Anda di halaman 1dari 9

SLE

Lupus Sistemik Eritmatosit

Keperawatan Anak II

Andhika Setyo B (20151660096)


Definisi

Penyakit sistemik lupus eritematasus (SLE) tampaknya terjadi akibat


terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto antibodi
yang berlebihan, limfadenopati terjadi pada 50% dari seluruh pasien SLE pada
waktu tertentu selama perjalanan penyakit tersebut. Sistemik lupus eritematosus
(SLE) merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan oleh disregulasi
sistim imunitas dan secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-
metabolik, lingkungan dan genetik.
Etiologi

Penyebabnya belum diketahui. Banyak pengamatan mendukung hipotesis


bahwab SLE merupakan penyakit dari pengaturan imun yang berubah, mungkin
ditentukan secara genetik. Virus dan agen lingkungan lainnya dapat juga
memainkan peran dalam patogenesis. Berbagai fenomena imun terjadi. Kadar
imunoglobulin serum naik. Antibodi yang ditemukan bereaksi dengan unsur
nukleus (ANA), asam ribonukleat, gamaglobulin (faktor reumatoid), sel darah
merah (uji Coomb positif), trombosit, sel darah putih, antigen yang digunakan
pada uji serologis untuk sifilis (positif palsu biologis), faktor koagulasi, dan
fosfolipid (anti fosfolipid, anti koagulan lupus, antikardiolipin)
Manifestasi klinis

SLE dapat mulai secara tersembunyi atau secara akut. Kadang-kadang


gejalanya telah timbul bertahun-tahun mendahului diagnosis SLE. Gejala awal
yang paling sering pada anak adalah demam, malaise, artritis atau artralgia, dan
ruam. Kadang-kadang pada kebanyakan anak yang terkena terjadi demam;
mungkin sebentar-sebentar atau terus-menerus. Malaise, anoreksia, kehilangan
berat badan dan kelemahan sering dijumpai.
Pemeriksaan diagnostik

ANA harus dapat diperagakan pada semua penderita SLE aktif dan
pergaannya memeberi uji skrinning terbaik untuk penyakit tersebut; tetapi, ANA
juga terjadi pada banyak keadaan lain. Uji skrinning ANA biasanya dilakukan
menggunakan teknik antibodi fluoresens. Uji untuk tipe ANA spesifik termasuk
Ro/ SSA, La/SSB, Sm, dan DNA harus dilakukan juga.
Penatalaksaan

Terapi harus didasarkan pada luas dan parahnya penyakit pada penderita
perseorangan. Penderita harus dievaluasi secara menyeluruh, terutama untuk
keterlibatan sistem organ utama seperti ginjal. Tidak ada terapi spesifik. Obat-obat
yang digunakan untuk mengobati penyakit berfungsi menekan peradangan dan
reaktifitas imun. Pada umumnya penderita harus diobati untuk mempertahankan
kesejahteraan klinis dan normalitas serologis (komplemen dan antibodi terhadap
DNA). Pemberian kortiko steroid juga sangat penting bagi penderita SLE
 Kortiko-steroid           
Prednison
Dosis harian(1 mg/kg/hari); prednison dosis alternate yang lebih tinggi (5
mg/kg/hari, tak lebih 150-250 mg); prednison dosis rendah harian (0.5 mg/kg)/hari
yg digunakan bersama methylprednisolone dosis tinggi intermitten  (30
mg/kg/dosis, maksimum mg) per minggu
Pengkajian

 Identitas
 Keluhan Utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit Keluarga
 Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola Nutrisi
- Pola Aktifitas
- Pola Eliminasi
- Pola Sensori dan Kognitif
- Pola persepsi dan konsep diri
 Pemeriksaan Fisik
Diagnosa

 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit,


kerusakan jaringan, keterbatasan mobolitas atau tingkat toleransi yang
rendah.
 Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
tidur/aktivitas yang tidak memadai, nutrisi yang tidak memadai dan
depresi/stres emosional.
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik,
kurangnya atau tidak tepatnya pemakaian alat-alat ambulasi.
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan
fisik serta psikologis yang diakibatkan oleh penyakit kronik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai