Anda di halaman 1dari 9

TEORI INTERAKSIONALISME

SIMBOLIK

Alifiani Oktafitri Widodo


Intan Naila Karima 2018220001
Agung Wicaksono 2018220002
PENGERTIAN
INTERAKSIONALISME SIMBOLIK
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK ADALAH HUBUNGAN ANTARA SIMBOL DAN INTERAKSI.
SIMBOL ADALAH REPSESENTASI DARI SEBUAH FENOMENA, DIMANA SIMBOL
SEBELUMNYA SUDAH DISEPAKATI BERSAMA DALAM SEBUAH KELOMPOK DAN
DIGUNAKAN UNTUK MENCAPAI SEBUAH KESAMAAN MAKNA BERSAMA.

SIMBOL DIBEDAKAN MENJADI DUA :

SIMBOL
SIMBOL NON
VERBAL VERBAL
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
MENURUT AHLI

GEORGE HERBERT MEAD (1863- HERBERT BLUMMER (1984)


1931) Dalam interaksi aktor tidak semata-
Interaksi simbolik adalah suatu proses mata bereaksi terhadap tindakan dari
dimana individu berinteraksi dengan ornag lain tetapi mencoba menafsirka
dirinya sendiri dengan menggunakan dan mendefinikan setiap tindakan
simbol-simbol yang bermakna. orang lain.
ASUMSI TEORI INTERAKSI
SIMBOLIK

SOCIETY
MIND (MASYARAKAT)
(PEMIKIRAN)

SELF (DIRI)
• MIND (pemikiran) Percakapan seseorang dengan dirinya sendiri

• SELF (diri) merupakan karakteristik manusia yang membedakan


manusia dengan hewan.

• SOCIETY (masyarakat) Menjadikan manusia mampu mencapai


kesadaran diri sehingga seseorang dapat mengambil sikap yang
impersonal dan objektif.
PRINSIP DASAR
INTERAKSIONALISME SIMBOLIK

KEMAMPUAN UNTUK
BERFIKIR
CONTOH KASUS

Bagas adalah pegawai baru di perusahaan besar yang bergerak di bidang periklanan. dimana dia ditempatkan dibagian marketing atau
pemasaran. Bagas adalah seorang pegawai dengan latar belakang D1, namun ia mampu dan berhasil masuk ke perusahaan tersebut dengan
latar belakang pengalaman dan kemampuannya yang ia telah melampirkan CV saat ia melamar pekerjaan. Pada hari pertama ia bekerja,
Bagas memperbaiki kekhawatiran yang mendalam. Apalagi saat ia bekerja di perusahaan lain yang akan menjadi rekan kerja selama ia
bekerja di perusahaan tersebut. Itu menjadi sedikit rendah karena perkenalan singkat tersebut. Akan tetapi, setiap kali ia merasa rendah,
Bagas akan selalu mengingat adik-adiknya. Ia hanya tinggal bersama 3 orang adik-adiknya yang masih menempuh pendidikan di berbagai
jenjang. Memikirkan adik-adiknya membuat ia selalu merasa kuat. Ia berjuang untuk membiayai adik-adiknya mengenyam pendidikan yang
baik, sehingga mereka menjadi orang sukses di masa depan dan dapat mendukung orang tua mereka yang dulunya juga terdiri dari peker ja
keras yang mencintai pekerjaannya. Bagas selalu menanamkan hal tersebut di dalam dirinya. Pada saat akan memulai pekerjaan, Bagas
dibimbing oleh rekannya yang usianya tidak jauh berbeda. Informasi penting diberikan tentang hal-hal penting yang diperlukan saat mereka
bekerja. Setelah selesai, rekannya mulai berbicara dengan topik yang lebih santai dan rileks. Rekan diundang ternyata memiliki latar
belakang S1, Ia bercerita bahwa ia juga merupakan karyawan tamatan D1, akan tetapi ia bekerja sambil kuliah untuk mengambil S1. Rekan
kerjanya juga merupakan anak tertua di keluarganya, meskipun kedua orang tuanya yang masih ada,, namun ia lah yang menjadi tulang
punggung keluarga, Mendengar hal itu membuat Bagas menjadi lebih rileks dan siap dengan tantangan pekerjaan didepannya, Ia merasa
lebih kuat dan percaya diri bahwa ia memiliki rekan kerja dengan latar belakang yang sama. Dengan demikian, kekhawatiran yang ia miliki
telah berkurang dan ia siap untuk bekerja.
Dari contoh kasus di atas dapat dilhat bahwa bagas melakukan interaksi
simbolik, dimana ia memaknai suatu simbol yang ada datam dirinya saat
akan mulai bekerja. la pada awalnya merasa rendah diri, namun ia selalu
mengingat adik-adiknya dan arang tuanya yang dulunya juga merupakan
pekerja yang mencintai pekerjaan mereka. Dan juga, dengan adanya teman
yang latarbelakang pendidikan sama dengannya, memunculkan pemaknaan
simbolik yang ada dalam diri bagas, yaitu bekerja keras dan mencintai
pekerjaannya. Saat itulah, ia merasa lebih kuat dan percaya diri dan siap
untuk menerima tantangan pekerjaannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai