Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Tugas Mata Kuliah :


TEKSTIL
Dosen Pengampu : Dr.Dina Ampera, M.Si &
Yudistira, Mpd

Disusun Oleh:
Fitrya Rahmah 5193343025
Rashyanti

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FALKULTAS TEKNIK
JURUSAN TATA BUSANA
STAMBUK 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya
kami dapat menyelesaikan tugas critical jounal riview ini dengan tepat
waktu untuk memenuhi tugas KKNI pada mata kuliah kepemimpinan.

Dalam tugas ini kami memgambil tiga jurnal untuk di kritik dari
internet, maka dari itu kami sangat berterimakasi kepada sumber yang telah
menyediakan jurnal yang kami butuhkan. Kami hanyalah manusia biasa
yang tak lu[ut dari kesalahn, dan dalam tugas critical journal review ini
masih banyak kekurangan masih banyak kesalahan dalam penulisan ataupun
hal lain, dengan itu kami sanagat minta maaf dan dapat di maklumi.
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR..................................................................................
B. Tujuan Penulisan CJR..............................................................................................
C. Manfaat CJR.............................................................................................................

BAB II Pembahasan ..........................................................................................................


A. Identitas Jurnal ........................................................................................................
B. Ringkasan Jurnal......................................................................................................
BAB III Pembahasan Analisis
A. Kelebihan Jurnal ....................................................................................................
B. Kekurangan Jurnal ................................................................................................

BAB IV Penutup ..............................................................................................................


Kesimpulan....................................................................................................................
Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical jounal review ini sangat penting di lakukan apalagi dalam


dunia penulisan, mengkrit suatu jurnal dapaat menegtahui di mana letak
kesalahn dan kekurangan jurnal tersebut agar bisa kemballi di revisi atau di
perbaiki penulisan nya. Dengan membandingkan jurnal satu dengan yang
lain nya dapat mengetahui mana jurnal yang lebih baik di antara jurnal-
jurnal tersebut, dengan ada nya criticaal journal riview ini, kami snagat
berharap bahwa di kedepannya nanti akan terciptanya jurnal-jurnal yang
lebih baik.

B. Tujuan Penulisan CJR


Adapun tujuan dari penulisan CJR ini yaitu :
 Bertujuan untuk mengoreksi kesalahan dan kekurangan jurnal untuk
kembali di revisi
 Bertujuan untuk mendukung tercipta nya jurnal-jurnal yang baik untuk
kedepannya
 Bertujuan untuk memenuhi tugas KKNi pada mata kuliah kepeimpinan

C. Manfaat CJR
Ada pun manfaat dari penulisan CJR ini yaitu :
 Bermanfaat untuk mengembangkan bakat menulis seorang mahasiswa
 Bermanfaat untuk penambahan ilmu mahasiswa, dengan mengkritik
beberapa jurnal maka secara otomatis ilmu yang di dapat oleh mahasiswa
akan semakin bertambah pula
 Bermaanfaat bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan menulisnya agar
bisa menul;is dengan baik untuk kedepan nya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Judul Jurnal
1. Peningkatan Kemampuan Pencelupan Kain Kapas Terhadap Zat Warna
Reaktif Melalui Proses Kationisasi
2. Uji Absorbsi Pencelupan Kain Poliester Menggunakan Pewarna Disperse

B. Identitas Jurnal
1. Jurnal I
 Judul Artikel :-
 Nama Journal : Peningkatan Kemampuan Pencelupan Kain Kapas
Terhadap Zat Warna Reaktif Melalui Proses
Kationisasi.
 Edisi terbit : Tanggal diterima: 18 Mei 2015, direvisi: 3 Juni
2015,
disetujui terbit: 12 Juni 2015
 Pengarang artikel : Cica Kasipah, Eva Novarini, Emma Yuniar
Rakhmatiara,
Dikdik Natawijaya
 Penerbit : Balai Besar Tekstil
 Kota terbit : Bandung
 Nomor ISSN : Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 55-66

2. Jurnal II (Pembanding) :
 Judul Artikel : Jurnal Ilmiah Teknik Kimia UNPAM
 Nama Journal : Uji Absorbsi Pencelupan Kain
Poliester Menggunakan Pewarna Disperse
 Edisi terbit : 2018
 Pengarang artikel : Budhi Indrawijaya
 Penerbit : FT-UNPAM
 Kota terbit : Tangerang Selatan,
 Nomor ISSN : 2549 - 0699
C. Ringkasan Jurnal
1. Jurnal I :
ABSTRAK
Proses kationisasi kain kapas bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan pencelupan kain kapas terhadap zat warna reaktif melalui
modifikasi makromolekul selulosa sehingga memiliki muatan positif untuk
mempermudah pengikatan gugus anion pada zat warna reaktif. Penelitian ini
menggunakan polidialildimetil amonium klorida (PDADMAC) dan
amonium sulfat untuk memberikan muatan positif pada serat kapas. Spektra
Fourier Transmitance Infra Red Spectrophotometer (FTIR) menunjukkan
adanya kandungan kelompok kationik pada kain kapas yang dikationisasi
dengan PDADMAC dan amonium sulfat. Kationisasi kain kapas dengan
PDADMAC memberikan nilai ketuaan, intensitas dan beda warna yang
lebih baik dibandingkan amonium sulfat. Nilai optimum penggunaan
PDADMAC yaitu pada konsentrasi 4 g/l (dengan nilai K/S = 11,86; ΔE
=10,34 (ΔE>6,0);I = 515,14%; skala nilai ketahanan luntur warna terhadap
pencucian 4-5; gosokan basah 3; gosokan kering 3 dan penyinaran buatan
2). Nilai optimum penggunaan amonium sulfat yaitu pada konsentrasi 0,5
g/l (dengan nilai K/S = 4,89, ΔE = 3,64; I = 144,87; skala nilai ketahanan
luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 4-5; gosokan kering 4
dan penyinaran buatan 4). Penggunaan PDADMAC dan amonium sulfat
tidak mengakibatkan penurunan kekuatan tarik kain. Kationisasi dapat
mengurangi bahkan mengeliminasi penggunaan zat pembantu pada
pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif. PDADMAC dapat
menghilangkan penggunaan elektrolit dan alkali. Sedangkan amonium sulfat
dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan mengurangi pemakaian
alkali.
Kata kunci: kain kapas, kationisasi, PDADMAC, amonium sulfat, zat warna
reaktif
 Ringkasan :
Proses Pencelupan Kain Kapas Dengan Zat Warna Reaktif
Proses pencelupan kain kapas dilakukan pada kain kapas 100%
tanpa proses kationisasi (blanko) dan kain kapas 100% yang diproses
kationisasi.
Proses Kationisasi Kain Kapas 100%
Proses kationisasi dengan menggunakan senyawa kation PDADMAC
maupun amonium sulfat yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan
untuk memodifikasi makromolekul serat selulosa sehingga memiliki
situs-situs bermuatan positif. Muatan-muatan positif tersebut akan
mempermudah pengikatan gugus-gugus anion pada zat warna sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pencelupan kain kapas. Proses
kationisasi ini diharapkan dapat mereduksi bahkan menghilangkan
penggunaan zat pembantu pada proses pencelupan kain kapas dengan
menggunakan zat warna reaktif. Analisis morfologi yang dilakukan
menggunakan SEM (scanning electron microscope) memperlihatkan
bahwa terdapat perubahan morfologi pada penampang melintang serat
kapas setelah proses kationisasi (Gambar 4). Struktur permukaan serat
kapas setelah proses kationisasi memiliki perbedaaan morfologi
permukaan dibandingkan serat kapas tanpa proses kationisasi. Serat
kapas setelah proses kationisasi terlihat memiliki alur-alur paralel dan
tampak sedikit kasar, karena terisi oleh muatan-muatan kation dari
senyawa kationik. Muatan-muatan kation tersebut sedikit berpengaruh
terhadap pegangan kain meski tidak mempengaruhi struktur fisik
keseluruhan serat kapas secara signifikan

2. Jurnal II (Pembanding) :
ABSTRAK
Serat poliester pada umumnya dicelup dengan zat warna dispersi.
Penyerapan zat warna dispersi pada kesetimbangan adalah baik tetapi pada
difusi kedalam serat sangat lambat. Beberapa zat warna dispersi mempunyai
kecepatan difusi yang cukup besar sehingga memungkinkan celupan akan
muda atau sedang dalam waktu pencelupan yang tidak terlalu lama. Faktor-
faktor yang mempengaruhi jumlah zat warna yang terserap dalam serat
poliester adalah temperatur pencelupan dan pH zat warna. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui temperatur dan pH pencelupan
yang memiliki absorbsi optimum. Metode pencelupan yang digunakan
adalah metode HT/HP dengan variabel yaitu temperatur pencelupan, pH dan
jenis pewarna disperse. Analisa yang digunakan untuk uji absorbsi adalah
analisa spektrokolorimetri dengan menggunakan alat Computer Color
Matching dan analisa spektrofotometri dengan menggunakan
spektrofotometri DR6000. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh absorbsi
optimum adalah pada temperatur pencelupan tinggi dan pH pewarna
disperse yang bersifat asam.
Kata kunci : Poliester, Pewarna Disperse, Absorbsi, Spektrofotometri
 Ringkasan :
Uji Absorbsi Kain Poliester pada Temperatur Pencelupan Bervariasi
Hasil uji absorbsi pada larutan celup awal dapat dilihat pada Tabel 1.
Sedangkan hasil uji absorbsi varian temperatur pencelupan menggunakan
residu larutan celup dapat dilihat pada Tabel 2.

Pengaruh Temperatur Pencelupan Terhadap Kain Poliester


Dalam proses pencelupan poliester menggunakan zat warna dispersi
diperlukan pemanasan, dimana dalam proses pemanasan kelarutan zat
warna akan bertambah besar, molekul-molekul zat warna relatif bergerak
lebih cepat dan aktif sehingga zat warna lebih mudah masuk ke dalam
serat. Dengan kenaikan suhu, kecepatan difusi zat warna akan bertambah
besar karena energi kinetik zat warna akan bertambah besar. Struktur
molekul zat warna yang sederhana atau lebih kecil akan mempunyai energi
kinetik yang lebih besar dibandingkan dengan zat warna yang mempunyai
energi kinetik yang kecil dicampur, maka zat warna yang masuk lebih dulu
kedalam serat adalah

Pengaruh pH Pewarna Dispersi Terhadap Kain Poliester


Pada penelitian ini, penggunaan pewarna dispersi Dianix Red Plus
pada semua varian pH menghasilkan warna yang sama apabila dilihat
dengan kasat mata, dan memiliki nilai absorbsi yang hampir sama yaitu
diatas 0,3. Namun pada pH 7, 9, dan 11 memiliki total perbedaan warna
(∆E) lebih besar dari 1 sehingga dianggap penggunaan pewarna dispersi
pada pH tersebut tidak menghasilkan warna sesuai standar. Penggunaan
pewarna dispersi Zenix Navy PRSF pada pH 3, 7 dan 9 menghasilkan
warna yang cukup sama dengan hasil kain dengan pH standar 5. Total
perbedaan warna (∆E) pada pH tersebut juga lebih kecil dari 1 sehingga
penggunaan pewarna pada pH tersebut masih dapat diterima. Namun pada
pH 11, kain yang dihasilkan memiliki warna yang sangat berbeda yaitu
berwarna keabu-abuan. Total perbedaan warna (∆E) pada pH 11 juga
menghasilkan nilai lebih besar dari 1 yaitu hinggga mencapai 21,76. Nilai
absorbsi dari kain pH standar dan pH 11 menghasilkan nilai yang jauh
berbeda. Pada pH standar absorbsi mencapai angka 0,313 sedangkan pada
pH 11 Pengaruh pH Pewarna Dispersi Terhadap Kain Poliester Pada
penelitian ini, penggunaan pewarna dispersi Dianix Red Plus pada semua
varian pH menghasilkan warna yang sama apabila dilihat dengan kasat
mata, dan memiliki nilai absorbsi yang hampir sama yaitu diatas 0,3.
Namun pada pH 7, 9, dan 11 memiliki total perbedaan warna (∆E) lebih
besar dari 1 sehingga dianggap penggunaan pewarna dispersi pada pH
tersebut tidak menghasilkan warna sesuai standar. Penggunaan pewarna
dispersi Zenix Navy PRSF pada pH 3, 7 dan 9 menghasilkan warna yang
cukup sama dengan hasil kain dengan pH standar 5. Total perbedaan
warna (∆E) pada pH tersebut juga lebih kecil dari 1 sehingga penggunaan
pewarna pada pH tersebut masih dapat diterima. Namun pada pH 11, kain
yang dihasilkan memiliki warna yang sangat berbeda yaitu berwarna
keabu-abuan. Total perbedaan warna (∆E) pada pH 11 juga menghasilkan
nilai lebih besar dari 1 yaitu hinggga mencapai 21,76. Nilai absorbsi dari
kain pH standar dan pH 11 menghasilkan nilai yang jauh berbeda. Pada pH
standar absorbsi mencapai angka 0,313 sedangkan pada pH 11
BAB IV
PEMBAHASAN ANALISIS

D. Kelebihan Jurnal
1. Jurnal I :

2. Jurnal II (Pembanding) :

E. Kekurangan Jurnal
1. Jurnal I :

2. Jurnal II (Pembanding) :
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jurnal I
Proses kationisasi kain kapas menggunakan zat kation jenis
PDADMAC dan amonium sulfat telah berhasil memodifikasi makromolekul
serat selulosa sehingga memiliki situs bermuatan positif yang
mempermudah pengikatan gugus anion pada zat warna reaktif sehingga
kemampuan celupnya meningkat terhadap kain kapas. Spektra Fourier
Transmitance Infra Red Spectrophotometer (FTIR) menunjukkan adanya
kandungan kelompok kationik pada kain kapas yang dikationisasi dengan
PDADMAC dan amonium sulfat. Kationisasi kain kapas dengan
PDADMAC memberikan nilai ketuaan, intensitas dan beda warna yang
lebih baik dibandingkan amonium sulfat. Nilai optimum penggunaan
PDADMAC yaitu pada konsentrasi 4 g/l (dengan nilai K/S = 11,86; ΔE
=10,34 (ΔE>6,0);I = 515,14%; skala nilai ketahanan luntur warna terhadap
pencucian 4-5; gosokan basah 3; gosokan kering 3 dan penyinaran buatan
2). Nilai optimum penggunaan amonium sulfat yaitu pada konsentrasi 0,5
g/l (dengan nilai K/S = 4,89, ΔE = 3,64; I = 144,87; skala nilai ketahanan
luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 4-5; gosokan kering 4
dan penyinaran buatan 4). Penggunaan PDADMAC dan amonium sulfat
tidak mengakibatkan penurunan kekuatan tarik kain. Kationisasi dapat
mengurangi bahkan mengeliminasi penggunaan zat pembantu pada
pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif. PDADMAC dapat
menghilangkan penggunaan elektrolit dan alkali. Sedangkan amonium sulfat
dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan mengurangi pemakaian
alkali.
2. Jurnal II ( Pembanding )
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa semakin tinggi
konsentrasi kitosan yang diaplikasikan pada produk tahu maka semakin
tinggi tingkat ketahanan dan umur simpan produk tahu. Adapun sampel
dengan umur simpan paling baik yaitu produk tahu dengan konsentrasi
kitosan sebesar 5% yang disimpan pada suhu 4°C. Berdasarkan uji
organoleptik secara keseluruhan baik uji hedonik maupun uji deskriptif
diperoleh data bahwa panelis lebih menyukai produk tahu yang dibuat
dengan metode edible coating yang disimpan selama 1 hari. Pengaplikasian
kitosan dengan metode koagulan menghasilkan J.I. Tek.Kim. UNPAM 8
Januari 2018 Vol. 2 No. 1 produk tahu yang dapat bertahan dengan kondisi
baik selama 14 hari, sedangkan produk tahu yang menggunakan metode
edible coating menghasilkan produk tahu yang mampu bertahan selama 13
hari.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal II ( Pembanding )

1) Sunarto. 2008. Teknologi Pencelupan dan Pencapan Jilid 2. Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
2) Delima Suardiningsih. 2013. Perbedaan Kain Katun dengan Poliester
pada Busana Kuliah Ditinjau dari Aspek Kenyamanan. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
3) Soeprijono, P., et al. 1973. Serat-serat ekstil. Institut Teknologi Tekstil.
Bandung.
4) Broadbent, Arthur D. 2001. Basic rinciples of Textile Coloration. Society
of Dyers and Colourists. England.
5) Bhatti, I.A, Adeel Shahid, et al. 2012. Dyeing of UV irradiated cotton
and polyester fabrics with multifunctional reactive and disperse dyes.
Journal of Saudi Chemical Society. Vol.20:178-184.
6) Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
7) Deo, H.T, Desai, B.K. 1999. Dyeing of cotton and jute with tea as natural
dye. Journal and Society of Dyers and Colorists. Vol.115:222–224.
8) Harini, Bernadeta Wuri, Rini Dwiastuti, dan Lucia Wiwid Wijayanti.
2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel untuk Mengukur Kadar
Curcuminoid pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica). Aplikasi
Sains dan Teknologi. Yogyakarta.
9) Hendayana, Semar, Asep Kadarohman, AA Sumarna, dan Asep
Supriatna. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press.
Semarang.
10) Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia. Jakarta.
11) Noerati, Gunawan, Muhammad Ichwan, Atin Sumihartati. 2013. Bahan
Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Teknologi Tekstil.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
12) Rasyid Djufri. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan
Pencapan. Institut Teknologi Tekstil. Bandung.
13) Rodia Syamwil dan Adhi Kusumastuti. 2009. Pengetahuan Tekstil
Untuk Tata Busana. TJP UNNES. Semarang.
14) Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
15) T. Ihara, M. Miyoshi, Y. Iriyama. 2003. Visible-light-active Titanium
Oxide Photocatalyst Realized by an Oxygendeficient Structure and by
Nitrogen Doping. Applied Catalysis. B: Environmental. Vol.42:403-
409.
16) Tim Fakultas Teknik. 2001. Mengindentifikasi Serat Tekstil. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Jurnal II (Pembanding )
1) Chinta, S.K., & Kumar, S.V., (2013), Technical Facts & Figures of
reactive dyes used in textiles, I.J.E.M.S 4 (3): 308-312.
2) Sanislav, A., Dumitru, F., & Stanescu, M.D., (2013), Investigation of two
textile anthraquinone dyes purity, U.P.B. Sci. Bull., Series B 75 (4).
3) Yu, Y., & Zhang, Y., (2013), Roles of novel reactive cationic copolymers
of 3-chloro-2-hydroxy propyl methyl diallylammonium chloride and
dimethyl diallylammonium chloride in fixing anionic dyes on cotton
fabric, Academic Editor: Yufang Zhu.
4) Al-Fozan, S. A., & Anees, U. M., Effect of seawatwr level on corrotion
behavior of different alloys, (2005), International Desalination
Association (IDA) World Congress Conference.
5) Tan, Y., Heterogeneous electrode processes and localized corrosion,
(2013), John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved, Hoboken, New
Jersey, Published simultaneously in Canada
6) Ristić. N., & Ristić, I., (2012), CationicModification of Cotton Fabrics
and Reactive Dyeing Characteristics, Journal of Engineered Fibers and
Fabrics 7(4).
7) Chen, W., & Zhao, S., (2004), Improving the Color Yield of Ink-Jet
Printing on Cationized Cotton, Textile Research Journal 74(1): 68-71. 8
Acharya, S., Abidi, N., Rajbhandari, R., Meulewaeter, F., (2014),
Chemical cationization of cotton fabric for improved dye uptake, Journal
Cellulose 21 (6). 9 KIM, J. Y., & Choi, H.,M., (2014), Cationization of
periodate-oxidized cotton cellulose with choline chloride, Cellulose
Chem. Technol., 48 (1-2), 25-32. 10Lili Wang, Wei ma, Shufen Zhang,
Xiaoxu Teng, Jinzong Yang., 2009, Preparation of Cationic Cotton with
Two-Bath Pad-Bake Process and Its Application in Salt-Free Dyeing,
Carbohydrat Polymer, Vol 78: 602- 608. 11Ma Wei, Zhang S., Yang J.Z.,
Development of Functional Polymers in Modification of Cotton for
Improving Dyeability of Reactive dyes, The Proceeding of the 3rd
International Conference on Functional Molecules, Page 69-75.
12Hauser, P. J., A. H. Tabba, 2002, Dyeing of Cationic Cotton with Fiber
Reactive Dyes, AATCC Review, Vol 5: 36-39

https://media.neliti.com/media/publications/55052-ID-peningkatan-
kemampuan-pencelupan-kain-ka.pdf

http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JITK/article/viewFile/1082/883

Anda mungkin juga menyukai