Bondan S Prakoso
(Tim Jardiknas & Dapodik Depdiknas 2006-2007)
Staf Pengajar
Prodi Ilmu Komputer Jurusan Matematika
Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya
Daftar Isi
• Filosofi dan Teori
• Latar Belakang
• Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup
• Skema Jaringan
• Misi
• Prinsip Dapodik
• Strategi Pengembangan
• Sejarah Jardiknas dan Dapodik
• Skema Jardiknas 2006/2007
• Mengapa SAAS, Cloud dan Open Standard ?
• Standar Dapodik
• Arsitektur Kerangka Kerja
• Pemanfaatan Dapodik
• Konsep Standar Kode Identitas Tunggal
• Format Kode NISN, NPSN dan NIGN
• Riwayat Pengembangan
• Kendala, Hambatan dan Solusi
Filosofi dan Teori
• Meskipun Dapodik sangat dimungkinkan untuk dikembangkan lebih luas namun Dapodik "membatasi
diri" hanya untuk mengelola data mikro khusus untuk entitias siswa, data guru/staf dan data sekolah
beserta "atribut dasar" nya skala nasional.
• Pengembangan kelengkapan layanan atau atribut tambahan lainnya diharapkan disediakan atau
akan disediakan dari sistem lain yang bereferensi (interkoneksi) sesuai standar Dapodik.
• Dapodik sebagai sistem layanan aplikasi (Application Services System) disediakan secara daring
(online) memanfaatkan teknologi Internet.
• Sistem Dapodik mengadopsi sistem perbankan terkini. Oleh karena itu membutuhkan layanan
jaringan daring (online) yang menjangkau seluruh dinas hingga satuan pendidikan se-Indonesia (ide
dasar mengapa dibangun Jardiknas).
• Akses operasional Dapodik dirancang untuk mampu didistribusikan secara berjenjang dari tingkat
dinas hingga ke seluruh satuan pendidikan Indonesia untuk menjamin validitas data Dapodik masing-
masing.
• Sistem Dapodik dirancang untuk bersifat terbuka agar mudah diintegrasikan dengan sistem lain yang
dikembangkan oleh internal maupun eksternal depdiknas.
Skema Jaringan Dapodik
Misi
Ket (*) Saat ini disebut dengan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(NUPTK)
Konsep Format Kode Tunggal Identitas
Dapodik
• Kode Wilayah:
o Sumatera dan sekitarnya : 1
o Jawa dan sekitarnya : 2
o Kalimantan dan sekitarnya : 3
o Sulawesi dan sekitarnya : 4
o Bali – Nusa Tenggara dan sekitarnya: 5
o Maluku, papua dan sekitarnya : 6
o Luar Negeri : 9
o Dicadangkan : 7-8
Ket (*) saat ini secara resmi menggunakan istilah NUPTK yang dikelola oleh
Ditjen PMPTK Depdiknas sejak tahun 2008 dengan model format standar kode
yang berbeda.
Riwayat pengembangan sistem Dapodik 2006 s.d 2009
2006
• Inisialisasi dan Uji Coba Sistem Dapodik
• Koordinasi dan sosialiasi di tingkat internal Depdiknas
• Sumber biaya operasional APBN
2007
• Rilis Dapodik 1.0
• Distribusi akun tingkat Dinas
• Pelatihan operasional di tingkat pusat dan daerah
• Sumber biaya operasional APBN
2008
• Rilis Dapodik 2.0
• Distribusi akun tingkat Sekolah
• Rilis API Dapodik
• Biaya operasional mandiri tingkat Dinas di daerah (Non biaya APBN)
2009
• Pemutakhiran web operator
• Integrasi dengan program SIPNAS Biro PKLN
• Fitur verifikasi program sertifikasi NPSN dari PSP Balitbang
• Biaya operasional mandiri tingkat Dinas di daerah (Non biaya APBN)
Kendala, Hambatan dan Solusi
1. Konsistensi dan kelengkapan data tidak terdistribusi merata karena sangat tergantung
kebijakan dinas pendidikan masing-masing.
– Kebijakan pemanfaatan Dapodik untuk program pendidikan menjadi beragam di
tingkat daerah (contoh: sebagai data referensi UN dan BOS).
– Munculnya biaya operasional yang tidak standar di setiap daerah untuk pelayanan
pengurusan kartu NISN dan proses mutasi siswa melalui sistem Dapodik.
– Tidak adanya fungsi pengawasan dan pengendalian operasional Dapodik dari tingkat
pusat secara terpadu.
Rekomendasi Solusi
Perlu regulasi aturan dan kebijakan resmi yang terstruktur dan terpadu dari tingkat pusat
untuk pemanfaatan Dapodik pada program-program pendidikan nasional.
TERIMA KASIH