Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

LINA YULIANA, S.KEP., M.KKK


Komunikasi
- Sender
- Information
- Receiver
Konsultasi/ partisipasi
-Individu
- Kelompok
Komunikasi:
1. Lisan
Langsung
Tidak Langsung
2. Tertulis
3. Non Verbal
Hasil manajemen risiko hrs diketahui oleh semua
pihak yang berkepentingan
Manajemen dan pekerja hrs diberikan informasi
mengenai bahaya dan risiko di bawah kendalinya
Pihak lain juga harus mendapatkan informasi
mengenai kegiatan perusahaan
Bukti manajemen menunjukkan komitmennya
terhadap K3
Komunikasi manajemen risiko

Ramli (2010) menjelaskan komunikasi K3 dapat


dibedakan atas:
Komunikasi manusia dengan manusia secara
langsung (kontak individu)
Komunikasi manusia dengan manusia melalui
Komunikasi manusia dengan alat kerja.
Proses pengoperasian peralatan dioperasikan oleh
manusia.
Informasi K3 yang perlu dikomunikasikan meliputi:
persyaratan eksternal atau peraturan perundangan-
undangan dan internal atau indikator kinerja K3;
izin kerja atau Permit To Work;
HIRARC
kegiatan pelatihan K3;
kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
pemantauan data;
hasil pengkajian kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja
identifikasi produk termasuk komposisinya;
informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
audit dan peninjauan ulang SMK3
 Vecchio-Sadus (2007) , bentuk komunikasi K3 :

 Kebijakan, visi, misi, dan rencana stategi K3.


 penjelasan proses K3 dan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan. Sedangkan strategi K3 dapat mengkomunikasikan tujuan
dan prioritas dari rencana bisnis perusahaan.

 Statistik K3.

 Safety Induction
informasi mengenai peraturan perusahaan, dan syarat untuk
memasuki area kerja, prosedur tanggap darurat, bahaya dan
pengendaliannya
 Risk Assessment
 Hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko harus
dikomunikasikan dapat bekerja lebih selamat.
 Checklist, dan SOP
 “Checking Tools” seperti inspection checklist atau pedoman kerja seperti
operation checklist untuk membantu mencegah terjadinya kesalahan dan
misscommunication, meningkatkan pelaporan bahaya, pengoperasian
peralatan yang lebih baik, dan untuk membantu menentukan keputusan dalam
pengoperasian alat.
 Standart Operating Procedures (SOP) membantu dalam mengkomunikasikan
standar untuk bekerja sesuai prosedur
Hazards, Incidents, dan Near Miss
 Hazard Communication System (HCS) mencakup mengkomunikasikan bahaya
yang ada dalam kegiatan di perusahaan dengan menggunakan akses informasi,
MSDS, labeling, training, dan penyediaan APD.
 Brosur, Poster, dan Video
 Pekerja dapat lebih tertarik untuk memahami setiap informasi K3 yang ada di perusahaan
dengan menggunakan media tersebut.
 Safety Week
 Safety week dapat dijadikan wadah untuk mempromosikan K3 dan sebagai wujud dari
komitmen manajemen untuk menerapkan K3 secara konsisten. Misalnya safety promotion,
simulasi keadaan darurat, safety talk, kompetisi tentang K3, dan lain sebagainya.
 Public Report
 Beberapa perusahaan membuat public report untuk mengkomunikasikan aktivitas dan
performance dari perusahaan yang menjadi wujud dari komitmen manajemen tentang
pelaksanaan K3, risk management, serta penghargaan yang diterima perusahaan terkait
pelaksanaan K3.

Konferensi K3
 Konferensi K3 digunakan untuk mendiskusikan informasi K3 dengan perusahaan lainnya.
Kegiatannya dapat berupa forum meeting dengan para praktisi K3 dan manajer untuk
membahas isu-isu terkait K3.
 Pelatihan
 Pelatihan perlu dilakukan pada setiap pekerja sesuai dengan kebutuhannya dan
pekerjaaannya. Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan knowledge, skill,
dan attitude sehingga harus dirancang sesuai atau spesifik dengan kebutuhan
masing-masing pekerja.
 Website K3
 Melalui media website, informasi dapat disampaikan secara efektif dan dapat
di perbaharui secara rutin.
Komunikasi manajemen risiko

Dapat berupa edaran, petunjuk praktis, forum


komunikasi, buku panduan, atau pedoman kerja
Komunikasi harus disesuaikan dengan tingkatan
pekerja
Partisipasi

Partisipasi secara aktif untuk pengembangan dan


penerpan manajemen risiko yang efektif
Bentuk konsultasi/ partisipasi:
1. Membentuk tim manajemen risiko
tim →tugas dan tanggungjawab dalam
mengembangkan dan menerapkan manrisk di
organisasi secara terencana dan terpadu
tim disusun berdasarkan kompetensi yang mewakili
semua unsur
Hal terkait partisipasi/ konsultasi:
1. Pilihan dalam pengendalian risiko
2. Rekomendasi peningkatan kinerja
3. Perubahan manajemen yang ada di tempat kerja
2. Tim identifikasi bahaya
Tim khusus identifikasi bahaya di seluruh area kegiatan,
misalny tim Hazops, JSA, dll
Partisipasi tenaga kerja dalam K3 dapat melalui
berbagai cara misalnya:
 Memberikan masukan mengenai adanya kondisi berbahaya di
lingkungan masing-masing.
 Menjalankan dan melaksanakan kegiatan dengan cara yang
aman menurut prosedur kerja aman yang telah ditetapkan.
 Terlibat aktif dalam kegiatan K3 atau program lain yang
berkaitan dengan K3, misalnya sebagai anggota P2K3, komite
penyelidikan kecelakaan, tim tanggap darurat, dan sebagainya.
 Memberikan masukan dalam penyusunan prosedur, standar
dan cara kerja aman.

Anda mungkin juga menyukai