Anda di halaman 1dari 31

BIAYA

BAHAN
MAINATUL ILMI, SE., M.Akun.
STIE Mandala Jember
BAHAN
 Bahan baku : bahan yang menjadi bagian utama produk jadi
dan dapat diidentifikasi secara langsung.
Contoh : tanah pada perusahaan pembuat batu bata; karet
pada perusahaan pembuatan ban kendaraan.

 Bahan penolong: bahan yang tidak dapat diidentifikasi ke


produk atau bahan yang nilainya trelatif tidak signifikan
dibandingkan dengan nilai produk jadi.
Contoh: lem dan benang pada perusahaan percetakan, paku
dan amplas pada perusahaan mebel.
RISIKO DAN PENGENDALIAN BAHAN
No. Kesalahan Risiko yang ditimbulkan
1 Terlambat memesan bahan Perusahaan akan mengalami kekurangan bahan,
proses produksi terganggu, pemenuhan pesanan
akan terganggu, dan kehilangan kesempatan
untuk memperoleh pendapatan.
2 Memesan bahan dalam jumlah (unit) tetrlalu Biaya simpan terlalu besar dan laba berkurang
banyak
3 Memesan bahan berkualitas rendah Proses produksi menjadi tidak efisien
4 Terlalu tinggi mencatat harga bahan yang Perusahaan akan membayar bahan terlalu
dipesan tinggi (kehilangan kas), catatan persediaan
bhan tidak akurat, laporan keuangan tidak
akurat.
5 Salah mencatat dan membukukan pembelian Laporn keuangan tidak akurat, pengambilan
dan pembayaran keputusan akan keliru.
6 Memesan bahan kepada pemasok yang tidak Bahan yang diterima tidak terjamin kualitasnya
tepat
7 Menyimpan bahan pada tempat yang tidak Rawan terhadap pencurian dan penyalahgunaan
semestinya bahan
PROSEDUR DALAM PENGENDALIAN BAHAN
PROSEDUR PEMBELIAN BAHAN
 Mencakup beberapa tahapan:
1. permintaan pembelian > dilakukan oleh bagian gudang/bagian produksi, mengisi formulir
pembelian bahan.
2. Pembelian bahan > dilakukan oleh bagian pembelian, membuat surat order pembelian.
3. Penerimaan bahan > diterima oleh bagian penerimaan, untuk dilakukan pengecekan
internal, membuat laporan penerimaan dan didistribusikan.
4. Penyimpanan bahan > bahan disimpan ditempat yang sesuai, bagian gudang bertanggung
jawab atas keutuha bahan sampai dibutuhkan.
5. Peretujuan faktur dari pemasok > dilakukan oleh bagian akuntansi, sebagai dasar
pembuatan voucher (bukti utang).
6. Pembayran kepada pemasok.

PROSEDUR PENGGUNAAN BAHAN


 Penggunaan bahan dilakukan dengan mengisi formulir (bon) permintaan bahan yang
disampaikan kepada bagian gudang.
 Formulir berisi informasi tentang nomer pesanan dan departemen atau bagian yang
memrlukan, jenis, dan kuantitas bahan yang diminta.
AKUNTANSI BAHAN
Sistem untuk mencatat pembelian dn penggunaan bahan, yaitu:
1. Sistem periodik (fisik)
2. Sistem perpetual

SISTEM PERIODIK
 Pembelian bahan dicatat pada akun Pembelian.
 Biaya bahan yang digunakan dihitung setelah melakukan perhitungan fisik terhadap bahan
yang belum digunakan.
 Perhitungan fisik dilakukan diakhir periode akuntansi.

 Formula penentuan biaya bahan :


Persediaan bahan awal periode Rpxxx
(+) pembelian bahan satu periode xxx
bahan tersedia untuk digunakan xxx
(-) persediaan bahan akhir periode (Rpxxx)
biaya bahan yang digunakan Rpxxx
AKUNTANSI BAHAN
SISTEM PERPETUAL

 Pembelian bahan dicatat pada akun Persediaan Bahan.


 Mutasi bahan secara terus menerus dicatat pada pembukuan
perusahaan.
 Akun persediaan bahan merupakan akun kontrol.
 Dibuat kartu persediaan untuk setiap jenis bahan.
SISTEM PERPETUAL

Akun Kontrol yang Terpengaruh oleh Transaksi Pembelian Bahan

Transaksi Akun Kontrol


Debit Kredit
Pembelian bahan baku untuk stok Persediaan bahan baku Utang dagang

Pembelian bahan baku untuk pesanan atau Persediaan barang dalam Utang dagang
departemen produksi tertentu proses

Penggunaan bahan baku untuk pesanan atau Persediaan Barang dalam Persediaan bahan
departemen produksi tertentu dari stok proses baku

Pembelian bahan penolong untuk stok Persediaan bahan penolong Utang dagang

Pembelian bahan penolong untuk pesanan atau BOP sesungguhnya Utang dagang
departemen produksi tertentu.

Penggunaan bahan penolong untuk pesanan atau BOP sesungguhnya Persediaan Bahan
departemen produksi tertentu. penolong

Penggunaan bahan penolong untuk departemen Biaya pemasaran Persediaan Bahan


pemasaran dan administrasi dan umum. Biaya administrasi dan umum penolong
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN BAHAN
 Harga perolehan bahan meliputi semua pengeluaran (pengorbanan
ekonomis) – kas/non-kas – yang terjadi untuk memperoleh bahan
sampai dengan bahan tersebut siap untuk digunakan.
 Harga perolehan bahan mencakup:
1. Harga beli bahan yang tercantum dalam faktur.
2. Pengeluaran lain yang terjadi untuk membeli bahan, ex.: biaya angkut
dan biaya untuk melaksanakan kegiatan pembelian bahan.

JURNAL PEMBELIAN BAHAN


Misalnya: Perusahaan Omega membeli bahan baku dan bahan penolong
masing-masing seharga Rp1.000.000 dan Rp500.000.

Jika perusahaan menggunakan akun terpisah maka jurnalnya sbb.:

Persediaan Bahan Baku Rp1.000.000


Persediaan Bahan Penolong 500.000
Utang Dagang/Kas Rp1.500.000
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN BAHAN

POTONGAN TUNAI
 Potongan tunai dapat diberikan oleh pemasok kepada pembeli yang
membayar sesuai jangka waktu yang disyaratkan. Misalnya, syarat
pemblian 2/10, n/30.
 Terdapat dua metode pencatatan pembelian bahan yang disertai
dengan termin potongan tunai, yaitu metode bruto dan neto.

Jurnal Pembelian Bahan dengan Metode Bruto dan Neto


Tanggal 20 Januari 2017, perusahaan Omega membeli bahan seharga
Rp1.000.000 dengan termin 2/10, n/30.
Tanggal 25 Januari 2017, perusahaan melakukan pelunasan.

Jurnal dengan metode bruto:


20 Jan. 2017 Persediaan Bahan Baku Rp1.000.000
Utang Dagang Rp1.000.000

25 Jan. 2017 Utang Dagang Rp1.000.000


Persediaan Bahan Baku Rp 20.000
Kas Rp980.000
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN BAHAN

POTONGAN TUNAI

Jurnal dengan metode neto:

20 Jan. 2017 Persediaan Bahan Baku Rp980.000


Utang Dagang Rp980.000

25 Jan. 2017 Utang Dagang Rp980.000


Kas Rp980.000
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN BAHAN
BIAYA ANGKUT PEMBELIAN
 Ketentuan tentang pihak yang harus membayar biaya angkut bahan dinyatakan
dalam istilah FOB (free on board) shipping point dan FOB destination.

Jurnal Pembelian Bahan dengan Biaya Angkut Dibayar oleh Pembeli


Tanggal 30 Januari 2017, perusahaan Omega membeli bahan seharga
Rp500.000 secara tunai. Biaya angkut yang dibayar oleh perusahaan Omega
untuk mengangkut bahan sampai ke gudang adalah Rp50.000.

Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Rp550.000
Kas Rp550.000

Apabila bahan baku dibeli secara kredit maka jurnalnya:

Persediaan Bahan Baku Rp550.000


Utang Dagang Rp500.000
Kas Rp 50.000
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN BAHAN
Alokasi Biaya Angkut
 Seringkali, perusahaan mengangkut beberapa jenis bahan dalam sekali
angkut.
 Maka biaya angkut harus dialokasikan ke setiap jenis bahan.

Contoh:
Tahun 2011, perusahaan Omega membeli bahan berupa kertas secara kredit
dengan rincian sbb:

Jenis Bahan Jumlah Rim Harga Per Rim Total Harga


Kertas HVS 60 gram 500 rim Rp7.000 Rp3.500.000
Kertas HVS 70 gram 200 rim 8.500 1.700.000
Kertas HVS 80 gram 300 rim 10.000 3.000.000
1.000 rim Rp8.200.000

Perusahaan mengeluarkan kas Rp1.000.000 untuk membayar biaya angkut.


Biaya angkut dialokasi secara proporsional atas dasar unit yag dibeli

Jenis Bahan Rim dibeli Alokasi Biaya angkut Hasil Alokasi


Kertas HVS 60 gram 500 rim 500 rim/1.000 rim x Rp1.000.000 Rp500.000
Kertas HVS 70 gram 200 rim 200 rim/1.000 rim x Rp1.000.000 200.000
Kertas HVS 80 gram 300 rim 300 rim/1.000 rim x Rp1.000.000 300.000
1.000 rim Rp1.000.000

Atas dasar alokasi biaya angkut tersebut, biaya per rim setiap jenis bahan dihitung
sebagai berikut:

Kertas HVS 60 gram = (Rp3.500.000 + Rp500.000)/500 rim = Rp8.000


Kertas HVS 70 gram = (Rp1.700.000 + Rp200.000)/200 rim = Rp9.500
Kertas HVS 80 gram = (Rp3.000.000 + Rp300.000)/300 rim = Rp11.000

Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Rp9.200.000
Utang Dagang Rp8.200.000
Kas Rp1.000.000
Biaya angkut dialokasi secara proporsional atas dasar harga beli sesungguhnya

Jenis Bahan Harga beli Alokasi Biaya angkut Hasil Alokasi


Kertas HVS 60 gram Rp3.500.000 Rp3.500.000/Rp8.200.000 x Rp1.000.000 Rp426.829
Kertas HVS 70 gram 1.700.000 Rp1.700.000/Rp8.200.000 x Rp1.000.000 207.317
Kertas HVS 80 gram 3.000.000 Rp3.000.000/Rp8.200.000 x Rp1.000.000 365.854
Rp8.200.000 Rp1.000.000

Atas dasar alokasi biaya angkut tersebut, biaya per rim setiap jenis bahan dihitung
sebagai berikut:

Kertas HVS 60 gram = (Rp3.500.000 + Rp426.829)/500 rim = Rp7.853,66


Kertas HVS 70 gram = (Rp1.700.000 + Rp207.317)/200 rim = Rp9.536,59
Kertas HVS 80 gram = (Rp3.000.000 + Rp365.854)/300 rim = Rp11.219,51
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN BAHAN
BIAYA PEMBELIAN BAHAN
 Selain biaya angkut, dalam pembelian bahan terdapat beberapa kegiatan lain yang
harus dilakukan, misalnya meminta pembelian, memesan bahan, menerima bahan,
mencatat, dan menyimpan bahan.
 Dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya apabila biaya bisa langsung ditentukan.
 Apabila baya sesungguhnya belum dapat diketahui, maka biaya kegiatan dihitung atas
dasar tarif yang ditentukan di muka.

Formulasi Tarif Pembebanan Biaya Pengelolaan Bahan ke Harga Perolehan Bahan

Kegiatan Tarif pembebanan


Pembelian Anggaran biaya bagian pembelian selama satu periode/estimasi frekuensi atau rupiah
pembelian selama satu periode = Tarif per pembelian atau tarif per rupiah pembelian
Penerimaan Anggaran biaya bagian penerimaan selama satu periode/estimasi jumlah jenis bahan
diterima selama satu periode = Tarif per jenis bahan
Penggudangan Anggaran biaya bagian gudang selama satu periode/Estimasi jumlah jenis, kuantitas,
atau nilai rupiah bahan digudangkan selama satu periode = Tarif per jenis, unit, atau
rupiah.
Pencatatan Anggaran biaya bagian pencatatan selama satu periode/Estimasi frekuensi pembelian
selama satu periode = Tarif per frekuensi pembelian
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya pembelian bahan ke
harga perolehan bahan:

Persediaan Bahan Baku RpXXX


Biaya pembelian RpXXX
Biaya penerimaan RpXXX
Biaya penggudangan RpXXX
Biaya pencatatan RpXXX
PENENTUAN BIAYA BAHAN DIGUNAKAN

 Beberapa metode untuk mengatasi perubahan harga


bahan dalam penentuan biaya bahan yang digunakan,
sbb.:
1. Metode identifikasi khusus
2. Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP)
3. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP)
4. Metode rata-rata
Contoh penentuan biaya bahan yang digunakan

 Transaksi bahan langsung pada perusahaan Omega bulan Januari 2019


adalah sebagai berikut:
Tanggal 1. Persediaan awal 8.000 unit @Rp50.
4. Pembelian 2.000 unit @Rp60.
10. Pembelian 2.000 unit @Rp70.
11. Penggunaan 8.000 unit.
12. Pembelian 4.000 unit @Rp80.
20. Penggunaan 5.000 unit.
25. Pengembalian dari pabrik ke gudang 1.000 unit.
28. Pembelian 6.000 unit @Rp90.
 Apabila perusahaan menggunakan metode identifikasi khusus dan dari hasil
identifikasi diketahui bahwa:
a. Bahan yang digunakan tanggal 11 Januari berasal dari persediaan awal sebanyak 6.000 unit
dan pembelian 4 Januari sebanyak 2.000 unit,
b. Bahan yang digunakan tanggal 20 Januari berasal dari persediaan awal sebanyak 2.000
unit, pembelian 10 Januari sebanyak 2.000 unit, dan pembelian 12 Januari sebanyak 1.000
unit, dan
c. Bahan yang dikembalikan berasal dari bahan yang dibeli tanggal 12 Januari.
Jurnal:

 Jurnal untuk mencatat transaksi bahan bulan Januari 2019 sebagai berikut:

4 Jan. 2019 Persediaan Bahan Rp120.000


Utang Dagang/Kas Rp120.000
10 Jan. 2019 Persediaan Bahan Rp140.000
Utang Dagang/Kas Rp140.000
11 Jan. 2019 Persediaan Barang Dalam Proses Rp420.000
Persediaan Bahan Rp420.000
12 Jan. 2019 Persediaan Bahan Rp320.000
Utang Dagang/Kas Rp320.000
20 Jan. 2019 Persediaan Barang Dalam Proses Rp320.000
Persediaan Bahan Rp320.000
25 Jan. 2019 Persediaan Bahan Rp80.000
Persediaan Barang Dalam Proses Rp80.000
28 Jan. 2019 Persediaan Bahan Rp540.000
Utang Dagang/Kas Rp540.000
2. Metode MPKP

Kartu Persediaan: Masuk Pertama Keluar Pertama


3. Metode MTKP

Kartu Persediaan: Masuk Terakhir Keluar Pertama


3. Metode Rata-rata

Kartu Persediaan: Metode Rata-rata


PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN

Kuantitas Pesanan Ekonomis


 Kuatitas pesanan ekonomis (economic order quantity) / EOQ >>
menunjukkan jumlah pesanan persediaan pada satu waktu yang
meminimalkan biaya tahunan persediaan.
 Kuantitas optimal untuk pesanan bahan (EOQ) ditentukan oleh
keseimbangan dua faktor:
1. Biaya simpan,
2. Biaya pesan bahan.

EOQ dihitung dengan formula sbb.:

Keterangan :
Kb = Kebutuhan tahunan bahan (unit)
Bp = Biaya pesan per pesanan
K = Harga bahan per unit
Bs = Biaya simpan (%)
Contoh : Perhitungan EOQ
Perusahaan mempunyai kebutuhan tahunan bahan sebanyak 5.200
unit dengan harga Rp2.000 per unit, biaya pesan Rp10.000 per
pesan, dan biaya simpan 20% dari nilai persediaan per tahun.
Maka, EOQ perusahaan = 510 unit dengan perhitungan sbb:
Penentun Waktu Pesan
 Masalah kapan harus membeli bahan ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu:
1. Waktu tunggu (lead time)
2. Tingkat penggunaan persediaan
3. Persediaan pengaman (safety stock).

Contoh:
Perusahaan melakukan pesanan 10 kali per tahun. Biaya kehabisan persediaan
Rp600.000 dan biaya simpan Rp10.000 per unit. Probabilitas kehabisan persediaan pada
berbagai tingkat persediaan pengaman diestimasi sbb:

Persediaan pengaman Probabilitas kehabisan


0 unit 40%
50 unit 20%
100 unit 10%
200 unit 5%
 Berdasarkan data tersebut, maka jumlah biaya simpan dan biaya kehabisan pada
berbagai tingkat persediaan pengaman adalah sbb:

A B C D E
Persediaan Ekspektasi kehabisan Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Kehabisan
pengaman per Tahun Kehabisan Simpan dan Biaya Simpan
0 unit 4 Rp2.400.000 - RP2.400.000
50 unit 2 1.200.000 Rp500.000 1.700.000
100 unit 1 600.000 1.000.000 1.600.000
200 unit 0,5 300.000 2.000.000 2.300.000

Keterangan : B = probabilitas kehabisan bahan x frekuensi pesan

Maka, tingkat persediaan pengaman yang optimum = 100 unit.


Titik Pesan
 Titik pesan (order point) menunjukkan kuantitas bahan yang ada di
perusahaan dan mengharuskan perusahaan untuk melakukan pemesanan
bahan.

Titik Pesan = Kwt + Kpp

Keterangan:
Kwt = Kuantitas waktu tunggu
Kpp = Kuantitas persediaan pengaman

Contoh:
Perusahaan mempunyai kebutuhan bahan 350 unit per minggu. Waktu tunggu
bisa mencapai 9 minggu (waktu tunggu normal 4 minggu). Diasumsikan
persediaan bahan awal periode berjumlah 5.600 unit.

Titik pesan = (350 unit x 4 minggu) + (350 unit x 5 minggu)


= 1.400 unit + 1.750 unit
= 3.150 unit
Titik Pesan
TUGAS
 Buku >> Siregar, Baldric, dkk. 2017. Akuntansi Biaya – Edisi
2. Jakarta: Salemba Empat.
 Wajib: Latihan 9.1 (Halaman 375)
 Pilihan:
1. Latihan 9.4 (Halaman 377)
2. Latihan 9.5 (Halaman 377)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai