Karimatunnisa
173333118
Oleh : Listiana Hidayati, M.Sc., Apt
Teman saya, Melinda yang berusia 17
tahun mengalami batuk-batuk berdahak
bahkan sampai mengeluarkan darah yang
tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3
minggu. Nafsu makanya berkurang
sehingga berat badanya turun drastis.
Ketika dimalam hari berkeringat terutama
pada bagian punggung meski sedang
tidak melakukan aktivitas
Kasus
Nama Pasien : Ny Melinda
Usia : 17 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 38 kg
TB : 146 cm
Riwayat penyakit :-
Riwayat obat :-
Riwayat alergi :-
Keluhan utama : batuk berdahak dan
mengeluarkan darah
Subjektif
Pemeriksaan fisik
o BB : 38 kg
o TD : 110/80 mmHg
o RR : 86X/menit
o T : 36˚C
o Mata, telinga, hidung dalam batas normal
o Tenggorokan faring tidak hiperemis, tonsil T1-
T1, KGB leher tidak teraba.
o Regio thoraks : cor dan pulmo dalam batas
normal, regio abdomen dalam batas normal
Objektif
Pemeriksaan lab
oHb : 10
Pemeriksaan radiologis
Melalui foto thoraks : terdapat pembesaran
kelenjar hilus, paratrakeal, atelektasis,
efusi pleura, dan gambaran milier
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan BTA SPS didapatkan
BTA+++
Objektif
Tujuan terapi : Menghilangkan gejala, sembuh total
dan dapat beraktivitas tanpa khawatir akan
kekambuhan, serta memperbaiki kualitas hidup pasien.
Terapi non farmakologi : edukasi tipe pengobatan,
edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai TBC
seperti menutup mulut ketika batuk dan bersin, tidak
menggunakan alat makan dan minum scr bersamaan,
edukasi pasien untuk selalu memeriksa dahak setelah 2
dan 6 bulan, edukasi efek samping obat seperti BAK
berwarna merah, gatal-gatal, dan terasa pusing,
mengalihkan stress, tidak merokok, dan selalu
menjaga kebersihan.
Planning
Terapi farmakologi
Rifampicin 150 mg 3X sehari
Isoniazid 75 mg 3X sehari
Pirazinamid 400 mg 3X sehari
Etambutol 275 mg 3X sehari
Streptomicin
Planning
Pengobatan TB Paru dibagi 2 fase
1.Intensif (2-3 bulan)
o INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
o Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
o Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari
o Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari
o Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000
mg/hari
2.Lanjutan (4-7 bulan)
o INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
o Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
INH : Aksi utama isoniazid menghambat biosintesis
asam mikolat yang mempunyai konstituen penting
dalam dinding sel mikrobakteri. Efek samping isoniazid
yaitu mual, muntah, neuritis perifer, neuritis optic,
kejang, demam, hiperglikemia, dan ginekomastia
Rifampicin : menghambat mekanisme kerja RNA
polimerase yang tergantung pada DNA dari
mikrobakteri dan beberapa mikroorganisme. Efek
samping pada rifampisin adalah gangguan saluran
cerna, terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi,
udem, kelemahan otot, gangguan menstruasi, dan
warna kemerahan pada urin