Cidex ℗ OPA Solution
8 Presept Disinfectan Tablet
9 Phisohex
10 Wash bensin
11 Hidrogen Peroksida (H2O2)
12 Lysol/Karbol
OBAT-OBAT
13 Borax
OBAT KANKER
14 Obat-obat Kanker
REAGENSIA
15 Reagensia untuk Lab dan Farmasi
16 Aseton
17 Larutan Ammonia
18 Dietil eter
19 HCL Pekat 35 %
20 NaOH Crystal
21 KOH Crystal
22 H2SO4 (Asam Sulfat)
23 Phenol Crystal Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 36
MENYIAPKAN MSDS = Material Safety Data Sheet Di
Lokasi Kerja

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 37


Penyimpanan Bahan B3

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 38


Lemari Asam
(Penyimpanan Bahan B3)

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 39


Pemusnahan Limbah dg Pihak III

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 40


Alat untuk Penanganan Tumpahan B3 / Ceceran
Darah / Muntahan
SPO penggunaannya Di singkat
“SILOSEBEL “ :

SI- apkan Spill Kit & pakai APD


LO- kalisir tumpahan/muntahan
SE- rap tumpahan dengan koran
BE- ri desinfektan
L –ha…masukkan ke kantong
plastik kuning/ LB3

Code ORANGE

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 41


IMPLEMENTASI DALAM PENANGANAN
LIMBAH B3
Penanganan Limbah
Medis Sesuai dengan Standar
Permenkes No.
1204/Menkes/Per/XI/2004 dan
PermenLHK No.P56 Tahun 2015

Jarum suntik dibuang ke


dalam tempat khusus jarum
suntik [Sharp Container dan
atau Safety Box].
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 42
Dari mana limbah fasyankes?

43
PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS [sesuai PERMEN
LHK: P.56/Menlhk-Setjen/2015]

Pasal 5
Timbulan Limbah Medis Padat

Limbah Medis Padat dari ruang pelayanan

Non Daur Ulang Daur Ulang

Botol Infus bekas dan Bekas


Limbah Medis Tajam (Safety Box) Limbah Medis Lunak Limbah Beracun/Berbahaya Jirigen HD (Kantong Plastik
(Kantong Plastik Warna Kuning) (Kantong Plastik Warna Ungu) Warna Coklat)

Syringe, jarum suntik + Kapas, perban, selang darah, Botol-botol bekas Botol Infus bekas dan Bekas
spuilt, pecahan plester, kateter, kantung kemoterapi Jirigen HD
gelas/botol/ampul, lancet, transfusi darah/cairan, pembalut
catridge/silet wanita, lidi dan kapas, jaringan
tubuh, botol bekas Pengangkutan

Proses Pengolahan :
Pengangkutan Pengosongan, Pembersihan,
Pengangkutan
Desinfeksi, dan Pencacahan

Incinerator TPS Limbah B3


Proses Pengeringan dan Pewadahan

Pihak ke-3 Punya Legalitas


Residu Hasil Pembakaran Penanganan Limbah B3 (PT. PPLI) Pengiriman ke Industri
di Solidifikasi Daur Ulang

Sumber : PermenLHK P.56 Tahun 2015, Kepmenkes 1204 Tahun 2004


PROSES PENGELOLAAN
LIMBAH PADAT MEDIS TAJAM & NON TAJAM
Pewadahan Pengumpulan Pengangkutan

Incenerator/ MoU Pihak III

Pemusnahan

INCENERATO
R
PENGEMASAN & PEWADAHAN LB3

Sumber : PermenLHK P.56 Tahun 2015, Kepmenkes 1204 Tahun 2004


CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS YANG BENAR

1. Putar ujung atas 2. Gunakan kepang 3. Letakkan penutup


plastik untuk plastik untuk wadah dan tempat pada
membentuk kepang membentuk ikatan tempat penyimpanan
tunggal. tunggal. sementara (atau pada
lokasi pengumpulan
Dilarang mengikat internal).
dengan model “telinga
kelinci”.
Sumber : PermenLHK P.56 Tahun 2015
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 48
WADAH LIMBAH LABORATORIUM

Sumber : Permenkes No. 27 Tahun 2017


Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 49
LABEL LB3 PERINGATAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN

Isi pada label: PENGHASIL :


ALAMAT :
• nama limbah B3;
• identitas penghasil TELP : FAX :
limbah B3; NOMOR PENGHASIL :
• tanggal TGL. PENGEMASAN :
dihasilkannya KODE LIMBAH :
JENIS LIMBAH :
limbah B3 JUMLAH LIMBAH :
• tanggal SIFAT LIMBAH :
TGL. DITERIMA :
pengemasan limbah
B3. NO. MANIFES :
NO. PROFILE :
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 50
CONTOH PEMASANGAN SIMBOL DAN LABEL SESUAI
PERMEN LH 14/2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL
LIMBAH B3

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 51


Kewajiban Bagi Fasyankes (Penghasil LB3) Jika
Berkerjasama dng pihak Ke 3
1. Pihak penghasil wajib memiliki kontrak kerjasama dengan
perusahaan pengolah/pengumpul LB3.
2. Pihak Ke-3 (Pengolah LB3) wajib memilili izin pengolahan
LB3 dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
3. Pengangkutan LB3 (transporter) wajib memiliki ijin dari
Dirjend Perhubungan Darat dan masih berlaku serta cek
NOPOLnya (Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang
Khusus Untuk Mengangkut Barang Berbahaya)
4. Pihak transporter LB3 wajib memiliki Izin Rekomendasi
Pengangkutan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan
kehutanan (KLHK) dan masih berlaku

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 52


TEMPAT SAMPAH/LIMBAH INFEKSIUS
(Permenkes No. 27 tahun 2017 Ttg Pedoman PPI di Faskes)

 Berlambang Biohazard
 Harus tertutup
 Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
 Bersih dan di cuci setiap hari
 Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
 Jarak antar wadah/tempat sampah/limbah adalah 10-20
meter, diletakkan di ruang tindakan dan tidak boleh di
bawah tempat tidur pasien
 Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 53


PENGELOLAAN SAMPAH/LIMBAH INFEKSIUS
(Permenkes No. 27 tahun 2017 Ttg Pedoman PPI di Faskes)

 Limbah infeksius dan benda tajam dimusnahkan di


insinerator / disimpan ke TPSLB3 untuk diangkut /
2 hr oleh pihak III berjin KemenLHK RI.

 Limbah non infeksius (non medis) dibawa ke TPA

 Limbah faeces, urin, darah di buang ke tempat


pembuangan / pojok limbah (spoelhoek) yang
terhubung ke Instalasi Pengeolahan Air Limbah
(IPAL)

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 54


PENANGANAN LIMBAH BENDA TAJAM / PECAHAN KACA
(Permenkes No. 27 tahun 2017 Ttg Pedoman PPI di Faskes)

 Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam


 Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang
tempat
 Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang
tersedia, tahan tusuk dan tahan air serta tidak dibuka
lagi
 Selalu dibuang sendiri oleh si pemakai
 Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
(recapping)
 Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan
 Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung
tangan

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 55


Rekomendasi pengelolaan limbah B3
pada fasilitas kesehatan untuk negara berkembang
(Basel Action Network)
1. Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki kebijakan dan perencanaan
pengelolaan limbah B3
2. Pemilahan dan penempatan limbah B3 harus dilakukan dengan baik;
diperlukan pelatihan, standar operasi yang jelas, dan pengawasan
ketat.
3. Wadah yang memenuhi syarat ditempatkan di semua sumber limbah
B3 dengan volume dan jumlah memadai
4. Limbah tajam ditempatkan dalam wadah yang tahan tusuk, guna
mencegah infeksi pada petugas
5. Reduksi limbah: pengadaan obat dan bahan kimia dilakukan sesuai
kebutuhan dapat mengurangi volume limbah dari bahan kadaluwarsa
6. Diperlukan pelatihan tentang resiko limbah B3, pengelolaan yang
benar, dan pentingnya APD
7. Diperlukan investasi untuk pengadaan teknologi penanganan limbah
B3 ramah lingkungan
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 56
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 57
Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Di Faskes
(Permenkes No. 27 tahun 2017 Ttg Pedoman PPI di Faskes)
 Tidak dianjurkan melakukan fogging untuk kebersihan udara di ruangan pasien
 Pembersihan permukaan lantai dll dilakukan setiap hari dan bongkaran pada ruang rawat
inap dilakukan setiap 1 bulan atau sesuai dengan kondisi hunian ruangan
 Tidak direkomendasikan melakukan kultur permukaan lingkungan secara rutin kecuali bila
ada outbreak atau renovasi/pembangunan gedung baru
 Tidak dianjurkan menggunakan karpet, penempatan bunga segar, tanaman pot, bunga
plastik di R Perawatan
 Pembersihan permukaan lantai dengan klorin 0,05%, bila ada cairan tubuh menggunakan
klorin 0,5%
 Hindari penggunaan sapu ijuk dan yg sejenis (mencegah aerosolisasi kuman pathogen
penyebab infeksi saluran nafas), sebaiknya menggunakan mop terbuat dari microfiber
 Jarak antar tempat tidur > 1 m, bila memungkinkan 1,8 m
 Tiap kamar tersedia fasilitas Alcohol-Based Hand Rub (ABHR)
 Dianjurkan menggunakan vinyl dan tidak dianjurkan menggunakan lantai keramik dengan
nat di ruang rawat intensif dan IGD karena akan dapat menyebabkan mikroba
 Pengelolaan air yg digunakan di unit khusus (kamar operasi, HD, ICU (pasien dengan
kebutuhan air khusus) harus bisa mencegah perkembangan mikroba lingkungan (Legionella
sp, Pseudominas, jamur dll) dng Reverse Osmosis

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 58


Penyehatan Ruang Bangun

 Penyehatan ruang bangun RS adalah suatu upaya


menciptakan kondisi ruang bangun yg memenuhi
persyaratan kesehatan di lingkungan RS agar tdk
menimbulkan dampak negatif baik terhadap pasien,
petugas, maupun pengunjung

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 59


Perbedaan mendasar pengkondisian
udara RS dengan bangunan lain

 kebutuhan u/ membatasi pergerakan udara didalam &


antara berbagai ruangan.
 persyaratan khusus ventilasi dan filtrasi menghilangkan
kontaminasi bau, mikroorganisme udara, kimia
berbahaya & zat radioaktif
 suhu & kelembaban udara yg berbeda untuk tiap area
 rancangan canggih untuk kontrol akurat kondisi
lingkungan

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 60


Aktivitas RS 24 jam membutuhkan
pengkondisian ruangan terhadap parameter
 Temperatur
 Kelembaban udara
 Kebersihan udara dan permukaan
 Tekanan udara
 Distribusi udara didalam ruangan
 Gerakan udara

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 61


AIR LOCK
 Staff / karyawan yang masuk dan keluar harus
melewati ”air lock” dan menggunakan baju
proteksi seperti, baju steril tertutup, topi,
masker, dan sarung tangan. Alat – alat yang
ada didalam ruang clean room didesign
minimum kontaminasi dan mudah untuk
dibersihkan

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 62


Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 63
Kualitas Udara Ruang
1. Tidak berbau (bebas H2S dan Amoniak)
2. Kadar debu < 150 µg/ m3 dan tdk ada debu asbes
3. Indeks angka kuman udara :
- R. operasi maks. 10 CFU/ m3
- R. bersalin dan bayi maks. 200 CFU/ m3
- R. perawatan 200 - 500 CFU/ m3
- ICU maks. 200 CFU/ m3
- Laboratorium 200 - 500 CFU/ m3
- etc

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 64


4. Indeks kadar gas & bahan berbahaya (see the table)
5. Pencahayaan
Indeks pencahayaan menurut jenis ruangan
- R. pasien
saat tdk tidur 100 – 200 lux
saat tidur max. 50 lux
- R. operasi
umum 300 – 500 lux
meja operasi 10.000 – 20.000 lux
- etc

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 65


6. Penghawaan
Standar suhu, kelembaban, dan tekanan

No Ruang Suhu Kelembaban Tekanan


(o C) (%)
1 Operasi 19 - 24 45 - 60 Positif
2 Bersalin 24 - 26 45 - 60 Positif
3 Pemulihan/ 22 - 24 45 - 60 Seimbang
Perawatan
4 etc

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 66


 Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 x dalam
satu tahun

 Dlm pelaksanaan, perlu memperhatikan KepMenKes


No. 1335/ Menkes/ SK/ X /2002 ttg Standar
Operasional Pengambilan & Pengukuran Sampel
Kualitas Udara Ruangan RS meski pelaksana lab
eksternal

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 67


KepMenKes No. 1335/ Menkes/ X/ 2002
Ketentuan kondisi sampling
No Parameter Kondisi

1 Suhu Siang hari, khusus r. operasi &


ICU saat sebelum digunakan
2 Kelembaban Siang hari

3 Kebisingan Saat jam kerja, R. rawat &


isolasi diluar jam kunjungan
4 Mikrobiologi udara R. operasi saat jelang operasi
(ruangan siap digunakan)
R. Perawatan & isolasi setelah
dilakukan pembersihan
5 etc
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 68
Desinfeksi Kamar Operasi.
 Desinfeksi sesudah operasi :
 Dianjurkan melakukan desinfeksi kamar bedah
sesudah selesai operasi setiap kasus. Lantai
kamar bedah dibersihkan dengan alat pengepel
yang basah dengan ditambahkan bahan
desinfektan.
 Kumpulkan semua duk yang kotor, sarung
tangan, baju operasi, dibungkus dan dikirimkan
kebagian pencucian.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 69


 Cucilah meja operasi dan berbagai perbotan lainya
dengan larutan desinfektan lalu keringkan sebelum
sarung kain penutup dipasang.
 Kumpulkan semua instrument bedah yang telah
dipakai, cuci dan sterilkan dengan sterillisator (
autoclave).
 Suction yang telah dipakai harus segera diganti
airnya dengan larutan desinfektan, setelah lebih
dahulu membersihlan botolnya.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 70


Desinfektan setiap hari :

 Dengan alat pengepel yang telah diberi laritan


desinfektan seluruh lantai kamar bedah
dibersihkan (pengepelan).
 Bilas seluruh dinding dengan larutan desinfektan
yang sama.
 Bersihkan lampu operasi dan peralatan statis
lainya dengan kain basah dengan larutan
desinfektan.
 Bersihkan lingkugan , pintu, kaca,ruang autoclave
sandal-sandal dengan kain basah dengan larutan
desinfektan.
Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 71
Desinfeksi Setiap Minggu.

 Keluarkan semua peralatan portable. Lakukan


pembersihan terhadap perabotan statis yang ada
dalam kamar operasi dengan bahan desinfektan.
 Bersihkan pintu, engsel, kaca-kaca dan dinding
dengan baha desinfektan yang sama.
 lakukan pemolesan lantai dengan menggunakan
bahan desinfektan yang sama.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 72


Steriilisasi Instrument Kamar Operasi

 Tindakan untuk mencapai keadaan steril ini


disebut sterillisasi. Yang dimaksud dengan
keadaan steril yaitu suatu keadaan bebas
hama(asepsis).

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 73


Beberapa cara sterillisasi umumnya yang
dilakukan adalah :
 Dengan pemanasan, dengan menggunakan
autoclave.
 Dengan cara kimiawi, dengan uap formalin, gas
EOG, dan larutan-larutan (hibithane, savlon
bethadine dan lain-lain).
 Dengan sinar ultra violet, untuk alat-alat kateter,
ampul-ampul obat suntik dan bahan-bahan
plastic.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 74


Disiplin di Kamar Operasi.

 Setiap orang yang memasuki kamar operasi


haruslah dikenai peraturan dan disiplin yang
ketat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
menyangkut disiplin dan peraturan di kamar
operasi, sesuai SOP yang ada.

Irawan Cendra Wanto, RSUD Jombang'18 75

Anda mungkin juga menyukai