Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan
pertempuran) berkelompok-kelompok (tsubaatin), atau majulah bersama-sama! (QS. An
Nisa’ (4): 71)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
Ucapan seperti ini juga ada secara mauquf sebagai ucapan Umar bin Al Khathab. (Imam Al
Hakim dalam Al Mustadrak No. 1623, katanya: shahih sesuai syarat syaikhan. Ibnu
Khuzaimah No. 2541. Syaikh Al Albani mengatakan: isnadnya shahih mauquf dan rijalnya
tsiqat. Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah , 4/141)
Wajh Istidalal (sisi pendalilan)nya adalah jika dalam bepergian saja disyariatkan
mengangkat seorang pemimpin, maka apalagi dalam hal yang lebih urgen dari itu seperti
dakwah dan jihad. Ini diistilahkan dengan Qiyas Aula.
4. Hal ini diperkuat lagi oleh sirah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam pernah mengirim berbagai tim ekspedisi yang berbeda-beda,
dan masing-masing memiliki amir (pemimpin) yang mesti ditaati oleh
pasukannya.
Dalam kelanjutan sejarah umat Islam, umat ini pun mengenal amirul haj
(pemimpin haji), qaidul jaisy (komandan pasukan), dan lain-lain
kepemimpinan selain khalifah al ‘uzhma.
Para Salaf seperti Ibnu Abbas mengartikan Ulil Amri dalam An Nisa ayat 59
adalah Ahlul Fiqh wad Din (Ahli fiqih dan agama). Sedangkan Atha’,
Mujahid, Hasan Al Bashri, Abul ‘Aliyah mengatakan, maksudnya adalah
ulama. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/345. Darut Thayyibah Lin Nasyr wat
Tauzi’)
Imam Nashiruddin Abul Khair Abdullah bin Umar bin Muhammad,
biasa dikenal Imam Al Baidhawi, berkata dalam tafsirnya, ketika
mengomentari surat An Nisa’, ayat 59 (Athi’ullaha wa athi’ur rasul
wa ulil amri minkum), bahwa yang dimaksud dengan ‘pemimpin’ di
sini adalah para pemimpin kaum muslimin sejak zaman Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sesudahnya, seperti para khalifah,
hakim, panglima perang, di mana manusia diperintah untuk
mentaati mereka setelah diperintah untuk berbuat adil, wajib
mentaati mereka selama mereka di atas kebenaran (maa daamuu
‘alal haqqi). (Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, 1/466)
وُمن، وُمن أطاَع أميري فقد أطاَعني، وُمن عصاَني فقد عصاَ ال،من أطاَعني فقد أطاَع ال
عصاَ أميري فقد عصاَني
“Barang siapa yang mentaatiku maka dia telah mentaati
Allah, barang siapa yang membangkang kepadaku maka
dia telah membangkang kepada Allah. Dan barang siapa
yang mentaati pemimpinku (yakni pemimpin yang Rasul
tunjuk) maka dia telah mentaatiku, dan barang siapa yang
membangkang kepada pemimpinku maka dia telah
membangkang kepadaku.” (HR. Bukhari No. 7137 dan
Muslim No.1835)
Fatwa-Fatwa Ulama
Fatwa Syaikh Ibnu Baz Rahimahullah tentang hukum berafiliasi
dengan jamaah tertentu saja.
Beliau menjawab:
“Yang menjadi kewajiban setiap orang adalah mengikuti kebenaran, yaitu
apa yang difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya saw. Janganlah
seseorang mengikuti manhaj jamaah apapun; tidak Ikhwanul Muslimin,
Ansharus Sunnah, dan tidak pula selain mereka. Akan tetapi, dia harus
mengikuti kebenaran. Apabila dia berafiliasi kepada Ansharus Sunnah
dan membantu mereka dalam kebenaran atau kepada Ikhwanul
Muslimin dan sepakat dengan kebenaran mereka tanpa bersikap
ekstrim, maka ini tidak mengapa. Adapun jika mengikuti pendapat
mereka yang benar maupun salah, maka in tidak boleh. Hendaklah dia
beredar bersama kebenaran di mana pun berada. Apabila kebenaran
ada bersama Ikhwnaul Muslimin, dia harus mengambilnya. Apabila
kebenaran ada bersama Ansharus Sunnah atau selain mereka, dia pun
juga harus mengambilnya. Hendaklah dia beredar bersama kebenaran.
Dia Bantu jamaah-jamaah lain dlam kebenaran. Tidak boleh mengikuti
manhaj tertentu tanpa boleh menyangkal keskipun batil atau salah
karena ini adalah kemungkaran. Ini tidak boleh. Akan tetapi, hendaklah
dia menyertai jamaah dalam setiap kebenaran dan tidak menyertai
mereka dalam kesalahan-kesalahan mereka.”
س :يتساَءل كثير من شباَب السلم عن حكم النتماَء للجماَعاَت السلمية ،وُاللتزام بمنهج
جماَعة معينة دوُن سواهاَ؟
ج :الواجب على كل إنساَن أن يلتزم باَلحق ،قاَل ال عز وُجل ،وُقاَل رسوله صلى ال عليه
وُسلم ،وُأل يلتزم بمنهج أي جماَعة ل إخوان مسلمين وُل أنصاَر سنة وُل غيرهم ،وُلكن يلتزم
باَلحق ،وُإذا انتسب إلى أنصاَر السنة وُساَعدهم في الحق ،أوُ إلى الخوان المسلمين وُوُافقهم
على الحق من دوُن غلو وُل تفريط فل بأس ،أماَ أن يلزم قولهم وُل يحيد عنه فهذا ل يجوز ،
وُعليه أن يدوُر مع الحق حيث دار ،إن كاَن الحق مع الخوان المسلمين أخذ به ،وُإن كاَن مع
أنصاَر السنة أخذ به ،وُإن كاَن مع غيرهم أخذ به ،يدوُر مع الحق ،يعين الجماَعاَت الخرى في
الحق ،وُلكن ل يلتزم بمذهب معين ل يحيد عنه وُلو كاَن باَطل ،وُلو كاَن غلطاَ ،فهذا منكر ،
وُهذا ل يجوز ،وُلكن مع الجماَعة في كل حق ،وُليس معهم فيماَ أخطئوا فيه .
Fatwa Syaikh Ibnu Baz tentangberafiliasi denagn jamaah spesifik (fatwa sangat panjang
diambil bagian pentingnya saja). Beliau berkata:
Alhasil yang dipegang adalah istiqamah mereka di atas Al Haq, jika ditemukan manusia atau
jama’ah yang mengajak kepada Kitabullah dan Sunnah RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam , mengajak mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla dan mengikuti syariatNya maka
MEREKA SEMUA ITULAH AL-JAMA’AH, DAN MEREKA TERMASUK FIRQAH NAJIYYAH. Adapun
mereka yang menyeru kepada selain kitabullah, atau kepada selain Sunnah Ar Rasul
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maka mereka itu bukan termasuk Al-Jama’ah, bahkan termasuk
firqah yang sesat dan binasa, karena firqah an-najiyyah (yang selamat) adalah penyeru
kepada Al-Kitab dan As-Sunnah, sekalipun mereka adalah Jama’ah disini atau Jama’ah
disana, sepanjang tujuan & aqidah mereka satu. MAKA TIDAK MASALAH BAHWA YANG INI
BERNAMA ANSHARUS-SUNNAH, DAN YANG INI BERNAMA AL-IKHWAN AL-MUSLIMUN, dan
yang itu bernama anu, yang penting aqidah dan amal mereka, jika mereka istiqamah atas Al
Haq dan atas Tauhidullah dan Ikhlas kepadaNya dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam perkataan, perbuatan dan aqidah maka NAMA APAPUN TIDAK MENJADI
MASALAH. Tetapi wajib bagi mereka bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan benar dalam
ketaqwaannya, ADAPUN SEKALI LAGI BAHWA SEBAGIAN MEREKA DISEBUT ANSHARUS-
SUNNAH DAN SEBAGIAN LAGI DINAMAKAN AS-SALAFIYYUN ATAU DINAMAKAN AL-IKHWAN
AL-MUSLIMUN atau disebut dengan nama Jama’ah anu, tidak masalah jika mereka benar,
istiqamah atas Al-Haq, mengikuti Al Kitab dan As Sunnah dan berhukum kepada keduanya
dan istiqamah atas keduanya aqidah, perkataan dan perbuatan, dan jika Jama’ah tsb salah
dalam sesuatu masalah maka wajib bagi ahlul ‘ilmi untuk memperingatkan dan
menasihatinya kepada Al-Haq jika dalilnya sudah jelas.
Teks Asli:
فاَلحاَصل :أن الضاَبط هو استقاَمتهم على الحق ،فإذا وُجد إنساَن أوُ جماَعة تدعو إلى كتاَب ال
وُسنة رسوله صلى ال عليه وُسلم ،وُتدعو إلى توحيد ال وُاتباَع شريعته فهؤلء هم الجماَعة ،وُهم
من الفرقة الناَجية ،وُأماَ من دعاَ إلى غير كتاَب ال ،أوُ إلى غير سنة الرسول صلى ال عليه
وُسلم فهذا ليس من الجماَعة ،بل من الفرق الضاَلة الهاَلكة ،وُإنماَ الفرقة الناَجية :دعاَة الكتاَب
وُالسنة ،وُإن كاَنت منهم جماَعة هناَ وُجماَعة هناَك ماَ دام الهدف وُالعقيدة وُاحدة ،فل يضر كون
هذه تسمى :أنصاَر السنة ،وُهذه تسمى :الخوان المسلمين ،وُهده تسمى :كذا ،المهم
عقيدتهم وُعملهم ،فإذا استقاَموا على الحق وُعلى توحيد ال وُالخلصا له وُاتباَع رسول ال
صلى ال عليه وُسلم قول وُعمل وُعقيدة فاَلسماَء ل تضرهم ،لكن عليهم أن يتقوا ال ،وُأن
يصدقوا في ذلك ،وُإذا تسمى بعضهم بث :أنصاَر السنة ،وُتسمى بعضهم بث :السلفيين ،أوُ
باَلخوان المسلمين ،أوُ تسمى بعضهم بث :جماَعة كذا ،ل يضر إذا جاَء الصدق ،وُاستقاَموا على
الحق باَتباَع كتاَب ال وُالسنة وُتحكيمهماَ وُالستقاَمة عليهماَ عقيدة وُقول وُعمل ،وُإذا أخطأت
الجماَعة في شيء فاَلواجب على أهل العلم تنبيههاَ وُإرشاَدهاَ إلى الحق إذا اتضح دليله
Sumber; Al-Ikhwan.net
Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah No. 6280
Semua Jamaah adalah BAIK selama berada di atas kebenaran
Pertanyaan: Ada sekian jamaah pada saat ini, seperti Jamaah Ikhwanul Muslimin, Jamaah
Tabligh, Jamaah Ansharus Sunnah Al-Muhammadiyyah, Al-Jum’iyyah Asy-Syar’iyyah, Salafi,
dan mereka yang disebut At-Takfir wal Hijrah. Semua jamaah ini dan jamaah lainnya
terdapat di Mesir. Yang saya tanyakan, “Bagaimana sikap seorang muslim terhadap
jamaah-jamaah tersebut? Pantaskah jika kita terapkan kepada mereka hadits Hudzaifah
radhiallahu’anhu, ‘Jauhilah semua kelompok itu meskipun engkau harus menggigit akar
pepohonan hingga meninggal dunia sedangkan dirimu tetap dalam keadaan seperti itu’.
(HR. Imam Muslim dalam Shahihnya)?”
Jawaban: “Semua kelompok tersebut memiliki kebenaran dan kebatilan serta salah dan
benar. Sebagian mereka lebih dekat kepada kebenaran, lebih banyak kebaikannya, dan
lebih banyak memberikan manfaat kepada umat daripada kelompok lainnya.
Hendaknya engkau saling membantu bersama setiap kelompok dalam kebenaran
yang ada pada mereka. Nasihatilah mereka dalam perkara yang engkau lihat salah.
Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu menuju sesuatu yang tidak meragukanmu.
Billahit taufiq. Semoga Allaah memberikan shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad saw, keluarganya, dan para sahabatnya. “
كل هذه الفرق فيهاَ حق وُباَطل وُخطأ وُصواب وُبعضهاَ أقرب إلى الحق وُالصواب وُأكثر خيرا وُأعم نفعاَا من بعض فعليك أن تتعاَوُن مع كل
منهاَ على ماَ معهاَ من الحق وُتنصح لهاَ فيماَ تراه خطأ وُدع ماَ يربيك إلى ماَ ل يريبك .
Jawaban:
س :هث ثثل تعتث ثثبر قياَم جماَعاَت إسث ثثلمية فث ثثي البلدان السث ثثلمية لحتضاَن الشباَب وُتربيتهث ثثم علث ثثى
السلم من إيجاَبياَت هذا العصر؟
جث :وُجود هذه الجماَعاَت السلمية فيه خير للمسلمين ،وُلكن عليهاَ أن تجتهد في إيضاَح الحق
مع دليله وُأن ل تتناَفر مع بعضهاَ ،وُأن تجتهد باَلتعاَوُن فيماَ بينهاَ ،وُأن تحب إحداهماَ الخرى ،
وُتنصثثح لهثثاَ وُتنشثثر محاَسثثنهاَ ،وُتحرصا علثثى ترك مثثاَ يشوش بينهثثاَ وُبيثثن غيرهثثاَ ،وُل ماَنثثع أثثن تكون
هناَك جماَعاَت إذا كاَنت تدعو إلى كتاَب ال وُسنة رسوله صلى ال عليه وُسلم
Fatwa Lajnah Daimah No. 7122; Semua Jamaah Adalah Firqah Najiyah kecuali yang
kufur….
Pertanyaan: Pada zaman ini terdapat banyak jamaah. Semua mengklaim berafiliasi di
bawah al-firqah an-najiyyah. Kami tidak mengetahui manakah jamaah yang berada di atas
al-haq. Kami mengharap kepada Anda agar menunjukkan kepada kami; manakah jamaah
yang paling utama dan paling baik sehingga kami bias mengikuti kebenaran yang ada pada
mereka disertai dengan dalil-dalilnya?
Jawaban: “Semua jamaah Islam termasuk dalam al-firqatun najiyah, kecuali jika ada di
antara mereka melakukan kekufuran yang mengeluarkannya dari dasar keimanan. Akan
tetapi, perbedaan kekuatan dan kelemahan derajat mereka tergantung pada kedekatan
mereka dengan kebenaran dan penerapannya serta pada kesalahan mereka dalam
memahami dalil dan penerapannya. Jamaah yang paling banyak mendapat hidayah
adalah jamaah yang paling bisa memahami dalil dan mengamalkannya. Oleh karena itu,
kenalilah arah pandangan mereka. Bergabunglah bersama mereka yang paling banyak
mengikuti kebenaran. Tetapi, janganlah berbuat semena-mena terhadap saudara sesama
muslim yang karenanya Anda menolak kebenaran yang mereka lakukan. Ikutilah
kebenaran di mana pun ia berada, sekalipun berasal dari orang yang bertentangan
denganmu dalam satu dua masalah. Kebenaran adalah penuntun orang mukmin.
Kekuatan dalil dari Kitabullah dan Sunnah merupakan pemisah antar kebenaran dan
kebatilan. Billahit taufiq. “
Diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=78
Teks Asli:
من فتاوى اللجنة الدائمة )السؤال الول من الفتوى رقم ( 7122
في هذا الزمان عديد من الجماعات والتفريعات وكل منها يدعي النضواء تحت الفرقة الناجية ول ندري أيهما على
حق فنتبعه ونرجو من سيادتكم ان تدلونا على أفضل هذه الجماعات وأخيرها فنتبع الحق فيها مع إبراز الدلة ؟
كل هذه الجماعات تدخل في الفرقة الناجية إل من أتى منهم بمكفر يخرج عن أصل اليمان ،لكنهم تتفاوت درجاتهم
قوةا وضعف اا بقدر إصابتهم للحق وعملهم به وخطئهم في فهم الدلة والعمل ،فأهداهم أسعدهم بالدليل فهما للحق
وعمل ،فأعرف وجهات نظرهم ،وكن مع أتبعهم للحق وألزمهم له ،ول تبخس الخرين اخوتهم في السلم فترد
عليهم ما أصابوا فيه من الحق بل اتبع الحق حيثما كان ولو ظهر على لسان من يخالفك في بعض المسائل ،فالحق
رائد المؤمن وقوةا الدليل من الكتاب والسنة هي الفيصل بين الحق والباطل .
Nah, secara fiqih tak satu pun ulama pada masa itu
(masa sahabat dan tabi’in) yang mengingkari
mereka. Ini menunjukkan kelirunya pihak yang
membid’ahkan bai’at kepada selain khalifah, sebab
ini bukan barang baru yang tidak dikenal pada
masa salaf, dan mereka pun tidak mencegahnya
bahkan justru menjadi pelakunya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan:
شاَيففخ ؛ بوُالنثذوُفر ؛ بوُعثثقوفد انلبب نثيثبعفة لفنلبئفممفة ؛ بوُعثثقوفد النبم ب، ف وُالنوثقو ف، ت
ب ث
وُالنفهباَ ف، وُبكبذا ففي ثشروُفط انلبثيوفع
ب ب ثث ث ب
ف
ب بعبلى ثكلل أببحتد أبنن يثطيبع اللمهب ف
ك ؛ فبفإنمهث يبج ث بوُعثثقوفد أبنهفل انلبنساَ ف، بوُعثثقوفد النثمبتآَفخيبثنيفن
بوُأبنمبثاَفل بذلف ب، ب بوُالنبقبباَئففل ب
صيةب اللمفه وُرسولففه ففي ثكلل بشيتء ؛ وُبل بطاَبعةب لفمنخثلوفق ففي منع ف
. صيبفة النبخاَلففق ف ف ت ف
ب ب ن ب بب ث ب بمنع ب بوُبرثسولبهث في ثكلل بشنيء ؛ بوُيبنجتبن ب
. بوُباللمهث أبنعلبثم. بوُبل يثفطيثع إمل بمنن آبمبن بفباَللمفه بوُبرثسولففه، ب إلبنيفه فمنن ثكلل بشنيتء ب أبنن يبثكوبن اللمهث بوُبرثسولثهث أببح م ج
بب ث
وُي ف
Imam Ath Thabari menceritakan, bahwa Ali Radhiallah ‘Anhu berkata pada
Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu ‘Anhu: “Berbai’atlah Engkau!” Sa’ad
menjawab: “Aku tidak akan berbai’at sebelum orang-orang semua berbai’at.
Tapi demi Allah tidak ada persoalan apa-apa bagiku.” Mendengar itu Ali
berkata: “Biarkanlah dia.”
Lalu Ali menemui Ibnu Umar dan berkata yang sama, maka jawab Ibnu Umar
Radhiallahu ‘Anhuma: “Aku tidak akan berbai’at sebelum orang-orang semua
berbai’at.” Jawab Ali: “Berilah aku jaminan.” Jawab Ibnu Umar : “Aku tidak
punya orang yang mampu memberi jaminan.” Lalu Al Asytar berkata: “Biar
kupenggal lehernya!” Jawab Ali : “Akulah jaminannya, biarkan dia.” (Imam Ibnu
Hazm, Al Fashl fil Milal wal Ahwa’ An Nihal, 4/103)
HT di Indonesia
Tujuan Pendirian
Pembahasan qadla dan qadar -sesuai dengan nama dan perkara yang mereka
bahas- pernah dibahas oleh para filosof Yunani. Mereka berselisih pendapat dalam
perkara ini. Perkara ini dinamakan dengan qadla dan qadar, disebut juga dengan
istilah jabr dan ikhtiar, dikenal pula dengan hurriyatul iradah. Semuanya memiliki arti
yang sama, yaitu apakah perbuatan manusia itu bebas (hurrun) dari sisi
mewujudkannya ataupun tidak mewujudkannya; ataukah manusia itu dipaksa
(majbur)? Makna seperti ini tidak pernah ada dalam benak kaum Muslim sebelum
diterjemahkannya filsafat Yunani.” (Ibid, Hal. 85)
Masaah qadha dan qadar sudah dibicarakan kaum muslimin sejak masa awal islam,
bukan setelah masuknya filsafat Yunani.
Al Hasan ibn Ali -semoga Allah meridlai keduanya -berkata: “Man lam yu’minu bi
qadhaillah wa qadarihi khairihi wa syarrihi faqad kafara.” (Barang siapa yang tidak
beriman kepada qadla’ Allah dan qadar-Nya, yang baiknya dan yang buruknya,
maka ia telah kafir) . Sebagaimana dinukil dalam Isyarat al Maram karya al Bayadli
dan kitab-kitab lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
“Tidaklah ketetapan Allah dapat ditolak kecuali dengan doa, dan tidaklah
menambahkan usia kecuali kebaikan.” (HR. At Tirmidzi no. 2139,
katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan hasan, Shahih
wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2139. Lihat Juga Shahihul Jami’ No.
7687. Lihat juga Shahih At Targhib wat Tarhib No.1639, 2489. Lihat
juga As Silsilah Ash Shahihah No. 154)
Artinya, wacana qadha dan qadar sudah ada sejak masa Rasulullah dan
Sahabat, bukan setelah masuknya filsafat yunani ke dalam masyarakat
Islam, sebagaimana anggapan Syakh Taqiyuddin An Nabhani .
-Menolak Khabar Ahad (Hadits Ahad) untuk perkara Aqidah
Menurut para pengkritik, dampak dari pendapat ini adalah penolakan HT terhadap
berita tentang adanya siksa dan nikmat kubur, munkar nakir, ru’yatullah, dan lainnya.
Sehingga ada diantara pengkritik langsung memvonis HT adalah Neo Mu’tazilah!
(seperti Syaikh Al Albani). Seandainya pemahaman Syaikh An Nabhani hanyalah
pendapat pribadi yang tidak dilembagakan menjadi pandangan HT, maka HT tidak
mengalami tudingan seperti ini.
Sebenarnya pendapat HT tentang ini bukan hal baru, dahulu di antara kalangan
Ahlus Sunnah sudah ada yang berpendapat seperti mereka; diantaranya: Imam
Asnawi, Imam Al Bazdawi, Imam Al Ghazali, Imam Ibnush Shalah, Imam Muhammad
Abduh, dan belakangan Syaikh Muhammad Al Ghazali (ulama Mesir dari Ikhwanul
Muslimin), maka ini sejatinya adalah perkara khilafiyah para ulama sejak lama, walau
ini bukan pendapat ulama salaf.
Masalah Fiqih
Sumber: darulfatwa.org
Saat ini, yang menjadi rujukan kelompok salafi adalah Syaikh Rabi’ bin Hadi,
yang oleh pengikutnya disebut sebagai Imam Jarh wa Ta’dil, tapi tidak diakui
para ulama. Syaikh Shalih Fauzan, Syaikh Ghudyan mengatakan saat ini
tidak ada ulama Jarh wa Ta’dil, termasuk Syaikh Rabi’.
Dan, yang menjadi mainstrem salafi saat ini adalah pemikiran keras Syaikh
Rabi’ dan Syaikh Muqbil, termasuk fenomena umumnya di Indonesia.
Masuknya di Indonesia
Secara pemikiran, salafi sudah ada sejak lama, yakni
dibawa oleh Imam Bonjol di sumbar. Lalu, awal abad 20
ada Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Persis. Hanya saja
saat itu, mereka di sebut Wahabi oleh kalangan
tradisionalis.
- Bedah buku
- Website di internet
C. Salafi Jihadi, seperti MMI dan Ansharut Tauhid-nya Abu Bakar Ba’asyir. Secara
pemikiran dan gerakan merupakan perpaduan antara salafi dan IM. Hanya saja
mereka anti demokrasi, sebagaimana semua kelompok salafi lainnya. Tokohnya:
seperti Abu Jibril, Aman Abdurrahman (mantan As Sofwa), Halawi Makmun, Fauzan
Anshari, dan Irfan Awwas.
Semua kelompok salafi ini saling serang, namun
untuk Wahdah Islamiyah, HASMI, dan Salafi
Jihadi, mereka cenderung akur dan kompak.
وُالواجثثب أثثن تكون المثثة السثثلمية مذهبهثثاَ مذهثثب السثثلف،حزب معيثثن يسثثمى السثثلفيين
الص ثثاَلح ل التحزب إل ثثى م ثثن يس ثثمى ) الس ثثلفيون( فهناَك طري ثثق الس ثثلف وُهناَك حزب يس ثثمى
)السلفيون( وُالمطلوب اتباَع السلف
“Tidak ragu lagi, bahwa wajib bagi seluruh kaum muslimin
menjadikan mazhab mereka adalah madzhab salaf, bukan
terikat dengan kelompok tertentu yang dinamakan Salafiyyin.
Wajib bagi umat Islam menjadikan madzhab mereka adalah
madzhab salafus shalih, bukan berkelompok kepada siapa-
siapa yang dinamakan Salafiyyun. Maka, di sana ada jalan
salaf, dan ada juga hizb (kelompok) yang dinamakan
Salafiyun, dan yang dituntut adalah mengikuti salaf.” (Syaikh
Muhammad bin Shalih ‘Utsamin, Syarh Al Arbain An
Nawawiyah, Hal. 263. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Syaikh Shalih fauzan
“Ada orang yang mengklaim bahwa dirinya di atas
madzhab salaf, tetapi mereka menyelisihinya, mereka
melampaui batas (ghuluw) dan menambah-
nambahkan, dan keluar dari metode As Salaf. Di
antara mereka juga ada yang mengaku bahwa dirinya
di atas madzhab salaf, tetapi mereka
menggampangkan dan meremehkan, hanya cukup
menyandarkan diri (intisab).
Orang yang di atas manhaj salaf itu adalah lurus
dan pertengahan antara melampaui batas (ifrath) dan
meremehkan (tafrith), demikianlah thariqah salaf,
tidak melampaui batas atau meremehkan. Untuk
itulah Allah Ta’ala berfirman: “ …dan prang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik ….”
Maka, jika engkau hendak mengikuti jejak salaf, maka
engkau harus mengenal jalan (thariqah) mereka, tidak
mungkin mengikuti mereka kecuali jika engkau telah
mengenal jalan mereka, dan itqan dengan manhaj mereka
lantaran engkau berjalan di atasnya. Adapun bersama orang
bodoh, engkau tidak mungkin berjalan di atas thariqah
mereka (salaf), dan engkau tidak mengetahuinya dan tidak
mengenalnya, atau menyandarkan kepada mereka apa-apa
yang tidak pernah mereka katakan atau yakini. Engkau
berkata: ‘Ini madzhab salaf,’ sebagaimana yang
dihasilkan oleh sebagian orang bodoh saat ini, orang-
orang yang menamakan diri mereka dengan salafiyyin,
kemudian mereka menyelisihi kaum salaf, mereka amat
keras, mudah mengkafirkan, memfasiq-kan, dan
membid’ahkan.
Kaum salaf, mereka tidaklah membid’ahkan, mengkafirkan, dan
memfasiq-kan kecuali dengan dalil dan bukti, bukan dengan hawa
nafsu dan kebodohan. Sesungguhnya engkau menggariskan
sebuah ketetapan: “Barangsiapa yang menyelisihinya, maka dia
adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah) dan sesat,” Tidak yaa akhi, ini
bukanlah manhaj salaf.
Manhaj salaf adalah ilmu dan amal, ilmu adalah yang pertama,
kemudian beramal di atas petunjuk. Jika engkau ingin menjadi
salafi sejati (salafiyan haqqan), maka wajib bagimu mengkaji
madzhab salaf secara itqan (benar, profesional), mengenal
dengan bashirah (mata hati), kemudian mengamalkannya dengan
tanpa melampau batas dan tanpa meremehkan. Inilah manhaj
salaf yang benar, adapun mengklaim dan sekedar menyandarkan
dengan tanpa kebenaran, maka itu merusak dan tidak
bermanfaat.” Demikian perkataan Syaikh Shalih Fauzan. (Syaikh
Mut’ab bin Suryan Al ‘Ashimi, Kasyful Haqaiq Al Khafiyah
‘Inda Muda’i As Salafiyyah, Hal. 15-16. Dar Ath Tharafain)
Teks Asli:
هناَك من يدعي أنه على مذهب السلف لكن يخاَلفهم ،يغلوا وُيزيد ،وُيخرج عن طريقة السلف ،
وُمنهثثم مثثن يدعثثي أنثثه علثثى مذهثثب السثثلف وُيتسثثاَهل وُيضيثثع وُيكتفثثي باَلنتسثثاَب .الذي علثثى منهثثج
السلف يعتدل وُيستقيم بين الفراط وُالتفريط ،هذه طريقة السلف ل غلو وُل تساَهل
ولذها قال ال تعال ... :وُالذين اتبعوهم بإحساَن ..
فإذا أردت أن تتبع السلف ل بد أن تعرف طريقتهم ،فل يمكن أن تتبع السلف إل إذا عرفت طريقتهم
وُأتقنثثت منهجهثثم مثن أجثثل أثثن تسثير عليثثه ،وُأمثثاَ مثثع الجهثثل فل يمكثثن أثثن تسثير علثثى طريقتهثثم وُأنثثت
تجهلهثثاَ وُل تعرفهثثاَ ،أثثوُ تنسثثب إليهثثم مثثاَ لثثم يقولوه وُلثثم يعتقدوُه ،تقول :هذا مذهثثب السثثلف ،كمثثاَ
يحصثثل مثثن بعثثض الجهاَل – الثثن – الذيثثن يسثثمون أنفسثثهم )سثثلفيين( ثثثم يخاَلفون السثثلف ،وُيشتدوُن
وُيكفروُن ،وُيفسقون وُيبدعون .السلف ماَ كاَنوا يبدعون وُيكفروُن وُيفسقون إل بدليل وُبرهاَن ،ماَ هو
باَلهوى أثوُ الجهثل ،إنثك تخط خطثثة وُتقول :مثن خاَلفهاَ فهو مبتدع ،فهثو ضاَل ،ل – يثاَ أخثثي – مثاَ
هذا بمنهثثج السثثلف .منهثثج السثثلف العلثثم وُالعمثثل ،العلثثم أوُلا ثثثم العمثثل علثثى هدى ،فإذا أردت أثثن
تكون سثثلفياَا حق اَا فعليثثك أثثن تدرس مذهثثب السثثلف بإتقاَن ،وُتعرفثثه ببصثثيرة ،ثثثم تعمثثل بثثه مثثن غيثثر غلثثو
وُمن غير تساَهل ،هذا منهج السلف الصحيح ،أماَ الدعاَء وُالنتساَب من غير حقيقة فهو يضر وُل
ينفع
Syaikh Shalih Fauzan ditanya tentang hukum menggunapan
embel-embel As Salafi dan Al Atsari di belakang nama.
Maka, engkau tidak perlu berkata ‘Saya salafy’, ‘Saya atsary’, saya
begini begitu. Wajib bagimu mencari kebenaran dan beramal dengannya
dan meluruskan niat. Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui
keadaan sebenarnya dari hamba-hambaNya. (Ibid)
Teks Asli:
" المطلوب أن النساَن يتبع الحق ،المطلوب أن النساَن يبحث عن الحق وُيطلب الحق وُيعمل به ،
أماَ إنه يتسمى بأنه ) سلفي ( أوُ ) أثري ( أوُ ماَ أشبه ذلك فل داعي لهذا ،ال يعلم سبحاَنه وُتعاَلى
قل أتعلمون ال بدينكم وُال يعلم ماَ في السماَوُات وُماَ في الرض وُال بكل شيء عليم
فاَل يعلم ماَ في السماَوُات وُماَ في الرض وُال بكل شيء عليم .
فاَلتسمي ) سلفي ،أثري ( أوُ ماَ أشبه ذلك ،هذا ل أصل له ،نحن ننظر إلى الحقيقة وُل
ننظر إلى القول وُالتسمي وُالدعاَوُى ،قد يقول إنه سلفي وُماَ هو بسلفي ،أوُ أثري وُماَ
هو بأثري ،وُقد يكون سلفياَا أوُ أثرياَا وُهو ماَ قاَل إنه أثري أوُ سلفي .
فاَلنظر إلى الحقاَئق ل إلى المسمياَت وُل إلى الدعاَوُى ،وُعلى المسلم أن يلزم الدب مع
ال سبحاَنه وُتعاَلى ،لماَ قاَلت العراب :آمناَ أنكر ال عليهم قاَلت العراب آمناَ قل لم
تؤمنوا وُلكن قولوا أسلمناَ وُلكن قولوا أسلمناَ ،ال أنكر عليهم أن يسمون ويإصفون أنفسهم باليإمان
وهم ما بعد وصلوا لهذه المرتبة ،أعراب جاءوا من الباديإة ويإدعون أنهم
صاروا مؤمنيإن على طول ،ل .أسلموا دخلوا في السلم ،وإذا استمروا وتعلموا دخل اليإمان
في
قلوبهم شيإئا ا فشيإئا ا ولما يدخل اليمان في قلوبكم وكلمة ) لما ( للشيء الذي يإتوقع ،يإعني
سيإدخل اليإمان ،لكن إنك تدعيإه من أول مرة هذه تزكيإة للنفس .
فل حاجة إنك تقول " :أنا سلفي ،أنا أثري " أنا كذا ،أنا كذا ،عليإك أن تطلب الحق وتعمل به
وتصلح النيإة ،وا الذي يإعلم – سبحانه -الحقائق "
Syaikh Abdullah Al Muthlaq
"Wahai saudara-saudaraku tercinta! Mereka yang mempersempit
makna salafiyyah, gemar mengeluarkan tuduhan, tidak mau
menerima taubat, tidak mau berdiskusi, dan tidak mau menyebarkan
kebaikan; mereka itu membahayakan salafiyyah lebih banyak
daripada kebaikan mereka kepada salafiyyah. Apabila engkau
perhatikan para ulama yang ada di Saudi; ada berapa banyak
mereka? Mereka hanya menghendaki tida atau empat ulama saja;
sedangkan sisanya?! Tidak termasuk (pengikut) salaf? Ini musibah
besar, wahai saudara-saudaraku! Apabila engkau perhatikan para
ulama yang ada di Dunia Islam pada saat ini, maka engkau dapati
para ulama itu menurut mereka telah menyimpang. Apabila engkau
perhatikan para ulama uamt yang berkhidmat demi agama ini,
seperti Ibnu Hajar, An-Nawawi, Ibnu Qudamah pengarang kitab Al-
Mughni dan kitab-kitab bermanfaat lainnya, Ibnu Aqil, dan Ibnul
Jauzi; mereka engkau akan dapati para ulama ini menurut mereka
memiliki karangan-karangan yang mengeluarkannya dari salafiyyah
karena terdapat komentar terhadap para ulama tersebut.
Mereka yang mempersempit makna salafiyyah itu telah berbuat buruk
kepada umat, wahai ikhwah fillah! Oleh karena itu, lihatlah Syaikh
Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah, Syaikh Muhammad Al-Utsaimin
rahimahullah, dan mufti yang sekarang ada; bagaimana mereka
berinteraksi dengan manusia? Bagaimana baiknya akhlak mereka?
Bagaimana mereka menghadapi para penuntut ilmu? Bagaimana
mereka menghormati ulama? Akan tetapi, apakah manhaj ini ada
pada orang-orang yang mempersempit makna salafiyyah itu? Tidak!
Mereka tidak senang, kecuali terhadap jumlah sedikit dan terbatas
dari ulama yang dikemukakan oleh sejumlah penuntut ilmu. Mereka
sibuk memakan daging ulama di majelis-majelis mereka. Terkadang,
perkataan mereka penuh dengan tudingan palsu. Terkadang pula,
mereka berdusta atas nama ulama. Tidak ada kata “taubat” di kamus
mereka. Merekapun tidak mau menerima sikap rujuk seseorang.
Mereka mempersempit din ini. Mereka gembira apabila menusia
keluar darinya, namun mereka tidak bias bergembira menerima udzr
manusia. Lihatlah! Ini adalah musibah, wahai saudara-saudaraku.
Apabila musibah ini menimpa umat, mungkin salafiyyah hanya
terbatas berada pada tempat tertentu di Jazirah Arab ini.
Wahai ikhwah fillah, lihatlah bagaimana sopannya akhlak Syaikh Abdul
Aziz bin Bazz dan Syaikh Muhammad Al-Utsaimin! Bagaimana mereka
menjadi mufti bagi seluruh pemuda Dunia Islam meskipun negeri mereka
berbeda-beda! Ada yang di Eropa, Amerika, Afrika, Jepang, Indonesia,
dan Australia. Mereka ridha terhadap kedua Syaikh tersebut. Engkau
dapati mereka mau menerima Abdul Aziz bin Bazz, Muhammad Al-
Utsaimin, Syaikh Fulan, dan Syaikh Fulan. Akan tetapi, apakah mereka
ridha terhadap para masyayikh orang-orang yang mempersempit makna
salafiyyah tersebut? Bagaimana?! Tidak! Demi Allah, mereka tidak ridha
dan tidak mau menerimanya. Sesungguhnya jalan yang ditempuh oleh
mereka itu (para pemuda yang gemar menuduh dan tidak mau
berdiskusi)—semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka—
mempersempit makna salafiyyah dan menyebabkan orang lari menjauh
darinya. Jalan yang mereka tempuh itu menjadikan salafiyyah sebagai arti
sempit lagi terbatas yang kebanyakan perbuatannya adalah mengkafirkan
dan memfasikkan manusia, mengumpulkan kesalahan-kesalahan
mereka, merusak citra mereka, dan mencemarkan nama baik mereka."
Diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=32
Teks Asli:
ياَ أحباَبي هؤلء الذين يضنيقون معنى السلفية ،وُالذين يأخذوُن باَلفظننة ،وُالذين ليقبلون التوبة ،وُالذين ل يناَقشون الناَس ،
وُل ينشروُن الخير ،هؤلء يض نروُن السلفية أكثر مماَ يحسنون إليهاَ ،إنك لو نظرت إلى علماَء من أهل السعودية كم هم ؟
يريدوُن فقثثط ثلثثثة أثثوُ أربعثثة علماَء ،وُالباَقيثثن هاَه ؟ ليسثثوا مثثن السثثلف ،ذي مصثثيبة عظيمثثة يثثاَ إخوان ،إنثثك إذا نظرت إلثثى
علماَء العاَلم السلمي الن تجد أنهم عندهم في قوائم المنحرفين ،إنك إذا نظرت إلى علماَء النمة الذين خدموا الدين ،
أمثاَل ابن حجر وُالنووُي وُابن قدامة صاَحب المغني وُالكتب الناَفعة وُابن عقيل وُابن الجوزي وُجدت أنهم عندهم مصنفون
تصنيفاَت يخرجونهم بهاَ من السلفية لنه وُجد عليهم بعض الملحظاَت ،هؤلء الذين يضنيقون معنى السلفية يسيئون للمة
إخوتي في ال ،وُلذلك انظروُا إلى سماَحة الشيخ عبد العزيز ابن باَز رحمه ال وُإلى الشيخ محمد العثيمين رحمه ال وُإلى
سثثماَحة المفتثثي الثثن الموجود ،كيثثف يتعاَملون مثثع الناَس ،كيثثف يحسثثنون أخلقهثثم ،كيثثف يسثثتقبلون طلبثثة العلثثم ،كيثثف
يج نلون العلماَء ،لك ثثن ه ثثل هذا المنه ثثج موجود عن ثثد هؤلء ؟ ل ؟ هؤلء ليس ثثوا راضي ثثن إلن ع ثثن أعداتد قليل ثثة معدوُدة عل ثثى
اليدي مثثن طلبثثة العلثثم ،الذيثثن يشتغلون فثثي مجاَلسثثهم بأكثثل لحوم العلماَء ،وُأحياَناَا يحنملون كلمهثثم مثثاَ ل يتحمثثل ،بثثل
وُأحياَناَ يكذبون عليهم ،ليس في قاَموسهم توبة ،وُل يقبلون لحد أوُبة ،يضنيقون هذا الدين ،يفرحون بخروُج الناَس منه ،
وُل يفرحون بقبول أعذار الناَس وُإدخاَلهم فيه ،ترى هذي مصيبة ياَ إخواني لو ابتليت بهاَ المة يمكن أن تكون السلفية في
مكاَن محدوُد م ثثن هذه الجزيرة ،انظروُا إخوت ثثي ف ثثي الث ث إل ثثى دماَث ثثة خل ثثق الشي ثثخ عب ثثد العزي ثثز اب ثثن باَز وُالشي ثثخ محم ثثد ب ثثن
عثيميثثن ،كيثثف كاَنوا مفتيثثن لجميثثع شباَب العاَلثثم السثثلمي ،إثثن اختلفوا فثثي أوُروُبثثاَ فثثي أمريكثثاَ فثثي أفريقيثثاَ فثثي الياَباَن فثثي
أندوُنيسياَ في استرالياَ ،من يرضون حكم اَا ،من يرضون ،تجدهم يقبلون عبد العزيز بن باَز وُمحمد بن عثيمين وُفلن وُفلن
،لكن هل يرضون مشاَيخ هؤلء ،هاَه ،ل وُال ماَ يرضونهم ،وُهؤلء ل يقبلونهم ،إن ماَ ينتهجه هؤلء وُفقهم ال وُهداهم
يضنيثثق معنثثى السثثلفية وُينفثثر الناَس منهثثاَ ،وُيجعثثل السثثلفية معناىث ضينقثثاَ محدوُدا أغلثثب عملثثه تكفيثثر الناَس وُتفسثثيقهم وُجمثثع
أخطاَئهم وُتشويه سمعتهم وُالقدح في أعراضهم
Dan masih banyak lagi kritik para ulama
terhadap salafi, diantaranya: Syaikh
Bakr Abu Zaid yang telah menulis buku
tentang hukum mentashnif
(menggolongkan) manusia, begitu pula
fatwa Syaikh Shalih Fauzan tentang
hukum menggolongkan manusia,
sebagai reaksi dari kebiasaan kelompok
salafi yang membagi-bagi manusia
menjadi: sururi, turatsi, hadadi, dll
Buku dan Tulisan Yang Mengkritik
Salafi
- Mudzakarah Al Watsa-iq Al Jaliyyah Allati Yata’aamaa ‘Anhaa Ad’iyaa
As Salafiyah (Kumpulan Dokumen Penting Yang Para Pengklaim
Salafiyah Tidak Mau tahu). Disusun oleh Para Thulabul Ilmi yang berisi
pembelaan para ulama Saudi terhadap Aidh Al Qarni, Salman Audah,
Safar Hawali, Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, dll. (setebal 235 Hal)
- Ar Rad ‘Ala Ad’iyaa’ As Salafiyah (Bantahan Untuk Para Pengklaim
Salafiyah). Disusun oleh Syaikh Abdul Aziz bin Manshur Al Kinani
(Setebal 239 Hal)
- Sittatu waahidah ashlan faasidan lifirqati murji’ah al khuluf :ar
rabi’iyun. (61 prinsip rusak firqah murji’ah yang busuk: para pengikut
rabi’). Disusun oleh Syaikh Abu Utsman As Salafi
- Kasyful Haqaiq Al Khafiyah ‘Inda Muda’I As Salafiyah (Menyinkap
Hakikat Tersembunyi pada Para Pengklaim Salafiyah). Disusun oleh
Syaikh Mut’ab bin Suryan Al ‘Ashimi. Dar Tharafain
- - Fadhihah ‘ilmiyah Lid Duktur Rabi’ (skandal ilmiyah Dr. Rabi’)
- Dan masih banyak lagi ….
Wa akhiru da’wana an
alhamdulillahi rabbil ‘alamin