Kelompok 5
(1) Tengah malam, istrinya memasak nasi uduk dan lauk pauknya. (2) Juga gorengan tahu,
tempe, dan pisang. Sebelum matahari terbit, ia berangkat dan siap meladeni pembeli. (3)
Dugaan tak secuil pun melesat. (4) Sopir-sopir berebut mengisi perutnya. (5) ia bernapas lega.
(6) Angan-angannya untuk memperoleh anak perempuannya juga terkabul. (7) Istrinya
melahirkan anaknya yang ketiga di rumah bidan. (8) Sementara itu, ia serahkan jualan pada
orang lain untuk membantu istrinya.
(1) Tengah malam, istrinya memasak nasi uduk dan lauk pauknya. (2) Juga gorengan tahu,
tempe, dan pisang. Sebelum matahari terbit, ia berangkat dan siap meladeni pembeli. (3)
Dugaan tak secuil pun melesat. (4) Sopir-sopir berebut mengisi perutnya. (5) ia bernapas lega.
(6) Angan-angannya untuk memperoleh anak perempuannya juga terkabul. (7) Istrinya
melahirkan anaknya yang ketiga di rumah bidan. (8) Sementara itu, ia serahkan jualan pada
orang lain untuk membantu istrinya.
……
Dalam kenangan cinta
Tiada hati buah mengeluh
Pucat, putih, dan semakin putih
Lenyap duka dan sedih
Putih rinduku, putih cintaku
Andaikan cinta dalam kenangan dan rindu
(Anhas)
……
Dalam kenangan cinta
Tiada hati buah mengeluh
Pucat, putih, dan semakin putih
Lenyap duka dan sedih
Putih rinduku, putih cintaku
Andaikan cinta dalam kenangan dan rindu
(Anhas)
Karangan Bunga
(Taufik Ismail)
5. Makna larik pita hitam pada karangan Bunga
puisi tersebut adalah …
Tiga anak kecil
a. Menyatakan kesetiakawanan
Dalam langkah malu-malu
b. Mengungkapkan peristiwa penembakan
Datang ke Salemba
c. Mengungkapkan rasa malu-malu
Sore itu
d. Menyatakan berduka cita
Ini dari kami bertiga
e. Menyatakan rasa takut
Pita hitam karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi
Jawaban
Cermatilah teks cerpen berikut untuk menjawab soal nomor 6 s.d 8!
(1) hati-hati bus melaju dengan kecepatan tinggi. Malina beridir sambil berpegangan pada
sandaran kursi, bergerak ke depan, ke arah supir yang berambut sekusan debu. (2) Tepat di
belakang supir itu, ia bertanya dengan suara yang sengaja dikeraskan. “Dimana tempat perhentian
terakhir?” (3) Bus mendadak berhenti. (4) Malina hampir saja tersungkur ke depan dan ia
bersungut-sungut. (5) Spoir bus membalikkan badannya, menatap Malina dingin, sembari
membelalakan matanya.
(1) hati-hati bus melaju dengan kecepatan tinggi. Malina beridir sambil berpegangan pada
sandaran kursi, bergerak ke depan, ke arah supir yang berambut sekusan debu. (2) Tepat di
belakang supir itu, ia bertanya dengan suara yang sengaja dikeraskan. “Dimana tempat
perhentian terakhir?” (3) Bus mendadak berhenti. (4) Malina hampir saja tersungkur ke
depan dan ia bersungut-sungut. (5) Spoir bus membalikkan badannya, menatap Malina
dingin, sembari membelalakan matanya.
(1) hati-hati bus melaju dengan kecepatan tinggi. Malina beridir sambil berpegangan pada sandaran
kursi, bergerak ke depan, ke arah supir yang berambut sekusan debu. (2) Tepat di belakang supir itu, ia
bertanya dengan suara yang sengaja dikeraskan. “Dimana tempat perhentian terakhir?” (3) Bus
mendadak berhenti. (4) Malina hampir saja tersungkur ke depan dan ia bersungut-sungut. (5) Spoir bus
membalikkan badannya, menatap Malina dingin, sembari membelalakan matanya.