Disusun Oleh:
Fitrya Rahmah 5193343025
Rashyanti
Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya
kami dapat menyelesaikan tugas critical jounal riview ini dengan tepat
waktu untuk memenuhi tugas KKNI pada mata kuliah kepemimpinan.
Dalam tugas ini kami memgambil tiga jurnal untuk di kritik dari
internet, maka dari itu kami sangat berterimakasi kepada sumber yang telah
menyediakan jurnal yang kami butuhkan. Kami hanyalah manusia biasa
yang tak lu[ut dari kesalahn, dan dalam tugas critical journal review ini
masih banyak kekurangan masih banyak kesalahan dalam penulisan ataupun
hal lain, dengan itu kami sanagat minta maaf dan dapat di maklumi.
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR..................................................................................
B. Tujuan Penulisan CJR..............................................................................................
C. Manfaat CJR.............................................................................................................
C. Manfaat CJR
Ada pun manfaat dari penulisan CJR ini yaitu :
Bermanfaat untuk mengembangkan bakat menulis seorang mahasiswa
Bermanfaat untuk penambahan ilmu mahasiswa, dengan mengkritik
beberapa jurnal maka secara otomatis ilmu yang di dapat oleh mahasiswa
akan semakin bertambah pula
Bermaanfaat bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan menulisnya agar
bisa menul;is dengan baik untuk kedepan nya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Judul Jurnal
1. Peningkatan Kemampuan Pencelupan Kain Kapas Terhadap Zat Warna
Reaktif Melalui Proses Kationisasi
2. Uji Absorbsi Pencelupan Kain Poliester Menggunakan Pewarna Disperse
B. Identitas Jurnal
1. Jurnal I
Judul Artikel :-
Nama Journal : Peningkatan Kemampuan Pencelupan Kain Kapas
Terhadap Zat Warna Reaktif Melalui Proses
Kationisasi.
Edisi terbit : Tanggal diterima: 18 Mei 2015, direvisi: 3 Juni
2015,
disetujui terbit: 12 Juni 2015
Pengarang artikel : Cica Kasipah, Eva Novarini, Emma Yuniar
Rakhmatiara,
Dikdik Natawijaya
Penerbit : Balai Besar Tekstil
Kota terbit : Bandung
Nomor ISSN : Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 55-66
2. Jurnal II (Pembanding) :
Judul Artikel : Jurnal Ilmiah Teknik Kimia UNPAM
Nama Journal : Uji Absorbsi Pencelupan Kain
Poliester Menggunakan Pewarna Disperse
Edisi terbit : 2018
Pengarang artikel : Budhi Indrawijaya
Penerbit : FT-UNPAM
Kota terbit : Tangerang Selatan,
Nomor ISSN : 2549 - 0699
C. Ringkasan Jurnal
1. Jurnal I :
ABSTRAK
Proses kationisasi kain kapas bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan pencelupan kain kapas terhadap zat warna reaktif melalui
modifikasi makromolekul selulosa sehingga memiliki muatan positif untuk
mempermudah pengikatan gugus anion pada zat warna reaktif. Penelitian ini
menggunakan polidialildimetil amonium klorida (PDADMAC) dan
amonium sulfat untuk memberikan muatan positif pada serat kapas. Spektra
Fourier Transmitance Infra Red Spectrophotometer (FTIR) menunjukkan
adanya kandungan kelompok kationik pada kain kapas yang dikationisasi
dengan PDADMAC dan amonium sulfat. Kationisasi kain kapas dengan
PDADMAC memberikan nilai ketuaan, intensitas dan beda warna yang
lebih baik dibandingkan amonium sulfat. Nilai optimum penggunaan
PDADMAC yaitu pada konsentrasi 4 g/l (dengan nilai K/S = 11,86; ΔE
=10,34 (ΔE>6,0);I = 515,14%; skala nilai ketahanan luntur warna terhadap
pencucian 4-5; gosokan basah 3; gosokan kering 3 dan penyinaran buatan
2). Nilai optimum penggunaan amonium sulfat yaitu pada konsentrasi 0,5
g/l (dengan nilai K/S = 4,89, ΔE = 3,64; I = 144,87; skala nilai ketahanan
luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 4-5; gosokan kering 4
dan penyinaran buatan 4). Penggunaan PDADMAC dan amonium sulfat
tidak mengakibatkan penurunan kekuatan tarik kain. Kationisasi dapat
mengurangi bahkan mengeliminasi penggunaan zat pembantu pada
pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif. PDADMAC dapat
menghilangkan penggunaan elektrolit dan alkali. Sedangkan amonium sulfat
dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan mengurangi pemakaian
alkali.
Kata kunci: kain kapas, kationisasi, PDADMAC, amonium sulfat, zat warna
reaktif
Ringkasan :
Proses Pencelupan Kain Kapas Dengan Zat Warna Reaktif
Proses pencelupan kain kapas dilakukan pada kain kapas 100%
tanpa proses kationisasi (blanko) dan kain kapas 100% yang diproses
kationisasi.
Proses Kationisasi Kain Kapas 100%
Proses kationisasi dengan menggunakan senyawa kation PDADMAC
maupun amonium sulfat yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan
untuk memodifikasi makromolekul serat selulosa sehingga memiliki
situs-situs bermuatan positif. Muatan-muatan positif tersebut akan
mempermudah pengikatan gugus-gugus anion pada zat warna sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pencelupan kain kapas. Proses
kationisasi ini diharapkan dapat mereduksi bahkan menghilangkan
penggunaan zat pembantu pada proses pencelupan kain kapas dengan
menggunakan zat warna reaktif. Analisis morfologi yang dilakukan
menggunakan SEM (scanning electron microscope) memperlihatkan
bahwa terdapat perubahan morfologi pada penampang melintang serat
kapas setelah proses kationisasi (Gambar 4). Struktur permukaan serat
kapas setelah proses kationisasi memiliki perbedaaan morfologi
permukaan dibandingkan serat kapas tanpa proses kationisasi. Serat
kapas setelah proses kationisasi terlihat memiliki alur-alur paralel dan
tampak sedikit kasar, karena terisi oleh muatan-muatan kation dari
senyawa kationik. Muatan-muatan kation tersebut sedikit berpengaruh
terhadap pegangan kain meski tidak mempengaruhi struktur fisik
keseluruhan serat kapas secara signifikan
2. Jurnal II (Pembanding) :
ABSTRAK
Serat poliester pada umumnya dicelup dengan zat warna dispersi.
Penyerapan zat warna dispersi pada kesetimbangan adalah baik tetapi pada
difusi kedalam serat sangat lambat. Beberapa zat warna dispersi mempunyai
kecepatan difusi yang cukup besar sehingga memungkinkan celupan akan
muda atau sedang dalam waktu pencelupan yang tidak terlalu lama. Faktor-
faktor yang mempengaruhi jumlah zat warna yang terserap dalam serat
poliester adalah temperatur pencelupan dan pH zat warna. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui temperatur dan pH pencelupan
yang memiliki absorbsi optimum. Metode pencelupan yang digunakan
adalah metode HT/HP dengan variabel yaitu temperatur pencelupan, pH dan
jenis pewarna disperse. Analisa yang digunakan untuk uji absorbsi adalah
analisa spektrokolorimetri dengan menggunakan alat Computer Color
Matching dan analisa spektrofotometri dengan menggunakan
spektrofotometri DR6000. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh absorbsi
optimum adalah pada temperatur pencelupan tinggi dan pH pewarna
disperse yang bersifat asam.
Kata kunci : Poliester, Pewarna Disperse, Absorbsi, Spektrofotometri
Ringkasan :
Uji Absorbsi Kain Poliester pada Temperatur Pencelupan Bervariasi
Hasil uji absorbsi pada larutan celup awal dapat dilihat pada Tabel 1.
Sedangkan hasil uji absorbsi varian temperatur pencelupan menggunakan
residu larutan celup dapat dilihat pada Tabel 2.
D. Kelebihan Jurnal
1. Jurnal I :
2. Jurnal II (Pembanding) :
E. Kekurangan Jurnal
1. Jurnal I :
2. Jurnal II (Pembanding) :
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jurnal I
Proses kationisasi kain kapas menggunakan zat kation jenis
PDADMAC dan amonium sulfat telah berhasil memodifikasi makromolekul
serat selulosa sehingga memiliki situs bermuatan positif yang
mempermudah pengikatan gugus anion pada zat warna reaktif sehingga
kemampuan celupnya meningkat terhadap kain kapas. Spektra Fourier
Transmitance Infra Red Spectrophotometer (FTIR) menunjukkan adanya
kandungan kelompok kationik pada kain kapas yang dikationisasi dengan
PDADMAC dan amonium sulfat. Kationisasi kain kapas dengan
PDADMAC memberikan nilai ketuaan, intensitas dan beda warna yang
lebih baik dibandingkan amonium sulfat. Nilai optimum penggunaan
PDADMAC yaitu pada konsentrasi 4 g/l (dengan nilai K/S = 11,86; ΔE
=10,34 (ΔE>6,0);I = 515,14%; skala nilai ketahanan luntur warna terhadap
pencucian 4-5; gosokan basah 3; gosokan kering 3 dan penyinaran buatan
2). Nilai optimum penggunaan amonium sulfat yaitu pada konsentrasi 0,5
g/l (dengan nilai K/S = 4,89, ΔE = 3,64; I = 144,87; skala nilai ketahanan
luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 4-5; gosokan kering 4
dan penyinaran buatan 4). Penggunaan PDADMAC dan amonium sulfat
tidak mengakibatkan penurunan kekuatan tarik kain. Kationisasi dapat
mengurangi bahkan mengeliminasi penggunaan zat pembantu pada
pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif. PDADMAC dapat
menghilangkan penggunaan elektrolit dan alkali. Sedangkan amonium sulfat
dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan mengurangi pemakaian
alkali.
2. Jurnal II ( Pembanding )
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa semakin tinggi
konsentrasi kitosan yang diaplikasikan pada produk tahu maka semakin
tinggi tingkat ketahanan dan umur simpan produk tahu. Adapun sampel
dengan umur simpan paling baik yaitu produk tahu dengan konsentrasi
kitosan sebesar 5% yang disimpan pada suhu 4°C. Berdasarkan uji
organoleptik secara keseluruhan baik uji hedonik maupun uji deskriptif
diperoleh data bahwa panelis lebih menyukai produk tahu yang dibuat
dengan metode edible coating yang disimpan selama 1 hari. Pengaplikasian
kitosan dengan metode koagulan menghasilkan J.I. Tek.Kim. UNPAM 8
Januari 2018 Vol. 2 No. 1 produk tahu yang dapat bertahan dengan kondisi
baik selama 14 hari, sedangkan produk tahu yang menggunakan metode
edible coating menghasilkan produk tahu yang mampu bertahan selama 13
hari.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal II ( Pembanding )
Jurnal II (Pembanding )
1) Chinta, S.K., & Kumar, S.V., (2013), Technical Facts & Figures of
reactive dyes used in textiles, I.J.E.M.S 4 (3): 308-312.
2) Sanislav, A., Dumitru, F., & Stanescu, M.D., (2013), Investigation of two
textile anthraquinone dyes purity, U.P.B. Sci. Bull., Series B 75 (4).
3) Yu, Y., & Zhang, Y., (2013), Roles of novel reactive cationic copolymers
of 3-chloro-2-hydroxy propyl methyl diallylammonium chloride and
dimethyl diallylammonium chloride in fixing anionic dyes on cotton
fabric, Academic Editor: Yufang Zhu.
4) Al-Fozan, S. A., & Anees, U. M., Effect of seawatwr level on corrotion
behavior of different alloys, (2005), International Desalination
Association (IDA) World Congress Conference.
5) Tan, Y., Heterogeneous electrode processes and localized corrosion,
(2013), John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved, Hoboken, New
Jersey, Published simultaneously in Canada
6) Ristić. N., & Ristić, I., (2012), CationicModification of Cotton Fabrics
and Reactive Dyeing Characteristics, Journal of Engineered Fibers and
Fabrics 7(4).
7) Chen, W., & Zhao, S., (2004), Improving the Color Yield of Ink-Jet
Printing on Cationized Cotton, Textile Research Journal 74(1): 68-71. 8
Acharya, S., Abidi, N., Rajbhandari, R., Meulewaeter, F., (2014),
Chemical cationization of cotton fabric for improved dye uptake, Journal
Cellulose 21 (6). 9 KIM, J. Y., & Choi, H.,M., (2014), Cationization of
periodate-oxidized cotton cellulose with choline chloride, Cellulose
Chem. Technol., 48 (1-2), 25-32. 10Lili Wang, Wei ma, Shufen Zhang,
Xiaoxu Teng, Jinzong Yang., 2009, Preparation of Cationic Cotton with
Two-Bath Pad-Bake Process and Its Application in Salt-Free Dyeing,
Carbohydrat Polymer, Vol 78: 602- 608. 11Ma Wei, Zhang S., Yang J.Z.,
Development of Functional Polymers in Modification of Cotton for
Improving Dyeability of Reactive dyes, The Proceeding of the 3rd
International Conference on Functional Molecules, Page 69-75.
12Hauser, P. J., A. H. Tabba, 2002, Dyeing of Cationic Cotton with Fiber
Reactive Dyes, AATCC Review, Vol 5: 36-39
https://media.neliti.com/media/publications/55052-ID-peningkatan-
kemampuan-pencelupan-kain-ka.pdf
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JITK/article/viewFile/1082/883