Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan karakter anak
didik, pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek-aspek keterampilan lainnya kepada generasi muda.
Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar terhadap pola prilaku manusia
menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Tentunya pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting terhadap pemuda dalam menjamin kelangsungan
hidupnya, hal ini jelas bahwa pendidikan tidak bisa lepas begitu saja terhadap
hubungannya dengan masyarakat. Bangsa yang makmur dan berkepribadian
luhur, terlebih lagi pada zaman yang semakin menurut manusia untuk lebih dapat
bersaing di era globalisasi maupun yang akan datang. Artinya, masyarakat di
tuntut untuk mempunyai keterampilan atau kompetensi dalam dirinya menjadi
manusia yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi bangsa dan Negara. (S.
Nasution, 2004:10)
Dalam pelaksanaan pendidikan terdapat beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan pendidikan, yaitu orang tua, pemerintah dan
masyarakat. Dari beberapa faktor tersebut masyarakat merupakan salah satu faktor
pendukung yang mempunyai andil yang sangat besar. Masyarakat mempunyai
pengaruh yang sangat besar sekali terhadap berlangsungnya proses pendidikan
dalam suatu lembaga. Sekolah yang dapat bertahan dan berkembang menunjukan
masyarakat yang ada di sekitarnya mempunyai tingkat kepedulian dan kesadaran
tinggi akan pentingnya pendidikan, atau dengan kata lain pandangan masyarakat
tentang pendidikan itu berpengaruh terhadap berlangsungan suatu proses
pendidikan
Pada tahun 2009 Pemerintah Mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, hal ini lebih menegaskan perhatian pemerintah
tentang pemuda, inti dari Undang-Undang tersebut adalah untuk pengembangan
dan pemberdayaan pemudah oleh pemerintah.
Fakta karakteristik yang dimiliki pemuda yang menonjol adalah energik,
dinamis, kreatif dan inovatif. Ada beberapa potensi luar biasa yang dimiliki oleh

1
pemuda, antara lain, berani kuat secara fisik, komunikasi dan jaringan luas,
pemikiran yang belum terkontaminasi (Idealis), kreativiitas yang tinggi, semangat
dan pantang menyerah, dan punya jiwa kepeloporan, hal-hal ini yang membuat
pemuda selalu tampil terdepan sebagai agen perubahan di nusantara ini sejak
dahulu kala. Namun, sampai saat ini pemuda Indonesia masi diliputi oleh
permasalahan yang sangat kompleks. Sebagian dari mereka yang masi buta huruf,
tingkat pendidikannya rendah. Sebagian lagi terlibat dalam pergaulan bebas serta
terlibat dalam berbagai tindak kriminal dan berbagai persoalan sosial lainnya.
Menurut data yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
jumlah pemuda dunia saat ini telah mencapai angka 1 miliar, dan 85% berada di
Negara-negara berkembang. Sekitar 60% di antaranya beberapa di asia termasuk
Indonesia. Dan 15% di Afrika dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dan tidak
tersedianya kesempatan kerja yang layak (Decent Work), Internasional Labor
Organization (ILO) memperkirakan secara global terdapat 88,2 juta pemuda tidak
mendapat pekerjaan lagi atau 47% dari 186 juta total pengangguran dunia.
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan kabupaten yang belum lama
berdiri, dimana hal ini menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah desa untuk
selalu dapat berperan aktif terhadap berbagai pengembangan yang ada, utamanya
pengembangan bidang pendidikan, seperti yang di uraikan di awal tadi bahwa
pemuda merupakan pilar yang sangat penting dalam satu bangunan fungsi
pemerintah kabupaten, hal ini tidak bisa di pandang sebelah mata
“dikesampingkan” realitas keadaan pemuda yang ada di Kabupaten Sumbawa
Barat (KSB) terjadi kecendrungan dalam pendidikan. Hal ini disebabkan oleh
terbentuknya suatu system dimana pemerintah kabupaten dalam hal
pengembangan/perhatian terhadap bidang kepemudaan yang semakin melemah,
pemberdayaan pemuda sendiri menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009
Tentang Kepemudaan Pasal 1 Ayat 6 Adalah Kegiatan Membangkitkan Potensi
Dan Peran Aktif Pemuda Dan Pasal 13 Menurut Pemerintah Untuk Melaksanakan
Pemberdayaan Terhadap Pemuda. Masalah pokok penelitian ini adalah kurang
berperannya pemerintah dalam berperannya dalam pemberdayaan pemuda di
pemerintah desa di desa Tongo yang dapat di lihat dari fenomena-fenomena yang
terjadi sebagaimana uraian diatas.

2
Atas dasar masalah pokok di atas, rumusan masalah penelitian ini
dikemukakan sebgai berikut: Peran PEMERINTAH DESA Dalam
Membangun Kesadaran Pendidikan Pemuda Desa (Study Kasus Desa Tongo,
Kec. Sekongkang-Ksb)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengajukan pertanyaan
penelitian yaitu :
1) Bagaimana peran pemerintah desa dalam membangun kesadaran pemuda
pada sektor pendidikan di Desa Tongo, Kec. Sekongkang-Ksb.
2) Bagaimana minat pemuda dalam melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan adalah merupakan target yang hendak dicapai dalam melakukan
suatu kegiatan. Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan peneliti diatas,
tujuannya adalah:
1) Untuk mengetahui peran Pemerintah Desa dalam membangun kesadaran
pendidikan pemuda desa.
2) Untuk mengetahui bagaimana minat pemuda desa tongo melanjudkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di dapatkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini untuk mengembangkan pengetahuan dan menambah
pengelaman peneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan peran pemerintah
terhadap pendidikan pemuda desa.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Secara Praktis Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat umum
maupun bagi mahasiswa sebab dengan adanya penelitian ini maka dapat
menambah pemahaman dan wawasan pembaca.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel I. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
1 Muhamma Kerjasama Antara Pemerintah Bentuk kerjasama antara
d Elyas Daerah Dengan Swasta pihak swasta dan pemerintah
Bahrudin, Dalam Pembangunan daerah dalam pembangunan
dkk Infrastruktur Di Bidang infrastruktur di bidang
Pendididkan. pendidikan sudah sesuai
dengan undang-undang yang
berlaku khususnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan
Daerah jo Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun
2018 tentang Kerja Sama
Daerah. Untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 369 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan
Daerah dibentuk Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun
2018 tentang Kerja Sama
Daerah. Dalam ketentuan
tersebut, dapat dikemukakan
bahwa Kerja Sama Daerah
adalah usaha bersama antara
daerah dan daerah lain, antara
daerah dan pihak ketiga
(swasta), dan/atau antara
daerah dan lembaga atau
pemerintah daerah di luar
negeri yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik
serta saling menguntungkan.
Akibat hukum adanya
pelanggaran kerjasama dalam
pembangunan infrastruktur di
bidang pendidikan antara
pemerintah daerah dengan
pihak swasta, adalah adanya
wanprestasi dalam
perjanjian kerjasama.

4
Akibat hukum dari
wanprestasi tersebut
membawa konsekwensi
dipenuhinya prestasi sesuai
dalam perjanjian atau
perjanjian berakhir.
Berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukannnya hak dan
keewajiban yang seimbang
dalam perjanjian kerjasama
ini, sehingga akan
menghasilkan manfaat yang
sebesar- besarnya bagi
daerah, termasuk membawa
keuntungan bagi pihak
swasta maupun bagi
pemerintah daerah, adanya
pelibatan sector swasta dalam
pembangunan daerah
nerupakan upaya untuk
menumbuhkan sector swasta
agar bisa lebih berkembang
dan percepatan pembangunan
daerah sehingga berkembang
dan percepatan pembangunan
daerah sehingga berkembang
dengan baik.
2 Siti Peran pemerintah daerah Sebagai aksi tanggung
Rahman dalam pembinaan remaja jawab pemerintah daerah
Farida, putus sekolah di kec. Ile ape, terhadap hak setiap hak
dkk kab. Lembata nusa tenggara setiap masyarakat
timur khususnya menekan angka
anak putus sekolah yang
terjadi di kab. Lembata nusa
tenggara timur tentunya
membutuhkan peranan
pemeritah daerah kab.
Lembata nusa tenggara
timur. Pemerintah
memuaskan kepentingan
dan keinginan rakyat.
Pemerintah kota setempat
akan memberikan kontribusi
dalam pengurangan putus
sekolah dengan
menyelesaikan wajib belajar
12 tahun sebagai cara untuk
memastikan hak asasi

5
penduduk sesuai dengan visi
dan tujuan reformasi
sistemik melalui bantuan
keuangan, beasiswa
universitas untuk penduduk
kurang mampu melalui
program bsm, dan
lingkungan diluar
jangkauan. Faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap
anak putus sekolah adalah
kondisi obyektif (gambaran
umum) untuk studi putus
sekolah di kab. Lembata
pada 2019. Studi ini
melibatkan 715 anak, yang
kemudian dibagi ke dalam
banyak jenjang pendidikan
sekolah. Di tingkat sekolah
dasar, 390 anak putus
sekolah, sedangkan 150
anak putus sekolah di
tingkat sekolah menengah
pertama. Menurut temuan
penulis, alasan yang
menyebabkan anak putus
sekolah termasuk kurangnya
partisipasi di sekolah,
keadaan keluarga yang tidak
sesuai, ekonomi keluarga
yang buruk, dan sikap
masyarakat terhadap
sekolah.
3 Fitri Peran Pemerintah Dalam 1. Peran Pemerintah Dalam
Haryanti Memberikan Akses Memberikan Akses
Pendidikan Kepada Pendidikan Kepada
Masyarakat Miskin Di Masyarakat Miskin Di
Kabupaten Bengkulu Utara Kabupaten Bengkulu
Kecamatan Padang Jaya Utara
Perspektif Hukum Islam a. Antara lain kepada
para orang tua yang
tidak berniat
menyekolahkan
anaknya maka
pemerintah
memberikan
masukan,
memberikan

6
bimbingan dan
arahan agar orang
tua anak mau
menyekolahkan
anaknya kembali,
demi untuk program
wajib 9 tahun;
b. Kepada warga yang
tidak memiliki
penghasilan yang
cukup maka anak-
anaknya diberikan
bantuan
perlengkapan
sekolah seperti:
seragam sekolah
lengkap, peralatan
sekolah lengkap
diantaranya: tas,
sepatu, buku
pelajaran.
c. Kepada warga yang
jarak tempuh ke
sekolah cukup jauh,
maka di kirimkan
guru kontrak yang
berada di daerah
desa-desa pelosok
yang cukup sulit
akses kendaraan
masuk, itu
dinamakan program
guru garis depan.
d. Secara berkala
selalu ada cross
check ke lapangan
dari dinas sosial,
program yang
terbaru yang cukup
lengkap mendata
dari segi sosial
keluarga, segi
pendidikan keluarga,
dan sebagainya, jadi
pemerintah dapat
secara lengkap
mendata
penduduknya

7
masing-masing.
Dengan adanya
program ini dengan
tujuan untuk selalu
mendata
kependudukan, dari
segi masukan,
kendala yang
dihadapi di lapangan
81 82 82 yang
bertujuan untuk
mengetahui
keresahan
masyarakat,
terkhusus masalah
pendidikan keluarga,
dan sebagainya, jadi
pemerintah dapat
secara lengkap
mendata
penduduknya
masing-masing.
Dengan adanya
program ini dengan tujuan
untuk selalu mendata
kependudukan, dari segi
masukan, kendala yang
dihadapi di lapangan yang
bertujuan untuk mengetahui
keresahan masyarakat,
terkhusus masalah
pendidikan.

2. Perspektif Hukum Islam


Terhadap Peran
Pemerintah Dalam
Memberikan Akses
Pendidikan Kepada
Masyarakat Miskin
Islam sebagai agama yang
dianut oleh mayoritas
penduduk Indonesia
diharapkan memberikan
pandangan bahkan solusi
yang tidak hanya pada tahap
wacana namun juga praksis.
Dalam perspektif Islam,
negara (daulah) baik secara

8
politis, hukum, ekonomi
maupun budaya “haram”
menghalangi warganya
untuk menuntut ilmu dan
memperoleh kesempatan
pendidikan. Berarti
pemerintah “wajib” (jika
tidak maka berdosa)
menyelenggarakan
pendidikan yang semurah
mungkin dan sebaik
mungkin untuk rakyatnya.

2.2 Tinjauan Teori


2.2.1 Konsep Peran
Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Peran diuraikan
sebagai berikut:
1. Peran adalah karakter yang di asumsikan dalam sebuah drama; karenanya, dia
adalah lakon atau tokoh utama.
2. Peran merupakan bagian yang diperankan oleh pemain dalam sebuah drama;
dia berusaha untuk tampil mengagumkan dalam setiap tugas yang diberikan
Selain itu, M. Rusli Karim menetapkan batasan fungsi berikut ini.
1) Peran adalah harapan sosial terkait dengan posisi atau identitas individu
dalam budaya. Dalam bentuknya yang paling sederhana, peran adalah
seperangkat aturan yang mengatur perilaku individu dalam situasi sosial.
2) Peran adalah istilah yang mengacu pada apa yang harus dilakukan orang
dalam budaya secara keseluruhan.
3) Peran juga dapat dilihat sebagai aktivitas kritis yang memberikan kontribusi
pada pembentukan institusi sosial.
4) Peran adalah fasilitas kompleks dari tempat (status) sesuatu; jika seseorang
menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan posisinya, maka dia
berperan (Suharto 2002; Soekanto 1984: 237
.Menurut Soekamto (1990: 268), Ralph Linton mengimplikasikan adanya
perbedaan antara dua jenis peran dalam Soekanto (1969: 14), yaitu peran yang
melekat pada individu dan peran yang melekat pada tempatnya yang tepat dalam
interaksi sosial.

9
"Peran (peran) adalah fitur kompleks dari status (statis) di mana seseorang
memenuhi hak dan kewajibannya; dia memainkan peran." Perbedaan antara status
dan fungsi adalah bahwa tidak ada peran tanpa pekerjaan atau posisi tanpa tugas
dalam penelitian."
Peran juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural
(norma-norma, harapan, tanggung jawab dan lainnya). Didalamnya terdapat
serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan pembimbing dan
mendukung fungsinya dalam mengorganisasi. Peran merupakan seperangkat
perilaku dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang kesemuanya
menjalankan berbagai peran.
Dikutip oleh Sooerjono Soekanto dari buku “Role, Personality and Social
Structure” karya Levinson, peranan dapat mencakup tiga hal berikut:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing sesorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat .
Menurut Biddle dalam Suhardono (1994), berpendapat bahwa “konsep
peran selalu dikaitkan dengan posisi. Posisi pada dasarnya adalah suatu unit dari
struktur social”5 . Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa peran merupakan
prilaku individu maupun organisasi dalam menjalankan posisi pada suatu unit dari
struktur sosial. Melalui posisi yang dimiliki oleh pelaku baik individu maupun
kelompok inilah peranannya dilaksanakan sebagaimna mestinya.
Kemudian Menurut Soekanto (2002) peran dibagi menjadi tiga yaitu,
peran aktif, peran partisipatif dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang di
berikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai
aktifitas kelompok, seperti pengurus, pejabat dan lainnya sebagainya. Peran
partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok kepada
kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok
itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang

10
bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan dari agar memberikan
kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan dengan
baik.
Setiap individu yang menjalankan peran cenderung tidak sendiri dalam
melaksanakan peran sosialnya. Soekanto menyebut bahwa ada lingkaran sosial
(Social Circle) yaitu tempat dimana seseorang mendapatkan dan melaksanakan
peran sosialnya. Peranan tentunya mengaitkan banyak pihak yang terkait pada
peran yang dilaksanakan tergantung dari besar
Melekatnya peran pada individu dalam kondisi sebuah masyarakat kadang
menimbulkan ketidaksesuaian yang diakibatkan tidak dijalankannya peran
tersebut oleh individu yang bersangkutan. Inilah oleh Soekanto disebut dengan
role distance. Keterpisahan antara individu dengan perannya kadang ditimbulkan
dengan ketidakmampuan individu dalam melaksanakan peran yang diberikan oleh
masyarakat. Cenderung menyembunyikan diri dan akhirnya peran yang
dibebankan tidak berjalan atau berjalan dengan tidak sempurna.
Berdasarkan beberapa penjelasan peran diatas, maka dapat dibuat asumsi
mengenai sifat peran, khususnya fungsi pemerintah daerah dalam melaksanakan
tugas dan wewenang yang dilimpahkan kepadanya sehubungan dengan kewajiban
organisasi, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

2.2.2 konsep Pemerintah


Pemerintah merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai
kekuasaan dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahtraan
rakyat dan negara. Pemerintah adalah organisasi kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Prmreintah daerah
menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Sedangkan
pemerintahan daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut atas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dn
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

11
Secara etimologis kata pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang
kemudian mendapat imbuhan sebagai berikut :
1. Mendapat awalan “pe” menjadi kata “pemerintah” berarti badan atau organ
elit nyang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.
2. Mendapat akhiran “an” yang menjadi kata “pemerintahan” berarti perihal,
cara, perbuatan, atau urusan dari badan yang berkuasa dan memiliki
legitimasi.
Didalam katas dasar “perintah” paling sedikit ada empat unsur penting
yang terkandung didalmnya yaitu :
1. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan pihak yang
diperintah disebut rakyat.
2. Pihak yang memerintah memiliki kewenangan dan legitimasi untuk mengatur
dan mengurus rakyatnya.
3. Pihak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepaa pemerintah yang
sah 4. Antara pihak yang memerintah dan diperintah memiliki hubungan
timbal balik secara vertikal maupun horizontal (Syaffie, I.K, 2003:133-134).
Menurut Marjun, (1989:122) istilah pemerintahan menunjuk kepada
bidang tugas, pekerjaan atau fungsi, sedangkan istilah pemerintah menunjuk
kepada badan organ atau alat perlengkapan yang menjalankan fungsi atau bidang
tugas pekerjaan itu. Dapat dikatakan kalau pemerintahan menunjuk pada proyek
sedangakan istilah pemerintah menunjuk pada subyek.
Sebagaimana oleh Rasyid (2011), Pemerintah adalah sekumpulan orang-
orang yang mengelola kewenangan-kewenangan, melaksanakan kepemimpinan
dan koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dari lembaga-
lembaga dimana mereka ditempatkan. Peran pemerintah berkaitan dengan tugas
dan fungsi pemerintah itu sendiri.
Ryaas Rasyid11 mengemukakan tugas-tugas pokok pemerintahan:
1. Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar, dan
menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat
menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara kekerasan.
2. Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga

12
masyarakat tanpa membedakan status apapun yang melatarbelakangi
keberadaan mereka
3. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial: membantu
orang miskin dan memelihara orang cacat, jompo dan anak terlantar:
menampung serta menyalurkan para gelandangan ke sektor kegiatan yang
produktif, dan semacamnya.
4. Melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan dalam bidang-
bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non pemerintahan, atau
yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh pemerintah
5. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas,
seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan kerja
baru, memajukan perdagangan domestic dan antar bangsa, serta kebijakan
lain yang secara langsung menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara
dan masyarakat.
Pemerintah dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah sebagimana
dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah,
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” 14. Melaui
kewenangan otonomi yang dimiliki Pemerintah daerah kota Makassar memiliki
peraturan daerah nomor 15 tahun 2009 tentang perlindungan pemberdayaan pasar
tradisional dan penataan pasar modern. Mengapa perlu untuk melindungi dam
memberdayakan pasar khususnya pasar tradisional atau juga dikenal sebagai pasar
rakyat. Karena di dalam pasar tersebut yang banyak terlibat adalah para pelaku
usaha kecil menengah atau pedagang-pedagang dalam skala kecil. Banyak
masyarakat menggantungkan penghidupannya dalam pasar tradisional.
Pemerintah daerah atau kota sebagaimana dalam pasal 12 undang-undang nomor
23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah memiliki urusan wajib yang meliputi
perlindungan masyarakat, koperasi, usaha kecil, menengah. Secara tidak langsung
terhadap perlindungan dan pemberdayaan pasar tradisional.

13
2.2.3 Konsep Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan
demikiann akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan
untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan
Pendidikan juga diartikan sebagai upaya manusia secara historis turun-
temurun, yang merasa dirinya terpanggil untuk mencari kebenaran atau
kesempurnaan hidup. Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dunia pendidikan sedang menjadi pusat perhatian semua komponen
bangsa ini. Berdasarkan keyakinan bangsa yang hebat ini bahwa pendidikan dapat
mengubah masa depan bangsa, maka sejak reformasi dilakukan berbagai
perubahan mendasar dalam pengelolaan pendidikan. Perubahan mendasar
dilakukan dengan mengubah konstitusi, Undang-undang Sistem Pendidikan
Nomor 02/1989 menjadi Nomor 20/2003, diikuti dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, serta secara teknis
dituangkan ke dalam peraturan menteri pendidikan tentang delapan standar
pengelolaan pendidikan.
1. Nilai Pentingnya pendidikan
Nilai ekonomi pendidikan dipandang sebagai meningkatnya
kemampuan masyarakat sebagai sumber daya yang bernilai karena
investasinya dalam pendidikan. Nilai pendidikan merupakan aset moral,
yaitu dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam
pendidikan merupakan investasi. Pandangan ini ditinjau dari sudut human
capital (SDM sebagai unsur modal). Pendidikan harus meliputi suatu
spektrum yang luas dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

14
Pengembangan SDM melalui pendidikan menyokong secara langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi, dan karenanya pengeluaran untuk
pendidikan harus dipandang sebagai investasi yang produktif dan tidak
semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang konsumtif tanpa manfaat balikan
yang jelas (rate of return)
Pendidikan juga diartikan sebagai upaya manusia secara historis
turun-temurun, yang merasa dirinya terpanggil untuk mencari kebenaran
atau kesempurnaan hidup. Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20
tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
Negara
2. Teori Nilai Pendidikan
Brunner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah
preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Prespektif karena tujuan
teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang
optimal. Dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah
memerikan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada
hubungan di antara variabel_variabel yang menentukan hasil belajar, atau
bagaimana seseorang belajar. Sedangkan teori pembelajaran menaruh
perhatian bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal
belajar, atau upaya mengontrol variabel dalam teori belajar agar dapat
memudahkan belajar.
Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode
pembelajaran. Jika tidak, teori ini bukanlah teori pembelajaran. Ini
penting sekali sebab banyak terjadi apa yang dianggap sebagai teori
pembelajaran yang sebenarnya adalah teori. Teori pembelajaran selalu
menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali
tidak berurusan dengan metode pembelajaran
3. Fungsi Pendidiksn

15
Fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI Nomor 20 Tahun
2003,Bab IIPasal 3 disebutkan sebagai berikut,”Pendidikan nasional
berfungsimengembangkan kemampuan dan membentk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan
kehidupan bangsa,bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertangggung jawab”.
Menurut Havelock & Huberman (1997: 25), sistem pendidikan
suatu negara memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Untuk menciptakan pemahaman identitas nasional melalui
pengajaran sejarah dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
2. Untuk memberikan bahasa perca_kapan dan tulis secara umum
yang mungkin tidak ada orang yang mengadakan sebelumnya.
3. Untuk menanamkan seperangkat nilai_nilai sosial politik.
4. Untuk memberikan seperangkat kete_rampilan spesifik yang akan
memung_kinkan ekonomi yang seimbang dan terpadu menjadi
kenyataan.
2.2.4 Pemberdayaan Pemuda
Secara teoritikal, pemberdayaan (empowerment) adalah ragam
pendekatan dan aplikasi konstruktif yang bersifat multi-level, sebagai hasil dari
interaksi individual, sosial dan kolektif. Dalam arti yang luas, pemberdayaan
mengacu pada ragam indikator, yaitu: individu, keluarga, organisasi dan
komunitas, yang mendapatkan akses sekaligus kontrol dalam konteks sosial,
ekonomi dan politik, yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan sosial dan
kualitas (equity and quality) hidup (Rappaport, 1984; Rappaport, 1987;
Zimmerman, 2000 dalam Jennings et al; 32).
Berdasarkan pada indikator-indikator tersebut, berbagai program
pemberdayaan (pemuda) memiliki dua fungsi utama: pertama, program ini
berfokus untuk merubah dalam level individu, khususnya dalam hal
pemberdayaan psikologi dalam pembangunan kapasitas pribadi (capacity-
building), mengintegrasikan persepsi-persepsi kontrol dan kendalinya, pendekatan

16
kritikal dalam lingkungan sosial dan politik. Sedangkan pemberdayaan dalam
level kolektif berlaku atau terjadi di dalam keluarga, organisasi, dan komunitas,
dimana melibatkan proses dan sistem yang dapat meningkatkan keahlian atau
kemampuan anggota-anggotanya, memfasilitasi mereka dalam upaya-upaya
perubahan, meningkatkan kesejahteraan kolektif mereka, dan memperkuat
jaringan intra serta ekstra_organisasi untuk memperkuat kualitas dari intregrasi
kolektif tersebut.
Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi
sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut sebagai” young people”
dengan batas usia 10- 24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut
”adolescenea” atau remaja. Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan
karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki
pengendalian emosi yang stabil. (Mulyana. 2011:12) Pemuda menghadapi masa
perubahan sosial maupun kultural.Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan,
Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi
usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan
psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan
aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang
berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.
Sedangkan dari perspektif Kritis Pemberdayaan Pemuda sendiri menurut
Jenning Et Al, ada enam dimensi yang menjadi syarat dari berhasilnya proses
pemberdayaan pemuda:
1. Lingkungan yang ramah dan aman
2. Keterlibatan dan komitmen
3. Distribusi kuasa yang adil (tidak membeda_bedakan)
4. Keterlibatan terhadap refleksi kritis dalam proses interpersonal dan sosial
politik
5. Keterlibatan secara sosial politik untuk melakukan perubahan,dan
6. Terintegrasi dalam pemberdayaan di level individual dan masyarakat.

17
2.2.5 Konsep Desa
Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bahwa desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai daerah yang otonom, desa berhak mendapatkan sumber
pendapatan, Sumber pendapatan desa terdiri atas pendapatan asli desa, bagi hasil
pajak daerah dan retribusi pemerintah pusat, bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bantuan keuangan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari
pihak ketiga.
Menurut Subbag Hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK, 2015:26)
Berdasarkan pengaturan tersebut, pemerintah memberikan keleluasaan pada desa
untuk mengatur rumah tangganya sendiri tampa intervensi dari manapun.
Kekayaan dimilik desa merupakan aset desa yang semestinya dapat
didayagunakan oleh masyarakat desa sekarang hingga mendatang.
Dimana aset desa merupakan barang milik desa yang berasal dari kekayaan
asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah. Oleh karenanya, pengelolaan kekayaan milik
desa ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat desa
serta meningkatkan pendidikan pemuda desa. Sehingga tujuan dari pengelolaan
kekayaan tersebut dapat menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat desa
lebih-lebih pemuda desa.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian
lapangan adalah “suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau lokasi
penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelediki gejala
objektif yang terjadi dilokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk penelitian
ilmiah”(Abdurrahman, 2011:96). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongo
Kecematan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu “hanya semata-mata
melukiskan keadaan atau peristiwa tanpa maksud untuk mengambil suatu
kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum”(Sutrisno, 1995:3). Sehingga
akan dideskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai kondisi sebenarnya
yang terjadi atau nampak di lapangan untuk kemudian diperoleh analisa dan fakta
secara cermat, teliti, dan jelas. Penelitian deskriptif kualitatif ini berupa
keterangan-keterangan bukan hanya berupa angka-angka hitungan. Artinya, dalam
penelitian ini hanya berupa gambaran dan keterangan-keterangan tentang : Peran
PEMDES Dalam Membangun Kesadaran Pendidikan Pemuda Desa (Study Kasus
Desa Tongo, Kec. Sekongkang-Ksb).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendekatan Empiris yakni
penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan
mengadakan penelitian data sekunder dan data primer di lapangan. Sumber data
primer adalah “data yang diperoleh dan digali langsung dari sumber pertama atau
subyek penelitian (Suraya, 2013:20). Penelitian ini mengacu pada peraturan-
peraturan tertulis untuk kemudian dikaji penerapan atau implementasi di
lapangan, maka peneliti lebih menekan pada hal yang terkait dengan Peran
PEMDES Dalam Membangun Kesadaran Pendidikan Pemuda Desa.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Desa Tongo, Kec.
Sekongkang-Ksb. Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa sumber

19
data di lokasi tersebut telah sesuai dengan tujuan penelitian yang akan mengkaji
lebih lanjut mengenai Peran PEMDES Dalam Membangun Kesadaran Pendidikan
Pemuda Desa.. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 3 Bulan, yaitu mulai
pada Tanggal November 2021 sampai Januari 2022.

3.3 Sumber Data


Sumber Data yang disajikan dalam peneliti yaitu dari sumber-sumber data
yang meliputi data primer dan data sekunder. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
3.3.1 Data Primer
Yaitu data yang diperoleh berupa fakta atau wawancara hasil penelitian
secara langsung di lokasi penelitian dan hasil wawancara dengan informan
yang didapat dari PEMDES Dalam Membangun Kesadaran Pendidikan
Pemuda Desa

3.3.2 Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah sumber kedua sesudah sumber data
primer. Sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu
mengungkap data yang diharapkan (M. Burhan Bungin, 2013:129). yaitu bahan
hukum yang bersifat mengikat Bahan hukum primer yang bersifat autoritatif
yaitu norma, kaidah dasar, dan peraturan perundang undangan. Dalam
penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah UU No. 6 tahun
2014 tentang Desa, Sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi
tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi, yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa literatur-literatur dan jurnal
yang berkaitan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Observasi
Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek penelitian
dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui

20
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan
suatu penelitian. Pada observasi ini, peneliti Peneliti melakukan pengamatan
langsung dengan mengamati peristiwa, kejadian, pose, dan sejenisnya disertai
dengan daftar yang perlu diobservasi” yang telah disusun sebelumnya.

3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan data yang akurat untuk
keperluan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. Pencarian
data dengan teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dan
bertatap muka langsung antara seseorang atau beberapa orang pewawancara
dengan seseorang atau beberapa orang yang diwawancarai (Muhammad,
2008:151).
Menghindari pembicaraan yang menyimpang dari permasalahan yang akan
diteliti. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyan-pertanyan kepada Sumber
data primer Guna memperoleh data yang kaitannya dengan penelitian ini, maka
bentuk wawancara ini adalah wawancara terarah, yaitu “wawancara dilaksanakan
secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan
yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh
pewawancara.

3.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan “cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
berupa dokumen tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta
pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah
penelitian” (Lexy J Moleong, 2004:248). Dalam penelitian ini data yang dicari
dan dikumpulkan oleh peneliti Melalui PEMDES Dalam Membangun Kesadaran
Pendidikan Pemuda Desa ini adalah dokumen langsung yang berhubungan dengan
penelitian, visi dan misi PEMDES, kemudian bagaimana PEMDES menjalankan
perannya.

3.5 Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif

21
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilih-milihnya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
akan diceritakan kepada orang lain. Data tersebut dianalisis dengan menggunaka
cara berfikir induktif. Berfikir induktif merupakan suatu cara berfikir yang
berawal dari fakta-fakta yang khusus dan konkrit kemudian dari fakta atau
peristiwa tersebut ditarik kesimpulan (Lexy J Moleong, 2004:248).
Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam menganalisis data peneliti
menggunakan data yang diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder.
Data tersebut dianalisa dengan menggunakan cara berfikir induktif yang berawal
dari informasi tentang Peran PEMDES Dalam Membangun Kesadaran Pendidikan
Pemuda Desa (Study Kasus Desa Tongo, Kec. Sekongkang-Ksb).
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mencakup
hasil wawancara yang meliputi : reduksi data, triangulasi, Dari hasil analisis data
yang kemudian dapat Menarik Kesimpulan dan verifikasi. berikut ini adalah
teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti;
1. Reduksi
Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam
penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka
macam cara: melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian sigkat,
menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

22
terhadap objek penelitian. Triangulasi dengan sumber artinya
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda selama penelitian.
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka peneliti menggunakan
langkah sebagai berikut : Pertama, Membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara. Kedua, Membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Ketiga,
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. Keempat, Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
3. Menarik Kesimpulan dan verifikasi
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
dimana peneliti mencari arti benda-benda, mencatat peraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proposisi.
Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi
lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul bergantung
pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan
peneliti, dan tuntutan pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah
sering dirumuskan sebelum penelitian dilakukan.

23
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Abdurrahman Fahmi, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Sekripsi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2011).

Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas


Psikologi UGM, 1995).

Suraya, Murcitaningrum, Pengantar Metodologi Penelitian Ekonomi Islam,


(Yogyakarta: Prudent Media, 2013).

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta:


Kencana, 2013).

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,


(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset, 2004).

Nasution S, 2004. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

24

Anda mungkin juga menyukai