Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

OPEN FRAKTUR TIBIA FIBULA


DEKSTRA 1/3 MEDIAL
Pembimbing:
dr. Hendra, Sp.OT
Oleh :
Ivan Choirul Wiza
2081210030
LABORATORIUM BEDAH
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2016

STATUS PENDERITA

Identitas Pasien

Nama
: Tn. S
Umur
: 70 Tahun
Alamat
: Gogosuket , Blitar
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Status Perkawianan
: Kawin
Suku
: Jawa
Tanggal MRS
: 14 juni 2016

Anamnesis
Keluhan utama
: Nyeri pada tungkai kanan bawah
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD
mardi Waluyo dengan keluhan nyeri tungkai kanan sejak 5
jam yang lalu. Awalnya pasien menaiki motor lalu tertabrak
motor yang sedang melaju kencang dari samping kanan
yang mengenai tungkai kanannya, kemudian pasien jatuh
dengan posisi tungkai kanan jatuh ke aspal. Saat kejadian
pasien sadar.. Mual, muntah, pusing, BAB dan BAK tidak
ada masalah.

Anamnesis (contd)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Sebelumnya
: disangkal
Riwayat darah tinggi
: disangkal
Riwayat kencing manis
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan
: disangkal
Riwayat Pengobatan :
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga sakit serupa : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan
: disangkal
Riwayat kebiasaan
Pasien aktifitas seperti biasa sebagai petani dan jarang olah raga

Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
GCS
: 456
Tanda Vital
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit, reguler, isi
cukup
Suhu
: 36,2oC
RR
: 20 x/menit

Kepala normocephali
Konjunctiva anemis -/Sklera Ikterik -/-

Kelenjar getah bening


tidak teraba
membesar

Thorax
Bentuk normochest, simetris, pernafasan abdomino thorakal, retraksi (-),
pembesaran kelenjar limfe axial (-), tampak payudara kanan dan kiri simetris
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri atas : Intercostal space II 1cm lateral Parasternal line sinitra
Batas kanan atas : Intercostal space II Parasternal line dekstra
Batas kiri bawah
: Intercostal spaceV 1cm lateral midclavicula line sinistra
Batas kanan bawah : Intercostal space IV Parasternal line dekstra
Kesan batas jantung
: normal
A : Bunyi jantung I-II tunggal, intensitas normal, reguler, bunyi jantung IIIIV (-), murmur (-), gallop (-)
Paru :
I : Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris, tumor (-)
P : Taktil fremitus simetris D/S
P : Sonor D/S
A: Vesikuler D/S Ronkhi basah (-), ronkhi kering (-), wheezing (-), stridor (-)

Abdomen

Inspeksi:
Datar

Perkusi:
Timpani,
nyeri ketuk
(-)

Palpasi:
Supel, nyeri
tekan (-), hati
limpa tidak
teraba,
ballotement (-)

Auskultasi:
Bising usus
(+)

Ekstremitas
Kanan

Kiri

Tidak
Ada

Tidak ada

Tonus

Normoto
nus

Normoton
us

Massa

Normal

Sendi

Kanan

Kiri

Luka

Ada

Tidak ada

Varises

Tidak ada

Tidak ada

Tonus

Normotonus

Normotonus

Normal

Massa

Normal

Normal

Ke
segala
arah

Ke segala
arah

Sendi

terbatas

Ke segala
arah

Gerak

terbatas

Ke
segala
arah

Ke segala
arah

Ke segala
arah

Kekuatan

+2

+5

Kekuatan

+5

+5

Edema

Edema

Luka
Otot

Gerak

Otot

Status Lokalis
Regio cruris dekstra
Look : tampak vulnus apertum, 10-11 cm , odem
(+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), teraba hangat (+)
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, nyeri
ketika digerakkan

Pemeriksaan lab
Pemeriksaan
Hb
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
LED
Hitung Jenis
Hematokrit

Hasil

Nilai Normal

10,6

L:13-17g/dL, P: 11,5-16g/dL

7.760

4000-11000/CMM

281.000

150.000-450.000/cmm

3.580.000

L.4,5-6,5 JT/CMM P3,0-6,0 JT/CMM

92-139

L.0-15/JAM; P. 0-20/JAM

4/-/-/69/21/6

1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7

30,7 %

L. 40-54%P. 35-47%

85,8/29,5/34,3

80-97 fL/27-31 pg/32-36 %

PPT

12,0 Detik

9,7 13,1 Detik

INR

1,05

MCV/MCH/MCHC

APTT
Serum Creatinin

31,9 Detik

23,9- 38,9 Detik

1,1

(L:0,6-1,4mg/dl.P:0,5-6,0mg/dl)

BUN

23

4,7-23,4 mg/dl

ASAM URAT

4,6

L:3,4-7,0 mg/dl ; P:2,5-6,0 mg/dl

GULA DARAH ACAK

101

70-140mg/dl

HBsAg

Non Reaktif

Non Reaktif

HIV

Non Reaktif

Non Reaktif

Anti HCV

Non Reaktif

Non Reaktif

Bilirubin Total

0,84

s.d 1,00 mg/dl

Bilirubin Direk

0,10

s.d 0,25 mg/dl

Alkali Phosfatase/ALP

0,10

Dewasa : 100-290u/L

SGOT

18

L:<37u/L P:<31 u/L

SGPT

14

L:<40u/L P:<31 u/L

Gamma GT

14

L:<11-43u/L P:<9-37 u/L

RADIOLOGI

Kesimpulan :

Open Fraktur tibia fibula


dekstra 1/3 medial

DIAGNOSIS
Diagnosa Primer : Open Fraktur tibia
fibula dekstra 1/3 medial grade III
Diagnosa Sekunder : Diagnosa Komplikasi:1. Syok hipovolemik
2. infeksi

PENATALAKSANAAN

PLANNING TERAPI
Imobilisasi Fraktur
Perbaikan Keadaan Umum
IVFD RL 20 tpm
Non medikamentosa
Balut bidai regio cruris sinistra
Medikamentosa
R/ Injeksi cefriaxone 1x 2 gr
R/ Injeksi tetagram 250 ui
R/ Injeksi ketorolac 3x 30 mg
R/ Injeksi ranitidine 2x1 amp

KIE
Memberitahu informasi kepada pasien
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
dikemudian hari
Saat ini yang bisa dilakukan terapi untuk
perbaikan keadaan umum pasien
Merujuk pasien ke spesialis Orthopedi

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Anatomi

Fase Penyembuhan

DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya
kontinuitas tulang dan tulang rawan biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah
tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada
bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau
persendian pergelangan kaki.

ETIOLOGI
Trauma terjadi secara tiba
tiba

Trauma terjadi terus


menerus pada suatu
tempat tertentu
Terjadi karena Kelemahan
tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis pada
tulang

Fraktur Traumatik
Fraktur Stress
Fraktur Patologis

KLASIFIKASI
Sifat
fraktur
Open
Fracture
Closed
Fracture

Komplit atau
ketidak
komplitan
fraktur

Bentuk
garis
patah

Jumlah
garis
patah

Transvers
al

Kominutif

Oblik

Segment
al

Spiral

Multipel

Complete
Fracture
Incomple
te
Fracture

Kompresi

Avulsi

Pergesera
n fragmen
tulang
Undisplace
d
Displace
d

Posisi
Fraktur
1/3
proksimal
1/3
medial
1/3 distal

fraktur terbuka
Derajat

Deskripsi
I

II

III (A)

III (B)

III (C)

i.

Luka < 1 cm

ii.

Kerusakan jaringan lunak sedikit dan tiada tanda luka remuk

iii.

Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau komunitif ringan

iv.

Kontaminasi minimal

i.

Luka > 1 cm

ii.

Kerusakan jaringan lunak tetapi tidak luas dan terdapat avulse

iii.

Fraktur komunitif sedang

iv.

Kontaminasi sedang

i.

Luka > 10 cm

ii.

Fraktur sangat kominutif

iii.

Otot banyak rusak

iv.

Kulit masih dapat menutup luka

i.

Kehilangan jaringan lunak

ii.

Fraktur tulang terpapar / komunitif massif

iii.

Kulit tidak dapat menutup luka

i.

Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer

Fraktur tertutup
Derajat fraktur tertutup
Derajat 0 : fraktur sederhana tanpa/ disertai
dengan sedikit kerusakan jaringan lunak
Derajat 1 : fraktur disertai dengan abrasi superfisial
atau luka memar pada kulit dan jaringan subkutan
Derajat 2 : fraktur yang lebih berat dibanding
derajat 1 yang disertai dengan kontusio dan
pembengkakan jaringan lunak
Derajat 3 : fraktur berat yang disertai dengan
kerusakan jaringan lunak yang nyata dan terdapat
ancaman terjadinya sindrome kompartemen.

Fraktur Tibia Dan Fibula


1. Fraktur kondilus.
2. Fraktur diafisis.
3. Fraktur dan fraktur
dislokasi
pada pergelangan kaki.

Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2002) antara lain:
a.
Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
1.
Rotasi pemendekan tulang
2.
Penekanan tulang
b.
Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan
dengan fraktur.
c.
Ekimosis dari perdarahan subcutaneous
d.
Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
e. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan
f.
Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan)
g.
Pergerakan abnormal
h.
Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
i.
Krepitasi

Diagnosis
1. Riwayat
Penderita biasanya datang dengan keluhan nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi
atau datang dengan gejala lain
2. Pemeriksaan Fisik
3. Status lokalis
Inspeksi/Look

Bandingkan anggota gerak yang


sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
KU
Ekspresi wajah karena nyeri
Tanda syok (anemia)
membedakan fraktur terbuka
atau tertutup
ada tidaknya deformitas:
angulasi, rotasi, pemendekan,
pemanjangan, bengkak

Palpasi/Feel (nyeri tekan,


krepitasi)
Status neurologis dan
vaskuler dibagian
distalnya perlu
diperiksa
Temperatur kulit
Neurovaskularisasi
bagian distal fraktur
meliputi pulsasi arteri,
warna kulit,
pengembalian cairan
kapiler (Capillary refill

Gerakan/Moving
Pergerakan dengan
meminta penderita
menggerakan secara aktif
dan pasif sendi proksimal
dan distal dari daerah yang
mengalami trauma

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan rontgent : menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ luasnya
trauma
Scan tulang, CT scan : memperlihatkan fraktur dan untuk
mengidentifikasi jaringan lunak
Hitung darah lengkap : Hb menurun/ meningkat
Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal
setelah trauma
Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple, atau cedera

Komplikasi
Komplikasi
1. Infeksi
2. Delayed union atau non-union
3. Mal-union
4. Kerusakan pembuluh darah
(sindr. Kompartemen anterior)

Infeksi

Mal-union

Penatalaksanaan
Pertolongan pertama
Pembersihan jalan napas, menutup luka dengan
verban dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak
yang terkena.

Penilaian klinis
Adakah luka tembus tulang, trauma pembuluh
darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam yang
lain.

Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multipel tiba di
rumah sakit dengan syok, sehingga diperlukan
resusitasi

PRINSIP PENGOBATAN
FRAKTUR
Recognition
diagnosis dan penilaian, lokalisasi fraktur, bentuk fraktur,
menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi
yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
Reduction
Retention
imobilisasi fraktur
Rehabilitation
mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Immobilisasi adalah suatu tindakan untuk


memfiksasi dan mencegah pergerakan bagian
tubuh yang cidera. Tujuan immobilisasi :
mengatasi nyeri
merelaksasi otot
mencegah kerusakan jaringan lunak
lebih lanjut
Prinsip immobilisasi yaitu memfiksasi bagian
yang tidak stabil diantara dua bagian yang stabil
dan mencegah pergerkan tiga dimensi (vertikal,
horizontal, dan rotasi)

Non Operatif

Operatif
INDIKASI

Reduksi

Immobilisasi
ABSOLUT

Pemeriksaan
dalam Proses
Penyembuhan

1.
2.
3.
4.

Fraktur terbuka
Cedera vaskular
Fraktur dengan sindroma
kompartemen
Cedera Multiple

RELATIF
1.
2.
3.

Pemendekan
Fraktur tibia+fibula intak
Fraktur tibia dan fibula
dengan level yang sama

Konserva
tif
Reduksi

Imobilisasi
Pemeriksaa
n dalam
masa
penyembuh
an

Penanganan Operasi
1.
2.
3.
4.

Intermedullary Nailing
ORIF (open Reduction with internal fixation)
Fiksasi internal standar
Ring Fixator

TERIMA KASIH

LOKALISASI

WAKTU PENYEMBUHAN (minggu)

Phalang / metacarpal/ metatarsal /


kosta

36

Distal radius

12

Diafisis ulna dan radius

10 12

TERIMA KASIH6

Humerus
Klavicula

10 12

Panggul

12 16

Femur

8 10

Condillus femur / tibia

12 16

Tibia / fibula

12

Vertebra

Klasifikasi sederhana (Adam)


1. Fraktur kompresi komunitif
2. Tipe depresi plateau
3. Fraktur oblik.

Lokasi Fraktur

Masa Penyembuhan

Lokasi Fraktur

Masa Penyembuhan

1. Pergelangan tangan

3-4 minggu

7. Kaki

3-4 minggu

2. Fibula

4-6 minggu

8. Metatarsal

5-6 minggu

3. Tibia

4-6 minggu

9. Metakarpal

3-4 minggu

4. Pergelangan kaki

5-8 minggu

10. Hairline

2-4 minggu

5. Tulang rusuk

4-5 minggu

11. Jari tangan

2-3 minggu

6. Jones fracture

3-5 minggu

12. Jari kaki

2-4 minggu

Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4


minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia (> 8 minggu).

1. Fiksasi eksternal
a. Standar
Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang hemodinamiknya tidak stabil, dan
dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang
dibuat bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat memperlambat
kemungkinan penyembuhan. Di bawah ini merupakan gambar dari fiksasi eksternal tipe standar.
b. Ring Fixators
Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan kawat yang dipasang
pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik
digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks. Di bawah ini merupakan gambar pemasangan ring fixators pada
fraktur diafisis tibia.
c. Open reduction with internal fixation (ORIF)
Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis. Keuntungan penatalaksanaan
fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi
komplikasi pada penyembuhan luka operasi. Berikut ini merupakan gambar penatalaksanaan fraktur dengan
ORIF.
d. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup. Keuntungan cara ini
adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak.

Anda mungkin juga menyukai