A
H
U Salah satu faktor tidak langsung penyebab stunting adalah water, sanitation
and hygiene (WASH), yang terdiri dari sumber air minum, kualitas fisik air
L minum, kepemilikan jamban dan hygiene yaitu kebiasaan cuci tangan.
U
A
N
P Balita dikatakan stunting apabila Z-score tinggi badan menurut
E umurnya berada dibawah garis normal yaitu kurang dari -2SD
dikatakan pendek dan kurang dari -3SD dikategorikan sangat
N pendek
D
A Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi
H tertinggi di regional Asia Tenggara menurut data prevalensi balita
stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO).
U
L
U
A
N
P Data Riset Kesehatan Dasar melaporkan bahwa rata-rata
E prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah
36,4%1. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama 3
N tahun terakhir, prevalensi balita stunting pada tahun 2015 sebesar
D 29% dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%
namun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017 menjadi
A 29,6%
H
U
L
U
A
N
Desain penelitian cross sectional .
e
Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji Chi-Square
HASIL
Karakteristik Jumlah (%)
Usia (tahun)
15-25 18 21,2
26-35 41 48,2
36-45 25 29,4
>46 1 1,2
Total 85 100
Responden
(Tahun)
< 19 42 49,4
Ibu > 19 43 50,6
Total 85 100
Pendidikan
Tidak Bersekolah 2 2,4
SD 28 32,9
SMP 28 32,9
SMA 21 24,7
Sarjana 6 7,1
Total 85 100
Pekerjaan
DATA
Bekerja 10 11,8
Tidak Bekerja 75 88,2
RESPONDEN
Total 85 100
Jumlah Anak
IBU
1–3 69 81,2
4–6 12 14,1
7–9 4 4,7
Total 85 100
IMT
Kurus 9 10,6
Normal 49 57,6
Gemuk 27 31,8
Total 85 100
Karakteristik Jumlah (%)
Usia (tahun)
2–3 37 43,5
3–4 28 33,0
4–5 20 23,5
Total 85 100
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki – laki 54 63,5
Responden
Perempuan 31 36,5
Total 85 100
Data
Total 85 100
Riwayat Imunisasi
Lengkap 69 81,2
Responden
Tidak Lengkap 16 18,8
Total 85 100
ANALISIS MPASI
Ya
Jumlah
76
(%)
89,4
UNIVARIAT Tidak
Total
9
85
10,6
100
Ya 81 95,3
Tidak 4 4,7
Total 85 100
Tabel 4. Gambaran Faktor Gizi Ibu pada Balita di Desa
Koroncong, Kecamatan Koroncong, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten
Mendapatkan Asam Folat Jumlah (%)
Ya 78 91,8
ANALISIS Tidak
Total
7
85
8,2
100
UNIVARIAT Konseling Promosi ASI Jumlah (%)
Ya 72 84,7
Tidak 13 15,3
Total 85 100
Konseling Promosi MPASI Jumlah (%)
Ya 73 85,9
Tidak 12 14,1
Total 85 100
Tabel 5. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan
dan Setelah BAB pada Ibu di Desa Koroncong, Kecamatan
Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
UNIVARIAT Makan
Ya 75 88,2
Tidak 10 11,8
Cuci Tangan
Jumlah (%)
Sebelum Makan
ANALISIS Ya 74 87,1
Tidak 11 12,9
UNIVARIAT Cuci Tangan
Jumlah (%)
Setelah BAB
Ya 73 85,9
Tidak 11 14,1
Tabel 7. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Sebelum
Makan pada Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita
di Desa Koroncong, Kecamatan Koroncong, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten.
Analisis Cuci
Tangan
Stunting Tidak
CI
Bivariat Stunting
Tidak Cuci 4 5 9
Tangan (45%) (55%) (100%)
Total 26 59 85
Tabel 8. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Setelah BAB pada Ibu
dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Koroncong,
Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten.
BIVARIAT Stunting
HASIL
Pada penelitian ini, total sampel yaitu sebanyak 85 orang.
Karakteristik demografi sampel penelitian yang diamati pada
penelitian ini antara lain: berdasarkan usia, usia pertama
menikah, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan
IMT
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan hasil uji
chi-square rata-rata hasilnya Tidak terdapat hubungan yang
Hasil dan bermakna antara Hubungan Perilaku Cuci Tangan pakai sabun
Pembahasan terhadap ibu dan balita Sebelum Makan, setelah makan dan setelah
BAB dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Koroncong,
Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten,
dengan kategori hasil uji chi-square rata-rata lebih besar dari (p >
0,05).
Pada penelitian Herawati et all menemukan bahwa Tidak ada
hubungan antara kualitas CTPS yang dimiliki Ibu dengan kejadian
stunting (p = 0,116; OR= 3,923; CI 95%=0,678-22,705). Namun
ketiga variabel tersebut merupakan faktor risiko kejadian stunting
karena memiliki OR>1..
Hal ini sejalan karena kualitas CTPS dalam penelitian ini tidak
memiliki hubungan dengan kejadian stunting, dikarenakan pada
kelompok kontrol memiliki 68,4% responden yang tidak memiliki
kualitas kebiasaan CTPS yang memenuhi syarat, persentase
tersebut tak terlalu berbeda dengan kelompok kasus yang
memiliki 89,5% responden yang tidak memiliki kualitas kebiasaan
CTPS yang memenuhi syarat.
Selain itu, Kelompok kasus yang tidak memiliki kualitas kebiasaan
CTPS yang memenuhi syarat dapat terpapar oleh faktor penyebab
stunting yang lain, seperti kualitas sarana sanitasi yang tidak
memenuhi syarat dan perilaku penghuni yang tidak memenuhi
syarat, sehingga membuat anak-anak mereka lebih berisiko
stunting dan mengalami stunting 13
Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Jeneponto menyatakan
bahwa ibu dengan kebiasaan cuci tangan yang baik lebih rendah
16,7% risikonya untuk mengalami stunting pada balitanya. Pada
penelitian tersebut, pengasuh yang tidak mencuci tangan dengan
sabun merupakan faktor risiko kejadian stunting7.
Hasil dan
pembahasan
Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value kebiasaan cuci tangan terhadap kejadian
stunting adalah 0,000, Hal ini disebabkan karena kebiasaan cuci tangan berpengaruh
terhadap kebersihan diri pengasuh balita yaitu ibu dimana ibu selalu berinteraksi dengan
balitanya dan penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci
tangan dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Kotakulon Kabupaten
Bondowoso.
Hasil analisis bivariat menunjukan Tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara Hubungan Perilaku Cuci Tangan pakai sabun
terhadap ibu dan balita Sebelum Makan, setelah makan dan
setelah BAB dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa
Koroncong, Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten
KESIMPULAN
Hal ini disebabkan karena kebiasaan cuci tangan berpengaruh terhadap
kebersihan diri pengasuh balita yaitu ibu, dimana ibu selalu berinteraksi
dengan balitanya dan pengetahuan ibu yang rendah.
Karakteristik responden penelitian ini menunjukkan sebagian
besar adalah lulusan SMA yang tergolong cukup baik. Artinya
pendidikan responden tidak memengaruhi pengetahuan ibu
tentang perilaku cuci tangan sebelum dan setelah makan.
Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya
seperti umur dan pengalaman.
THANK YOU!