PERATURAN UAP 1930

PERATURAN UAP 1930

PASAL 1.
KETEL-KETEL UAP YANG DIMAKSUD DALAM PASAL 1 DARI
UNDANG-UNDANG UAP 1930 DIBAGI ATAS :
a. KETEL-KETEL UAP DALAM MANA TEKANAN YANG DITIMBULKAN
OLEH UAPNYA ADALAH LEBIH BESAR DARI ½ KG TIAP CM²
MELEBIHI TEKANAN UDARA LUAR.
b. KETEL-KETEL UAP DALAM MANA TEKANAN YANG DITIMBULKAN
OLEH UAPNYA PALING TINGGI ½ KG TIAP CM² MELEBIHI
TEKANAN UDARA LUAR (KETEL-KETEL UAP TEKANAN RENDAH).
PASAL 2.
PESAWAT-PESAWAT UAP YANG DIMAKSUD DALAM PASAL 1 DARI
UNDANG-UNDANG UAP 1930 ADALAH :
a. PEMANAS-PEMANAS AIR (EKONOMISER).
b. PENGERING-PENGERING UAP (SUPER HEATER).
c. PENGUAP-PENGUAP (SULINGAN).
d. BEJANA-BEJANA UAP.
PASAL 3.
1. PIPA UAP PENGHUBUNG TERMASUK BEJANA-BEJANA UAP
HANYA BILA GARIS TENGAH UKURAN DALAM MELEBIHI 450 m.m.
(> 450 m.m.).
2. CILINDER-CILINDER DAN SALUT-SALUT UAP DARI MESIN-MESIN
UAP TIDAK TERMASUK BEJANA UAP DAN PIPA-PIPA UAP
DIPERUNTUKKAN GUNA MEMANASI BAHAN CAIR PULA TIDAK
TERMASUK BEJANA-BEJANA UAP.
PASAL 4.
1. PENGESAHAN GAMBAR RENCANA PEMBUATAN PESAWAT UAP
DENGAN MEMBUAT PERMOHONAN BERMETERAI DENGAN
MELAMPIRKAN GAMBAR KALKIR DAN DUA AFDRUKNYA DENGAN
SKALA TIDAK KURANG DARI 1 : 12 LENGKAP DENGAN UKURAN
BAGIAN-BAGIANNYA DENGAN KETERANGAN-KETERANGAN DARI
BAHAN-BAHAN YANG AKAN DIPAKAI GUNA PEMBUATAN
PESAWAT UAPNYA.
2. JIKA PENGESYAHAN YANG DIMINTAKAN ITU DIBERIKAN, MAKA
KALKIR DAN SEHELAI AFDRUK NYA DENGAN DIBUBUHI TANDA
PENGESYAHAN DIKEMBALIKAN KEPADA PEMOHON.
3. PENCABUTAN PENGESYAHAN DAPAT DILAKUKAN OLEH
DIREKTUR PNKK

PASAL 5.
1. PEMBAYARAN RETRIBUSI ATAS PEMERIKSAAN DAN
PENGESYAHAN GAMBAR RENCANA.
2. JIKA PEMERIKSAAN DIMAKSUD DALAM AYAT 1 MENGHARUSKAN
DIADAKAN PENYELIDIKAN-PENYELIDIKAN BAHAN, MAKA BIAYA
ATAS PENYELIDIKAN BAHAN TERSEBUT DIBEBANKAN KEPADA
YANG MEMINTA DIPERIKSA GAMBAR-GAMBAR ITU.
PASAL 6.
SESEORANG YANG MENGHENDAKI IJIN UNTUK MENJALANKAN
SESUATU PESAWAT UAP HARUS MEMBUAT :

1. SURAT PERMOHONAN LENGKAP DENGAN KETERANGAN-

KETERANGAN.

2. TUJUAN PEMAKAIAN DARI PESAWAT UAP.

3. BAGI KETEL-KETEL UAP, BESAR LUAS PEMANASAN DAN LUAS

PANGGANGANNYA TERHITUNG DALAM M².

4. TEKANAN SEBENARNYA TERTINGGI DALAM KG/CM² YANG

DIKEHENDAKI BAGI PESAWAT UAPNYA.

5. BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI GUNA PEMBUATAN PESAWAT

UAPNYA DALAM BERBAGAI BAGIAN.

6. TINGKAP-TINGKAP PENGAMANNYA YANG UKURANNYA SERTA

PERLENGKAPAN SELANJUTNYA DARI PESAWAT UAPNYA.

7. TEMPAT DIMANA PESAWAT UAPNYA DIPASANGKAN DAN KAPAN

DIADAKAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN.
PASAL 7.
TIDAK DIPERLUKAN AKTE IZIN UNTUK :
1. KETEL UAP LP x P ≤ 0,2 P < 2 Kg/Cm².
(m²) (Kg/Cm²)
2. PEMANAS AIR => BILA TERBUAT DARI PIPA Ød ≤ 50 mm.
3. PENGERING UAP => BILA TERBUAT DARI PIPA Ød ≤ 25 mm
(MANDIRI)
4. BEJANA-BEJANA UAP => Ød ≤ 450 mm.
(BUKAN PEMANAS) => V x P ≤ 600
(dm³) (Kg/Cm²
=> V < 100 dm³.
5. BEJANA-BEJANA UAP => V x P ≤ 300
(PEMANAS) => V < 75 dm³.

PASAL 8.
AKTE IJIN ITU DIBERIKAN SETELAH PESAWAT UAPNYA OLEH
DPNKK DIPERIKSA DAN DIUJI MENURUT YANG DITETAPKAN DALAM
PASAL BERIKUT.

PASAL 9.
PEMERIKSAAN PESAWAT-PESAWAT UAP TERDIRI DARI SEMUA
TINDAKAN ATAU PEKERJAAN YANG DIUPERLUKAN UNTUK
MENDAPATKAN KEPASTIAN PADA PEMBUATAN DAN
PERLENGKAPAN DARI PESAWAT-PESAWAT UAP ITU MEMENUHI
YANG DITETAPKAN DALAM PASAL 10 S/D 27.
PASAL 10.
1. TEBAL PLAT DARI PESAWAT-PESAWAT UAP DAN UKURAN-
UKURAN DARI BAGIAN-BAGIANNYA HARUS MEMBERIKAN CUKUP
JAMINAN KESELAMATAN PADA PEMAKAIANNYA.
2. DASAR-DASAR GUNA MEMPERTIMBANGKAN APAKAH TELAH
DIPENUHI SYARAT-SYARATNYA ITU DITETAPKAN DPNKK.
3. JIKA TERNYATA SUATU PESAWAT UAP TELAH DIBUATKAN SAMA
SEKALI, SESUAI DENGAN GAMBAR RENCANA YANG DISYAHKAN,
MAKA PEMERIKAAN APAKAH DIPENUHI DASAR-DASAR
DIMAKSUD DALAM AYAT SEBELUM INI, TIDAK DIADAKAN LAGI.

PASAL 11.
1. PADA ATAU UNTUK KETEL-KETEL UAP ADALAH BESI COR ATAU
BESI TUANG HANYA DAPAT DIGUNAKAN :
a. KETEL UAP DENGAN TEKANAN < 3 KG/CM² DAN MEMPUNYAI ISI
< 100 DM³.
b. UNTUK KETEL-KETEL UAP TEKANAN RENDAH.
c. UNTUK SALUT-SALUT UAP DARI SILINDER DARI MESIN-MESIN
UAP.
d. UNTUK BAGIAN-BAGIAN BERUKURAN KECIL YANG TIDAK
MENIMBULKAN BAHAYA.
2. DILARANG MEMAKAI PEMANAS-PEMANAS AIR DAN PENGERING-
PENGERING UAP YANG DIBUAT DARI BESI TUANG, KECUALI PIPA
DIAMETER DALAM ≤ 200 m.m.
3. PADA PENGUAP-PENGUAP ADALAH DILARANG MEMAKAI TUTUP-
TUTUP DARI BESI TUANG.
4. KUNINGAN HANYA DAPAT DIPAKAI PADA ALAT PERLENGKAPAN
DARI PESAWAT-PESAWAT UAP.
5. PEMAKAIAN PERUNGGU DAPAT PULA DIPAKAI LAIN-LAIN BAHAN
CAMPURAN DENGAN PERNYATAAN DPNKK.

PASAL 12
TIAP-TIAP KETEL UAP HARUS DIBERI PERLENGKAPAN SEBAGAI
BERIKUT :
a. SEKURANG-KURANGNYA DUA TINGKAP PENGAMAN.
b. SEKURANG-KURANGNYA SATU PEDOMAN TEKANAN.
c. SEKURANG-KURANGNYA DUA KERANGAN COBA ATAU
PENGUKUR AIR, DAN SATU GELAS PEDOMAN AIR MEMAKAIM
KERANGAN SEMBUR ATAU DUA GELAS PEDOMAN AIR.
d. SEKURANG-KURANGNYA DUA ALAT PENGISI.
e. SUATU ALAT YANG DAPAT BEKERJA SENDIRI YANG DAPAT
MEMBERITAHUKAN KEKURANGAN AIR DALAM KETELNYA.
f. SUATU TANDA DARI BATAS AIR TERENDAH YANG
DIPERBOLEHKAN.
g. SUATU KERANGAN MEMAKAI PLENDES BERUKURAN 40 mm
GARIS TENGAHNYA DAN 8 mm TEBALNYA UNTUK PADANYA
DIPASANGKAN PEDOMAN TEKANAN COBA.
h. SUATU KERANGAN PEMBUANG (BLOW DOWN).
i. SUATU PLAT YANG DIPASANGKAN MEMAKAI 4 BAUT TEMBAGA.
j. LUBANG-LUBANG LALU ORANG DAN LUMPUR SEPERLUNYA.
PASAL 13.
KETEL-KETEL UAP TEKANAN RENDAH HARUS DIBERI
PERLENGKAPAN SEBAGAI BERIKUT :
a. SEKURANG-KURANGNYA SATU GELAS PEDOMAN AIR.
b. SEKURANG-KURANGNYA SATU ALAT PENGISI.
c. SATU PIPA PENGAMAN TERBUKA GARIS TENGAH UKURAN
DALAM SEKURANG-KURANGNYA 50 mm DENGAN PANJANG 5 M.
d. SUATU KERANGAN PEMBUANGAN.
e. SUATU PLAT NAMA SESUAI DENGAN YANG DITETAPKAN DALAM
PASAL 12.

PASAL 14.
1. UNTUK KETEL UAP YANG ISINYA KURANG DARI 500 DAN
BEKERJA PALING TINGGI 3 KG/CM² ADALAH CUKUP SATU
TINGKAP PENGAMAN.
2. DUA ATAU LEBIH KETEL-KETEL UAP BERSAMBUNG LANGSUNG
DAN TEKANAN SAMA DIANGGAP SATU KETEL UAP.
3. PEDOMAN TEKANAN PADA KETEL-KETEL UAP SEMACAM ITU
HARUS DIPASANGKAN PADA KAMAR UAPNYA.
4. ALAT-ALAT PENGISI HARUS SENDIRI-SENDIRI DAPAT
MEMBERIKAN JUMLAH AIR YANG DIBERIKAN PADA KETEL-KETEL
ITU SEKOMPLITNYA.
PASAL 15.
PESAWAT-PESAWAT UAP SELAIN KETEL UAP HARUS DIBERI
PERLENGKAPAN SEBAGAI BERIKUT :
A. 1. SATU TINGKAP PENGAMAN
2. SATU KERANGAN PEMBUANG
3. SATU KATUP YANG MENUTUP SENDIRI PADA LUBANG
PENGISINYA
4. LUBANG-LUBANG LALU ORANG ATAU LUBANG-LUBANG KECIL
YANG DIPERGUNAKAN UNTUK PEMERIKSAAN.

B. PENGERING-PENGERING UAP DENGAN :

1. SATU TINGKAP PENGAMAN BILA PESAWAT UAPNYA DAPAT
DITUTUP TERPISAH DARI KETEL UAPNYA.
2. KERANGAN-KERANGAN PEMBUANG AIR SEPERLUNYA.
3. LUBANG LALU ORANG ATAU LUBANG-LUBANG LEBIH KECIL
YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMERIKSAAN

C. PENGUAP-PENGUAP DENGAN :
1. SATU TINGKAP PENGAMAN.
2. SATU PEDOMAN TEKANAN.
3. SATU GELAS PEDOMAN AIR.
4. SATU KERANGAN PEMBUANG.
D. BEJANA-BEJANA UAP DENGAN :
1. SATU TINGKAP PENGAMAN BILA TEKANAN UAP SEBENARNYA
YANG TERTINGGI LEBIH KECIL DARI KETEL UAPNYA, DUA
TINGKAP PENGAMAN BILA TEKANAN DALAM BEJANA UAPNYA
KURANG DARI ½ DARI TEKANAN KETEL UAPNYA.
2. BILA PERLU SATU KERANGAN UNTUK DAPAT MEMBERITAHUKAN
APAKAH DALAM BEJANA UAPNYA MASIH BERADA TEKANAN
3. SATU PEDOMAN TEKANAN.
4. LUBANG-LUBANG LALU ORANG ATAU YANG LEBIH KECIL YANG
DIPERBOLEHKAN UNTUK PEMERIKSAAN.

PASAL 16.
1. UNTUK BEJANA UAP YANG BERSAMBUNGAN LANGSUNG
DENGAN KETEL UAP, YANG BEKERJA DENGAN TEKANAN YANG
SAMA ADALAH TIDAK PERLU DIBERI TINGKAP PENGAMAN DAN
PEDOMAN TEKANAN.
2. BEJANA UAP YANG HARUS DIPASANG TINGKAP PENGAMAN PADA
BEJANANYA ATAU PADA PIPA PEMBERI UAPNYA DAN DIJAGA
TINGKAP PENGAMANNYA TIDAK TERSUMBAT.
3. BILA BERBAGAI BEJANA UAP DIBERI UAP OLEH SATU PIPA UAP,
MAKA ADALAH CUKUP BILA PADA PIPA ITU DIPASANGKAN SATU
PEDOMAN TEKANAN DAN SATU TINGKAP PENGAMAN ATAU
MENURUT PASAL 15 D.
4. SESUATU PESAWAT UAP MEMANASI BAHAN CAIR, MULUT DARI
TINGKAP PENGAMAN DIJAGA TIDAK TERSUMBAT DENGAN
MEMBERI PENJAMIN.
PASAL 17.
1. PEMBUATAN TINGKAP PENGAMAN DIMAKSUD DALAM PASAL 12
S/D 16 BAIK DAN UKURANNYA MENCUKUPI ADALAH DITETAPKAN
OLEH DPNKK DENGAN DASAR-DASAR SEPERTI PASAL 1O.
2. TINGKAP PENGAMAN HARUS DIPERBUAT DAN DIPASANGKAN
PADA PESAWAT UAPNYA DEMIKIAN RUPA, HINGGA DAPAT MUDAH
DIANGKAT DAN DIPERIKSA.
3. TINGKAP PENGAMAN HARUS DAPAT MENYALURKAN UAPNYA
SEGERA BILA TEKANAN LEBIH TINGGI DARI TEKANAN YANG
DIPERBOLEHKAN UNTUK PESAWAT UAPNYA.
4. JIKA DUDUKANNYA TIDAK MENYATU DENGAN RUMAH
TINGKAPNYA HARUSLAH DIJAMIN AGAR JANGAN TERLEPAS.
5. BILA TINGKAP PENGAMAN DENGAN BOBOTAN, BOBOTAN HARUS
BUNDARAN-BUNDARAN YANG PADAT HARUS DAPAT DILEPASKAN
SATU DEMI SATU DAN DIJAMIN AGAR JANGAN DAPAT
BERGESERAN.
6. SEMUA TINGKAP PENGAMAN HARUS DIBUAT SEDEMIKIAN RUPA
HINGGA TIDAK TERLEPAS DAN BOBOTANNYA TIDAK DAPAT
BERGESERAN PADA TANGAN-TANGAN PEMIKULNYA.

PASAL 18.
TEKANAN DALAM PESAWAT UAP TIDAK MELEBIHI ½ KG/CM² DARI
UDARA LUAR, BOLEH MEMPUNYAI SATU TINGKAP HAWA SAJA,
ATAU ALAT LAIN YANG DAPAT MENYALURKAN HAWA LUAR KE
DALAM PESAWAT UAPNYA, JIKA PESAWAT UAPNYA TIDAK TAHAN
TERHADAP TEKANAN DARI 1 KG/CM² DARI SEBELAH LUARNYA.
PASAL 19.
1. PEDOMAN TEKANANNYA HARUS MENUNJUKKAN TEKANAN DARI
UAPNYA DENGAN JELAS DAN BETUL SAMPAI SEKURANG-
KURANGNYA DUA KALI MELEBIHI TEKANAN SEBENARNYA YANG
TERTINGGI YANG DIPERBOLEHKAN BAGI BEKERJA PESAWAT
UAPNYA.
2. TEKANAN SEBENARNYA HARUS DAPAT DITUNJUKKAN DENGAN
SUATU TANDA YANG JELAS PADA SKALA DARI PEDOMAN
TEKANANNYA.
3. PEDOMAN TEKANANNYA HARUS BERSAMBUNG DENGAN
PESAWAT UAPNYA, MEMAKAI PIPA YANG MENGANDUNG AIR DAN
PADA KETEL-KETEL UAP HARUS DIPASANGKAN DEMIKIAN RUPA
HINGGA TUKANG LADENNYA DAPAT MELIHATNYA DARI TEMPAT
BERDIRINYA BIASA.

PASAL 20.
KETEL-KETEL UAP YANG MEMPUNYAI LUAS PEMANASANNYA
KURANG DARI 5 M² ADALAH CUKUP SATU ALAT PENGISI,
ASALKAN INI SELALU MUDAH DIJALAKAN DENGAN TANGAN.

PASAL 21.
• PADA KETEL UAP, TIAP ALAT PENGISI ATAU PADA PIPA PENGISI
HARUS DILENGKAPI DENGAN RUMAH TINGKAP YANG
DIDALAMNYA ADA KERANG ATAU KATUP DAN DIPASANGKAN
SUATU KERANGAN COBA.
• KETEL UAP TEKANAN RENDAH ADALAH CUKUP SATU RUMAH
TINGKAP DAN DPT DIPRGNKAN RMH TINGKAP DR POMPANYA.
PASAL 22.
TANDA BATAS AIR TERENDAH YANG DIPERBOLEHKAN HARUS
DIPASANGKAN PADA ATAU DIDEKAT GELAS PEDOMAN AIRNYA.
PADA KETEL UAP DARAT SEKURANG-KURANGNYA 10 CM DIATAS
TITIK TERTINGGI YANG KLENA HAWA PEMBAKARAN. PADA KETEL
UAP KAPAL SEKURANG-KURANGNYA 15 CM DIATAS TITIK ITU.

PASAL 23.
• JIKA GELAS PEDOMAN AIR DAN KERANGAN-KERANGAN COBA
DIPASANGKAN PADA SATU PIPA BERSAMA, GARIS TENGAH
DALAM PIPA SEKURANG-KURANGNYA 50 mm, JIKA DIPASANG-
KAN SENDIRI-SENDIRI SEKURANG-KURANGNYA 25 mm.
• GELAS-GELAS PEDOMAN AIR HARUS MEMPUNYAI KERANGAN-
KERANGAN ATAU KATUP PENUTUP DAN PENYEMPROT.
• PANJANG GELAS PEDOMAN AIR HARUS DAPAT DILIHAT 60 mm
DIATAS DAN 40 mm DIBAWAH BATAS AIR TERENDAH, GARIS
TENGAH DALAM GELAS PEDOMAN AIR SYLINDRISCH ITU
SEKURANG-KURANGNYA 8 mm.
• KETEL UAP YANG DIBERI BERAPI DIMUKA DAN DIBELAKANG
HARUS PADA SETIAP TEMPAT PERAPIANNYA MEMPUNYAI 1
GELAS PEDOMAN AIR DAN 2 KERANGAN COBA ATAU DUA GELAS
PEDOMAN AIR.

PASAL 24.
RUMAH-RUMAH KERANGAN, KATUP-KATUP, TINGKAP, TINGKAP
PENGAMAN TERBUAT DARI BAJA TUANG LEMAH ATAU BAJA CAIR.
PASAL 25.
PIPA-PIPA YANG MENYAMBUNGKAN PESAWAT-PESAWAT UAP SATU
SAMA LAINYA HARUS DIPERBUAT SEDEMIKIAN RUPA, HINGGA
PEMUAIAN DARI PIPA-PIPA ITU TIDAK DAPAT MENIMBULKAN
KERUSAKAN-KERUSAKAN, BILA PERLU IA HARUS MEMPUNYAI
KERANGAN-KERANGAN PEMBUANG.

PASAL 26.
DALAM KAPAL UAP PENGANGKUT PENUMPANG, PEMASANGAN
KETEL UAPNYA DIPISAHKAN DENGAN DINDING-DINDING BESI DARI
KAMAR-KAMAR TEMPAT PENUMPANG. ATURAN INI TIDAK BERLAKU
ATAS KAPAL-KAPAL YANG TIDAK BERGELADAK.

PASAL 27.
PENGUJIAN DENGAN PEMADATAN AIR DINGIN TEMPERATUR 21° C,
SESUDAH DIPADAT MAKSIMUM TEMPERATUR 49° C DAN
KECEPATAN PEMADATAN DENGAN AIR DINGIN : 2 Kg/Cm²/menit
(ASME) SBB. :

1. PESAWAT UAP ≤ 5 Kg/Cm² DIPADAT 2 x TEK. KERJA.

2. PESAWAT UAP > 5 S/D < 10 Kg/Cm² DIPADAT 5 Kg/Cm² +
TEK. KERJA.
3. PESAWAT UAP ≥ 10 Kg/Cm² DIPADAT 1½ x TEK. KERJA.
PASAL 28.
BILA PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS PESAWAT UAP / BOILER
MENGANGGAP PERLU, MAKA UNTUK KETEL-KETEL UAP IA DAPAT
MEMERINTAHKAN PENGUJIAN DENGAN UAP (WAJIB).

PASAL 29.
PENGUJIAN PERTAMA DARI SESUATU PESAWAT UAP DILAKUKAN
SEBELUM PESAWAT UAP ITU DITEMBOK ATAU DIBERI BERSALUT.

PASAL 30.
BILA PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS PESAWAT UAP SETELAH
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BERPENDAPAT BAHWA PESAWAT
UAPNYA CUKUP JAMINAN KESELAMATAN DALAM PEMAKAIANNYA,
MAKA IA ATAS NAMA DPNKK SECARA TERTULIS UNTUK
SEMENTARA MEMAKAI PESAWAT UAPNYA

PASAL 31.
1. PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS PESAWAT UAP SETELAH
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SECEPATNYA MEMBUAT
LAPORAN KE DPNKK.
2. MEMBUAT SYARAT-SYARAT DALAM AKTE IJIN.
3. MEMBERIKAN SYARAT-SYARAT SEBAGIAN.
4. MEMBERIKAN SYARAT-SYARAT YANG PERLU.
5. MEMBERIKAN SYARAT-SYARAT YANG ISTIMEWA.
6. BILA IJINNYA TIDAK DIBERIKAN, MAKA BATALLAH IJIN
SEMENTARA.
PASAL 32.
YANG DIMAKSUD DALAM PASAL 30 DAN 31 ADALAH BERLAKU
UNTUK PEMADATAN DAN PENGUJIAN DIMAKSUD DALAM PASAL 12
AYAT 3 DARI UNDANG-UNDANG UAP 1930.

PASAL 33.
SYARAT-SYARAT YANG DITULISKAN DALAM AKTE IJIN HARUS
DILAKSANAKAN OLEH PEMAKAI KETEL UAP DAN MELAPORKANNYA
KEPADA DPNKK MELALUI INSINYUR/SPESIALIS BOILER DARI DINAS
TENAGA KERJA TERSEBUT.

PASAL 34.
AKTE IJIN MEMUAT :
1. NAMA DAN TEMPAT TINGGAL SI PEMAKAI.
2. NAMA DARI PABRIK PEMBUAT, NOMOR, TAHUN.
3. MACAM DAN TUJUAN PEMAKAIAN PESAWAT UAP.
4. UNTUK KETEL UAP : BENTUKNYA, UKURAN-UKURANNYA, LUAS
PANGGANGNYA,
5. BAHAN-BAHAN KETEL UAPNYA.
6. JUMLAH, MACAM, UKURAN DARI PERLENGKAPANNYA.
7. TEKANAN KERJA YANG TERTINGGI YANG DIPERBOLEHKAN.
8. SYARAT-SYARAT ISTIMEWA.
9. CACAT-CACAT YANG HARUS DIPERBAIKI.
10. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN YANG DIPERBOLEHKAN.
PASAL 35.
AKTE IJIN HARUS DISIMPAN BAIK-BAIK SAN ATAS PERMINTAAN
DARI PEGAWAI YANG BERHAK/PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS
PESAWAT UAP HARUS DIPERLIHATKAN ATAU DISEDIAKAN
UNTUKNYA.

PASAL 36.
PEMBAYARAN RETRIBUSI PEMERIKSAAN

PASAL 37.
PEMBAYARAN RETRIBUSI PEMERIKSAAN ULANGAN.

PASAL 38.
JIKA PEMERIKSAAN ATAU PENGUJIAN DARI SESUATU
PESAWAT UAP DIADAKAN DI LUAR NEGERI, MAKA ONGKOS-
ONGKOS PERJALANAN DAN PENGINAPAN PEGAWAI ATAU AHLI
YANG DISERAHI PEMINDAHAN ATAU PENGUJIAN ITU
DIBEBANKAN PADA PEMOHON SAMPAI SEJUMLAH YANG
DITETAPKAN OLEH DPNKK.
PASAL 39.
1. PARA PEMAKAI DARI PESAWAT-PESAWAT UAP HARUS
MENGUSAHAKAN :
- MEMELIHARA PESAWAT UAP DENGAN BAIK.
- AGAR PADA KETELNYA ADA GELAS PEDOMAN AIR.
- AGAR TEKANAN UAP DALAM PESAWAT UAP TIDAK
PERNAH MELEBIHI MAKSIMUM YANG TERMUAT DALAM
AKTE IJIN.
- AGAR TINGGI AIR DALAM KETEL UAP TIDAK PERNAH
TURUN DIBAWAH TANDA BATAS AIR TERENDAH.

2. YANG DIANGGAP TERMASUK DALAM SESUATU KETEL UAP

IALAH DAPUR API, LORONG ASAP DAN API, DAN
PERLENGKAPANNYA.

3. PARA PEMAKAI HARUS MENYURUH MELAYANI DAN

MEMPEKERJAKAN PESAWAT-PESAWAT UAP ITU OLEH ORANG
BERPENGETAHUAN DAN MEMPUNYAI PENGERTIAN YANG
CUKUP TENTANG PENGERJAANNYA.

4. JIKA PEMAKAI MENDAPATKAN CACAT PADA PESAWAT UAPNYA

HARUS DIBERITAHUKAN KEPADA Ir. DPNKK DAN Ir. DPNKK
MENUNJUKKAN BAGAIMANA MEMPERBAIKINYA.
PASAL 40.
PEMERIKSAAN BERKALA UNTUK :
1. KETEL UAP KAPAL SEKURANG-KURANGNYA SEKALI
DALAM 1 (SATU) TAHUN.
2. KETEL UAP DARAT SEKURANG-KURANGNYA SEKALI DALAM 2
(DUA) TAHUN.
3. KETEL LOKOMOTIF SEKURANG-KURANGNYA SEKALI DALAM 3
(TIGA) TAHUN.
4. PESAWAT-PESAWAT UAP SELAIN KETEL UAP (BEJANA UAP)
SEKURANG-KURANGNYA SEKALI DALAM 4 (EMPAT) TAHUN.

PASAL 41.
PEMBAYARAN RETSIBUSI TAHUNAN UNTUK PEMERIKSAAN
DAN PENGUJIAN.

PASAL 42.
1. PEMERIKSAAN TAHUNAN DARI KETEL-KETEL UAP KAPAL
DILAKUKAN DI GALANGAN OLEH PEGAWAI PENGAWAS
SPESIALIS PESAWAT UAP.
2. PEMERIKSAAN TAHUNAN DARI KETEL-KETEL UAP KAPAL
SUNGAI, TEPAT WAKTU DAN TEMPAT YANG DITUNJUK UNTUK
PEMERIKSAAN OLEH PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS
PESAWAT UAP.
PASAL 43.
BILA UNTUK KEPERLUAN SESUATU PEMERIKSAAN SUATU
PESAWAT UAP HARUS DIBERHENTIKAN, MAKA PEMAKAINYA
HARUS MENGUSAHAKAN :
1. PESAWAT UAPNYA KOSONG SAMA SEKALI DAN SEMUA
BAGIAN-BAGIANNYA, BAIK DARI LUAR MAUPUN DARI DALAM,
PULA LORONG-LORONG ASAPNYA DIBERSIHKAN SECUKUPNYA.
2. AGAR SEMUA BAGIAN DARI PESAWAT UAPNYA DINGIN
SECUKUPNYA UNTUK MEMUNGKINKAN PEMERIKSAAN ITU.
3. AGAR BILA PESAWAT UAPNYA BERSAMBUNGAN DENGAN SATU
ATAU LEBIH PESAWAT UAP YANG SEDANG BEKERJA,
PIPA-PIPA UAP PEMBUANG, PIPA-PIPA PENGISI BERSAMA DARI
PESAWAT UAP YANG AKAN DIPERIKSA ITU DILEPASKAN,
JADI TERPISAH ATAU DITUTUP MEKAKAI SUATU PLENDES BUTA
YANG DIPASANG ANTARA KATUP DAN PESAWAT UAPNYA.

PASAL 44.
PENGUJIAN DARI PESAWAT-PESAWAT UAP YANG AKAN DILAKU
KAN SESUDAH PENGUJIAN PERTAMA (PASAL 27) ADALAH
BERKALA DILAKUKAN DENGAN TEKANAN PALING TINGGI 3 (TIGA)
Kg/Cm² LEBIH DARI TEKANAN YANG DIPERBOLEHKAN.
PASAL 45.
SESEORANG YANG TELAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN PESAWAT UAP, MENCATATKANNYA DALAM AKTE IZIN
HASIL PEMERIKSAAN DAN SYARAT-SYARAT UNTUK MENJAMIN
PEMAKAIAN SELANJUTNYA DENGAN AMAN.

PASAL 46.
BILA PEMAKAINYA MEMINDAHKAN PESAWAT UAPNYA HARUS
MEMBERITAHUKAN KE DPNKK.

PASAL 47.
1. BILA PEMAKAINYA MENJUALK PESAWAT UAPNYA HARUS
MEMBERITAHUKAN KE DPNKK.
2. PEMBELINYA JUGA HARUS MEMBERITAHUKAN KE DPNKK DAN
MEMBUAT PERMOHONAN AGAR AKTE IJINNYA DIBALIK NAMA
MENJADI ATAS NAMANYA.
3. BILA PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS UAP MENDAPATI HAL
DIATAS TIDAK MELAPORKAN KE DPNKK, MAKA IA
MELAPORKAN HAL TERSEBUT KE DPNKK.

PASAL 48.
BILA SESUATU PESAWAT UAP MENGALAMI PEROBAHAN TIDAK
BOLEH DIJALANKAN KEMBALI SEBELUM ADA AKTE IJINNYA
YANG BARU ATAU SEBELUM INSINYUR DARI DPNKK
MENGADAKAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN APAKAH
MASIH TETAP MEMENUHI SYARAT.
PASAL 49.
BILA SESUATU PESAWAT UAP TIDAK DIPAKAI LEBIH LAMA DARI 3
(TIGA) TAHUN BERTURUT-TURUT, MAKA KEPALA DPNKK DAPAT
MENCABUT AKTE IJINNYA (AI-NYA).

PASAL 50.
PENJARA 3 (TIGA) BULAN ATAU DENDA PALING TINGGI RP.500
(LIMA RATUS RUPIAH) HUKUMAN SESEORANG YANG TIDAK
MENUNAIKAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN YANG DIBEBANKAN
DENGAN ATURAN-ATURAN DARI PERATURAN PEMERINTAH INI

PASAL 50A.
BILA DIKEHENDAKI KEPALA DPNKK BERHAK MEMERINTAHKAN
MENGADAKAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN ATAS PESAWAT-
PESAWAT UAP YANG ATASNYA TIDAK BERLAKU UU UAP 1930.

PASAL 51.
KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG DIAMBIL OLEH DIREKTUR
PEKERJAAN UMUM KEPALA JAWATAN UUSAN UAP DAN KEPALA
DPNKK TETAP BERLAKU.

PASAL 52.
PERATURAN PEMERINTAH INI DISEBUT PERATURAN UAP 1930
YANG BERLAKU TERHITUNG MULAI 1 JANUARI 1931.