Anda di halaman 1dari 34

DISKUSI 15

FRAKTUR TERBUKA & TERTUTUP


dr. Ira, SpOT

NADA SALSABILA ZULTI


031.19.015

St Jalila Revika
FRAKTUR TERBUKA & TERTUTUP Putri
03015189
KASUS 1
Tn. Budi, 20 tahun, datang ke IGD rumah sakit
tempat anda bekerja dengan keluhan kaki kanan
tidak dapat digerakkan sejak 1 jam yang lalu.
Pasien diatar oleh warga setempat menggunakan
taxi, pasien diketahui mengalami kecelakaan
motor dengan motor dari arah berlawanan.
Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di kaki kanan
pasien yang disertai ketidak mampuan untuk
menggerakkan tungkai bawah kanan.

Pemeriksaan fisik: CM, TD 140/80 mmHg, nadi


110x/menit, RR 20x/menit
Dari status dan radiologis didapatkan gambaran :
Anamnesis
• Tn budi 20 th datang ke IGD
Pemeriksaan Fisik Foto Cruris AP Lateral dextra
dengan keluhan kaki kanan tidak
• CM, TD 140/80, N 110X, RR 20x • Tampak fraktur terbuka kominutif
dapat digerakan sejak 1 jam yll
• Status lokalis : Look (terdapat luka pada 1/3 proximal os tibia dan os
• Sebelumnya mengalami
terbuka dengan ukuran 10x8 cm bagian fibula
kecelakaan motor dengan motor
antero medial 1/3 proximal dasar tulang, • Tampak displacement ke anterior
yang berlawanan arah
bone expose (+), deformitas (+) • Tampak soft tissue swelling
• Mengeluh luka dan nyeri di kaki
kanan

Open fracture 1/3 proximal os tibia dan os fibula


RADIOLOGIS
Foto cruris dextra AP dan Lateral
• Tampak diskontinuitas terbuka
komplit dengan bentuk kominutif
pada pertengahan os.tibia dex
• Tampak diskontinuitas terbuka
komplit dengan translasi pada
pertengahan os fibula dex
• Aposisi dan alignment buruk
• Soft tissue swelling
Kesan : Open fracture os tibia dan
fibula dextra
TATALAKSANA KASUS

• Primary survey, • Profilaksis tetanus


stabilisasi ABC • Perawatan luka : cuci dengan
NaCl dibersihkan dari kotoran
• Collar neck dan dapat diberikan betadine
lalu tutup luka dengan kassa
• Akses IV
• Imobilisasi fraktur dengan bidai
• Kateter urine • Puasakan
• Antibiotik • Rujuk dokter Sp.OT 🡪 ORIF
• Analgetik
KASUS 2

Pasien Tn. Kirun, 45 tahun datang dengan


keluhan nyeri ditungkai kiri setelah pasien
ditabrak oleh mobil dari sisi kanan saat
akan menyebrang jalan. Riwayat hilang
kesadaran disangkal pasien dan pasien
mengingat seluruh kejadian. Saat ini pasien
mngeluhkan nyeri dipaha kiri dan tidak
dapat menekukkan lutut dikarenakan nyeri.
Pemeriksaan fisik: CM, TD 40/80 mmHg, RR
20x/menit, HR 90x/menit
Didapatkan gambaran klinis dan radiologis :
DAFTAR MASALAH

• Tn. K 45 th datang dengan keluhan nyeri tungkai kiri


• Keluhan tambahan: nyeri paha kiri dan tidak dapat
menekuk lutut karena nyeri
• Riwayat ditabrak mobil dari sisi kanan
ANALISIS KASUS

Anamnesis Pemeriksaan fisik


Foto femur AP Lateral
• Tn kirun 45 th dengan • CM, TD 140/80, RR
sinistra
keluhan nyeri di tungkai kiri 20x/mnt, HR 90x/mnt • Tampak fraktur
• Pasien ditabrak oleh mobil • Status lokalis: look (luka (-)
transversal shaft femur
saat menyebrang jalan oedem (+) deformitas (+) • Tampak soft tissue
• Riw hilang kesadaran (-) angulasi dan shortening)
swelling
• Pasien mengingat seluruh
• Tampak displacement
kejadian
ke anterior
• Nyeri di paha kiri
• Tidak bisa menekuk lutut
karna nyeri

Close fracture shaft femur sinistra


RADIOLOGIS

Foto femur sinistra AP dan Lateral


• Tampak diskontinuitas tertutup
komplit dengan bentuk
transversal pada shaft femur
• Tampak soft tissue swelling
• Tampak displacement ke anterior
dan angulasi
• Aposisi baik, aligment buruk
Kesan : closed fracture os femur
sinistra
TATALAKSANA KASUS

• Primary survey, • Kompres dingin


stabilisasi ABC • Istirahat
• Collar neck • Imobilisasi fraktur
• Akses IV dengan bidai
• Kateter urine • Puasakan
• Analgetik • Rujuk dokter Sp.OT
DEFINISI

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang


Fraktur dapat terjadi akibat trauma, stress berulang
(terutama pada diet), serta akibat kelainan pada
tulang (fraktur patologis; misalnya pada
osteoporosis)
MEKANISME FRAKTUR
JENIS FRAKTUR
Fraktur komplit 🡪 garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang
Fraktur inkomplit 🡪 garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
JENIS FRAKTUR
Fraktur non-displaced 🡪 garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser
Fraktur displaced 🡪 terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur / dislokasi
fragmen
JENIS FRAKTUR

• Fraktur tertutup 🡪 tidak terdapat


luka yang menghubungkan
tulang yang fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit

• Fraktur terbuka 🡪 terdapat luka


yang menghubungkan tulang
yang fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit
DERAJAT FRAKTUR TERTUTUP

Derajat 0 : fraktur sederhana tanpa/disertai sedikit kerusakan jaringan


lunak
Derajat 1 : fraktur disertai dengan abrasi superficial atau luka memar
pada kulit dan jaringan subkutan
Derajat 2 : Fraktur yang lebih berat dibanding derajat 1 yang disertai
kontusio dan pembengkakan jaringan lunak
Derajat 3 : Fraktur berat yang disertai kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan terdapat ancaman terjadinya sindrom kompartemen
DERAJAT FRAKTUR TERBUKA
Derajt Deskripsi luka
I • Laserasi < 1cm
• Kerusakan jaringan tidak berarti
• Luka relative bersih
II • Laserasi > 1cm
• Tidak ada kerusakan jaringan hebat atau avulsi
• Ada kontaminasi
III • Luka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya jaringan disekitarnya
• Kontaminasi hebat
- IIIA : tulang yang fraktur masih ditutupi oleh jaringan lunak
- IIIB : terdapat periosteal stripping yang luas
- IIIC : fraktur disertai kerusakan pembuluh darah
BONE HEALING
PRIMARY SURVEY
AIRWAY CIRCULATION
Nilai patensi jalan nafas Tangani sumber perdarahan
Pada kasus trauma 🡪 Jaw thrust Pucat dan dingin
Immobilisasi servikal sampai terbukti tidak Takikardi, tekanan nadi menyempit, sistolik
adanya cedera medula spinalis turun
BREATHING Monitor vital signs, kesadaran, urine output
Nilai jejas pada dinding dada Akses IV
Nafas: Spontan? Frekuensi? Pola nafas? DISABILITY
Gerak dada simetris? Otot bantu napas?
Sianosis? GCS
Berikan O2, monitor saturasi Pupil: bentuk, ukuran, isokor/anisokor,
RCL/RCTL
Alat bantu napas 🡪 VTP, pertimbangkan
intubasi Extremity movements

Secondary survey 🡪 head to toe


GEJALA KLASIK FRAKTUR
• Adanya riwayat trauma
• Rasa nyeri dan bengkak pada bagian tulang yang patah
• Deformitas (angulas, rotasi, diskrepansi)
• Nyeri tekan
• Krepitasi
• Gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri
• Putusnya kontinuitas tulang
• Gangguan neuromuskular
• Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat
ditegakkan walaupun jenis konfigurasi frakturnya belum dapat ditentukan
ANAMNESA
Dari anamnesa dapat diperoleh keluhan yang dialami pasien serta riwayat trauma. Trauma harus diperinci
jenisnya, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau ekstremitas yang bersangkutan MOI
(mechanism of injury)
1. Mekanisme trauma
• Dimana posisi pasien dalam kendaraan sebelum kecelakaan (pengemudi atau penumpang)
• Dimana posisi pasien setelah kecelakaan (tetap di dalam kendaraan atau terlempar keluar)? Bila terlempar
keluar seberapa jauh jaraknya? (terlempar keluar menimbulkan trauma yang lebih berat & bentuk cederanya
sulit didamaikan)
• Apakah ada kerusakan bagian luar kendaraan? Apakah terdapat kerusakan bagian dalam kendaraan misalnya
stir bengkok, kerusakan dashboard (menunjukkan kecurigaan besar kemungkinan terdapat trauma dada,
klavikula, dl)
• Apakah penderita menggunakan sabuk pengaman dengan benar? (pemakaian yang salah menyebabkan
fraktur vertebra atau trauma abdomen)
• Apakah airbag mengembang?
• Apakah pasien terjatuh? Bila terjatuh berapa jaraknya dan bagian mana yang mendarat terlebih dahulu?
• Apakah pasien terlindas sesuatu? Jika benar tentukan berat benda tersebut, sisi yang cedera, dan lamanya
beban menekan daerah yang cedera
• Apakah terjadi ledakan? Jika ya, berapa jarak pasien dengan sumber ledakan
• Apakah pasien merupakan pejalan kaki yang ditabrak?
2. Lingkungan (tempat kejadian)
• Apakah pasien mengalami fraktur terbuka di daerah yang terkontaminasi

• Apakah pasien terkena trauma termal?

• Apakah ada cedera akibat pecahan kaca?

• Sumber kontaminasi di sekeliling tempat kejadian (kotoran binatang, lumpur parit/selokan


air tawar laut, dll)

3. Keadaan sebelum trauma dan faktor predisposisi


• Penting mengetahui keadaan sebelum cedera

• Riwayat AMPLE harus mencakup 🡪 kemampuan fisik dan tingkat aktivitas penggunaan
obat & alkohol, masalah emosional, dan penyakit lainnya serta riwayat trauma
muskuloskeletal sebelumnya
Pemeriksaan fisik umum 🡪 cari kemungkinan adanya komplikasi umum, misalnya:
syok pada fraktur multiple, fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda sepsis pada
fraktur terbuka terinfeksi

Pemeriksaan status lokalis (Look) :


• Warna dan perfusi ekstremitas
• Keadaan luka (jenis luka terbuka/tertutup, kontaminasi)
• Deformitas (angulasi/pemendekan)
• Pembengkakan
• Perubahan warna atau memar
• Perdarahan eksternal yang aktif Bila bagian distal ekstremitas pucat atau putih
menunjukkan tidak adanya aliran darah arteri
• Ekstremitas yang bengkak pada daerah yang berotot menunjukkan adanya crush
injury atau ancaman sindroma kompartemen
Pemeriksaan status lokalis (Feel) :
• Dilakukan palpasi pada ekstremitas untuk memeriksa fungsi sensorik (fungsi neurologi) dan daerah nyeri
tekan (fraktur atau trauma jaringan lunak)
• Dilakukan penilaian pada neurovaskular distal dari daerah yang mengalami fraktur
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan palpasi :
• Suhu
• Nyeri tekan Sensibilitas : baik/tidak
• Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma: pulsasi arteri & CRT
• Pengukuran panjang tungkai
Catatan Penting
• Hilangnya rasa raba dan nyeri menunjukkan adanya trauma spinal atau saraf tepi
• Nyeri tekan di atas otot menunjukkan kontusio jaringan lunak/fraktur
• Lakukan logroll untuk pemeriksaan punggung
• Nilai stabilitas sendi
• Palpasi sendi : menentukan pembengkakan dan nyeri tekan dari ligamen maupun adanya cairan intra
artikular
Pemeriksaan status lokalis (Move) :

• Pergerakan aktif: minta pasien untuk bergerak tanpa dibantu. Nilai kemampuan pergerakan sendi
dan apakah terdapat rasa nyeri atau tidak. Pergerakan aktif juga dapat digunakan untuk menilai
kekuatan otot
• Pergerakan pasif: pemeriksa menggerakkan sendi pasien
• Range Of Movement: pemeriksaan area pergerakan dari sendi. Hasil pengukuran dinyatakan dalam
derajat
• Pasien fraktur gerak aktif, pasif, dan ROM akan terbatas karena nyeri
• Pada pasien dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri sehingga uji pergerakan tidak
boleh dilakukan secara kasar, di samping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
lunak terutama pembuluh darah dan saraf
• Adanya sakit, nyeri tekan, pembengkakan, deformitas dapat memastikan diagnosis fraktur. Usaha
untuk melakukan palpasi untuk menentukan krepitasi & gerakan abnormal tidak dianjurkan
Pemeriksaan Saraf Perifer Ekstremitas superior &
inferior
Pengukuran panjang tungkai 🡪 menilai pemendekan
tungkai
• True Leg Length 🡪 diukur dari SIAS ke pinggir
bawah malleolus lateralis atau pinggir malleolus
medialis
• Apparent Leg Length 🡪 Diukur dari umbilicus ke
malleolus medialis
Pemeriksaan radiologi penting dilakukan dalam mendiagnosis adanya fraktur.
Terdapat aturan dalam melakukan foto radiologi : Rule of Two

• Two views 🡪 Foto Harus mencakup 2 view yaitu AP view dan Lateral view
• Two joints 🡪Foto harus meliputi sendi yang berada di atas dan dibawah daerah
fraktur
• Two limbs 🡪Pada anak-anak, gambaran dari lempeng epifisis menyerupai garis
fraktur, oleh karena itu diperlukan foto dan ekstremitas yang tidak mengalami
trauma/normal
• Two Injuries 🡪 Kadangkala trauma tidak hanya menyebabkan fraktur pada satu
daerah. Contohnya, seseorang yang mengalami fraktur pada femur. penting juga
dilakukan foto pelvis dan spine.
• Two occasions 🡪 Ada beberapa jenis fraktur yang sulit dinilai segera setelah
trauma, sehingga dibutuhkan pemeriksaan X-Ray satu atau dua minggu
setelahnya untuk melihat fraktur yang terjadi. Contohnya fraktur yang terjadi pada
ujung distal dari os clavicula, scaphoid femoral neck, dan malleolus lateral
TATALAKSANA
Prinsip 🡪 mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan
posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi)
• Cara pertama : proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi 🡪pada fraktur dengan fragmen patahan
minimal atau tidak akan menyebabkan cacat di kemudian hari (mitela/sling)
• Cara kedua : imobilisasi luar tanpa reposisi
• Cara ketiga : reposisi dengan cara manipulasi diikuti imobilisasi
• Cara keempat : reposisi dengan traksi terus menerus diikuti imobilisasi
• Cara kelima : reposisi diikuti imobilisasi dengan fiksasi luar (fiksator eksterna)
• Cara keenam : reposisi non operatif diikuti pemasangan fiksator secara operatif
• Cara ketujuh : reposisi operatif diikuti fiksator interna (ORIF)
• Cara ke delapan : eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostesis
Cara keempat = reposisi dengan traksi terus
menerus diikuti imobilisasi
Cara kelima = reposisi diikuti imobilisasi dengan
fiksasi luar (fiksator eksterna)
Cara keenam = reposisi non operatif diikuti
pemasangan fiksator secara operatif
Cara ketujuh = reposisi operatif diikuti fiksator
interna (ORIF)
Cara ke delapan = eksisi fragmen patahan tulang
dan menggantinya dengan prostesis
TATALAKSANA
Reduction Retention
Reduksi tertutup Continuous traction, cast splintage,
- Fraktur tertutup functional bracing, fiksasi internal dan
- Fraktur stabil atau fraktur dengan
eksternal
pergeseran minimal
Rehabilitation
- Biasanya pada anak-anak
Elevasi, mulai pergerakan aktif segera
Reduksi terbuka setelah keadaan memungkinkan 🡪
- Fraktur terbuka mengurangi edema, menstimulasi
- Fraktur yang tidak stabil
sirkulasi, mencegah perlekatan
jaringan lunak, bantu penyembuhan
- Terdapat kerusakan neurovascular fraktur
- Fraktur sendi
Memelihara gerak sendi
- Jika gagal terapi konservatif atau gagal
dengan reduksi tertutup Melatih kekuatan otot
Melatih pasien agar dapat beraktivitas
kembali
KOMPLIKASI
Dini
Kerusakan vascular, saraf, organ lakal
Compartment syndrome
Infeksi
Lama
Delayed union: Terlambatnya penyatuan tulang
Malunion: Fraktur sembuh dengan deformitas
Non-union: Tulang tidak menyatu
Kontraktur otot
Instabilitas sendi
Osteoarthritis

Anda mungkin juga menyukai