Anda di halaman 1dari 25

Konsep & Sejarah Dapodik

Program Alih Teknologi Dapodik - PadatiWeb 


30 September 2010

Bondan S Prakoso
(Tim Jardiknas & Dapodik Depdiknas 2006-2007)
Staf Pengajar
Prodi Ilmu Komputer Jurusan Matematika
Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya
Daftar Isi
• Filosofi dan Teori
• Latar Belakang
• Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup
• Skema Jaringan
• Misi
• Prinsip Dapodik
• Strategi Pengembangan
• Sejarah Jardiknas dan Dapodik
• Skema Jardiknas 2006/2007
• Mengapa SAAS, Cloud dan Open Standard ?
• Standar Dapodik
• Arsitektur Kerangka Kerja
• Pemanfaatan Dapodik
• Konsep Standar Kode Identitas Tunggal
• Format Kode NISN, NPSN dan NIGN
• Riwayat Pengembangan
• Kendala, Hambatan dan Solusi
Filosofi dan Teori 

• DATA adalah entitas faktual


• INFORMASI adalah kumpulan data faktual yang memiliki
arti
• PENGETAHUAN adalah wawasan yang bersumber dari
beragam informasi faktual yang terpadu.
• KEBIJAKSANAAN adalah kebijakan yang berlandaskan
wawasan pengetahuan yang komprehensif dan terukur.

Para pengambil keputusan (Stakeholder) memerlukan


wawasan dan pengetahuan yang komprehensif dan terukur
berdasarkan data dan informasi yang faktual untuk
menentukan kebijakan yang tepat sasaran.
Latar Belakang
Awal Tahun 2006 lalu ...
 
Biro PKLN membutuhkan sumber wawasan pengetahuan, informasi dan data
pendidikan Indonesia yang terjamin validitas dan terkiniannya (uptodate) dari
waktu ke waktu secara berkesinambungan. Untuk menjamin akurasi
perencanaan pembangunan pendidikan nasional yang terukur dan terpadu.

Ketersediaan beragam sistem dan sumber data & informasi di lingkungan


Depdiknas yang umumnya bersifat tertutup, bersifat makro, kurang uptodate
dan tidak terpadu (unintegrated).

Belum tersedianya pengelolaan data pendidikan skala mikro di lingkungan


Depdiknas.

Perlu dibangun suatu sistem informasi yang arsitekturnya bersifat standar,


universal, terbuka interkoneksinya dengan sistem lain, berbiaya
rendah/terjangkau, handal, dan terjamin kesinambungannya. 
Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup
• Dapodik dirancang sebagai pusat referensi data pokok pendidikan nasional (master data nasional)
yang bersifat terbuka dan akuntabel.

• Meskipun Dapodik sangat dimungkinkan untuk dikembangkan lebih luas namun Dapodik "membatasi
diri" hanya untuk mengelola data mikro khusus untuk entitias siswa, data guru/staf dan data sekolah
beserta "atribut dasar" nya skala nasional. 

• Pengembangan kelengkapan layanan atau atribut tambahan lainnya diharapkan disediakan atau
akan disediakan dari sistem lain yang bereferensi (interkoneksi) sesuai standar Dapodik.

• Dapodik sebagai sistem layanan aplikasi (Application Services System) disediakan secara daring
(online) memanfaatkan teknologi Internet.

• Sistem Dapodik mengadopsi sistem perbankan terkini. Oleh karena itu membutuhkan layanan
jaringan daring (online) yang menjangkau seluruh dinas hingga satuan pendidikan se-Indonesia (ide
dasar mengapa dibangun Jardiknas).

• Akses operasional Dapodik dirancang untuk mampu didistribusikan secara berjenjang dari tingkat
dinas hingga ke seluruh satuan pendidikan Indonesia untuk menjamin validitas data Dapodik masing-
masing. 

• Sistem Dapodik dirancang untuk bersifat terbuka agar mudah diintegrasikan dengan sistem lain yang
dikembangkan oleh internal maupun eksternal depdiknas.
Skema Jaringan Dapodik
Misi

Sebagai pusat referensi data pokok pendidikan skala nasional


yang terbuka, terpadu dan berkesinambungan yang
bermanfaat bagi proses perencanaan dan tata kelola
(governence) pembangunan pendidikan nasional demi
kemajuan bangsa Indonesia.
Prinsip  Dapodik

• Mudah, Sederhana dan Handal (Easy,


Simple & Reliable)
• Bertautan dan Terpadu (Coherent and
Integrated)
• Daya jangkau luas (Scalable)
• Berkelanjutan (Sustainable)
• Mampu beradaptasi (Adaptable).
• Biaya rendah/terjangkau (Low cost)
• Standar Terbuka (Open Standard)
Strategi Pengembangan
1. Mengembangkan layanan berbasis teknologi Internet (Online
System).
2. Mengadopsi model SAAS (Software As A Services)
3. Mendayagunakan teknologi infrastruktur model Cloud
Computing (Komputasi Awan)
4. Memanfaatkan kode sumber terbuka (Open Source) karena
mudah dikembangkan sesuai kebutuhan (custom)
5. Memberikan hak akses kepada komunitas pendidikan (Dinas
dan Sekolah-Sekolah) untuk mengelola datanya secara daring
waktu nyata (Online Real Time). Untuk itu mengapa dibangun
JARDIKNAS sebagai media transaksi online-nya.
6. Menyediakan standar komunikasi untuk keterbukaan
interkoneksi dengan sistem lainnya (API Dapodik).
7. Mempublikasikan data dan informasi secara terbuka dan
terbatas untuk melibatkan peran aktif masyarakat dalam
verifikasi dan validasi data. 
Sejarah JARDIKNAS & DAPODIK
• Sesuai dengan strategi pengembangan DAPODIK (mengadopsi sistem
perbankan yang online & realtime), maka diperlukan suatu sistem
pengelolaan data yang terpusat (data center) yang terdistribusi di beberapa
wilayah untuk menjamin stabilitas akses, skalabilitas sistem dan keamanan
datanya. 

• Untuk mempermudah distribusi akses dimaksud, maka diperlukan


infrastruktur jaringan online skala nasional yang menjamin konektifitas dari
seluruh institusi/lembaga di lingkungan Depdiknas ke Data Center Dapodik
yang tersebar di beberapa lokasi di wilayah Indonesia.

• Untuk itu program JARDIKNAS turut dibangun sejalan dengan


pengembangan sistem DAPODIK pada tahun 2006 lalu dengan target
menghubungkan seluruh kantor Dinas Pendidikan Provinsi, Kota dan
Kabupaten se-Indonesia.

• Dengan demikian maka sejarah pembangunan JARDIKNAS tidak


terpisahkan dengan sejarah pengembangan DAPODIK pada tahun 2006 lalu.
Keduanya saling mengisi dan melengkapi.
Skema Intranet Jardiknas 2006/2007
Skema Internet Jardiknas 2006/2007
Mengapa Dapodik menggunakan
Model SAAS dan Cloud Computing?
1. Investasi dan biaya operasional yang relatif rendah dan terjangkau.
2. Kemudahan pemutakhiran skalablitas, teknologi, dan fitur sistem
yang lebih cepat dan berlaku universal (sistem terpusat)
3. Kemudahan pengendalian dan pendistribusian akses pengguna
(user) sesuai hak akses yang diberlakukan.
4. Kemudahan akses layanan bagi pengguna (Anywhere Anytime)
karena layanan tersedia secara daring (online) 24 jam. 
5. Kemudahan interkoneksi dengan sistem lain secara daring (online)
6. Terjamin pengendalian proses transaksional datanya sesuai aturan
yang ditetapkan (rules by system)
7. Kemudahan pengelolaan data dan informasi secara terpusat yang
terjamin keterpaduannya. 
Mengapa Dapodik bersifat Standar
Terbuka (Open Standard) ?
Analisa Kondisi:
Perkembangan teknologi informasi khususnya Internet mengubah budaya masyarakat dalam mengakses
data dan informasi menjadi lebih mudah, cepat, terbuka dan kolaboratif. Oleh karena itu mengapa Dapodik
dirancang untuk menjadi Standar Terbuka (Open Standard).

Tujuan Standar Terbuka (Open Standard):


1. Memberi keleluasaan dan tanggung jawab sepenuhnya bagi dinas dan
sekolah dalam mengelola data mereka secara mandiri yang akuntabel sesuai
standar yang ditetapkan. 
– Memberi kesempatan kepada masyarakat dan dunia industri untuk turut
berperan aktif mengembangkan beragam layanan pendidikan yang bernilai
tambah (value added services) secara terpadu sesuai standar yang
ditetapkan. 
– Melibatkan peran aktif masyarakat (publik) dalam mengawasi
dan memelihara akuntabilitas dan validasi data.
– Memudahkan dan mempercepat proses integrasi antar sistem lainnya baik
yang dibangun di internal maupun eksternal Kemdiknas yang terjaga
konsistensi dan kesinambungannya sesuai standar yang ditetapkan.
Standar-Standar DAPODIK

1. Standar arsitektur kerangka kerja  


2. Standar kodefikasi identitas tunggal entitas data
3. Standar format data
4. Standar komunikasi interkoneksi
5. Standar otentifikasi dan otorisasi
6. Standar datawarehouse
7. Standar pelaporan
Standar Arsitektur Kerangka Kerja
SIM Pendidikan Nasional Terpadu
DASHBOARD (SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF)

PADATI SisInfo Sisinfo SisInfo SisInfo SisInfo SisInfo


WEB Sekolah UN Peta BOS Rehab Lainnya
  Pendidikan Sekolah

ANTAR MUKA INTERKONEKSI SISTEM (Manual atau Otomasi


Online)
DAPODIK (NISN, NPSN dan NUPTK)

INFRASTRUKTUR (Jardiknas, Schoolnet, PC/Laptop, Lab Kom


Sekolah, Internet Publik, dll)

Arsitektur  ini dapat diimplementasikan di tingkat Propinsi/Kota/Kabupaten secara


mandiri. Syarat utama adalah konsisten menggunakan DAPODIK sebagai satu-
satunya referensi data bagi sistem lainnya yang akan dikembangkan.
Pemanfaatan Dapodik
Dapodik disiapkan sebagai pusat referensi interkoneksi data untuk pemanfaatan
kebutuhan pengembangan Sistem Informasi Aplikasi Pendidikan Nasional lainnya
(e-Administrasi), meliputi:

1. Sistem informasi pengendalian dan manajemen peserta ujian nasional


• Sistem informasi pengendalian dan manajemen BOS dan BOS Buku
• Sistem informasi pengendalian dan manajemen sarana prasarana sekolah
• Sistem informasi pengendalian dan manajemen sertifikasi guru dan karyawan
• Sistem informasi pengendalian dan manajemen perencanaan pendidikan
• Sistem informasi pengendalian dan manajemen administrasi tingkat sekolah
• Sistem informasi pengendalian dan manajemen adimistrasi tingkat dinas

Arsitektur Kerangka Kerja sistem DAPODIK telah dirancang bangun


untuk dipersiapkan sebagai pusat referensi data dasar pendidikan
secara nasional yang terjaga konsistensi dan validitas datanya dengan
transparan dan akuntabel.
Standar Kode Identitas Tunggal
Dapodik
Untuk menjamin validitas data yang berkesinambungan maka
Sistem Dapodik memberlakukan kode identitas tunggal pada
entitas data siswa, guru/staf dan sekolah pada Dapodik yang
disebut dengan:

• Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)


• Nomor Induk Guru Nasional (NIGN) * 
• Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)

Ket (*) Saat ini disebut dengan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(NUPTK)
Konsep Format Kode Tunggal Identitas
Dapodik

1. UNIK, untuk menjamin perbedaan satu entitas dengan yang


entitas lain secara konsisten.
– SEDERHANA, minimal makna agar lebih fleksibel terhadap
perubahan dan minimal digit agar mudah diingat.
– STANDAR, digenerasi otomatis oleh sistem terpusat (tidak
manual) untuk menjamin keamanan, konsistensi dan
keterpaduan skala nasional.
– PERMANEN, berlaku seumur hidup.
Standar Kodefikasi NPSN
Format Kode
• Jumlah Kode = 8 Digit 
• Format Kode =  X- YY – ZZZZZ 
• X = 1 Digit Kode Wilayah
• YY = 2 Digit Nomor Kelompok
• ZZZZZ = 5 Digit Serial

• Kode Wilayah: 
o Sumatera dan sekitarnya : 1 
o Jawa dan sekitarnya : 2 
o Kalimantan dan sekitarnya : 3 
o Sulawesi dan sekitarnya : 4
o Bali – Nusa Tenggara dan sekitarnya: 5 
o Maluku, papua dan sekitarnya : 6 
o Luar Negeri : 9
o Dicadangkan : 7-8

• Kapasitas 9,99 juta sekolah


• Masa berlaku sepanjang masa
Standar Kodefikasi NISN
Standar Format

• Jumlah Kode = 10 Digit


• Format Kode = AAA-XXX-YYYY 
o AAA : 3 Digit Tahun Lahir 
o XXX-YYYY : 7 Digit nomor urut yang dibagi dalam 2 bagian, yaitu:
 XXX    : 3 Digit Pengelompokan, dan 
 YYYY  : 4 Digit nomor urut dalam pengelompokan XXX.

• Kapasitas 9.99 juta siswa per tahun


• Masa berlaku 900 tahun
• Bisa diberikan kepada peserta didik mulai sejak TK atau SD dan berlaku
sampai jenjang SMP, SMA/SMK hingga Perguruan Tinggi.
Standar Kodefikasi NIGN *
Standar Format

• Jumlah Kode : 9 Digit


• Format Kode :  9 Digit sesuai standar NIP bagi Guru/Staf PNS)
• Format Kode : XX-YYY-ZZZZ
o XX = 2 Digit Kode Departemen
o YYY = 3 Digit Nomor Kelompok
o ZZZZ = 4 Digit Nomor Urut Serial

• Kapasitas 99.99 juta guru/staf


• Masa berlaku seumur hidup

Ket (*) saat ini secara resmi menggunakan istilah NUPTK yang dikelola oleh
Ditjen PMPTK Depdiknas sejak tahun 2008 dengan model format standar kode
yang berbeda. 
Riwayat pengembangan sistem Dapodik 2006 s.d 2009
2006
• Inisialisasi dan Uji Coba Sistem Dapodik
• Koordinasi dan sosialiasi di tingkat internal Depdiknas
• Sumber biaya operasional APBN

2007
• Rilis Dapodik 1.0
• Distribusi akun tingkat Dinas
• Pelatihan operasional di tingkat pusat dan daerah
• Sumber biaya operasional APBN

2008
• Rilis Dapodik 2.0
• Distribusi akun tingkat Sekolah
• Rilis API Dapodik
• Biaya operasional mandiri tingkat Dinas di daerah (Non biaya APBN)

2009
• Pemutakhiran web operator
• Integrasi dengan program SIPNAS Biro PKLN
• Fitur verifikasi program sertifikasi NPSN dari PSP Balitbang
• Biaya operasional mandiri tingkat Dinas di daerah (Non biaya APBN)
Kendala, Hambatan dan Solusi

Sejak 2008 Dapodik dikelola "mandiri" oleh Dinas Pendidikan di


daerah mengakibatkan:

1. Konsistensi dan kelengkapan data tidak terdistribusi merata karena sangat tergantung
kebijakan dinas pendidikan masing-masing.
– Kebijakan pemanfaatan Dapodik untuk program pendidikan menjadi beragam di
tingkat daerah (contoh: sebagai data referensi UN dan BOS).
– Munculnya biaya operasional yang tidak standar di setiap daerah untuk pelayanan
pengurusan kartu NISN dan proses mutasi siswa melalui sistem Dapodik.
– Tidak adanya fungsi pengawasan dan pengendalian operasional Dapodik dari tingkat
pusat secara terpadu.

Rekomendasi Solusi
Perlu regulasi aturan dan kebijakan resmi yang terstruktur dan terpadu dari tingkat pusat
untuk pemanfaatan Dapodik pada program-program pendidikan nasional. 
TERIMA KASIH

Membangun DATA itu relatif MAHAL


Namun akan menjadi JAUH LEBIH MAHAL jika membangun 
tanpa DATA yang VALID dan AKURAT.

Anda mungkin juga menyukai