PERSALINAN
YUNITA ANGGRIANI, S.Tr.Keb., M.Keb
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
01 Introduction
02 What is Childbirth
03 Factors in childbirth
TOPICS 04 Conclusion
APA ITU PERSALINAN?
PENGERTIAN PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan
adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2013).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. (Sondakh, 2015)..
TEORI PENYEBAB PERSALINAN
04 Teori Janin
05 Teori Prostaglandin
POWER.
PASSAGE.
PASSENGER
POSITION
PSYCHOLOGIC RESPON
TAHAPAN PERSALINAN
4. KALA IV
2. KALA II 3. KALA III
1. KALA I (2 Jam Setelah Melahirkan)
(Pengeluaran) (Kala Uri)
(Pembukaan Jalan Lahir)
Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang dinginkan (optimal). Melalui pendekatan
ini maka setiap intervensi yang diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) harus mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.
TANDA-TANDA PERSALINAN
KONTRAKSI (HIS)
Pembukaan serviks
1. Engagement
Masuknya kepala ke dalam PAP pada primigravida terjadi di bulan akhir kehamilan
sedangkan pada multigravida biasanya terjadi pada awal persalinan. kepala masuk ke
PAP biasanya sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya
kepala melintasi PAP dalam kuadran syinclitismus, yaitu arah sumbu kepala janin tegak
lurus dengan bidang PAP atau sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir/
tepat di antara simfisis dan promontorium, sehingga dari parietal depan dan belakang
sama tinggi.
Kepala yang dapat masuk dengan keadaan asyinclistismus yaitu arah sumbu kepala
janin miring dengan bidang PAP sutura sagitalis agak ke depan mendekati simfisis/agak
ke belakang mendekati promontorium. Asyinclistismus posterior yaitu bila suture
sagitalis mendekati simfisis dan dari parietal belakang lebih rendah dari parietal depan,
atau apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan PAP.
Asyinclistismus anterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga
parietal depan lebih rendah dari parietal belakang atau apabila arah sumbu kepala
membuat sudut lancip ke depan.
MEKANISME PERSALINAN
2. Penurunan Kepala
3. FLEKSI
Posisi dagu bayi menempel pada dada dan ubun-ubun kecil berada diposisi paling
rendah dari ubun-ubun besar. Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah
hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari
bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir :
diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm).
MEKANISME PERSALINAN
1) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin
dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi
belakang kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka
ubun ubun kecil memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis. Gerakan
ini adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir
yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi
bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati
Hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan
dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12.
2) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
· Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.
· Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang di sebelah
depan yaitu hiatus genitalis.
MEKANISME PERSALINAN
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian
kepala keluar mengikuti sumbu jalan lahir akibat ekstensi .
Restitusi atau putaran paksi luar adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir
hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran paksi
luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan gerakan kepala
MEKANISME PERSALINAN
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi bahu depan sampai di bawah sympysis dan menjadi hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya badan
anak lahir searah dengan paksi jalan lahir
5 Benang Merah dalam Persalinan
PENGERTIAN PMTCT
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi (BKKBN, 2007).
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother-to Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya
pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Layanan PMTCT
diintegrasikan dengan paket layanan KIA, KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan dalam strategi
Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) HIV-AIDS dan IMS.
STRATEGI PREVENTION OF MOTHER TO CHILD HIV TRANSMISSION
(PMTCT)
01 PRONG 1
Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif
Dengan konseling pranikah, mendapatkan informasi HIV dan AIDS, dan seks bebas.
02
Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif.
PRONG 2 Dengan mendapatkan layanan konseling dan tes HIV sukarela dan Pemakaian kontrasepsi
yang aman dan efektif
03 PRONG 3 Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke janin yang dikandungnya
04 PRONG 4
Pemberian dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi
dan keluarganya
STRATEGI PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Untuk menghindari penularan HIV, pemerintah dan berbagai Lembaga swadaya masyarakat menggunakan konsep “ABCD”, yaitu :
A (Abstinence), artinya Absen seks ataupun tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah
B (Be Faithful), artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan);
C (Condom), artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan Kondom.
D (Drug No), artinya Dilarang menggunakan narkoba.
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada Prong 1 yang merupakan pencegahan primer antara lain:
1. Menyebarluaskan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV-AIDS baik secara individu, maupun secara kelompok
2. Mobilisasi masyarakat
3. Layanan konseling dan tes HIV
4. Konseling untuk perempuan HIV negatif
STRATEGI PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Prong 2: Pencegahan Kehamilan yang Tidak Direncanakan pada Perempuan HIV Positif
Pada dasarnya perempuan dengan HIV positif tidak disarakan untuk hamil. Untuk itu perlu adanya layanan konseling dan tes HIV serta sarana
kontrasepsi yang aman dan efektif untuk pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Konseling yang berkualitas serta penggunaan alat
kontrasepsi yang aman dan efektif akan membantu perempuan HIV positif dalam melakukan hubungan seks yang aman, serta menghindari terjadinya
kehamilan yang tidak direncanakan. Ibu HIV positif akan yakin untuk tidak menambah jumlah anak karena mempertimbangkan risiko penularan pada
bayi yang dikandungnya.
Jika ibu HIV positif ingin menunda kehamilan, alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi jangka pendek (PIL, suntik) atau kontrasepsi
jangka panjang (IUD,implant) dan didampingi penggunaan kondom untuk mencegah terjadinya penularan infeksi HIV dan IMS. Dan jika
memutuskan tidakmempunyai anak lagi, dianjurkan kontrasepsi mantap/sterilisasi (tubektomi atau vasektomi) disertai penggunaan kondom.
Prong 3: Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil HIV Positif ke Anak
Strategi pencegahan penularan HIV pada ibu hamil yang telah terinfeksi HIV ini merupakan inti dari intervensi pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak. Bentuk-bentuk intervensi tersebut adalah :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang komprehensif
2. Layanan konseling dan tes HIV atas inisiatif petugas kesehatan
3. Pemberian terapi antiretroviral
4. Persalinan yang aman
5. Tatalaksana pemberian makanan terbaik bagi bayi dan anak
6. Mengatur kehamilan dan mengakhiri reproduksi
7. Pemberian ARV profilaksis pada anak
8. Pemeriksaan diagnostik pada anak
STRATEGI PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
Prong 4: Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial dan Perawatan kepada Ibu HIV Positif Beserta Anak dan Keluarganya
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak terhenti setelah ibu melahirkan. Ibu tersebut akan terus menjalani hidup dengan HIV di
tubuhnya, ia membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama karena si ibu akan menghadapi masalah
stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA. Sangat penting dijaga faktor kerahasiaan status HIV si ibu. Dukungan juga harus diberikan
kepada anak dan keluarganya
Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu HIV positif akan bersikap optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan ia akan
bertindak bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan anaknya. Dan berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya
ke orang lain. Informasi tentang adanya layanan dukungan psikososial untuk ODHA ini perlu diketahui oleh masyarakat luas, termasuk para
perempuan usia reproduktif. Diharapkan informasi ini bisa meningkatkan minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV untuk mengikuti konseling
dan tes HIV agar mengetahui status HIV mereka.
THANK YOU