EVALUASI
1 PEMBUATAN
A Pencetakkan dari Lelehan (Fusion Molding)
2 EVALUASI SEDIAAN
Organoleptis Kadar
Keseragaman Bobot Softening Time Test
Waktu Leleh Breaking Test
Disolusi
A.PEMBUATAN SUPOSITORIA
A. KALIBRASI CETAKAN
• Siapkan cetakan suppositoria dengan kondisi kering dan bersih.
• Buat lelehan basis suppositoria 6-12 suppositoria.
• Tuang lelehan, dinginkan dan rapikan.
• Keluarkan suppositoria dari cetakan dan timbang.
• Hitung bobot rata-rata suppositoria.
• Kapasitas cetakan (1,02-1,195 g).
1. PENCETAKAN DARI LELEHAN
(FUSION MOLDING)
B. DISPLACEMENT VALUE
pada pembuatan sediaan suppositoria perlu diawali dengan penentuan displacement value.
Displacement value adalah sejumlah bobot dari bahan-bahan obat yang menggantikan
satu bagian dari basis.
Displacement Value : berguna untuk menyetarakan jumlah bobot dengan densitas basis
suppositoria, shg bahan aktif obat yang tersedia dalam setiap suppositoria dapat
diperkirakan.
Jika jumlah bahan aktif obat cukup besar, maka volume material harus diperhitungkan dan
jumlah sesungguhnya basis yang diperlukan untuk mengisi cetakan menjadi sangat penting.
tidak semua bahan obat dengan basis tertentu memiliki displacement value.
penentuan displacement value diazepam telah dilakukan dengan beberapa basis yan
g berbeda. displacement value diazepam dengan 10% beeswax dan 90%
theobroma oil adalah senilai 0,88, sedangkan dengan gelatin-gliserin-air dan PEG -
gliserin-air berturut-turut adalah senilai 1,04 dan 0,98
Displacement value =
Untuk memperoleh hasil perlu dilakukan pengukuran bobot rata - rata suppositoria tanpa b
ahan aktif, bobot rata-rata suppositoria dngan bahan aktif, bobot basis dalam suppositoria, b
obot bahan aktif dalam suppositoria, bobot basis yang tergantikan oleh bahan aktif dan besar
nya 1 g basis yang tergantikan oleh bahan aktif yang menggambarkan nilai displa
cement value.
1. PENCETAKAN DARI LELEHAN (FUSION MOLDING)
D. CARA PEMBUATAN
pembungkusan e. Masukkan
dalamnya.
2. Mix bahan yang berbentuk powder 3. Levigasi bahan diatas dengan castor oil
dengan ditambahkan secara dan sedikit basis. Homogenkan dan
geometris hingga homogen, tambahkan ke massa yang cair dan aduk
kemudian letakan di cawan penguap hingga homogen
yang hangat .
Resep :
Bisakodil 5 mg C. PERHITUNGAN
Ol. Cacao qs
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bisakodil
Nilai tukar : 0,7
· Bisakodil yang diperlukan = 2 x 0,005 g = 0,01 g
· Pengenceran Bisakodil :
Bisakodil = 50 mg
SL = 250 mg
Yang diambil = 10 mg/50 mg x 300 mg = 60 mg
Berat SL = 60 mg – 10 mg = 50 mg
· Berat suppo = 2 x 2 g = 4 g
· Nilai tukar = 0,01 g x 0,7 = 0,007 g
· Lemak yang dibutuhkan = 2 g – (0,007g + 0,050 g) = 3,9343 g
· Tambahan lemak 10% = 10/100 x 3,9343 g = 0,3943 g
· Jadi, tambahan lemak menjadi = 3,943 g + 0,3943 g = 4,3373 g
2. KOMPRESI (COMPRESSION MOLDING)
D. CARA PEMBUATAN
Dalam pembuatan dengan cara kompresi Proses kompresi khususnya cocok
dalam cetakan, basis supositoria dan untuk pembuatan supositoria yang
bahan lainnya dalam formula dicampur/ mengandung bahan obat yang tidak
diaduk dengan baik, pergeseran pada tahan pemanasan dan untuk supositoria
proses tersebut menjadikan supositoria yang mengandung sebagian besar
lembek seperti kentalnya pasta. bahan yang tidak dapatlarut dalam
basis.
Kelemahan proses ini adalah bahwa
Dalam pembuatan dengan dibutuhkan mesin khusus supositoria
skala kecil digunakan alat dan ada beberapa keterbatasan seperti
bentuk supositoria yang hanya dapat
mortar dan alunya.
dibuat dari cetakan yang ada saja.
2. KOMPRESI
(COMPRESSION MOLDING)
Penimbangan bahan
Penimbangan bahan
Aminofilin 5 gram = 5.000 mg
PEG 1000 75% = 18,75 gram = 18.750 mg
PEG 4000 25% = 6,25 g = 6250 mg
2. KOMPRESI
(COMPRESSION MOLDING)
Methode
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.Timbang bahan yang dibutuhkan yaitu aminofilin= 5.000mg, PEG 1000 = 18750mg, PEG 4000
= 6250 mg.
. Lebur PEG 1000 DAN PEG 4000 diatas penangas air ad mencair (massa 1)
3.
4.Setelah massa 1 telah melebur turunkan dari penangas air ,tambahkan aminofilin yang telah
digerus terlebih dahulu, aduk dengan menggunakan penangas kaca (massa 2), jika massa 2
masih keras lakukan pemanasan sedikit sambil di aduk
5. Tuang massa 2 kedalam cetakan suppositoeria yan telah dilubrikasi dengan parafin
liquidium, pastikan massa 2 tertuang terus-menerus tanpa berhenti sampai melebihi cetakan,
buat 8 buah cetakan
6..biarkan suppos mendingin dahulu dalam suhu ruang, kemudian dapat di masukkan ke dal
m lemari pendingin untuk proses pengerasan lebih lanjut
. 7. Keluarkan suppos dari lemari pendingin, lalu buka cetakan dan dorong suppos dengan
hati- hati
8. Segera lapisi suppositoria dengan aluminium foil, masukkan kedalam kotak simpan dalam
ruang kering dan sejuk dan tambahkan brosur dalam kotak
3. DIGILING DAN DIBENTUK DENGAN
TANGAN (HAND MOLDING)
A. ALAT YANG DIGUNAKAN
B.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
C. PERHITUNGAN
D. CARA PEMBUATAN
E.
CONTOH FORMULA, PERHITUNGAN, DAN
CARA PEMBUATAN
3. DIGILING DAN DIBENTUK DENGAN
TANGAN (HAND MOLDING)
Metode ini dilakukan dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur hom
ogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Caranya :
1. Basis diiris
2. Diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper, sampai di
peroleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk
3. Massa digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang di
kehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan.
4. Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.
Adanya cetakan suppositoria dalam macam-macam ukuran dan bentuk, pengolahan
suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasi sekarang hampir tidak pernah dilakukan
3. DIGILING DAN DIBENTUK DENGAN TANGAN (HAND
MOLDING)
C. PERHITUNGAN
Menghitung basis
Untuk menghitung berapa basis yang perlu
ditambahkan, ada 2 metode yang digunakan,
yaitu :
Jika f = 0,44 berarti bahwa 0,44 g basis dapat digantikan oleh 1 g bahan
obat. f dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Ket:
F : faktor pengganti
E : bobot basis suppositoria murni
G : bobot suppositoria dengan bahan aktif X%
X : % bahan aktif
Jumlah basis = Bobot suppositoria – Jumlah zat aktif yang menggantikan basis
Contoh Density Factor
D. CARA PEMBUATAN
Skala kecil
Jarang digunakan
Oldest and Simplest method
Diambil tidak kurang 30 sippo lalu ditetapkan kadar 10 satuan satu per satu.
Kecuali dinyatakan lain, persyaratan kadar dalam rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera pada
etiket dalam simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.
Jika satu satuan berada di luar rentang tersebut, tapi dalam rentang 75,0%-125,0% dari yang
tertera dalam etiket,
atau simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0%, atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, dilakukan
uji 20 satuan tambahan.
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari satu satuan dari 30 terletak di luar
rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan
terletak di luar rentang 75,0%-125,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif dari 30 satuan tidak lebih dari 7,8% (FI IV, hal 999-
1000)
4. UJI DISOLUSI
Uji
disolusi dilakukan dengan alat uji disolusi tipe I yaitu tipe keranjang (basket). Media disolusi yang diguna
kan adalah 250 ml dapar fosfat pH 7,4 ± 0,1 pada suhu 37 ± 0,1 ⁰ C dan kecepatan 50 rpm. Pada menit ke 5,
10, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 diambil sampel sejumlah 10 ml kemudian diukur absorbansinya pada panjan
g gelombang 221,6 nm. (Trianggiani, dkk., 2017)
Setiap kali pengambilan media dilakukan penggantian cairan dengan jumlah media disolusi yang sama. Hasil
uji disolusi dievaluasi menggunakan parameter persen terdisolusi dan efisiensi disolusi pada menit ke 120. Pe
rhitungan persen terdisolusi dilakukan dengan mengukur jumlah obat yang telah dilepaskan oleh sediaan pa
da saat pengambilan sampel pada waktu tertentu. (Costa, 2011)
Data persen terdisolusi tersebut digunakan untuk menghitung efisiensi disolusi dengan memba
ndingkan luas area di bawah kurva kecepatan pelarutan menggunakan metode trapezoid, dan luas area pers
egi pada waktu yang sama yang menggambarkan 100% obat terdisolusi.
Perhitungan efisiensi disolusi dihitung sesuai dengan persamaan : (Marchaban, 2014)
DEt (%) =
Dimana DE adalah efisiensi disolusi; y.dt adalah luas bidang di bawah kurva kecepatan pelarutan pada waktu
t;
y100 adalah luas bidang pada kurva kecepatan kelarutan yang menunjukkan 100% obat yang
terlarut pada waktu t.
5. UJI KADAR
Fase Gerak
Buat campuran natrium asetat 0,074 M dalam air (atur pH hi
ngga 7,4 dengan penambahan asam asetat P 2,5%) dan aseto
nitril P (55:45),setelah itu saring.
Larutan Baku
Timbang saksama sejumlah Bisakodil BPFI, larutkan
dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
Larutan Uji
Timbang saksama sejumlah supositoria setara dengan lebih kurang 100 mg bisakodil, masukkan
ke dalam corong pisah 500 ml
Tambahkan 150 ml n-heksan P, kocok hingga supositoria larut.
Tambahkan 50 ml asetonitril P, kocok selama 1 menit dan biarkan terjadi pemisahan.
Alirkan lapisan bagian bawah ke dalam labu tentukur 200-ml.
Lakukan sebanyak dua kali.
Encerkan hasil ekstrak dalam labu tentukur dengan asetonitril P sampai tanda, kocok dan sarin
g.
Sistem Kromatografi
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi
dengan detektor 265 nm, kolom 3,9 mm x 30 cm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit de
ngan fase gerak yang digunakan yaitu :
natrium asetat : asetonitril (55:45)
Contoh 2 : Sediaan Suppositoria Meloxicam
Fase Gerak
Fase gerak digunakan campuran metanol dan air bebas CO2 50:50.
Larutan Baku
1. Sebanyak 25 mg meloxicam baku standar ditimbang seksama lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
2. Tambahkan 1,0 mL natrium hidroksida 1 N dan 30 mL metanol P, dikocok sampai
larut, kemudian diencerkan dengan metanol P sampai tanda batas.
3. Larutan dipipet 10,0 mL ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan 10,0 mL natriu
m hidroksida 1N dan diencerkan dengan metanol P sampai tanda batas.
Larutan Uji
Gerus suppositoria yang mengandung meloxicam 15 mg kemudian tambahkan 20 mL
metanol P hingga larut
Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 1,0 mL natrium hidroksida 1
N, dikocok hingga jernih dan diencerkan dengan metanol sampai tanda batas.
Filtrat 0,1 mL dipipet ke dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan metanol P sampai tan
da batas.
Sistem kromatografi
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan kolom C18 shimpack CLC ODS dengan di
mensi 25 cm x 4,6 mm dan detektor 254 nm. Kecepatan alir yang digunakan adalah 1
mL per menit dengan fase gerak metanol:air perbandingan 50:50
6. UJI SOFTENING TIME TEST
• Tujuan: menentukan waktu melunak/melarut
suppositoria/ovula
• Prinsip: Alat yang digunakan mempunyai tiga tabung uji
yang dicelupkan dalam wadah penangas air dengan suhu
37 derajat Celsius. Pada tabung uji ini diamati waktu yang
diperlukan oleh batang penetrasi untuk menembus
suppositoria/ovula. Waktu pelunakan atau pelarutan
suppositoria/ovula adalah rata-rata dari 3 penentuan yang
dilakukan
• Penafsiran hasil : Waktu pelunakan tidak lebih dari 30
menit
7. UJI BREAKING TEST
- Setiap pengukuran menggunakan 10 sediaan dan dipastikan tidak terdapat residu sediaan se
belum setiap pengukuran
- (Leon Lachman , 1990 , hal. 586-587)