Anda di halaman 1dari 90

KEMAHIRAN BERACARA DI

PENGADILAN NEGERI
Litigation : acara/proses pengadilan.
Legal aid : Bantuan Hukum.

 Legal = sah.
 Aid = pertolongan, bantuan.
Proses perkara perdata
diawali dengan adanya
suatu sengketa yang
kemudian disusul dengan
diajukannya gugatan.
Selanjutnya P><T akan
dipanggil menghadap
ke muka Pengadilan /
persidangan yang telah
ditentukan hari, tanggal
dan jam-nya.
P><T dapat maju ke muka persidangan sendiri
atau memberi kuasa kepada Advokat

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


 susunan ruang persidangan ;
 pada azasnya : 3 orang Hakim + 1 orang
Panitera Pengganti (PP) ;
 dapat juga Hakim tunggal  permohonan ;
 P duduk di sebelah kanan meja Majelis Hakim
(sebelah kiri kursi pengunjung sidang) ;
 dapat pula sidang-sidang di tempat lain ;
 biasanya sidang dimulai pukul 09.00 WIB ;
 dihimbau datang tepat waktu ;
Biaya perkara :
1. Pendaftaran surat gugat ke
bagian pendaftaran dengan
membayar voorschot untuk biaya
pemanggilan saksi, penyitaan,
pemeriksaan tempat dll dan
apabila voorschot masih kurang
akan diminta tambahan
sedangkan ongkos dibebankan
pada pihak yang kalah.
2.Bagi yang tidak mampu diberi izin berperkara
tanpa biaya (prodeo = Cuma-Cuma).

Apabila Penggugat mengajukan izin berperkara


secara prodeo, maka diajukan pada waktu
Penggugat mengajukan gugatan.

Jika yang mengajukan izin berperkara prodeo


adalah Tergugat, maka diajukan pada waktu
menyampaikan Jawaban I.

Permohonan izin berperkara secara prodeo


harus dilampirkan Surat Keterangan tidak
mampu dari Kepala Desa di ketahui Camat.
Hal-hal yg harus diperhatikan
sebelum mengajukan
gugatan :

1) Apabila tidak dapat damai,


maka yang dirugikan dapat
menggugat kepada pihak
yang dianggap merugikan.
2) Surat gugatan harus
ditandatangani sendiri
oleh Penggugat/
Kuasanya.
3) Dibuat beberapa rangkap,
sedangkan yg asli
ditempeli meterai
Rp6.000,-
4) Apabila Penggugat buta
huruf/tidak dapat menulis,
gugatan dapat diajukan secara
lisan kepada Ketua Pengadilan
Negeri setempat dan kemudian
Ketua Pengadilan Negeri akan
mencatat/menyuruh mencatat
maksud dan isi gugatan.
Ke Pengadilan Negeri mana
gugatan diajukan ?
Gugatan harus
memperhatikan
(Ps. 118 ayat (1) HIR) :
1. Gugatan diajukan dimana Tergugat
bertempat diam (domisili) ;

2. Kalau tidak diketahui tempat diam


Tergugat, maka gugatan diajukan di
tempat tinggal Tergugat ;

3. Kalau T banyak, gugatan diajukan di


tempat diam salah satu T ;

4. Ada Debitur utama dan penjamin


Debitur Utama (Ps. 118 ayat (2) HIR) ;
5. Kalau tempat diam / tempat tinggal
Tergugat tidak diketahui atau Tergugat
tidak dikenal, maka gugatan diajukan di
tempat diam Penggugat ;
6. Kalau ada gugatan tentang benda tetap,
maka gugatan dapat diajukan dimana
benda tetap tersebut terletak ;
7. Kalau sudah dipilih dengan surat sah
(Akte) maka gugatan diajukan sesuai
dengan domisili pilihan tersebut (ps. 118
ayat (4) HIR) ;
SURAT KUASA KHUSUS
Prinsip : semua orang berhak
berperkara di
Pengadilan Negeri.

Kecuali : orang gila dan anak-


anak yang masih di
bawah umur.

Kadang-kadang menggunakan
kuasa/kuasa hukum.
Surat Kuasa tersebut disebut Surat Kuasa
Khusus.
1.  bisa dibuat di bawah tangan.
2.  Akta Otentik (Notaris)

3. Ps. 123 HIR memberi kemungkinan :


 Kuasa tertulis (di bawah tangan atau
akta otentik) ;
 Kuasa lisan  kuasa dan penerima
harus datang sendiri ke PN
Disamping Surat Kuasa Khusus,
kita mengenal Surat Kuasa
Istimewa yaitu :
Surat kuasa untuk mengangkat
sumpah decissoir dan dalam hal
memberikan pengakuan  syarat
: di hadapan Notaris.
Dalam Surat Kuasa, penerima kuasa
dapat melimpahkan Kuasa itu
kepada orang lain, asal dalam surat
kuasa yang pertama harus ada
kejelasan dg pencantuman bahwa
surat kuasa ini/penerima kuasa
diberi hak subtitusi kepada orang
lain. Jika tidak ada kata-kata
tersebut, kuasa limpahan tidak sah.
Contoh :
Surat Kuasa untuk
mengajukan Gugatan
(Penggugat)
BADAN KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM FH UMK
Alamat : Gondangmanis, Bae, Kudus, Telp. (0291) 438229
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SURAT KUASA
No…………/bln/th.

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami :


• Nama…………………….., Umur……………………., Pekerjaan ………………
Bertempat tinggal di Jalan…………… No…………, Kota……………………..
Selanjutnya disebut sebagai pemberi kuasa

Dengan ini memberi kuasa serta menunjuk domisili hukum kepada :


1. ………………….., S.H. Advokat
2. ………………….., S.H. Advokat
3. ………………….., S.H. Advokat
kesemuanya beralamat di kantor Advokat / Bakobakum / LBH .............… (ALAMAT
KANTOR SAUDARA)…………………………………….
Di jalan…………….. Kota…………………………………………………………….
Baik bersama-sama maupun masing-masing sendiri

Selanjutnya disebut sebagai penerima kuasa


KHUSUS

Mewakili Pemberi Kuasa untuk mengajukan gugatan…………………di Pengadilan


Negeri………………..terhadap ;
1. Nama……………………, Umur…..……………………, Pekerjaan…………....
bertempat di……………….……………………………..
2. Nama……………………, Umur…..……………………, Pekerjaan…………....
bertempat di……… ......................, atas sengketa __________________ di
Pengadilan Agama / Pengadilan Negeri ....................
Untuk itu penerima kuasa diberi hak
untuk :
Membuat dan menandatangani gugatan, mengajukan gugatan,
mengajukan Replik dan kesimpulan, menghadap persidangan, berbicara,
membaca berkas, mengajukan bantahan-bantahan dan keberatan-
keberatan, mengajukan permohonan-permohonan, mengajukan bukti-
bukti dan menolak bukti lawan, menghadap instansi swasta maupun
Pemerintah terkait, membuat surat-surat, bermusyawarah, melakukan
perdamaian, melakukan pembayaran dan menerima pembayaran.
Kuasa dapat melakukan segala perbuatan hukum yang diatur dan
diperkenankan oleh Hukum Acara Perdata guna kepentingan pemberi
kuasa dan kuasa ini diberikan dengan hak substitusi.
Kota…….., tanggal……….bulan……..tahun.

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa


Rp. 6000,-
tgl,bln,thn

…………….., S.H. ………………………


…………….., S.H.
…………….., S.H.
Contoh :
Surat Kuasa untuk
mengajukan Jawaban
(Tergugat)
BADAN KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM FH UMK
Alamat : Gondangmanis, Bae, Kudus, Telp. (0291) 438229
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SURAT KUASA
No. ……/bln/thn.

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami :


1. Nama……………………, Umur…..……………………,
Pekerjaan………….... Beralamat di …………………………….
(Tergugat I).
2. Nama…………………….., Umur…………………….,
Pekerjaan ……………
Beralamat di …………………………….(Tergugat II).
Keduanya sebagai Tergugat I dan Tergugat II dalam perkara perdata
No……/Pdt.G/2001/PN………., dalam hal ini memilih kediaman hukum
(domisili) di Kantor Kuasanya yang tersebut di bawah ini :
Nama…………….., S.H.
Beralamat di Kantor ……………………, Jalan………………………No...
…… Kota…………………………………
KHUSUS

Untuk dan atas nama pemberi kuasa, mewakili sebagai Tergugat dalam
Perkara Perdata No. 10/Pdt.G/2001/PN.Kds……… mengenai……………

Untuk itu yang diberi kuasa dikuasakan untuk menghadap dan


menghadiri semua persidangan, mengajukan eksepsi, jawaban, dan
mengajukan gugatan balik (rekonvensi), mengajukan duplik, bukti-bukti
surat, saksi-saksi serta kesimpulan.
Menghadap instansi-instansi, jawatan-jawatan, hakim-hakim dan pejabat-
pejabat, meminta, mengajukan dan menandatangani surat-surat,
permohonan-permohonan, meminta pengangkatan sita jaminan, menolak
saksi-saksi, menolak keterangan saksi-saksi, dapat mengadakan
perdamaian dengan segala syarat-syarat yang dianggap baik oleh yang
diberi kuasa, meminta atau memberikan segala keterangan yang
diperlukan, meminta penetapan-penetapan, putusan, meminta dihentikan
eksekusi, dapat mengambil segala tindakan yang penting, perlu dan
berguna sehubungan dengan menjalankan perkara, serta dapat
mengerjakan segala sesuatu pekerjaan yang umumnya dapat dikerjakan
oleh seorang kuasa/wakil guna kepentingan pemberi kuasa.
Kuasa ini diberikan dengan hak melimpahkan
(substitusi) baik sebagian maupun untuk
seluruhnya yang dikuasakan ini kepada orang lain.

Kota…….., tanggal……….bulan……..tahun.

Penerima Kuasa Para


Materai,
Pemberi Kuasa
Tgl, Bln, Th
Rp. 6000,-

…………….., S.H. 1. ………………………


2. …………….............
Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan dalam
SURAT GUGATAN :
1. Identitas/ciri-ciri Penggugat
dan Tergugat.

Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Dasar hukum (posita)

a. bagian yang menguraikan


tentang peristiwa ;
b. bagian yang menguraikan
tentang dasar hukumnya yaitu :
menjelaskan tentang
hak/hubungan hukum yang
menjadi dasar tuntutan
(gugatan).
3. Tuntutan (petitum)

a. Primer : tuntutan gugatan


agar Hakim memutuskan ;
b. Tambahan : pelengkap
c. Subsider : menyerahkan
putusan yang adil kepada
Hakim ;
“ex aequo et bono”
Hakim wajib mengadili semua bagian dari
tuntutan.

Untuk menjamin hak Penggugat dalam gugatan


sebaiknya dilakukan penyitaan atas barang-
barang milik Tergugat.

Penyitaan merupakan bagian dari tindakan


persiapan untuk menjamin dilaksanakannya
Putusan Pengadilan.

Untuk barang-barang yang telah disita, tidak


dibenarkan untuk dijual/dialihkan kepada orang
lain.

Ps. 231 KUHP  max. 4 tahun.


GUGATAN
Setelah mengetahui cara-cara
berperkara kini tinggal :

 Taktik dan Strategi Pembelaan


baik berperan sebagai P maupun T
 Yang perlu diketahui awal :
siapa Majelis Hakim dan Ketua
Majelis Hakim
Sehubungan dengan Ps. 28 ayat
(2) dan (3) UU No. 14/1970 jo. UU
No. 39/1999 sekarang UU No.
4/2004 jo. UU No. 48/2009 :

Apakah ada hubungan keluarga


antara pihak-pihak yang
berperkara ?
Wraken : Hak ingkar
Para pihak berhak menolak hak
bersidang. (Ps. 28)

Verschoonen : Hakim wajib


mengundurkan diri dari
pemeriksaan / bersidang.
(Ps. 373 HIR)
a. Pihak-Pihak yang Berperkara

Ps. 15 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 14/1970 


UU No. 4/2004  UU No. 48 /2009

Suatu Majelis Hakim :


 1 Hakim Ketua, 2 Hakim Anggota, 1 PP ;
 Ketua Majelis di tengah ;

Kemudian Hakim membuka sidang.


Dengan menyatakan :
Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum
(dengan mengetuk palu).
Kemudian Hakim mempersilahkan kedua
belah pihak duduk, pada tempat yang
telah disediakan.

Penggugat duduk di sebelah kanan meja


Majelis Hakim (sebelah kiri kursi
pengunjung sidang).

Tergugat duduk di sebelah kiri meja


Majelis Hakim (sebelah kanan kursi
pengunjung sidang).
Denah Ruang Sidang

PP H1—H2—H3
(Agta—Ketua—Agta)

P1 T1
P2 T2
__________ ______________ ___________
S

-------- ------- ----------- ---------- -------- --------


-------- ------- ----------- ---------- -------- --------
-------- ------- ----------- ---------- -------- --------
b. Gugatan penggugat dibacakan :

Setelah kedua belah pihak duduk


pada tempatnya, Majelis Hakim
membacakan Surat Gugatan.
Kecuali apabila ada kuasa hukum.
Syarat-syarat gugatan :

Syarat Materiil :
a. Gugatan beralasan dan berdasarkan hukum.
b. Gugatan tiba saatnya/waktunya untuk gugatan.
c. Debitor enggan (sudah ada somasi).
d. Ada hak dan kepentingan yang wajib dihormati.

Syarat formil :
e. Dimana gugatan diajukan.
f. Bentuk Surat Gugatan tertulis ps. 118 HIR &
lisan ps. 120 HIR.
g. Membayar biaya perkara (ps. 121 HIR) kecuali
cuma-cuma ps. 237 HIR.
Bentuk Surat Gugatan :
Introductief Request HIR =
daagvaarding (r.v.)

Fundamentum petendi /posita:

1. Uraian secara jelas & lengkap


mengenai peristiwanya.
2. Dasar hukum/UU yang dilanggar
jelas.
Petitum / tuntutan : menguraikan tentang
apa yang diminta/dituntut Penggugat.

Misal tentang :
1. Menghukum Tergugat untuk prestasi.
2. Menghukum Tergugat membayar ganti
rugi.
3. Menghukum Tergugat membayar bunga.
4. Menghukum Tergugat mengembalikan
dalam keadaan semula.
 jadi harus terang dan pasti
Petitum tersebut merupakan dasar
Hakim untuk memutus (vonnis) disebut
Amar Putusan / Dictum / Dispositif.

Yang menjembatani Ps. 178 ayat (2) dan


(3) HIR diterobos Hakim Aktif (tuntutan
alternatif).
Ps. 178 ayat (2) HIR :
Hakim wajib mengadili semua bagian
dari gugatan.

Misal :
- menuntut menyerahkan barang ;
- membayar ganti rugi ;
- membayar bunga dst ;
Ps. 178 ayat (3) HIR :
Hakim dilarang menjatuhkan putusan atas
perkara yang tidak dituntut.

Misal :
- diminta ganti rugi Rp. 5 juta, diputus Rp. 7 juta.
- diminta mobil diputus kuda.
d. Perdamaian
(lewat mediator)

Setelah gugatan dibacakan oleh Ketua Majelis


Hakim, kemudian Ketua Majelis menanyakan
kepada Tergugat :

Apakah Tergugat sudah menerima dan mengerti


gugatan tersebut ?

Jika sudah, Hakim menganjurkan kepada kedua


belah pihak untuk menyelesaikan sengketa
tersebut dengan jalan damai.
Ps. 130 ayat (1) HIR :
Jika pada hari ditentukan kedua belah
pihak datang, maka Ketua Pengadilan
Negeri akan mencoba mendamaikan
mereka.
 Mutlak harus dilakukan, jika tidak
dilakukan maka sidang pemeriksaan
berikutnya menjadi batal.

Apabila kedua belah pihak berhasil damai,


maka hasil perdamaian disampaikan pada
persidangan.
Ps. 130 ayat (2) HIR :
Jika perdamaian itu dapat
tercapai, maka dalam sidang
dibuat Akta Perdamaian dimana
para pihak dihukum untuk
melaksanakan persetujuannya.
Akta itu mempunyai kekuatan
dan dilaksanakan seperti
Putusan Hakim biasa.
 Mempunyai Kekuatan Eksekutorial
Ps. 130 ayat (3) HIR :
Terhadap Putusan itu
(damai) tidak boleh
diminta banding.
Ps. 130 ayat (4) HIR :
Bila perlu memakai
juru bahasa .
Akta Perjanjian Perdamaian :

1. Sebaiknya pihak perdamaian


adalah : Pihak materiil.
Sedangkan pihak formil (Kuasa
Hukum) agar tidak action
dessaveau (kuasa menyimpang).

2. Akta Perdamaian harus dapat


dilaksanakan dan ada sanksi.
Dengan adanya PERMA No. 1 Tahun 2016, dalam upaya
perdamaian, hakim wajib menawarkan kepada para
pihak untuk menunjuk seorang mediator, dan mediator
bisa diminta oleh pihak yang bersengketa baik dari
Hakim Pengadilan setempat, atau mediator dari luar
Pengadilan.

Bagi mediator non Hakim, harus mempunyai sertifikasi


yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung. Di Kudus,
mediator yang non hakim ada 3 orang yaitu ;

1. H. Kuwandoyo, S.H.
2. Dr. H. Sukresno, S.H., M.Hum.
3. Sunarto, S.H., M.H.
Perma No. 2 Tahun 2003
telah dicabut dengan
Perma No. 1 Tahun 2008
telah dicabut dengan
Perma No. 1 Tahun 2016
JALANNYA
PERSIDANGAN
SIDANG I :
Apabila para pihak sudah datang maka hakim
akan membuka sidang dengan mengatakan :
“Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk
umum”, dengan mengetukkan palu.

Hakim memulai dengan mengajukan


pertanyaan :

a. Identitas para pihak (lihat KTP/SK Khusus) ;


b. Apa para pihak tahu maksud didatangkan di
persidangan ;
c. Hakim menghimbau agar dilakukan
“perdamaian”.
Pasal 130 HIR, ayat (1) : Jika pada hari yang
ditentukan kedua belah pihak datang, maka
Ketua PN/PA mencoba mendamaikan.,,,,,,,,,
Perma No. 12 Tahun 2011 tentang
Mediasi.
Pasal 130 ayat (2) HIR : Jika perdamaian itu
dapat tercapai maka dalam sidang dibuat akta
perdamaian dimana para pihak dihukum untuk
melaksanakan persetujuannya.

Pasal 130 ayat (3) HIR : terhadap putusan itu


tidak boleh dimintakan banding.
CATATAN :
Contoh akta Perdamaian –
halaman 32 Litigasi Kemahiran
Beracara (Diktat P. Sukresno),
namun sebaiknya yang tanda
tangan adalah pihak materiil.
SIDANG II :
Jawaban I (Pertama) Tergugat :

Apabila tak tercapai suatu perdamaian,


maka sidang dilanjutkan dengan
penyerahan jawaban dari pihak tergugat.
Minimal jawaban I tergugat 3 bendel, 1
bendel untuk penggugat, bendel ke-2
untuk hakim dan bendel ke 3 untuk arsip.

Lihat juga Bab IV (Jawaban I tergugat)


ringkasan Bp. Sukresno halaman 7 s/d
10.
Catatan :

•Lihat halaman 48 Diktat R. Suroso


•Lihat halaman 37 s/d 40 Diktat P. Sukresno
SIDANG III :
REPLIK :
adalah tanggapan
Penggugat atas Jawaban I
Tergugat;
Catatan :
Lihat halaman 5 Diktat R. Suroso
dan halaman 42 Diktat P. Sukresno
SIDANG IV :
DUPLIK : adalah
tanggapan tergugat untuk
menjawab replik
penggugat;
Catatan :
- Lihat halaman 59 Diktat R.
Suroso dan
- hal 47 s/d 52 Diktat P.
Sukresno
SIDANG V :
(Pembuktian dari Penggugat)
Penggugat harus mengajukan
bukti-bukti yang memperkuat dalil-
dalil penggugat dan juga harus
dapat membuktikan dan
melemahkan dalil-dalil tergugat.
Bukti-bukti yang sah sebagaimana ditentukan di
dalam Pasal 164 HIR, yaitu :
1. Surat/Tulisan (165 HIR);
2. Saksi (139-168 HIR);
3. Persangkaan (173 HIR);
4. Pengakuan (174,175 HIR);
5. Sumpah (155,156,177 HIR);
Ditambah :
6. Pemeriksaan setempat (153 HIR);
7. Kesaksian Ahli (154 HIR);
8. Pembukuan (138 HIR);
9. Pengetahuan Hakim (78/1 Undang-Undang
No. 1 Tahun 1950 jo. Undang-Undang No. 14
Tahun 1985.
Bukti-bukti surat (foto copy) harus
Nazegelen lebih dahulu dan pada
waktu sidang dicocokkan dengan
aslinya oleh hakim.

Apabila bukti surat dari penggugat


lebih dari satu maka, ditandai bukti
P1, P2, P3 dst, sebaliknya pula jika
bukti Tergugat ditandai dengan T1,
T2, T3 dst.
Apabila yang diajukan saksi penggugat,
maka hakim mempersilakan penggugat
mengajukan pertanyaan lebih dahulu dan
hakim juga mengajukan pertanyaan dalam
rangka meyakinkan akan kebenaran
keterangan saksi. Dan selanjutnya
tergugat juga mendapat kesempatan
untuk bertanya pada saksi penggugat
(saksi P1, P2, P3 dst / saksi T1, T2, T3 dst).

Saksi harus disumpah (147 jo. 303 HIR),


harus diingat juga isi kesaksian (301 HIR);
SIDANG VI :
(Pembuktian dari Tergugat)
Sidang ini merupakan sidang
pembuktian dari Tergugat.
Jalannya sidang sama
dengan sidang pembuktian
dari pihak penggugat.
SIDANG VII :
(Kesimpulan)
Sidang ke tujuh adalah
penyerahan kesimpulan. Kedua
belah pihak mempunyai hak untuk
menyimpulkan hasil persidangan
(tidak wajib).

Seharusnya kesimpulan tentunya


yang menguntungkan pihaknya
sendiri.
Catatan :
Lihat hal 61 Diktat R. Suroso dan
53 s/d 56 Diktat P. Sukresno.
SIDANG VIII :
(Pembacaan Putusan)
Sidang ke delapan, dinamakan sidang putusan
hakim (yang sebelumnya majelis hakim sidang
memusyawarahkan namun bersifat tertutup).

Dalam sidang ini seharusnya juga dihadiri para


pihak. Setelah selesai membaca putusan maka
hakim mengetukkan palu 3 X, dan apabila ada
pihak yang tidak puas atas putusan tersebut,
maka dapat mengajukan banding.

Biasanya putusan hakim yang dibaca berbentuk


konsep belum diketik rapi.
Catatan :
Lihat halaman 82 diktat R. Suroso,
hal 61 s/d 67 diktat P. Sukresno.
JAWABAN I (PERTAMA) TERGUGAT

Harus didahului dgn Surat Kuasa Khusus


jika menggunakan jasa Advokat
Concentratie van verweer (pemusatan jawaban)

A. EKSEPSI

Prosesuil (Hukum Formil) :


1. Eksepsi Deklinatoir : Hakim tak wenang ;
2. Eksepsi Diskualifikatoir : tak punya
kedudukan;

Peremtoir (Hukum Materiil) :


3. Eksepsi Dilatoir : menangguhkan ;
4. Eksepsi Peremtoir : menyudahi ;
EKSEPSI
1. Dalam hal Surat Kuasa :
a. Surat Kuasa Umum atau Surat Kuasa Khusus.
b. Hal Gugatan:
- Wanprestasi ;
- Ganti rugi ;
- Perbuatan Melawan Hukum ;
- Warisan ;
- Perceraian
- Harta bersama Gugat cerai dari I
c. Surat Kuasa boleh dilimpahkan atau tidak.
2. Apakah Surat Gugatan sesuai kompetensi :
a. Absolut dan Relatif ;
b. Letak Tanah sengketa (ps. 118 HIR);

3. Identitas Sengketa : tanah, luas, batas, SHM, persil.


Apabila tidak lengkap  obscuur libel.

4. Apakah sudah pernah digugat atau diselesaikan.

5. Apakah gugatan diajukan kepada orang yang sudah


meninggal.

6. Apakah gugatan sudah tiba pada waktunya.

7. Apakah kata-kata gugatan jelas, terang dan pasti.


Apabila tidak  obscuur libel.
B. KONPENSI

• mungkir bulat ;
• mungkir dengan keterangan :
sakit, dipaksa;
• mungkir dengan kualifikasi :
tidak pinjam tapi diberi ;
C. REKONPENSI

• Ps. 132 b/1 HIR : harus bersama


Jawaban I ;
• Ps. 132 a HIR : tidak boleh
direkonpensi ;

1. P dalam kedudukan, rekonpensi


tidak boleh pribadi ;
2. Tidak boleh direkonpensi, jika PN
tidak berwenang ;
3. Tidak boleh direkonpensi, dalam
sengketa menjalankan Putusan.
SEMANGAT BELAJAR …….!

Anda mungkin juga menyukai