Anda di halaman 1dari 11

Pencelupan Tanpa Air (Water-Less Dyeing)

Dengan Superkritikal CO2

Kelompok 4
Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil
Meet Our Team

Panji Wijaya Pujawati Putra Nando S Rahadian Noor M Raka Al-Farisy S

WE ARE AWESOME !

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 2


Why Water-Less Dyeing ?

Zero-Waste Less Energy Consumption

Pencelupan cara konvensional menghasilkan limbah Penggunaan energi bisa dikurangi sampai 46%

Reducing Dyeing & Dyestuff Consumption Reducing Cost

Penggunaan Zat Warna bisa dikurangi sampai 50% Cost bisa dikurangi sampai 40-60%
Penggunaan Zat Pembantu Tidak Diperlukan

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 3


Why CO2 ?

Tidak Mudah Terbakar Tidak Beracun Titik Kritis Relatif Rendah Gampang Didapat

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 4


What Is Supercritical Point ?

Titik super-kritis adalah suhu dan tekanan tertinggi di mana suatu zat masih dapat
mempertahankan kesetimbangan antara fase gas dan cairnya. Di atas titik ini materi berubah
wujud menjadi sesuatu yang bukan gas dan bukan pula zat cair.
Gambar berikut di bawah ini memperlihatkan tahap perubahan fase karbon dioksida dari cair
dan gas menjadi super-kritis fluida :

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 5


Perbandingan Pencelupan Dengan Memakai Air dan Dengan Memakai SC-
CO2

Mission to be achieved Vision to be shared

Diam honestatis in mea, ei omnium omnesque sit, ei usu


saperet apeirian intellegam. Ei dicant disputando vim, cu
quod nulla mediocritatem mel. Eu vis aeque saepe nostrum.

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 6


Mekanisme Pencelupan

Mekanisme pencelupan poliester dengan zat warna dispersi menggunakan SCO2 tidak berbeda dengan pencelupan sistem cair. Di
samping berfungsi sebagai media pelarut dan pembawa zat warna, SCO2 bekerja seperti halnya zat pengemban (carrier), yaitu
menggembungkan dan membuat serat menjadi plastis. Pada penyerapan, molekul CO2 akan menerobos dan mendorong rantai-
rantai molekul poliester hingga saling menjauh satu sama lain dan membuka jalan lebih lebar untuk akses zat warna ke dalam
bagian amorf serat. Ini ditandai dengan turunnya suhu transisi gelas serat poliester hingga sebesar 30°-40°C. Pada pencelupan
sistem cair, zat warna meninggalkan larutan dan masuk ke dalam serat dengan mekanisme yang sering disebut sebagai "solid
solution" karena adsorpsi preferensial zat warna terhadap serat ketimbang air. Pada pencelupan dengan SCO2, tidak ada preferensi
semacam itu karena poliester dan SCO2 sama-sama memiliki sifat hidrokarbon sehingga zat warna dispersi akan terdistribusi di
antara SCO2 dan serat tergantung suhu dan tekanan proses. Menaikkan tekanan proses mendorong zat warna untuk teradsorpsi lebih
banyak pada serat daripada berada di dalam SCO2. Namun demikian, kecenderungan ini akan melemah dengan kenaikan
suhuproses.

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 7


Proses Pencelupan

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 8


KESIMPULAN

Pencelupan dengan SCO2 dalam banyak hal menyerupai "rapid dyeing" atau "beam dyeing"21
Benang atau kain digulung pada cone atau beam, lalu media pembawa zat warna (air atau
SCO2) disirkulasikan bolak-balik melewati bahan untuk mendapatkan hasil celupan yang rata.
Pencelupan dengan media karbon dioksida superkritik merupakan alternatif proses ramah
lingkungan yang menjanjikan, terutama dalam kaitannya dengan ketersediaan sumber air yang
semakin terbatas dan pentingnya pengembangan teknologi yang berkelanjutan di masa depan.
Sejauh ini, penerapan teknologi SCF-CO2 baru dilakukan pada pencelupan polyester dengan zat
warna dispersi

Aplikasinya secara komersial, terutama untuk serat-serat alam, masih membutuhkan studi lebih
mendalam.

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 9


Thank you!
Any questions?

KELOMPOK 4
Politeknik STTT Bandung – Kimia Tekstil
Perbandingan Titik Kritis Dari Berbagai Senyawa Kimia

Politeknik STTT Bandung | Kimia Tekstil 11

Anda mungkin juga menyukai