STATUS PENDERITA
Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Umur
: 70 Tahun
Alamat
: Gogosuket , Blitar
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Status Perkawianan
: Kawin
Suku
: Jawa
Tanggal MRS
: 14 juni 2016
Anamnesis
Keluhan utama
: Nyeri pada tungkai kanan bawah
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD
mardi Waluyo dengan keluhan nyeri tungkai kanan sejak 5
jam yang lalu. Awalnya pasien menaiki motor lalu tertabrak
motor yang sedang melaju kencang dari samping kanan
yang mengenai tungkai kanannya, kemudian pasien jatuh
dengan posisi tungkai kanan jatuh ke aspal. Saat kejadian
pasien sadar.. Mual, muntah, pusing, BAB dan BAK tidak
ada masalah.
Anamnesis (contd)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Sebelumnya
: disangkal
Riwayat darah tinggi
: disangkal
Riwayat kencing manis
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan
: disangkal
Riwayat Pengobatan :
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga sakit serupa : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan
: disangkal
Riwayat kebiasaan
Pasien aktifitas seperti biasa sebagai petani dan jarang olah raga
Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
GCS
: 456
Tanda Vital
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit, reguler, isi
cukup
Suhu
: 36,2oC
RR
: 20 x/menit
Kepala normocephali
Konjunctiva anemis -/Sklera Ikterik -/-
Thorax
Bentuk normochest, simetris, pernafasan abdomino thorakal, retraksi (-),
pembesaran kelenjar limfe axial (-), tampak payudara kanan dan kiri simetris
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri atas : Intercostal space II 1cm lateral Parasternal line sinitra
Batas kanan atas : Intercostal space II Parasternal line dekstra
Batas kiri bawah
: Intercostal spaceV 1cm lateral midclavicula line sinistra
Batas kanan bawah : Intercostal space IV Parasternal line dekstra
Kesan batas jantung
: normal
A : Bunyi jantung I-II tunggal, intensitas normal, reguler, bunyi jantung IIIIV (-), murmur (-), gallop (-)
Paru :
I : Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris, tumor (-)
P : Taktil fremitus simetris D/S
P : Sonor D/S
A: Vesikuler D/S Ronkhi basah (-), ronkhi kering (-), wheezing (-), stridor (-)
Abdomen
Inspeksi:
Datar
Perkusi:
Timpani,
nyeri ketuk
(-)
Palpasi:
Supel, nyeri
tekan (-), hati
limpa tidak
teraba,
ballotement (-)
Auskultasi:
Bising usus
(+)
Ekstremitas
Kanan
Kiri
Tidak
Ada
Tidak ada
Tonus
Normoto
nus
Normoton
us
Massa
Normal
Sendi
Kanan
Kiri
Luka
Ada
Tidak ada
Varises
Tidak ada
Tidak ada
Tonus
Normotonus
Normotonus
Normal
Massa
Normal
Normal
Ke
segala
arah
Ke segala
arah
Sendi
terbatas
Ke segala
arah
Gerak
terbatas
Ke
segala
arah
Ke segala
arah
Ke segala
arah
Kekuatan
+2
+5
Kekuatan
+5
+5
Edema
Edema
Luka
Otot
Gerak
Otot
Status Lokalis
Regio cruris dekstra
Look : tampak vulnus apertum, 10-11 cm , odem
(+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), teraba hangat (+)
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, nyeri
ketika digerakkan
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan
Hb
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
LED
Hitung Jenis
Hematokrit
Hasil
Nilai Normal
10,6
L:13-17g/dL, P: 11,5-16g/dL
7.760
4000-11000/CMM
281.000
150.000-450.000/cmm
3.580.000
92-139
L.0-15/JAM; P. 0-20/JAM
4/-/-/69/21/6
1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
30,7 %
L. 40-54%P. 35-47%
85,8/29,5/34,3
PPT
12,0 Detik
INR
1,05
MCV/MCH/MCHC
APTT
Serum Creatinin
31,9 Detik
1,1
(L:0,6-1,4mg/dl.P:0,5-6,0mg/dl)
BUN
23
4,7-23,4 mg/dl
ASAM URAT
4,6
101
70-140mg/dl
HBsAg
Non Reaktif
Non Reaktif
HIV
Non Reaktif
Non Reaktif
Anti HCV
Non Reaktif
Non Reaktif
Bilirubin Total
0,84
Bilirubin Direk
0,10
Alkali Phosfatase/ALP
0,10
Dewasa : 100-290u/L
SGOT
18
SGPT
14
Gamma GT
14
RADIOLOGI
Kesimpulan :
DIAGNOSIS
Diagnosa Primer : Open Fraktur tibia
fibula dekstra 1/3 medial grade III
Diagnosa Sekunder : Diagnosa Komplikasi:1. Syok hipovolemik
2. infeksi
PENATALAKSANAAN
PLANNING TERAPI
Imobilisasi Fraktur
Perbaikan Keadaan Umum
IVFD RL 20 tpm
Non medikamentosa
Balut bidai regio cruris sinistra
Medikamentosa
R/ Injeksi cefriaxone 1x 2 gr
R/ Injeksi tetagram 250 ui
R/ Injeksi ketorolac 3x 30 mg
R/ Injeksi ranitidine 2x1 amp
KIE
Memberitahu informasi kepada pasien
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
dikemudian hari
Saat ini yang bisa dilakukan terapi untuk
perbaikan keadaan umum pasien
Merujuk pasien ke spesialis Orthopedi
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Anatomi
Fase Penyembuhan
DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya
kontinuitas tulang dan tulang rawan biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah
tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada
bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau
persendian pergelangan kaki.
ETIOLOGI
Trauma terjadi secara tiba
tiba
Fraktur Traumatik
Fraktur Stress
Fraktur Patologis
KLASIFIKASI
Sifat
fraktur
Open
Fracture
Closed
Fracture
Komplit atau
ketidak
komplitan
fraktur
Bentuk
garis
patah
Jumlah
garis
patah
Transvers
al
Kominutif
Oblik
Segment
al
Spiral
Multipel
Complete
Fracture
Incomple
te
Fracture
Kompresi
Avulsi
Pergesera
n fragmen
tulang
Undisplace
d
Displace
d
Posisi
Fraktur
1/3
proksimal
1/3
medial
1/3 distal
fraktur terbuka
Derajat
Deskripsi
I
II
III (A)
III (B)
III (C)
i.
Luka < 1 cm
ii.
iii.
iv.
Kontaminasi minimal
i.
Luka > 1 cm
ii.
iii.
iv.
Kontaminasi sedang
i.
Luka > 10 cm
ii.
iii.
iv.
i.
ii.
iii.
i.
Fraktur tertutup
Derajat fraktur tertutup
Derajat 0 : fraktur sederhana tanpa/ disertai
dengan sedikit kerusakan jaringan lunak
Derajat 1 : fraktur disertai dengan abrasi superfisial
atau luka memar pada kulit dan jaringan subkutan
Derajat 2 : fraktur yang lebih berat dibanding
derajat 1 yang disertai dengan kontusio dan
pembengkakan jaringan lunak
Derajat 3 : fraktur berat yang disertai dengan
kerusakan jaringan lunak yang nyata dan terdapat
ancaman terjadinya sindrome kompartemen.
Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2002) antara lain:
a.
Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
1.
Rotasi pemendekan tulang
2.
Penekanan tulang
b.
Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan
dengan fraktur.
c.
Ekimosis dari perdarahan subcutaneous
d.
Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
e. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan
f.
Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan)
g.
Pergerakan abnormal
h.
Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
i.
Krepitasi
Diagnosis
1. Riwayat
Penderita biasanya datang dengan keluhan nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi
atau datang dengan gejala lain
2. Pemeriksaan Fisik
3. Status lokalis
Inspeksi/Look
Gerakan/Moving
Pergerakan dengan
meminta penderita
menggerakan secara aktif
dan pasif sendi proksimal
dan distal dari daerah yang
mengalami trauma
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan rontgent : menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ luasnya
trauma
Scan tulang, CT scan : memperlihatkan fraktur dan untuk
mengidentifikasi jaringan lunak
Hitung darah lengkap : Hb menurun/ meningkat
Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal
setelah trauma
Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple, atau cedera
Komplikasi
Komplikasi
1. Infeksi
2. Delayed union atau non-union
3. Mal-union
4. Kerusakan pembuluh darah
(sindr. Kompartemen anterior)
Infeksi
Mal-union
Penatalaksanaan
Pertolongan pertama
Pembersihan jalan napas, menutup luka dengan
verban dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak
yang terkena.
Penilaian klinis
Adakah luka tembus tulang, trauma pembuluh
darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam yang
lain.
Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multipel tiba di
rumah sakit dengan syok, sehingga diperlukan
resusitasi
PRINSIP PENGOBATAN
FRAKTUR
Recognition
diagnosis dan penilaian, lokalisasi fraktur, bentuk fraktur,
menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi
yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
Reduction
Retention
imobilisasi fraktur
Rehabilitation
mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
Non Operatif
Operatif
INDIKASI
Reduksi
Immobilisasi
ABSOLUT
Pemeriksaan
dalam Proses
Penyembuhan
1.
2.
3.
4.
Fraktur terbuka
Cedera vaskular
Fraktur dengan sindroma
kompartemen
Cedera Multiple
RELATIF
1.
2.
3.
Pemendekan
Fraktur tibia+fibula intak
Fraktur tibia dan fibula
dengan level yang sama
Konserva
tif
Reduksi
Imobilisasi
Pemeriksaa
n dalam
masa
penyembuh
an
Penanganan Operasi
1.
2.
3.
4.
Intermedullary Nailing
ORIF (open Reduction with internal fixation)
Fiksasi internal standar
Ring Fixator
TERIMA KASIH
LOKALISASI
36
Distal radius
12
10 12
TERIMA KASIH6
Humerus
Klavicula
10 12
Panggul
12 16
Femur
8 10
12 16
Tibia / fibula
12
Vertebra
Lokasi Fraktur
Masa Penyembuhan
Lokasi Fraktur
Masa Penyembuhan
1. Pergelangan tangan
3-4 minggu
7. Kaki
3-4 minggu
2. Fibula
4-6 minggu
8. Metatarsal
5-6 minggu
3. Tibia
4-6 minggu
9. Metakarpal
3-4 minggu
4. Pergelangan kaki
5-8 minggu
10. Hairline
2-4 minggu
5. Tulang rusuk
4-5 minggu
2-3 minggu
6. Jones fracture
3-5 minggu
2-4 minggu
1. Fiksasi eksternal
a. Standar
Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang hemodinamiknya tidak stabil, dan
dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang
dibuat bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat memperlambat
kemungkinan penyembuhan. Di bawah ini merupakan gambar dari fiksasi eksternal tipe standar.
b. Ring Fixators
Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan kawat yang dipasang
pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik
digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks. Di bawah ini merupakan gambar pemasangan ring fixators pada
fraktur diafisis tibia.
c. Open reduction with internal fixation (ORIF)
Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis. Keuntungan penatalaksanaan
fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi
komplikasi pada penyembuhan luka operasi. Berikut ini merupakan gambar penatalaksanaan fraktur dengan
ORIF.
d. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup. Keuntungan cara ini
adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak.