Oleh:
Syamsul A. Hidayat
201820401011165
Pembimbing:
dr. Yuswar Nurullah, Sp.B
Data Jurnal
■ Nama Penulis :
– S. Sinnadurai, A. Kwong, M. Hartman, E. Y. Tan, N. T. Bhoo-Pathy, M. Dahlui, M.
H. See, C. H. Yip, N. A. Taib and N. Bhoo-Pathy
■ Judul Tulisan :
– Breast-conserving surgery versus mastectomy pada wanita muda dengan
kanker payudara dengan latar Asia.
■ Jurnal Asal :
– British Journal of Surgery (DOI: 10.1002/bjs5.50111)
Abstrak
■ Latar belakang: Tingkat mastektomi di kalangan wanita dengan kanker payudara dini di Asia tinggi sejak
dulu. Studi ini menilai tren dalam manajemen bedah wanita muda dengan kanker payudara stadium
awal di Asia. Survival pada wanita yang diobati dengan operasi konservasi payudara (BCS; lumpectomy
dengan radioterapi ajuvan) dan mereka yang menjalani mastektomi dibandingkan.
■ Metode: Wanita muda (berusia kurang dari 50 tahun) yang baru didiagnosis dengan kanker payudara
stadium I atau II (T1–2N0–1M0) di empat rumah sakit di Malaysia, Singapura dan Hong Kong pada
1990-2012 dimasukkan. Kelangsungan hidup keseluruhan (OS) dibandingkan antara pasien yang
dirawat dengan BCS dan mereka yang menjalani mastektomi. Analisis skor kecenderungan digunakan
untuk menjelaskan perbedaan karakteristik demografi, tumor dan reatment antara kelompok.
■ Hasil: Sebanyak 63⋅5 persen dari 3.536 wanita menjalani mastektomi. Selama periode 15 tahun, hanya
terjadi peningkatan sedang dari BCS yang diamati. Meskipun BCS secara signifikan dikaitkan dengan
fitur prognostik yang menguntungkan, OS tidak berbeda secara signifikan untuk BCS dan mastektomi;
tingkat OS 5 tahun adalah 94⋅9 (95 persen c.i. 93⋅5 hingga 96⋅3) dan 92⋅9 (91⋅7 hingga 94⋅1) berturut-
turut. Kesimpulan tetap tidak berubah mengikuti analisis skor kecenderungan (rasio bahaya untuk BCS
versus mastektomi: 0⋅81, 95 persen c.i. 0⋅64 hingga 1⋅03).
■ Kesimpulan: Prevalensi wanita muda dengan kanker payudara yang diobati dengan mastektomi tetap
tinggi di negara-negara Asia. Pasien yang diobati dengan BCS tampaknya bertahan hidup sama seperti
mereka yang menjalani mastektomi.
Pendahuluan
■ Meskipun wanita muda dengan kanker payudara lebih mungkin untuk menjalani
operasi konservasi payudara (BCS; lumpectomy dengan radioterapi ajuvan),
kekhawatiran mengenai kekambuhan dan penurunan kelangsungan hidup dapat
mempengaruhi pasien untuk memilih mastektomi.
■ Sejumlah penelitian yang meneliti tren manajemen bedah kanker payudara di AS
dan Eropa telah menemukan bahwa wanita muda dengan kanker payudara lebih
memilih untuk melakukan prosedur mastektomi.
■ Sebuah studi di Malaysia menunjukkan bahwa sekitar satu dari dua pasien dengan
kanker payudara stadium I memilih mastektomi. Demikian pula, sebuah studi skala
kecil di Singapura mengungkapkan bahwa sekitar 75 persen wanita dengan kanker
payudara berusia di bawah 40 tahun menjalani mastektomi.
■ Sebuah studi kohort prospektif pada wanita muda di Denmark dengan kanker
payudara T1-2N0M0 menunjukkan peningkatan risiko kematian akibat kanker
payudara spesifik dan semua penyebab yang terkait dengan BCS.
Metode
■ Data diperoleh dan ditinjau dari registrasi kanker berbasis rumah sakit dari empat
pusat rujukan tersier di Asia (University Malaya Medical Centre (UMMC), Malaysia;
Universitas Nasional dan Rumah Sakit Tan Tock Seng, Singapura; Queen Mary dan
TungWahHospital, Hong Kong).
■ Studi ini menginklusi wanita berusia di bawah 50 tahun, yang baru didiagnosis
dengan kanker payudara stadium I atau II (T1-2 N0-1 M0) antara tahun 1990 dan
2011. Wanita yang telah menjalani lumpektomi tanpa radioterapi adjuvant
dieksklusi. Pasien dengan kanker payudara bilateral atau mereka yang menerima
kemoterapi neoadjuvant juga dieksklusi.
■ Manajemen Bedah
– BCS didefinisikan sebagai eksisi lokal luas yang bertujuan untuk mencapai margin
makroscopically clear 10-mm di sekitar tumor, diikuti oleh radioterapi payudara
secara keseluruhan. Prosedur yang lebih luas dikategorikan sebagai mastektomi,
dimana mastektomi radikal termodifikasi paling umum digunakan.
■ Variabel Studi
– Variabel demografi termasuk usia saat diagnosis, etnis yang dilaporkan sendiri
(Cina, Melayu, India) dan negara (Hong Kong, Malaysia, Singapura). Data tentang
karakteristik tumor termasuk ukuran, jumlah kelenjar getah bening aksila positif,
kelas berdasarkan klasifikasi Bloom-Scarff-Richardson (rendah, sedang, tinggi),
status reseptor estrogen (positif, negatif), status reseptor progesteron (positif,
negatif), status reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia (HER) 2
(diekspresikan berlebihan, tidak diekspresikan, samar-samar) dan invasi
limfovaskular (LVI; ada, tidak ada).
■ Follow-up dan asesmen hasil
– Hasil utama dalam penelitian ini adalah semua penyebab kematian, diverifikasi
menggunakan registri kematian nasional di Malaysia, Singapura dan Hong Kong. Karena
data tentang kekambuhan penyakit tidak lengkap, hasil ini tidak dimasukkan. Durasi follow-
up dihitung dari tanggal diagnosis kanker payudara hingga tanggal kematian.
■ Analisis Statistik
– Karena kemungkinan menjalani BCS dalam praktek klinis tergantung pada keputusan ahli
bedah dan pasien, variabel yang paling mungkin mempengaruhi keputusan ini dan terkait
dengan OS dipertimbangkan, seperti usia saat diagnosis, tahun diagnosis, etnis, negara,
ukuran tumor, reseptor hormonal status, status HER2, derajat tumor, LVI dan rencana
perawatan tambahan berikutnya (kemoterapi, terapi hormon). Variabel-variabel ini
dimasukkan ke dalam model regresi logistik multivariabel sebagai prediktor dengan BCS
sebagai hasilnya.
– Analisis regresi Cox digunakan untuk memperkirakan rasio bahaya kematian pada pasien
yang menjalani BCS dibandingkan mastektomi.
Hasil
■ Tingkat BCS tertinggi diamati di Singapura, dan tingkat terendah di Hong Kong.
■ Ini mungkin mencerminkan sikap budaya, karena pengangkatan seluruh payudara
dapat dianggap mengurangi risiko lesi residual dan sepenuhnya menghilangkan
kanker payudara pada pasien Cina.
■ Ukuran payudara wanita Cina yang relatif kecil mungkin juga membuat BCS menjadi
pilihan yang kurang cocok. Namun harus dicatat bahwa penelitian sebelumnya di
Hong Kong menunjukkan bahwa BCS dikaitkan dengan skor gambar tubuh yang
lebih baik dan hasil psikososial dibandingkan dengan mastektomi.
■ Hambatan finansial dan logistik juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
bedah, karena pasien yang menjalani BCS mungkin harus lebih sering pergi ke
rumah sakit untuk menyelesaikan radioterapi tambahan, menimbulkan biaya
tambahan dan waktu. Ini mungkin bermasalah bagi perempuan Asia dari latar
belakang sosial ekonomi rendah, serta mereka yang tinggal di daerah pedesaan
atau tidak dapat mengambil cuti dari pekerjaan.
■ Dari perspektif pasien, BCS dikaitkan dengan keuntungan substansial dibandingkan
dengan mastektomi, karena membantu mempertahankan atau mengembalikan
kualitas hidup, mempertahankan citra diri, dan dampak positif pada seksualitas.
■ Meskipun mastektomi dan rekonstruksi pada kandidat yang tepat juga dapat
membantu dalam menjaga kualitas hidup dan mempertahankan hubungan
perkawinan dan sosial, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa mastektomi
yang diikuti oleh rekonstruksi dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi yang
hampir dua kali lipat termasuk infeksi, seroma, nyeri payudara dan nekrosis lemak,
bersama dengan biaya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan BCS pada wanita
dengan kanker payudara dini.
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Payudara