OLEH :
RISHAN ADHA, ME.
KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan
pengeluaran negara, di Indonesia, hal ini terkait dengan
APBN ( Anggara Pendapatan dan Belanja Negara).
Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi secara optimal. Kebijakan fiskal sangat berhubungan
dengan pemasukan atau pendapatan negara, diantara
pendapatan negara antara lain misalnya : bea dan cukai,
devisa negara, pariwisata, pajak penghasilan, pajak bumi dan
bangunan, impor, dan lain-lain .
Sedangkan untuk pengeluaran negara misalnya : belanja
persenjataan , pesawat, proyek pemerintah, pembangunan
sarana dan prasarana umum, atau program lain yang
berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
STRUKTUR APBN
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara saat ini adalah:
1. Pendapatan Negara dan Hibah
1.1 Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas:
a. Penerimaan Perpajakan, terdiri atas
** Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak
lainnya.
** Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif
Ekspor.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas:
** Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas)
** Bagian Laba BUMN
** PNBP lainnya
2.1 Hibah
Hibah mempunyai pengertian
bantuan yang berasal dari
swasta, baik dalam negeri
maupun luar negeri, dan
pemerintah luar negeri
2. Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah
belanja yang digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat,
baik yang dilaksanakan di pusat maupun di
daerah (dekonsentrasi dan tugas
pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat
dapat dikelompokkan menjadi: Belanja
Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan
Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja
Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana),
dan Belanja Lainnya.
2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke
Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan
APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
** Dana Bagi Hasil
**Dana Alokasi Umum
**Dana Alokasi Khusus
** Dana Otonomi Khusus.
3. Pembiayaan
Pembiayaan meliputi:
3.1 Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan,
Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
3.2 Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
3.3 Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman
Program dan Pinjaman Proyek
3.4 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas
Jatuh Tempo dan Moratorium.
PENGARUH APBN &
APBD
pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian masyarakat antara
lain:
1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maksudnya dapat
mengetahui besarnya GNP dari tahun ke tahun,
2. menciptakan kestabilan keuangan atau moneter negara, karena dapat
mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat,
3. menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan
industri-industri dalam negeri,
4. memperlancar distribusi pendapatan, maksudnya dapat mengetahui
sumber penerimaan dan penggunaan untuk belanja pegawai dan belanja
barang, serta yang lainnya,
5. memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyek-
proyek negara dan investasi negara, sehingga dapat membuka lapangan
kerja yang baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
KEBIJAKAN MONETER
Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah
menyangkut perilaku bank sentral dalam penawaran
uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu
negara. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan
suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga serta pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) juga tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang.
•B. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
•1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter
longgar (easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini seperti :
•a. Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
•b. Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya
saham dan obligasi).
•c. Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
•d. Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)
•2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan
pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif
disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan
ini dapat diterapkan berupa :
•a. Politik diskonto (peningkatan suku bunga)
•b. Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)
•c. Politik cash ratio (peningkatan cadangan kas)
•d. Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)
C. Instrumen Kebijakan Moneter
4 instrumen pokok kebijakan moneter :
1. Politik Pasar Terbuka
Politik pasar terbuka merupakan kebijakan yang dilakukan oleh
bank sentral dalam rangka menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat
berharga pemerintah (government securities). Surat-surat berharga
pemerintah diantaranya adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia),
SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), saham, dan obligasi.
Jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar
maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Dengan menjual SBI, uang dari masyarakat
akan tertarik masuk ke bank sehingga diharapkan jumlah uang
beredar berkurang. SBI hanya dijual oleh bank sentral.
Namun, jika pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar
maka pemerintah akan membeli surat berharga. Dengan membeli
SBI, pemerintah akan mengeluarkan uang kepada masyarakat
dalam pembeliannya sehingga terjadilah penambahan jumlah uang
yang beredar di masyarakat.
•2. Politik Diskonto (Discount Rate)
•Politik diskonto adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral
dalam pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat
suku bunga. Tingkat bunga pada tiap-tiap bank umum akan dipengaruhi
oleh tingkat bunga bank sentral. Bank umum kadang-kadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Jika pemerintah akan menambah jumlah uang yang beredar maka
pemerintah menurunkan tingkat suku bunga bank sentral. Dengan begitu,
minat masyarakat untuk menabung di bank pun berkurang. Sehingga,
jumlah uang yang beredar bertambah. Selain itu, juga mengakibatkan suku
bunga kredit turun dan mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk
mengajukan pinjaman ke bank.
Serta sebaliknya, jika pemerintah akan mengurangi jumlah uang yang
beredar maka pemerintah akan menaikkan tingkat bunga. Sehingga, hasrat
masyarakat untuk menabung di bank pun tinggi yang mengakibatkan
jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang. Selain itu, kenaikan
suku bunga tabungan akan meningkatkan suku bunga kredit. Dengan
naiknya suku bunga kredit, masyarakat akan enggan untuk mengajukan
kredit.
•3. Politik Rasio Cadangan Wajib (Reserve
Requirement Ratio)
•Rasio cadangan wajib adalah kebijakan bank
sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara menaikan atau
menurunkan cadangan minimum yang harus
dipenuhi oleh bank umum dalam mengedarkan atau
memberikan kredit kepada masyarakat.
Ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang
yang beredar maka pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Jika bank sentral menurunkan
cadangan kas, berarti bank sentral ingin menambah
jumlah uang yang beredar. Dalam hal ini bank-bank
umum diberi kesempatan untuk dapat mengedarkan
uang lebih banyak.
Sebaliknya, ketika pemerintah ingin mengurangi
jumlah uang yang beredar maka pemerintah
menaikkan rasio cadangan wajib. Hal ini terjadi
karena dengan naiknya cadangan kas berarti bank
umum harus lebih banyak menahan uang tunai
untuk tidak diedarkan.
4. Kebijakan Kredit Selektif