Anda di halaman 1dari 84

Konsep Homeostasis Tubuh pada

perubahan kondisi lingkungan di


daerah wisata
Fokus : Sistem neuromuskular
Pengantar
 Secara alamiah - manusia hidup, bermain dan bekerja
pada berbagai lingkungan
 Lingkungan dapat dibedakan berdasarkan
 Ketinggian tempat
 Suhu lingkungan
 Tekanan udara

 Perbedaan lingkungan mempengaruhi fungsi metabolisme berbagai


sistem tubuh dalam rangka menjaga homeostasis
Konsep homeostasis
 Selalu melakukan adaptasi terhadap setiap perubahan
lingkungan baik dari luar atau dalam tubuh

 Adaptasi tubuh dilakukan melalu perubahan fungsi dan


mekanisme sistem , organ, jaringan dan sel
 Tujuan menjamin homeostasis berlangsung dengan baik
Tujuan Homeostasis

• Menjamin tubuh tetap sehat,


aman dan nyaman
• Bila sukses melakukan adaptasi
maka homeostasis dapat
dipertahankan.
• Bila gagal melakukan adaptasi
maka akan terjadi gangguan
dalam tubuh dengan akibat
cedera, sakit bahkan meninggal

Copyright
Copyright©©2004
2004Pearson
PearsonEducation,
Education,Inc.,
Inc.,publishing
publishingas
asBenjamin
BenjaminCummings
Cummings
Figure 1-5: Homeostasis
Bagaimana dengan sistem neuromuskular ?

 Perubahan lingkungan juga diadaptasi oleh sistem neuromuskular


dalam upaya menjaga fungsi integrasi dan koordinasi kepada sistem
tubuh yang lain
 Adaptasi dilakukan oleh sel saraf dan sel otot

 Tujuan :
 menjamin perjalanan impuls berjalan optimal
 Menjamin proses kontraksi otot tetap optimal
Manusia melakukan aktivitas untuk rekreasi -
wisata
 Daerah wisata ada di berbagai tempat di berbagai tempat :
 Daerah pegunungan
 Daerah pantai
 Daerah dalam laut

 Aktivitas manusia di berbagai tempat tersebut harus tetap optimal


 Melakukan adaptasi selular dan sistemik - HOMEOSTASIS
Dampak perubahan lingkungan ?

 Untuk berfungsi optimal, maka sel saraf dan sel otot memerlukan metabolisme yang optimal
 Diperlukan suplai zat makanan optimal
 Diperlukan suplai oksigen optimal

 Perubahan lingkungan dari pegunungan – tepi pantai – dasar laut/penyelaman akan


mempengaruhi ketersediaan oksigen untuk metabolisme sel saraf dan otot. Hal ini
disebabkan oleh :
 Perubahan tekanan udara
 Perubahan tekanan pasial oksigen, karbondioksida
 Perubahan suhu udara
Perubahan ketersediaan oksigen

 Makin tinggi daerah dari permukaan laut, maka oksigen akan menipis dan di dasar laut tidak bisa
menggunakan oksigen secara langsung

 Keterbatasan oksigen akan meyebabkan :


 Fungsi neuromuskular menurun
 Penghantaran impuls dan kontraksi menurun
 Kekuatan otot menurun
 Daya tahan otot menurun
 Kecepatan otot menurun

 Dampak lebih lanjut akan mengganggu koordinasi, integrasi, keseimbangan, kelincahan dll.
Sistem saraf
• Meliputi sistem saraf pusat dan saraf tepi
• Unit fungsional terkecil : neuron
– Menghantarkan impuls ke seluruh tubuh
• Memerlukan suplai darah (20 % suplai tubuh) –
menjamin ketersediaan oksigen dan nutrisi
– Sel mati dalam 4 menit – bila oksigen tidak ada
Sistem Muskuloskeletal
• Terdiri atas tulang dan otot
• Kontraksi otot menyebabkan terjadinya gerakan
– Gerak sadar
– Tidak sadar
• Sel otot memerlukan oksigen dan nutrisi untuk proses
kehidupan seluler
Lingkungan manusia
• Adaptasi manusia di lapisan
atmosfer :
• Troposfer
• Udara pada umumnya – manusia
beraktivitas
• Stratosfer
• Ionosfer
• Eksosfer
Variasi tekanan pada berbagai ketinggian

ALTITUDE PRESSURE
(FEET) ( mm of Hg) (ATMOSPHERIC UNIT)
0 760 1
18,000 380 1/2
34,000 190 1/4
48,000 95 1/8
63,000 47 1/16
Perubahan tekanan atmosfer
 Tekanan atmosfer di hitung dari permukaan laut – 0 meter
 Setiap perubahan ketinggian akan mempengaruhi tekanan
atmosfer
 Ketinggian dan luar angkasa – tekanan atmosfer menurun
 Kedalaman air di bawah permukaan laut – tekanan atmosfer
meningkat
Perubahan ketinggian - oksigen
 Semakin tinggi tekanan atmosfer semakin rendah

 Udara yang dihirup manusia terdiri dari berbagai jenis gas


– nitrogen, karbondioksida, oksigen
• Memiliki persentase tertentu

 Tiap jenis gas memiliki tekanan masing-masing – tekanan


parsial
• Makin tinggi – tekanan parsial menurun – persentase gas
menurun
Lingkungan pegunungan

 Lokasi di ketinggian
 Problem : tekanan atmosfer
menurun
 Persediaan oksigen menurun
 Perlu adaptasi tubuh -
AKLIMATISASI
Pengaruh ketinggian pada manusia
• Kemampuan untuk hidup di ketinggian di pengaruhi oleh
– Suhu dingin
– Kelembaban rendah
– Oksigen yang tipis
– Tekanan udara

• Adaptasi sistem neuromusculoskeletal – menjaga kondisi


neuro dan muskuloskeletal tetap optimal
Lingkungan pantai

 Lokasi setinggi permukaan


laut – O meter
 Tekanan atmosfer standar
tekanan tubuh
 Sistem tubuh berfungsi normal
 Adaptasi Terutama terhadap
suhu lingkungan - PANAS
Lingkungan dalam laut
 Lokasi di bawah permukaan laut
 Peningkatan tekanan atmosfer
 Sistem pernafasan dalam air
terbatas
 Memerlukan alat bantu
 Adaptasi sistem respirasi dan
sistem tubuh lainnya
Permasalahn yang dihadapi manusia di
berbagai tempat
 Perbedaan tekanan udara dan lingkungan air
 Makin tinggi – tekanan makin rendah
 Makin dalam – tekanan makin tinggi
 Keterbatasan persediaan oksigen
 Makin tinggi - oksigen terbatas
 Dalam air – oksigen tidak bisa dihirup langsung
 Perbedaan suhu lingkungan – panas dan dingin
 Makin tinggi – makin dingin
 Makin dalam – makin dingin
 Di pantai – panas
Efek Tekanan Oksigen yang rendah terhadap
Tubuh
 Tekanan barometer di berbagai ketinggian
 Ketinggian 0 feet (permukaan laut) - 760 mm Hg;
 Ketinggian 10,000 feet - 523 mm Hg
 Ketinggian 50,000 feet - 87 mm Hg

 Penurunan tekanan barometer merupakan penyebab dasar semua


persoalan hipoksia tempat tinggi, karena akan diikuti penurunan
tekanan parsial oksigen secara proporsional (PO2) yaitu 21 %
Kondisi lingkungan ketinggian

• Permukaan laut (<500 m): tidak ada efek


• Ketinggian rendah (500-2.000 m)
– Secara umum tanpa efek thd kesehatan
– Penampilan / kinerja , bisa diatasi dengan aklimatisasi

• Ketinggian sedang (2.000-3.000 m)


– Berpengaruh pada orang yang tidak aklimatisasi
– Kinerja dan kapasitas aerobik 
– Aklimatisasi tidak sepenuhnya memperbaiki kinerja
Kondisi lingkungan ketinggian

• Ketinggian tinggi (3.000-5.500 m)


– Acute mountain sickness
– Kinerja , tidak bisa diperbaiki dengan aklimatisasi

• Ketinggian ekstra tinggi (>5.500 m)


– Efek hipoksia berat
– Tempat tertinggi : 5.200 - 5.800 m
Faktor Utama yang dihadapi
 Keterbatasan oksigen – HIPOKSIA
 Adaptasi sistem respirasi kardiovaskular
 Menjaga fungsi neuromuskular tetap optimal
 Semua sistem punya neuromuskular
 Memerlukan alat bantu – OKSIGEN
 Tabung oksigen – di ketinggian atau dalam air

 Perubahan suhu lingkungan – panas atau dingin


 Memerlukan adaptasi
 Memerlukan alat bantu – jacket – payung dll
Efek fisiologis hipoksia
• Perbedaan tekanan udara luar dan alveoli
menimbulkan stress sistem respirasi
– Suplai oksigen menurun – persediaan oksigen
jaringan menurun – sistem muskulskeletal tidak
optimal
– Kapasitas pernafasan meningkat
– Tujuan : Transport oksigen meningkat
Hipoksia dan respon tubuh

 Hipoksia – persediaan oksigen untuk metabolisme sel


terbatas sampai nol
 Respon hipoksia sel dan jaringan
 Sel – bertambah banyak dan bertambah besar
 Jaringan - hipervaskularisasi
Respon selular dan tubuh manusia

 Respon dapat bersifat singkat ataupun lama


 Singkat : mekanisme umpan balik
 Lama : proses adaptasi sistem tubuh

 Respon homeostasis dalam bentuk


 aktivasi transport oksigen
 penggunaan energi cadangan
 mengoptimalkan sistensis ATP dan sintesis protein
Respon selular
 Sel tertentu bertambah banyak untuk meningkatkan kapasitas
pengangkutan oksigen
 Eritropointin
 Sel darah merah
 Hematokrit

 Sel bertambah besar untuk meningkatkan daya penyimpanan


energi – anaerobik

 Jaringan bertambah banyak – peningkatan pembuluh darah


Respon neuro muskular terhadap perubahan
lingkungan
 Otak mempunyai mekanisme khusus untuk menjaga
homestasis – sistem sawar darah otak dan cairan otak
 Sistem saraf tetap optimal

 Otot mengalami hipertrofi dan hiperflasia


 Mioglobin meningkat
 Mitokondria aktif dan banyak
 Aktin miosin bertambah
Hipoksia–
kebutuhan oksigen
meningkat
Homeostasis tubuh pada berbagai tempat

 Manusia melakukan aktivitas – sistem neuromuskular harus bekerja


optimal
 Tekanan udara berubah
 Persediaan oksigen menurun

 Perubahan persediaan oksigen mempengaruhi sistem neuromuskular


 Kontrol gerak tetap optimal – neuro
 Sistem gerak tubuh optimal - muskuloskeletal
Proses sistem neuromuskular

 Kondisi ketinggian bagi neuron menimbulkan :


 tekanan CO2 meningkat,
 Tekanan O2 menurun
 Ion H meningkat - pH menurun
 Asam laktat meningkat

 Respon hipoksia
 Acut – segera – mekanisme umpan balik di otak dan reseptor perifir
 Pelan – lama - aklimatisasi
Saturasi Hb oleh O2 di berbagai ketinggian

 Saturasi O2 sampai 10.000 kaki masih 90 %.


 Diatas 10.000 kaki – saturasi turun cepat sampai 70 % pada 20.000
kaki.

 Bila menghirup oksigen murni – O2 akan mengisi ruangan alveoli –


sehingga saturasi masih tinggi (dibandingkan udara biasa).
 Pada 39.000 kaki - saturasi 90 %
 Pada 47.000 kaki – turun sampai 50 %
Karbondioksida dan uap air menurunkan
oksigen alveolar

 Proses respirasi di ketinggian – CO2 dan air tetap terjadi


 Mengencerkan O2 di alveoli – kadar O2 turun

 Tekanan di ketinggian :
 PH2O tetap - 47 mm Hg (suhu normal)
 PCO2 dan PO2 turun

 Orang sudah aklimatisasi  PO2 alveolar meningkat 5 kali lipat


Aklimatisasi

 Upaya melakukan penyesuaian tubuh manusia pada suatu tempat tertentu


 Tujuan :
 melakukan adaptasi secara bertahap
 Menjaga fungsi selular dan sitemik tetap optimal
 Homeostasis tetap optimal
 Lama aklimatisasi tergantung pada tingkat kebutuhan adaptasi tubuh
 Makin lama makin baik
 Minimal 2 minggu
Aklimatisasi Sel

 Terjadi melalui peningkatan mitokondria dan enzim


oksidatif
 Dapat menggunakan O2 secara efektif

 Penduduk asli ketinggian mempunyai kemampuan lebih


baik karena :
 Dimulai adaptasi sejak bayi
 Ukuran dada meningkat
 Jantung lebih besar
Penurunan kapasitas kerja di ketinggian dan
efek positif aklimatisasi
 Kapasitas kerja seluruh otot menurun di ketinggian
(otot rangka dan otot jantung)
 Kapasitas menurun sesuai dengan menurunnya oksigen
uptake yang dicapai tubuh
 Penduduk asli dapat bekerja lebih baik di ketinggian,
sementara penduduk aklimatisasi tidak dapat mencapai
kemampuan seperti penduduk asli
Penurunan kapasitas kerja di ketinggian dan
efek positif aklimatisasi
 Kapasitas kerja (persen dari normal)
 Tidak teraklimatisasi – 50 %
 Teraklimatisasi selama 2 bulan – 68 %
 Penduduk asli yang hidup di ketinggian 13.2000 namun
bekerja di 17.000 kaki – 87 %
Did You Know . . . ?
The reduction in PO2 at altitude affects the partial pressure gradient
between the blood and the tissues and thus oxygen transport. This
explains the decrease in endurance sport performance at
altitude.
Kinerja di ketinggian

• Pada ketinggian, daya tahan dipengaruhi oleh tersedianya


transport oksigen dan sistem energi aerobik
• Atlet daya tahan dapat mempersiapkan kompetisi di ketinggian
dengan melakukan pelatihan daya tahan tinggi pada . berbagai
level ketinggian untuk meningkatkan VO2max.
• Aktivitas lari anaerobik kurang terpengaruh oleh ketinggian
• Udara yang tipis menyebabkan tahanan aerodinamik dan gaya
gravitasi, sehingga dapat memperbaiki daya ledak (loncat dan
lempar)
Aklimatisasi thd PO2 rendah

 Aklimatisasi bisa dilakukan dengan tinggal beberapa hari,


minggu atau bahkan tahun
 Dapat bekerja lebih berat atau naik ke ketinggian tanpa efek hipoksia

 Efek aklimatisasi yang penting adalah :


 Peningkatan ventilasi paru
 Peningkatan sel darah merah
Aklimatisasi thd PO2 rendah

 Penurunan plasma darah


 Peningkatan kapasitas difusi paru
 Peningkatan vaskularisasi jaringan perifir
 Peningkatan kemampuan sel dalam menggunakan O2
 Penurunan area sel otot dan otot total
Otak dalam mengontrol gerakan

 Fungsi kontrol terhadap :


 Respirasi
 Sistem kardiovaskular
 Gastrointestinal
 Keseimbangan
 Gerakan mata

 Batang otak merupakan kontrol antara untuk perintah dari


otak yang lebih tinggi.
Umpan balik somatosensorik

 Bila terjadi gerakan akibat eksitasi korteks motorik 


impuls somatosensorik dikirim dari seluruh tubuh
 Muscle spindle
 Tendon organ (organ Golgi)
 Tactile receptor dari kulit
 Merupakan umpan balik untuk mengontrol gerakan
menjadi presisi
Gangguan sisten neuromuskular
 Gangguan sistem saraf sebagai organ
 Fungsi sel saraf menurun – penurunan kesadaran
 Gangguan sistem saraf dalam fungsi kontrol gerakan
 Penurunan kemampuan menghantarkan impuls
 Gangguan fungsi sensorik dan motorik

 Gangguan sistem muskular dalam melakukan kontraksi otot secara


kontinyu dan teratur
 Kekuatan otot
 Daya tahan otot
 Daya ledak
Daya tahan otot lokal

 Menunjukkan tingkatan sekelompok otot dapat terus berkontraksi


terhadap suatu beban dalam waktu tertentu tanpa mengalami kelelahan
berarti.
 Dipengaruhi oleh :
 Tipe kontraksi
 Kecepatan kontraksi
 Repetisi
 Besarnya beban
 Persediaan oksigen
Latihan di ketinggian

• Ketinggian sedang sampai tinggi – tekanan parsial O2 udara


menurun
• Aklimatisasi terjadi dalam beberapa minggu – bisa juga sampai
beberapa bulan.
 Insentias latihan ditingkatkan bertahap dalam beberapa hari
 Tingkatkan periode pemanasan dan pendiinginan
 Sediakan istirahat lebih banyak pada intensitas rendah
Aliran darah otak – suplai oksigen

 Bersifat independen terutama : aliran darah, metabolisme dan


cairan otak

 Penurunan aliran darah otak secara total dalam 5 – 10 detik


akan menyebabkan tidak sadar
 Kekurangan oksigen
 Cairan otak abnormal
 Fungsi otak terganggu
Pengaturan aliran darah otak

 Berhubungan dengan metabolisme jaringan otak


 Konsentrasi CO2
 Konsentasi ion H
 Konsentrasi O2

 Berhubungan dengan
 pO2, pCO2, pH
Pengaturan aliran darah otak

 Bila CO2 meningkat, ion H meningkat, aliran darah otak


meningkat
 CO2 + H2O  Asam karbonat + Hidrogen
 Ion H meningkat  pH menurun  aliran darah meningkat
Defisiensi O2 sebagai pengatur aliran darah
otak
 Bila O2 defisiensi  vasodilatasi

 Mekanisme O2 utk pengaturan aliran darah otak penting – untuk


menjaga penurunan fungsi saraf dan mencegah penurunan
kecakapan

 Fungsi neuromuskular akan terganggu


Autoregulasi CBF terhadap perubahan tekanan arteri

 CBF bersifat autoregulasi pada tekanan arteri 60 - 140 mm Hg –


tanpa perubahan berarti

 Fungsi otak tetap optimal - Sistem neuromuskular tetap terjaga


 Saraf otonom kecil pengaruhnya

 Tekanan parsial oksigen dalam darah tetap menjadi faktor


penting dalam metabolisme otak
Metabolisme otak

 Total BMR otak dan saraf


 Metabolisme saat istirahat – tersadar dari tidur  15 %
dari total tubuh (massa otak – 2 % total tubuh)
 Metabolisme di saraf – tidak di jaringan penyangga
saraf
Metabolisme otak

 Otak memerlukan penanganan khusus untuk ketersediaan


oksigen – bila oksigen terbatas  pindah ke metabolisme
anaerobik
 Problem : otak tidak efektif menggunakan metabolisme
anaerobik
 Metabolisme otak tinggi  butuh okisgen lebih banyak
 Kekurangan oksigen  pingsan
Metabolisme otak

 Normal : sumber energi utama – glukosa


 Glukosa disimpan dalam bentuk glikogen
 Transpor melalui membran tanpa memerlukan insulin
 Pemberian insulin  hipoglikemia – pingsan – koma
Efek Akut Hipoksia
 Pada orang yang tidak teraklimatisasi, maka
 pada ketinggian 12.000 kaki mulai merasakan mengantuk, malas,
kelelahan mental dan otot, kadang sakit kepala, mual dan euforia
 Pada 18.000 kaki - twitchings atau kejang
 Diatas 23,000 kaki – koma sampai kematian

 Salah satu efek hipoksia adalah :


 Menurunnya kecerdasan – kemampuan mengambil keputusan, ingatan
dan motorik trampil menurun
Acute Mountain Sickness (AMS) dan High-
Altitude Pulmonary Edema (HAPE)
 Sejumlah kecil orang yang naik secara cepat ke tempat tinggi
menderita sakit secara akut bahkan meninggal
 Muncul 2 jam sampai beberapa hari
 Segera berikan O2

 Faktot penyebab – perpindahan cairan ke jaringan akibat


peningkatan tekanan kapiler
 Acute cerebral edema.
 Acute pulmonary edema.
Edema Otak

 Gangguan dinamika cairan otak


dapat menyebabkan brain edema
 Akumulasi ekstra edema menekan
pembuluh darah, sering menurunkan
aliran darah dan merusak jaringan
otak
Chronic Mountain Sickness

 Tinggal lama di ketinggian, dengan gejala :


 Eritrosit dan Hb meningkat
 Tekanan arteri pulmonal meningkat
 Jantung sisi kanan meningkat
 Tekanan arteri perifir menurun
 Terjadi gagal jantung kongestif
 Kematian
Chronic Mountain Sickness

 Faktor penyebab :
 Eritrosit meningkat – viskostas meningkat – aliran darah
menurun – pengangkutan O2 menurun
 Arterior paru kontriksi – tekan arteri meningkat – payah jantung
kanan
 Spasme arteriol alveolus – aliran darah ke jaringan yang
oksigenasi-nya rendah
Respon tubuh pada penerbangan dan luar angkasa

 Persediaan oksigen dengan bantuan teknologi


 Yang diperhatikan adalah perubahan kecepatan
gerakan pesawat – mempengaruhi tubuh
 Diukur sebagai gaya gravitasi – gaya G
Efek G positif

 Sistem sirkulasi – darah tertarik ke bagian tubuh terbawah


 Vena dilatasi
 Darah terkumpul di kaki
 Curah jantung menurun
 Bila lebih dari 6G – menyebabkan blackout
 Sistem vertebra – lebih 20 G dpt menyebabkan fraktur
vertebra
Efek G negatif

 Dapat menimbulkan hiperemi berat sejenak di kepala


 Mata buta sementara – red out
Perlindungan tubuh terhadap Gaya sentrifugal

 Untuk mencegah kolaps sirkulasi


 Pakaian khusus anti-G – mencegah penimbunan darah di
perut dan tungkai bawah

 Pada pesawat angkasa, problem gaya percepatan dan


perlambatan, demikian pula saat terjun payung – saat
mendarat memberi efek pada tubuh
Respon tubuh pada penyelaman laut dalam dan
keadaan hiperbarik lainnya
 Perubahan kedalaman menyebabkan peningkatan tekanan
atmosfir
 33 kaki – 2 atm
 66 kaki – 3 atm
 Efek terhadap kompresi gas sehingga volumenya mengecil
Respon terhadap penyelam

 Tekanan yang meningkat :


 dapat menyebabkan rongga udara dalam tubuh penyelam
menjadi kolaps,
 terutama paru dan sering menyebabkan kerusakan yang
serius
Efek tingginya tekanan parsial masing-masing
gas terhadap tubuh - NITROGEN
 Pada permukaan laut N2 tidak berefek, pada tekanan tinggi dapat
menyebabkan narkosis – seperti keracunan alkohol – akibat
kedalaman
 120 kaki – rasa riang dan kurang hati-hati
 150 – 200 kaki – rasa mengantuk
 200 – 250 kaki – kekuatan menurun dan merasa lemah
 > 250 kaki (8 G) – tidak dapat melakukan apa-apa
Keracunan oksigen pada tekanan tinggi

 Pada tekanan tinggi, O2 larut dalam cairan darah, selain berikatan


dengan Hb
 Keracunan oksigen akut
 Menghirup O2 pd tekanan 4 atm – kejang otak diikuti koma 30 – 60
menit - sering tanpa tanda awal – risiko kematian penyelam
 Gejala lain : rasa mual, kedutan pada otot, pusing, gangguan pengliatan,
mudah tersinggung dan disorientasi
 Setiap gerakan penyelam menimbulkan risiko lebih tinggi keracunan
oksigen daripada diam
O2 intrasel berlebih – keracunan O2 di sistem
saraf – radikal bebas pengoksidasi
 Kemampuan oksigen untuk oksidasi rendah – perlu
diaktifkan menjadi radikal bebas oksigen (superoksida)
dan hidrogen peroksida.
 Peningkatan radikal bebas diantisipasi oleh enzim –
peroksidase katalase dan dismutase superoksida
O2 intrasel berlebih – keracunan O2 di sistem
saraf – radikal bebas pengoksidasi
 Efek radikal bebas :
 Pengoksidasi asam lemak tidak jenuh ganda (komponen
membran sel) dan enzim sel
 Terutama pada saraf – jaringan lemak membrannya terganggu
 Gangguan oksigen kronis menyebabkan gangguan paru
Keracunan CO2 di laut sangat dalam

 Kedalaman tidak meningkatkan produksi CO2


 Bila kemampuan kompensasi terganggu dapat menyebabkan
 gagal nafas,
 asidosis respiratorik,
 Letargi,
 Narkosis
 Anestesi
Dekompresi penyelam setelah terpajan tekanan
tinggi berlebihan
 Bila orang bernafas dalam lingkungan udara bertekanan tinggi dalam jangka
waktu lama, jumlah nitrogen yang larut dalam cairan tubuh akan meningkat

 Nitrogen tidak dimetabolisme oleh tubuh sehingga perlu dibuang melalui


pernafasan
 bila tekanan nitrogen paru lebih rendah dari jaringan – perlu waktu beberapa jam

 Bila naik tiba-tiba - risiko terjadinya penyakit dekompresi – timbul sejumlah


gelembung nitrogen
Gejala penyakit dekompresi

 Gelembung nitrogen mneumbang pembuluh darah di berbagai


jaringan
 Terjadi iskemia jaringan – kematian
 Nyeri pada sendi dan otot lengan dan tungkai (bends).
 5 – 10 % dengan gejala gangguan saraf seperti paralisis atau kolaps,
hilangnya kesadaran.
 2 % mengalami rasa tercekik – nafas pendek dan berat – edema paru
- kematian
Pembuangan nitrogen dari tubuh

 Naik ke permukaan secara perlahan – 1 jam – 2/3 nitrogen total di ekspirasi


melalui paru, 90 % dalam 6 jam
 Bila menyelam kedalaman 190 kaki selama 60 kaki, dekrompresi sbb :
 10 menit kedalaman 50 kaki
 17 menit kedalaman 40 kaki
 19 menit kedalaman 30 kaki
 50 menit kedalaman 20 kaki
 84 mnit kedalaman 10 kaki
 Bila bekerja 1 jam di kedalaman 190 kaki – total waktu dekompresi 3 jam
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai