Anda di halaman 1dari 128

Pemicu 2

“Akhir Penantian”
Stephen Wijayanto
405110198
Kelompok 17 Blok Reproduksi
FK UNTAR
Learning Objectives
1. Menjelaskan fisiologi dan mekanisme
persalinan normal.
2. Menjelaskan manajemen persalinan
3. Menjelaskan kedudukan bayi
4. Menjelaskan farmakologis.
5. Menjelaskan partograf.
6. Menjelaskan komplikasi.
7. Menjelaskan masa nifas
LO1.

FISIOLOGI DAN MEKANISME


PERSALINAN NORMAL
FISIOLOGI DAN MEKANISME
PERSALINAN NORMAL

Persalinan/partus :
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup, dari dalam uterus
melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar
PERSALINAN NORMAL

Proses lahirnya bayi dengan presentasi belakang kepala


Tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa
Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yg
Berlangsung dalam 18 jam
Tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin
PERSALINAN ABNORMAL

Lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau


alat seperti ekstraksi, cunam, vakum, dan
sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio
cesarea
SEBAB TERJADINYA PROSES
PERSALINAN
1. Penurunan fungsi plasenta
kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi
janin dari plasenta berkurang.

2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus


Frankenhauser  menjadi stimulasi (pacemaker) bagi
kontraksi otot polos uterus.

3. Iskemia otot-otot uterus


pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.

4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal


dan peningkatan estrogen  p↑ aktifitas kortison,
prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan
untuk proses persalinan
TANDA-TANDA PERMULAAN PERSALINAN
 Lightening atau settling atau dropping (kepala turun
memasuki PAP)
 Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
 Polakisuria (o.k kandung kemih tertekan oleh janin)
 Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor pains)
 Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
TANDA-TANDA IN-PARTU
Rasa sakit (karena his lebih kuat, sering, dan teratur)
Bloody show lebih banyak
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Pemeriksaan Dalam : serviks mendatar, pembukaan (+)
Sifat His pada Fase Kehamilan
 Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir


Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
 Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala)
yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi
otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
 Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
KELAINAN HIS
 Kelainan HIS terjadi bila tidak ada dominasi fundus uteri; tidak
ada simetri hingga tidak terjadi relaksasi akibat tekanan
intrauterin >12mmHg
 HIS abnormal disebabkan disfungsi myometrium tanpa adanya
penyempitan panggul, bagian lunak jalan lahir atau cervix sendiri
 disfungsional labor
 HIS abnormal ditemukan a.l inersia uteri sekunder; persalinan
mulai berjalan lancar sebelumnya, kemudian HIS lemah atau
menghilang. Sering pada primipara.
 Inersia uteri primer jarang ditemukan. Terjadi pada primigravida,
his terasa sakit terus menerus tanpa adanya kemajuan persalinan
KALA-KALA PADA PERSALINAN
• Kala I • Kala III
* Fase laten  * Segera setelah bayi
pembukaan sampai 3 lahir s/d lahirnya
cm (8 jam) plasenta
* Fase aktif  • Kala IV
pembukaan 3 – 10cm * Setelah lahirnya
(7jam) plasenta s/d 2 jam
• Kala II pertama postpartum
* Pembukaan lengkap
s/d bayi lahir (primi:
2jam, multi: 1jam)
TAHAPAN-TAHAPAN PARTUS NORMAL

KALA I /
• Ciri : bloody show, adanya his,
PEMBUKAAN
serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm, dijumpai pd
primigravida (± 13 jam); multipara
KALA II /
PENGELUARAN
(± 7 jam)
• 2 fase :
Laten  8 jam, sangat lambat s.d.
KALA III / URI D = 3 cm
PLASENTA Aktif  3 fase
Akselerasi : 3  4 cm (2 jam)
Dilatasi max : 4  9 cm (2 jam)
KALA IV / Deselerasi : 9  10 cm (2 jam)
KELUARNYA
PLASENTA
SELAMA 1 JAM
KALA I
Penilaian persalinan
Kemajuan Kondisi Ibu Kondisi Janin
Persalinan
• Riwayat • Mengkaji kartu/ • Gerakan janin
persalinan catatan antenatal • Cairan ketuban
• Pemeriksaan • Pemeriksaan • Letak janin
abdomen umum • Besar janin
• Pemeriksaan • Pemeriksaan • Posisi janin
vagina laboratorium
• Pemeriksaan
psiko-sosial
KALA I
Pemantauan persalinan  partograf
Kemajuan Persalinan
His/kontraksi:
• Frekuensi
• Lamanya
• Kekuatan
Kontrol ½ jam sekali pd fase aktif

Pemeriksaan vagina:
• Pembukaan serviks
• Penipisan serviks
• Penurunan bag. Terendah
• Molding/molase
Kontrol setiap 4 jam

Pemeriksaan abdomen/luar:
• Penurunan kepala
Kontrol setiap 2 jam slm fase aktif
LEOPOLD’S MANEUVER
• Leopold I: menentukan tinggi
fundus uteri  umur
kehamilan, dan bagian janin
yang terletak di fundus uteri
• Leopold II: menentukan letak
punggung janin
• Leopold III: menentukan
bagian apa yang terletak di
sebelah bawah
• Leopold IV: bagian janin
mana yang terletak di sebelah
bawah & berapa bagian
kepala yang telah memasuki
PAP
BIDANG HODGE
I II III IV
• Dibentuk pd • Sejajar dgn Hodge • Sjajar dgn Hodge I • Sejajr dgn Hodge
lingkaran PAP dgn I tletak stinggi bag & II tletak stinggi I, II, & III tletak
bag atas simfisis bawah simfisis spina ischiadica stinggi os coccygis
& promontorium dekstra & sinistra
SEGMEN ATAS UTERUS SEGMEN BAWAH UTERUS
PEMBEDA
(SAU) (SBU)
Sifat Kontraksi Aktif Pasif
Sifat kekencangan Kencang atau keras Kurang kencang atau lunak
• Akan mgalami retraksi (tgt • Akan bkembang menjadi jalan
b(-) volume isi uterus, t.u. lahir yg bdinding jauh lebih
Awal psalinan & mdorong tipis drpd SAU
janin keluar (respons pd • Analog dgn ishtmus uteri yg
gaya dorong kontraksi mlebar & mnipis pd wanita yg
Keterangan
segmen atas) # hamil
• Mjadi lunak saat bdilatasi 
saluran muskuler &
fibromuskuler yg tipis  janin
dpt mnonjol ke liuar

Cincin retraksi (fisiologik) : suatu lingkaran yg mrupakan batas antara


SAU & SBU pd pmukaan dlm uterus;
patologik (cincin Bandl)  sangat
mnonjol  partus macet
MULTIPARA NULIPARA
MULTIPARA NULIPARA
TAHAPAN-TAHAPAN PARTUS NORMAL

Kepala janin sudah masuk ke ruang panggul


KALA I /
PEMBUKAAN Tekanan pd otot2 dasar panggul  rasa mengedan

KALA II / Perineum menonjol & lebar + anus mbuka


PENGELUARAN
Labia mbuka & kepala janin tampak dlm vulva saat his
KALA III / URI
PLASENTA His & kekuatan mengedan max

KALA IV / Kepala janin dilahirkan dgn suboksiput di bawah simfisi &


KELUARNYA dahi, muka & dagu lewati perineum
PLASENTA
SELAMA 1 JAM
His lagi  keluarlah seluruh anggota badan bayi
KALA II
Mekanisme Turunnya Kepala Janin
MEKANISME
PERSALINAN
NORMAL
Tahap Peristiwa
1. Kepala terfiksir pada a.p (Engagement) Sinklitismus
2. Turun (descent) • Asinklitismus posterior, atau
• Asinklistismus anterior
3. Fleksi Janin memasuki ruang panggul
4. Fleksi maksimal Posisi bayi di dasar panggul
5. Rotasi internal • Putaran paksi dalam di dasar panggul
• Terjadi :
• Ubun- ubun kecil berputar ke arah depan sehingga
berada di bawah simfisis (Hipomochilion ubun-ubun kecil
di bawah simfisis)
• Kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan

6. Ekspulsi kepala janin Berturut-turut lahirlah :


ubun-ubun besar --- dahi --- muka --- dagu

7. Rotasi eksterna Putaran paksi luar (resitusi)  untuk menyesuaikan kedudukan


kepala dengan punggung
8. Ekspulsi total • Bahu melintasi PAP dalam keadaan miring
• Setelah kepala dilahirkan  posisi bahu adalah depan-
belakang
• Cara melahirkan :
• Bahu depan
• Bahu belakang
• Seluruh badan & ekstremitas
Keterangan :
• Sinklitismus : arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang PAP

• Asinklitismus : arah sumbu kepala janin miring dengan bidang


PAP
– Asinklitismus Anterior (Naegele) : arah sumbu kepala
membuat sudut lancip ke depan dengan PAP
– Asinklitismus Posterior (Litzman) : keadaan sebaliknya
dari asinklitismus anterior
Persalinan
normal

http://www.healthsquare.com/fgwh/wh1c2601.jpg
TAHAPAN-TAHAPAN PARTUS NORMAL

KALA I / Bayi lahir


PEMBUKAAN

Uterus teraba keras + fundus uteri


KALA II / agak di atas pusat
PENGELUARAN
Uterus kontraksi kembali
KALA III / URI
PLASENTA
plepasan plasenta dr dinding uterus
(6-15 menit) + keluarnya darah
KALA IV /
KELUARNYA
PLASENTA
SELAMA 1 JAM
KALA III
• Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yg kedua
• Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak, rawat bayi
segera

Diagnosa
Kategori Deskripsi
Kehamilan dengan • Persalinan spontan melalui vagina pd bayi
janin normal tunggal tunggal, cukup bulan
Bayi normal • Tdk ada tanda-tanda kesulitan pernafasan
• APGAR > 7 pd menit ke-5
• Tanda-tanda vital stabil
•Berat badan > 2,5kg

Bayi dengan penyulit Cth : berat badan kurang, asfiksia, Apgar


rendah, cacat lahir
PELEPASAN PLASENTA
Terjadi akibat penyusutan ukuran uterus + p(-)an bidang tempat implantasi
plasenta

Plasenta mpbesar ktebalan dgn elastisitas↓  plasenta menekuk

+ tegangan  lap desidua yg tlemah (lap spongiosa) makin mlonggar

Plasenta tlepas & ukuran tempat plasenta m<

tekanan dinding uterus

Ekstrusi plasenta (mekanisme Schultze  darah tempat plasenta megisi ke dlm
kantong yg inversi & Duncan  darah tkumpul di antara membran dinding
uterus & keluar dr plasenta)
TAHAPAN-TAHAPAN PARTUS NORMAL

KALA I /
PEMBUKAAN

KALA II /
PENGELUARAN

KALA III / URI


PLASENTA

• Amati apakah tjadi pendarahan


postpartum
KALA IV / • Pendarahan paska partum :
KELUARNYA kehilangan darah > 500 ml darah
PLASENTA slama 24 jam kelahiran
SELAMA 1 JAM
Kala IV
Kala IV
Kala IV
Diagnosa
Kategori Deskripsi
Involusi normal • Tonus - uterus tetap berkontraksi
• Posisi – fundus uteri di atau dibawah umbilikus
• Perdarahan – tidak berlebihan
• Cairan – tidak berbau

Kala IV dengan • Subinvolusi – uterus tidak keras, posisi di atas


penyulit umbilikus
• Perdarahan – atonia, laserasi, bag plasenta
tertinggal/membran yg lain
LO2.

MANAJEMEN PERSALINAN
NORMAL
HILANGNYA 500 ml ATAU
LEBIH DARAH SETELAH
ANAK LAHIR

DIAGNOSIS PERDARAHAN
POSTPARTUM, PENANGANAN
AWAL KASUS GAWAT DARURAT,
DAN MELAKUKAN RUJUKAN
KLASIFIKASI
• Perdarahan post partum primer / dini  (early
postpartum hemarrhage)
– Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2
jam pertama
• Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late
postpartum hemorrhage)
– Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
DIAGNOSIS PERDARAHAN
• Pemeriksaan fisik:
– Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui
vagina terus menerus
• Pemeriksaan obstetri:
– Mungkin kontraksi usus lembek, uterus membesar bila ada atonia
uteri. Bila kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan
lahir
• Pemeriksaan ginekologi:
– Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat diketahui
kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Uterus tidak berkontraksi dan • Syok Atonia uteri
lembek
• Perdarahan segera setelah anak
lahir (Perdarahan Pascapersalinan
Primer atau P3)(a)
• Perdarahan segera (P3) (a) • Pucat Robekan jalan lahir
• Darah segar yang mengalir segera • Lemah
setelah bayi lahir (P3) • Menggigil
• Uterus kontraksi baik
• Plasenta lengkap
• Plasenta belum lahir setelah 30 • Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
menit traksi berlebihan
• Perdarahan segar (P3) (a) • Inversio uteri akibat
• Uterus kontraksi baik tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput • Syok neurogenik Tertinggalnya
(mengandung pembuluh darah) • Pucat dan limbung sebagian plasenta
tidak lengkap
• Perdarahan segera (P3) (b)
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Sub-involusi uterus • Anemia • Perdarahan
• Nyeri tekan perut bawah • Demam terlambat
• Perdarahan > 24 jam setelah • Endometritis atau
persalinan. Perdarahan sekunder sisa plasenta
atau P2S. Perdarahan bervariasi (terinfeksi / tidak)
(ringan/berat, terus-
menerus/tidak teratur) dan
berbau (jika disertai infeksi)

• Perdarahan segera (P3) (a) • Syok Robekan dinding


(Perdarahan intraabdominal dan/ • Nyeri tekan perut uterus (ruptur uteri)
atau vaginum) • Denyut nadi ibu cepat
• Nyeri perut berat (kurangi dengan
ruptur)

(a) Perdarahan sedikit apabila bekuan darah pada serviks atau posisi telentang menghambat aliran darah keluar
(b) Inversi komplit mungkin tidak menimbulkan perdarahan
PLASENTA PREVIA

• Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada


segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum (OUI) .
SOLUTIO PLASENTA
• Lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum
waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu.
SP PP
Pendarahan dengan nyeri Pendarahan tanpa nyeri
Pendarahan segera disusul partus Berulang ulang sebelum partus
Pendarahan sedikit banyak
Palpasi sukar Palpasi Leopold III tinggi
DJJ tidak ada ada
hematom robekan selaput marginal
KLASIFIKASI
Menurut waktu terjadinya:
1. Rupture uteri gravidarum
sedang hamil, sering berlokasi pada konpus
2. Rupture Uteri durante partum
waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang paling terbanyak.
Menurut lokasinya:
1. Korpus Uteri
pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi mis: cesar
2. Segmen bawah rahim
pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama tambah tegang dan
tipis dan akhirnya terjadi rupture uteri.
3. Servik uteri
waktu melakukan ekstraksi forsep atau versa dan ekstraksi, sedang pembukaan belum
lengkap.
4. Kolpoporeksis-kolporeksi
Robekan-robekan diantara servik dan vagina.
KETUBAN PECAH DINI
SELAPUT KETUBAN

• Membatasi rongga amnion yang terdiri dari amnion di sebelah dalam, dan
korion di sebelah luar yang sangat erat ikatannya

• terdiri atas beberapa sel :


• Sel epitel
• Sel mesenkim Terikat erat dalam matriks kolagen
• Sel trofoblas

• Berfungsi : menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap


infeksi
Manfaat Air Ketuban
• Merupakan tempat yang baik bagi gerak dan
perkembangan muskuloskeletal janin
• Gerakan pernafasan yang disertai aliran cairan
amnion ke dalam saluran pernafasan janin,
penting bagi perkembangan saccus alveolaris
paru.
• Merupakan penghalang bagi masukknya
polimikrobial flora vagina ke dalam kantong
amnion
AIR KETUBAN

• Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion

• Cairan ketuban ini terdiri dari :


• 98 persen air
• sisanya garam anorganik serta bahan organik

•Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan dibentuk oleh  sel-sel amnion,
ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus.

•Jumlah cairan ketuban normalnya antara 1 L - 1,5 L Namun bisa juga kurang dari
jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter.
Manfaat Air Ketuban
• Mempertahankan atau memberikan perlindungan
terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh
‘lingkungannya’ di luar rahim.
• Membuat janin bergerak dengan bebas ke segala
arah.
• Mendeteksi jenis kelamin
• Memerikasa kematangan paru-paru janin
• Memeriksa golongan darah serta rhesus,
• Memeriksa kelainan kongenital (bawaan) dan
susunan
Pecahnya Ketuban
• Pecah ketuban robeknya selaput indung telur yang membungkus
bayi.
• Penyebab pecahnya ketuban :
– Kontraksi uterus dan peregangan berulang
– Pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh
– Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktivitas kolagen berubah
• Warna air ketuban umumnya : tidak berwarna/transparan/bening
hingga pink tawar.
• Bila berwarna kehijauan, maka itu tanda bahwa :
– Bayi mengalami tekanan
– Stres sehingga mengeluarkan tinja dalam air ketuban
– Tanda terinfeksi kuman.
Cara membedakan air ketuban dengan air
seni

Air ketuban Air seni


Warna tidak berwarna/transparan, Umumnya agak kekuningan
bila bercampur dengan
lendir akan menjadi pink
tipis
Bau Seperti cairan sperma berbau amoniak
Penghentian •Bila anda menahan Bila anda menahan daerah
daerah sekitar anus tidak sekitar anus berhenti
berhenti
•Keluar saat bergerak
Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Ketuban Pecah Dini (KPD): pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan
• Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan cukup bulan.
• diagnosa KPD ditegakkan  seorang ibu hamil mengalami
pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian
tidak terdapat tanda awal persalinan
• Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan
proses biokimia yg terjadi dalam:
– Kolagen matriks ekstraselular amnion
– Korion
– Apoptosis membran janin
Faktor Resiko Terjadinya KPD

• Berkurangnya as. • Inkompetensi serviks (leher


rahim)
askorbik sebagai
• Polihidramnion (cairan
komponen kolagen ketuban berlebih)
• Kekurangan tembaga • Riwayat KPD sebelumya,
dan askorbik yang trauma, Kehamilan kembar
berakibat pertumbuhan • Kelainan atau kerusakan
selaput ketuban
struktur abnormal (co:
• Serviks (leher rahim) yang
merokok) pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti
bakterial vaginosis
Konfirmasi Diagnosa
• Test lakmus (test nitrazin).
– Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban (allkalis).
– Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
• Test Pakis
– Dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek
gelas dan biarkan kering.
– Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal
cairan amnion dan gambaran daun pakis
Komplikasi KPD
Persalinan Prematur
• Periode laten (interval waktu dari kejadian pecahnya selaput
chorioamniotik dengan awal persalinan) tergantung umur
kehamilan :
• Kehamilan aterm  90% persalian terjadi dlm 24 jam
• Kehamilan 28-34 mgg  50% persalian terjadi dlm 24 jam
• Kehamilan <26 mgg  persalinan terjadi dalam 1 mgg
Infeksi
• Pada ibu dapat terjadi : korioamnionitis
• Pada bayi dapat terjadi : septikemia, pneumonia, omfalitis
• Lebih sering terjadi pada KPD prematur
• Insiden meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten.
Komplikasi KPD
Hipoksia dan asfiksia
• Oligohidramnion  menekan tali pusat  asfiksia &
hipoksia
Sindrom deformitas janin
• KPD pada kehamilan yang sangat muda disertai
oligohidromnion yang lama menyebabklan terjadinya
deformitas janin, antara lain :
– Hipoplasia pulmonal
– Potter’s fascia
– Deformitas ekstremitas
Terapi Konservatif
• Rawat dirumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin atau eritromisin
dan metronidazol)
• Umur kehamilan <32-34 mgg  dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar
• Usia kehamilan 32-37 mgg, belum inpartu, tidak ada tanda infeksi
 beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi &
kesejahteraan janin
• Usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi 
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah
24 jam
• Usia kehamila 32-37 mgg, ada infeksi  beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin)
• Usia kehamilan 32-37 mgg  berikan steroid utk memacu
kematangan paru janin
Terapi Aktif
• Kehamilan >37 mgg :
– Induksi dengan oksitosin  bila gagal seksio
sesarea
– diberikan misoprostol intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
• Bila skor pelvik <5  lakukan pematangan
serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil
akhiri persalinan dengan seksio sesarea
• Bila skor pelvik >5  induksi persalian
MENGETEHUI MANAJEMEN PERSALINAN
PATOLOGIS
Diagnosis Persalinan malpresentasi
Indikasi, kontraindikasi, komplikasi ekstraksi vakum
Indikasi, kontraindikasi, komplikasi seksio sesarea
Indikasi, kontraindikasi, komplikasi induksi
Persalinan Patologis
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau
melalui dinding abdomen dengan operasi caesarea

• Malposisi : posisi abnormal dari verteks janin (ubun-


ubun kecil sebagai penanda)

• Malpresentasi : semua presentasi lain dari janin


selain presentasi verteks

MASALAH
Partus Lama atau Partus Macet
Anatomi Tengkorak Janin

Os oksipitalis

Os parietalis

Fontanela
sagitalis

Os frontalis
Diagnosis Malposisi
Gejala dan Tanda Gambar
POSISI OKSIPUT POSTERIOR

Berada di arah posterior dari panggul ibu

Pemeriksaan Abdomen :
• Bagian bawah perut mendatar
• Ekstremitas janin teraba anterior
• DJJ terdengar di samping
VT :
• Fontanel posterior dekat sakrum
• Fontanel anterior dengan mudah teraba jika kepala dalam keadaan
defleksi

POSISI OKSIPUT LINTANG

Terjadi jika posisi oksiput janin terlentang lintang terhadap rongga


panggul ibu

Jika posisi lintang ini menetap sampai akhir kala I persalinan, maka posisi
ini sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput posterior
Diagnosis Malpresentasi
Gejala dan Tanda Gambar

PRESENTASI DAHI
Penyebab : ekstensi parsial kepala janin sehingga terletak lebih tinggi dari sinsiput
Pemeriksaan Abdomen :
• Kepala janin 3/5 di atas simfisis pubis
• Oksiput lebih tinggi dari sinsiput
VT :
Teraba fontanel anterior dan orbita

PRESENTASI MUKA
Penyebab : hiperekstensi kepala janin sehingga tidak teraba oksiput maupun
sinsiput pada VT

Pemeriksaan Abdomen :
Teraba lekukan antara oksiput dan punggung (sudut Fabre)
VT :
• Teraba muka, mulut, dan rahang
• Jari tangan mudah masuk ke mulut janin
Gejala dan Tanda Gambar
PRESENTASI GANDA (MAJEMUK)

Penyebab :
Prolaps tangan bersamaan dengan bagian terendah janin, lengan yang
mengalami prolaps dan kepala janin terdapat di rongga panggul secara
bergantian

LETAK LINTANG DAN PRESENTASI BAHU

Penyebab : Sumbu panjang janin terletak melintang

Pemeriksaan Abdomen :
• Sumbu panjang janin teraba melintang
• Tidak teraba bagian besar (kepala atau bokong) pada simfisis pubis
• Kepala biasanya teraba pada daerah pinggang
VT :
• Teraba bahu, tetapi tidak selalu
• Lengan dapat mengalami prolaps
• Siku, lengan, atau tangan dapat teraba pada vagina
Gejala dan Tanda Gambar

PRESENTASI BOKONG (SUNGSANG)

Penyebab : bokong dengan / atau kaki merupakan bagian terendah janin

Pemeriksaan Abdomen :
• Kepala teraba di bagian atas, bokong pada daerah pelvis
• Auskultasi  DJJ lokasinya lebih tinggi dari pada yang diharapkan
dengan persentasi verteks

VT : Teraba bokong atau kaki

Ada 3 macam :
• PRESENTASI BOKONG SEMPURAN (Complete Breech)
 Kedua kaki mengalami fleksi pada pangkal lutut

• PRESENTASI BOKONG MURNI (Frank Breech)


 Kedua kaki mengalami fleksi pada panggul dan ekstensi pada lutut

• PRESENTASI BOKONG KAKI (Footling Breech)


 Sebuah kaki mengalami ekstensi pada panggul dan lutut
Manajemen Persalinan Patologis
• PENANGANAN UMUM
– Penilaian cepat kondisi ibu
– Penilaian denyut jantung janin (DJJ) segera setelah his
• DJJ < 100 atu > 180 x / menit  kemungkinan GAWAT JANIN
– Jika ketuban pecah  lihat warna cairan ketuban
• Jika ada mekonium yang kental, awasi lebih ketat atau lakukan
intervensi untuk penanganan gawat janin
• Saat ketuban pecah tapi cairan (-) menandakan adanya
pengurangan jumlah air ketuban yang mungkin ada
hubungannya dengan gawat janin
– Beri dukungan moral dan perawatan pendukung lain
– Partograf  nilai kemajuan persalinan
Ekstraksi vakum
• Suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan tenaga negatif (vakum)
pada kepalanya.
• alat  ekstrakstor vakum
• Inidkasi
– Untuk memperpendek kala II, misalnya:
• Peny. Jantung kompensata
• Peny. Paru fibrotik
– Kala II yang memanjang
– Gawat janin
• Kontraindikasi
– Ruptur uteri membakat
– Pada peny. Dimana ibu tidak boleh mengejan, mis. Payah jantung dan preeklamsia berat.
– Letak muka
– After coming head
– Janin preterm
• Syarat
– Pembukaan > 7 cm (hanya pada multigravida)
– Penurunan kepala janin boleh pada hodge II
– Harus ada kontraksi rahim dan tenaga mengejan
www.sjmercyhealth.org/116277.cfm

http://insights.clinicalinnovations.com/images/FlexionPoint.jpg
http://z.about.com/d/pregnancy/1/0/t/Z/3/vacuum.jpg
Seksio Sesare
• Suatu Persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram
• Indikasi
– Panggul sempit
– Tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
– Stenosis serviks/ vagina
– Plasenta previa
– Disproporsi sefalopelvik
– Ruptur uteri
– Kelainan letak
– Gawat janin
• Jenis-jenis operasi seksio sesaria :
– Seksio sesaria klasik atau korporal (insisi memanjang pada segmen atas uterus)
– Seksio sesaria transperitonealis profunda (insisi pada segmen bawah uterus)
– Seksio sesaria ekstra peritonealis (rongga peritoneum tidak dibuka, sekarang sudah
tidak digunakan lagi)
– Seksio sesaria histerektomy (setelah seksio sesaria dilakukan histerektomy dengan
indikasi atonia uteri, plasenta previa, mioma uteri, infeksi intra uterin yang berat)
http://www.beliefnet.com/healthandhealing/images/cesarean_delivery.jpg

http://www.doereport.com/imagescooked/896W.jpg
Induksi persalinan
• Suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik
secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang timbulnya
kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan
• Secara medis:
– Infus oksitosin
– Prostaglandin
– Cairan hipertonik intrauterin
• Secara manipulatif/ dengan tindakan:
– Amniotomi
– Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim
– Pemakaian rangsangan listrik
– Rangsangan pada putting susu
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR
Pengaturan suhu
-Menutup semua pintu dan jendela kamar bersalin dan
mematikan AC yang langsung mengarah ke bayi.
-Suhu di kamar paling rendah 20°C
-Segera sesudah dilahirkan, bayi dikeringkan dan kemudian
diselimuti/dibungkus rapat dengan handuk hangat
-Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang saat kontak kulit
dengan ibu
Resusitasi neonatus
Bayi gagal bernafas spontan, hipotonus atau ketuban keruh
bercampur mekonium  harus dilakukan
Inisiasi menyusu dini (IMD)
- Setelah melahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut
atas ibu selama paling sedikit 1 jam untuk memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan
puting ibunya.
- Manfaatnya bagi bayi yaitu membantu stabilisasi
pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibanding dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman
yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial.
- Manfaat bagi ibu yaitu mengoptimalkan pengeluaran
hormon oksitosin, prolaktin dan secara psikologis
menguatkan batin antara ibu dan bayi.
Pengikatan dan pemotongan tali pusat
-Harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah
infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum

Perawatan tali pusat


-Menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih
-Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali
pusat dengan kapas basah, bungkus dengan
longgar dengan kasa bersih/steril.
Pelabelan
-Label nama bayi atau ibu harus diletakkan di
pergelangan tangan atau kaki sejak di ruang bersalin
Profilaksis mata
-Untuk mencegah konjungtivitis diberikan antibiotik
(tetes mata silver nitrat)
Pemberian vitamin K
Pengukuran berat dan panjang lahir
Memandikan bayi
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata
ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
• Pernafasan
• Denyut jantung
• Warna

Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan kapan kita


memulai resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai
jalannya resusitasi

Semua petugas harus sudah terlatih secara memadai, efisien


dapat bekerja sebagai tim, dan semua peralatan harus
tersedia dalam fungsi yang baik.
Tindakan resusitasi BBL mengikuti tahapan
berikut
Memposisikan & membersihkan jalan napas

Airway


Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi : batu diganjal

Menghisap mulut, hidung dan kadang-kadang trakea


Merangsang pernafasan, ventilasi & oksigenasi

Breathing Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan



Memakai VTP (sungkup dan balon, pipa ET dan balon, mulut ke
mulut)


Menilai frekuensi jantung dan warna kulit
Circulation ●
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi
Persiapan Alat Resusitasi
• Alat pemanas siap pakai
• Oksigen
• Alat penghisap
• Alat sungkup dan balon
resusitasi
• Alat intubasi
• obat – obatan
• Lain-lain
PERSALINAN TANPA KOMPLIKASI

Evalusi frekuensi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit


Langkah Awal Resusitasi
1. Hangatkan
2. Posisikan 3. Bersihkan

5. Rangsang taktil
4. Keringkan
LO4.

FARMAKOLOGIS PADA PERSALINAN


TERAPI FARMAKOLOGIS &
PERSALINAN
• Kelahiran prematur (perubahan servikal &
kontraksi uterin yg tjadi < 37 minggu) :
terapi tokolitik & glukokortikoid antenatal
• Infeksi Streptococcus grup B
• Cervical ripening & induksi kelahiran
• Analgesia kelahiran
• Pendarahan paskapartum
TERAPI FARMAKOLOGIS & PERSALINAN : Kelahiran prematur
TERAPI TOKOLITIK
PENGHAMBAT KANAL
PEMBEDA β-ADRENERGIK MAGNESIUM (infusi IV)
KALSIUM
Obat pilihan Terbutalin & ritodrin Mg sulfat nifedipin
m↓ kadar Ca2+ Supresi impuls saraf yg ke Hambat fungsi kanal Ca2+ 
intraseluler & m↓ otot polos uterus dgn Relaksasi miometrium in vitro
Cara kerja
sensitivitas unit kontraktil mengantagoniskan Ca2+
obat
pd Ca2+  relaksasi otot intraseluler
polos uterus
MATERNAL : MATERNAL : edema Hipotensi ortostatik, dosis ↑ : depresi
Efek Hiperkalemia, aritmia, pulmoner; hipotensi, paralisis kardiak, mual, sakit kepala, pusing
samping hiperglikemia, hipotensi, otot, tetanus, henti jantung, &
& edema pulmoner depresi respirasi  dosis↑
 ES < Mg & β-adrenergik, > baik
drpd β-adrenergik, punya efek
negatif yg potensial pd aliran
darah antara plasenta & uterus
Dosis 250-500 mcg/3-4 Inefektif sbg agen tokolitik 
 5-10 mg/15-20 menit/3 dosis
Keterangan jam (rekomendasi)  berhub dgn m↑ mortalitas
(sublingual)  diagnosis awal
terbutalin infan (Cochrane meta-
kelahiran prematur
analysis)
 10-20 mg (oral)/4-6 jam 
kontraksi prematur, pt stabil & #
dilatasi serviks yg bkelanjutan
TERAPI FARMAKOLOGIS & PERSALINAN : Kelahiran prematur

TERAPI TOKOLITIK
PEMBEDA NSAID LAIN-LAIN
Indometasin (inhibitor COX Antibiotik, kortikosteroid,
nonselektif) progesteron & obat seperti
Obat pilihan progesteron, 17α-hydroxyprogesteron
carproate, atosiban (Oxytocin-
Receptor Antagonist)
Cara kerja Hambat aktivitas prostaglandin
obat serviks
Sakit kepala, pusing, confusion,
depresi, pankreatitis,
Efek samping
trombositopenia, nekrosis
papiler ginjal, anemia aplastik
Dihub dgn penutupan patent
duktus arteriosus & sirkulasi
Keterangan
fetus yg dirusak dlm uterus (usia
>32 minggu masa gestasi)
KORTIKOSTEROID ANTENATAL

• Tjadi dlm 24 jam


• TERAPI FARMAKOLOGIS & PERSALINAN :
Mematurasi paru-paru fetus (Cochrane meta-
analysis)  cegah RDS, pendarahan
intraventrikuler, kematian infan yg dilahirkan scara
prematur
• Obat pilihan : betametason (IM) & deksametason
(IM)  masa gestasi 26-34 minggu
• # keuntungan  ulang dosis steroid (meta-
analysis, 2000)
Streptococcus Grup B  usia 35-37 minggu masa gestasi

Kultur (+)

Punya infan yg sebelumnya terinfeksi penyakit Streptococcus


grup B invasif, atau

yg punya bakteriuris streptococcus grup B

5 juta unit Penisilin G (IV) – 2,5 jt unit IV/4jam hingga partus,


Ampisilin 2 gr IV – 1 gr IV/4 jam, Cefazolin 2 gr IV – 1 gr IV/8
jam, Klindamisin 900 mg IV/8 jam, Eritromisin 500 mg IV/6
jam, Vankomisin 1 gr IV/12 jam
TERAPI FARMAKOLOGIS &
PERSALINAN : Analgesia kelahiran
• Nonfarmakologis : mandi air hangat,
injeksi intradermal air steril dlm area
sakral, akupuntur
• Farmakologis : meperidin, morfin, fentanil,
epidural analgesia (susah mnyusui,
ppanjangan kala I & II), kombinasi spinal-
epidural (hipotensi, susah BAK, pruritus),
paracervical blocks (bradikardi fetus)
TERAPI FARMAKOLOGIS &
PERSALINAN : pendarahan paskapartum
• Oksitosin IM, ergonovin (5-HT Receptor
Agonist [TD ↑, nausea, vomitus]), atau
kombinasi keduanya

sebelum keluarnya plasenta; clamping &
pmotongangn tali pusar; traksi yg dikontrol
cord
TERAPI FARMAKOLOGIS & LAKTASI

Faktor2 Obat yg Mpengaruhi Transfer Obat dr


Sirkulasi Maternal Ke Dalam Susu ASI :
• Derajat pengikatan protein di dalam sistem
sirkulasi maternal
• BM obat
• Klarutan lipid obat & isi lemak pd susu
• Kadar plasma maternal
• T1/2 obat
• pH obat
TERAPI FARMAKOLOGIS & LAKTASI

Faktor dr infan yg mpengaruhi jumlah obat


yg dicerna via mnyusui :
• Frekuensi mnyusui
• Jumlah susu yg dicerna

Obat2 yg msupresi asam lambung :


aminoglikosida, omeprazol, heparin,
insulin sedikit diabsorpsi infan
TERAPI FARMAKOLOGIS & LAKTASI

Strategi utk m(-)i risiko pd infan dr obat yg


ditransferkan via ASI, pilihlah obat dgn :
 T1/2 pendek
 > berikatan dgn protein
 Bioavaibilitas ↓
 Kelarutan lemak ↓
CONTOH TERAPI REKOMENDASI UMUM FARMAKOTERAPI
untuk LAKTASI BERDASARKAN GANGGUAN yang DIDERITA
Kloksasilin, dikloksasilin, oxasilin, sefasilin 
Mastitis
10-14 hari
Antidepresan trisiklik & SSRI, nortriptilin,
Depresi
amitriptilin, klomipramin, desipramin,
paskapartus
fluvoxamin, bupropion
Relakstasi metoklorpamid
LO7.

MASA NIFAS
Nifas (Puerperium)
• Mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu

• Seluruh alat genital baru pulih dalam waktu 3 bulan

• Puerperium normal meliputi :


 Perubahan genitalia eksterna dan interna (involusi)
 Hemokonsentrasi
 Laktasi
 Pengeluaran lokhia
Involusi
UTERUS
• Tinggi Fundus Uteri
– Setelah janin dilahirkan  ± setinggi pusar
– Setelah plasenta dilahirkan  ± 2 jari di bawah pusar
– Hari ke-1 postpartum  ± 1 jari di bawah pusar
– Hari ke-5 postpartum  1/3 jarak antara simfisis ke pusat
– Hari ke-10 postpartum fundus uteri sukar diraba di atas
simfisis

• Bentuk Uterus
– Menyerupai suatu buah advokat gepeng (panjang 15 cm, lebar
12 cm, tebal 10 cm)
– Dinding uterus ± 5 cm
• Bagian bekas implantasi plasenta  luka berupa
penonjolan yang kasar (Φ ± 7,5 cm) :
– 2 minggu postpartum  Φ = 3,5 cm
– 6 minggu postpartum  Φ = 2,4 mm

• Berat Uterus
– N  ± 30 g ; aterm  ± 1000 g
– 1 minggu postpartum  ± 500 g
– 2 minggu postpartum  ± 300 g
– 6 minggu postpartum  40 – 60 g

• Otot-otot & Pembuluh Darah Uterus


– Otot kontraksi  pembuluh darah di antara anyaman otot
terjepit  perdarahan berhenti
• Serviks Uterus
– Agak menganga seperti corong
– Warnanya merah kehitaman (penuh pembuluh darah)
– Konsistensi lunak

• Endometrium
– Trombosis, degenerasi, & nekrosis di tempat implantasi plasenta
– Hari ke-1 postpartum  permukaan kasar
– Hari ke-3 postpartum  permukaan mulai rata
– Regenerasi endometrium  2 – 3 minggu

• Luka-luka jalan lahir (bekas episitomi, luka pada vagina dan


serviks)  sembuh per primam
Hemokonsentrasi
• Masa hamil  shunt antara sirkulasi darah ibu
dan plasenta  postpartum  shunt hilang
tiba-tiba  volume darah ibu relatif
bertambah  kompensasi (hemokonsentrasi)
 volume darah kembali normal

• Terjadi pada hari ke-3 sampai 15 postpartum


Laktasi
• Masa kehamilan  persiapan pada kelenjar
mamma untuk laktasi

• Postpartum
– Estrogen – progesteron ↓
– Prolaktin ↑  kelenjar-kelenjar mamma berisis air susu
– Oksitosin ↑  kontraksi mioepitelium kelenjar susu 
air susu keluar
Pengeluaran Lokhia
• Sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas

• Lokhia rubra (kruenta)  Hari ke-1 postpartum


Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum

• Lokhia sanguinolenta : darah bercampur lendir  Hari berikutnya

• Lokhia serosa : cair, tidak berdarah lagi, warnanya agak kuning
 1 minggu postpartum

• Lokhia alba : berupa cairan putih  2 minggu postpartum
PENANGANAN
Kebersihan diri Keluarga berencana
Istirahat Pemeriksaan postnatal
Latihan – Keadaan umum
– Keadaan payudara dan putingnya
Gizi ibu menyusui
– Dinding perut
Menyusui – Perineum
Perawatan payudara – Kandung kemih
Sanggama (setelah darah – Rektum
merah berhenti dan ibu – Ada tidaknya fluor albus
dapat memasukkan 1 atau 2 – keadaan serviks, uterus, adneksa
jarinya ke dalam vagina Fisioterapi postnatal
tanpa rasa nyeri)
LAKTASI
1. Korpus (badan)  bagian yg membesar
• Alveolus :
• Unit terkecil yang memproduksi susu ANATOMI PAYUDARA
• Terdiri dari sel Aciner, jaringan lemak,
sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah
• Lobulus
• Kumpulan dari alveolus
• ASI disalurkan dari alveolus  saluran
kecil (duktulus)  saluran yang lebih
besar (duktus laktiferus)

2. Areola  bagian yang kehitaman di tengah


• Sinus laktiferus : saluran di bawah
areola yang besar melebar  memusat
ke dalam puting dan bermuara ke luar

Di dalam dinding alveolus maupun saluran2


terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar

3. Papilla  bagian yang menonjol di puncak


payudara
ASI
ASI
• Mengandung semua bahan yang diperlukan
bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan
terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap
diminum

• Dibedakan dalam 3 stadium:


– Kolostrum  pertama keluar
– ASI transisi / peralihan
– ASI matur
Disekresi pada hari 1 – 4 pasca persalinan
K
Kental , lengket, berwarna kekuningan
O
L Kandungan protein (t.u imunoglobulin IgG, IgA, IgM),
mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih lebih
O tinggi daripada ASI matur
S
Rendah lemak dan laktosa
T
R Volume yang ada dalam payudara (150-300 ml/hari)
mendekati kapasitas lambung bayi usia 1 – 2 hari
U
M Pencahar ideal (membersihkan zat yang tidak terpakai
dari usus BBL, mempersiapkan GIT bayi)
ASI Transisi/ Peralihan
Keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang (hari 4-10)

Selama 2 minggu, volume ASI bertambah banyak, berubah warna


serta komposisinya

Kadar imunoglobulin dan protein meningkat

Kadar lemak dan laktosa menurun


ASI Matur
Disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya

Berwarna putih

Kandungannya relatif konstan

Tidak menggumpal bila dipanaskan


Kandungan Kolustrum, ASI transisi, & ASI matur
Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI Matur
Energi (kg kal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobulin :
• Ig A (mg/100ml) 335,9 - 119,6
• Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9
• Ig M (mg/100ml) 17,1 - 2,9

Lisosin (mg/100 ml) 14,2 – 16,4 - 24,3 – 27,5


Laktoferin 420 – 520 - 250 – 270
Foremilk & Hindmilk
• Foremilk :
– Air susu yang mengalir pertama kali atau saat 5
menit pertama
– Lebih encer
– Rendah lemak
– Tinggi laktosa, gula, protein, mineral, air

• Hindmilk :
– Kaya lemak dan nutrisi
– Membuat bayi lebih cepat kenyang
Fisiologi Laktasi
Pengaruh Hormonal
1. Estrogen & Progesteron
• Estrogen : mempengaruhi pertumbuhan & ukuran alveoli
• Progesteron : stimulasi pembesaran sistem saluran ASI
• Postpartum  kadar↓  stimulasi produksi ASI
2. Follicle stimulating hormone (FSH)
3. Luteinizing hormone (LH)
4. Prolaktin  pembesaran alveoil selama kehamilan
5. Oksitosin
• Kontraksi uterus pada saat melahirkan
• Mengencangkan mioepitel di sekitar alveoli
• Let-down/ milk ejection reflex
6. Human placental lactogen (HPL)
• Pertumbuhan payudara, puting, dan areola
Proses Pembentukan Laktogen
• Laktogenesis I
– Fase penambahan dan pembesaran lobulus- alveolus
– Terjadi pada akhir kehamilan
– Payudara memproduksi kolostrum

• Laktogenesis II
– 30-40 jam post-partum (saat payudara terasa penuh)
– Pengeluaran plasenta  progesteron, esterogen, HPL ↓
– Prolaktin tetap tinggi  produksi ASI besar-besaran
– Bila payudara dirangsang  prolaktin ↑  stimulasi sel di
dalam alveoli untuk produksi ASI
• Laktogenesis III
– Sistem kontrol hormon endokrin  mengatur produksi
ASI selama kehamilan & beberapa hari pertama setelah
melahirkan
– Sistem kontrol autokrin  dimulai saat produksi ASI
mulai stabil
• ASI banyak dikeluarkan  payudara akan memproduksi
banyak ASI
– Jadi produksi ASI sangat dipengaruhi :
Seberapa sering bayi menghisap
Seberapa baik bayi menghisap
Seberapa sering payudara dikosongkan
Refleks Pada Proses Laktasi

• Refleks prolaktin
– Hisapan bayi  merangsang puting susu 
rangsangan dilanjutkan ke hipotalamus  menekan
faktor penghambat sekresi prolaktin (estrogen –
progesteron) dan merangsang faktor pemacu
sekresi prolaktin  rangsang hipofise anterior
keluarkan prolaktin  rangsang sel-sel alveoli
untuk membuat air susu
• Refleks Aliran (Let Down Refleks)
– Rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise)  oksitosin dikeluarkan  kontraksi sel-sel
mioepitel di sekitar alveoli (efek memeras ASI)  ASI keluar dari
alveoli, masuk ke sistem duktus, dan mengalir melalui duktus
lactiferus

– Yang meningkatkan
• Melihat bayi
• Mendengarkan suara bayi
• Mencium bayi
• Memikirkan untuk menyusui bayi

– Yang menghambat
• Stress (bingung/ pikiran kacau, takut, cemas)
Refleks Dalam Mekanisme Hisapan Bayi

• Refleks Menangkap (Rooting Refleks)


– Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya  bayi akan
menoleh ke arah sentuhan
– Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae  bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu

• Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


– Timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh putting
– Sebagian besar areola harus masuk ke dalam mulut bayi

• Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


– Timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI
Manfaat ASI
• Aspek kesehatan ibu
– Mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
– Mengurangi prevalensi anemia
– Mengurangi terjadinya Ca indung telur dan Ca
mammae
– Mengurangi angka kejadian osteoporosis dan
patah tulang panggul setelah menopause
– Menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan
• Aspek kesehatan bayi
– Melindungi bayi terhadap infeksi gastroenteritis, radang
jalan nafas, paru-paru, otitis media
– Mencegah alergi makanan

• Aspek keluarga berencana


– Sebagai kontrasepsi alamiah  Metode Amenorea
Laktasi (MAL)
– Hormon yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi
 menunda kesuburan

• Aspek psikologis
Tercipta hubungan / ikatan batin antara ibu dan bayi
“ Cara Benar Memposisikan Bayi “
Telinga dan lengan
yang di atas berada
dalam 1 garis lurus
Kepala bayi diletakkan dekat
lengkungan siku ibu

Perut bayi menempel ke


tubuh ibu

Mulut bayi berada di


depan putting ibu

Bayi dipegang
dengan 1 lengan

Bokong bayi ditahan dengan


telapak tangan ibu
PERLEKATAN BAYI YANG BENAR
Bayi tenang
Ibu tidak kesakitan

Bibir bayi terlipat keluar, pipi


bayi tidak boleh kempot

Sebagian besar areola Mulut terbuka lebar


terutama yang berada
di bawah, masuk ke
dalam mulut bayi Dagu menempel pada
payudara ibu

“ Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan ”
INISIASI MENYUSU DINI  penting!!!
Dapat mencegah kematian neonatal
• Membantu mempercepat pengeluaran ASI dan memastikan
kelangsungan pengeluaran ASI

• Mencegah paparan terhadap substansi/zat dari makanan /


minuman yang dapat mengganggu fungsi saluran pencernaan

• Kolostrum  memicu pematangan saluran cerna dan


memberi perlindungan terhadap infeksi

• Kehangatan tubuh ibu saat proses menyusui dapat mencegah


kematian bayi akibat kedinginan (terutama bagi bayi dengan
BBLR)

Anda mungkin juga menyukai