Misi :
1. Diwujudkan dengan perilaku caring.
2. Mewujudkan peningkatan pelayanan asuhan keperawatan secara responsif, inovatif,
efektif, efisien, terhadap perkembangan IPTEK termasuk teknologi informasi.
3. Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenic (menyehatkan) daripada curing
(mengobati). Praktek keperawatan mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan perilaku
manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu individu yang sakit
4. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.
5. Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/ pelayanan
kesehatan
Tujuan :
a. Mewujudkan SDM profesional yang berdayaguna
b. Meningkatkan nilai mutu pelayanan dalam menghadapi daya saing yang tinggi.
Strategi : Integrated care pathway merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan dengan mencegah adanya variasi pelayanan yang tidak perlu.
Tujuan utama implementasi ICP menurut Depkes RI (2010) adalah untuk:
a. Memilih “best practice” pada saat pola praktek diketahui berbeda secara bermakna.
b. Menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang berbeda dalam suatu proses serta
menyusun strategi untuk mengkoordinasikan agar dapat menghasilkan pelayanan yang lebih
cepat dengan tahapan yang lebih sedikit.
c. Memberikan peran kepada seluruh staf yang terlibat dalam pelayanan serta peran mereka
dalam proses tersebut.
d. Menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan menganalisa data proses pelayanan
sehingga provider dapat mengetahui seberapa sering dan mengapa seorang pasien tidak
mendapatkan pelayanan sesuai standar.
e. Mengurangi beban dokumentasi klinik.
a. ICP merupakan format pendokumentasian a. Dokumentasi ICP ini membutuhkan waktu yang
multidisiplin. Format ini dapat memberikan relative lama dalam pembentukan dan
efisiensi dalam pencatatan. Sehingga tidak terjadi pengembangannya.
pengulangan. b. Tidak terlihat proses keperawatan secara jelas
b. Meningkatkan peran dan komunikasi dalam tim karena harus menyesuaikan dengan tahap
multidisiplin sehingga masing – masing anggota perencanan medis, pengobatan, dan pemeriksaan
tim termotivasi dalam peningkatan pengetahuan penunjang lainnya.
dan kompetensi. c. Format dokumentasi hanya digunakan untuk
c. Terdapat standarisasi outcome sesuai lamanya hari masalah spesifik, contoh format ICP untuk bedah
rawat, sehingga akan tercapai effective cost dalam tulang tidak dapat digunakan untuk unit bedah
perawatan. syaraf. Sehingga akan banyak sekali format yang
d. Dapat meningkatkan kepuasan pasien karena harus dihasilkan untuk seluruh pelayanan yang
pelaksanaan discharge planning kepada pasien tersedia
lebih jelas.
STUDI KASUS
Analisis Internal
Sub Fsilitasitas Fisik : Subsistem klinik : kegiatan inti rumah Subsistem keuangan :
terletak di kawasan sakit; Tenaga medis yaitu : Dokter berasal dari dana
Bogor, berdiri di atas umum 8 orang, Dokter gigi 3 orang ; zakat karena Rumah
lahan seluas 7803 m². Para medis yaitu: Perawat 21 orang ; sakit ini dibangun
Fasilitas RST meliputi Non Perawat 11 orang, Bidan 5 orang oleh yayasan dompet
Mushola, kantin sehat, serta Non medis 21 orang. Pelayanan dhuafa dengan
sekuriti 24 jam, arena medik meliputi poli umum, poli gigi pemanfaatan dana
bermain anak, terapi dan mulut/bedah mulut, poli ZISWAF
kaki, lahan parkir yang kebidanan dan kandungan, poli bedah
luas, plasa danau, jalur ortopedi, poli bedah umum, poli
refleksi, taman aroma penyakit dalam, poli anak, poli spesialis
terapi, plasa air terjun mata, poli THT, poli jantung, poli kulit
dan taman herbal. dan kelamin, poli rawat luka, poli KIA,
poli perawatan luka; pelayanan IGD;
pelayanan HCU; ruang operasi; dan
ruang rawat inap yang berkapasitas 53
tempat tidur dan pelayanan penunjang
meliputi aboratorium, fisioterapi,
instalasi farmasi dan radiologi
Analisis Eksternal
jumlah 5 0,6
No. OPPORTUNITY Rating Bobot % Bobot × Rating
1. Karena tidak memiliki dokter spesialis, maka rumah 4 0,2 0,8
sakit berpeluang mendatangkan tenaga dokter
spesialis yang dibutuhkan
2. Pengunjung yang datang mendapatkan pelayanan 2 0,1 0,2
kesehatan secara gratis.
3. Peningkatan aspek strategis manajemen rumah sakit 4 0,2 0,8
terkait mutu pelayanan melalui program evidence
based medicine, serta peningkatan efisiensi
4. masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan 3 0,1 0,3
kaum dhuafa secara gratis
5. Rumah sakit memberikan respon positif terhadap 4 0,2 0,8
masukan yang diberikan oleh mahasiswa, sehingga
cepat mengalami kemajuan dan peningkatan efisiensi
dalam pemberian pelayanan kesehatan
jumlah 17 2,9
No. TREATH Rating Bobot % Bobot × Rating
1. Daya saing terkait rumah sakit sangat berpengaruh, 2 0,5 1
terutama dari segi geografis rumah sakit
2. Kurangnya tenaga medis, karena tidak adanya tenaga 1 0,25 0,25
spesialis dalam rumah sakit ini
3. Tidak adanya perlindungan resmi dari pemerintah 1 0,25 0,25
terkait regulasi dan sumber biaya rumah sakit
jumlah 4 1,5
Kesimpulan :
Sumbu X : S – W = 3-0,6= 2,4
Sumbu Y : O – T = 2,9-1,5= 1,4
Rumah Sakit sekarang dalam posisi kuadaran I, dimana Rumah
Sakit dalam kondisi kuat dan berpeluang . Sehingga
membutuhkan Strategi Progresif , dimana Rumah sakit dalam
kondisi prima dan sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal.
TERIMAKASIH