Anda di halaman 1dari 45

KELOMPOK 3

EVAKUASI MEDIS AIR


Pengertian
Pertolongan atau penyelamatan serta cara melakukan evakuasi korban.

Pencegahan kedaruratan di air


• Papan peringatan didaerah berbahaya. Contoh : papan kedalaman kolam (depth), arus
atau gelombang (waves), binatang buas, dsb.
• Menyiapkan alat bantu apung diperairan.
• Mengetahui prosedur yang akan dilakukan pada keadaan darurat di air (standart
operation procedure).
• Menggunakan life jacket.
• Memperhatikan kondisi cuaca dan ramalan cuaca
• Kesiapsiagaan penyelamat

Isyarat darurat
Isyarat dapat diberikan dengan menggunakan peluit dengan cara:
• 1 kali tiupan peluit hentikan aktivitas dan perhatikan asal suara untuk intruksi selanjutnya.
• 2 kali tiupan peluit lanjutkan aktivitas.
• 3 kali tiupan peluit tanda bahaya! Segera tinggalkan lokasi secepatnya.
Prinsip menghadapi kedaruratan di air

Ketika mengetahui atau mendengar adanya


keadaan darurat dan terdapat korban di 01 Beri pertolongan bila mampu dan bawa
ke tempat yang aman.
dalam air, maka segera lakukan :

Mempertahankan jalan napas korban. 02 03 Lapor ke penanggung


jawab lokasi/aparat
setempat.

Hal yang perlu diperhatikan dimedia perairan

Banyak orang berkumpul di pinggir jembatan, sungai, dermaga, kolam, dll.


Orang lanjut usia dan anak kecil yang perlu pengawasan ekstra.
Orang yang terlalu gemuk.
Orang yang mabuk atau terpengaruh narkotika.
Orang yang belum mahir berenang dengan atau tanpa alat.
Teknik pembacaan riam atau arus
Main flow, aliran utama dimana arus paling cepat yang berada di
permukaan air. Arus ini aman untuk dilalui tapi perlu diingat main flow
dapat kuat akibat jumlah air yang banyak.

Gelombang tegak (standing wave), karena adanya penurunan


permukaan dasar tanpa adanya rintangan/tonjolan batu yang
menyembul di permukaan

Lidah air, terjadi karena adanya dua buah


rintangan berupa batu atau lubang, aman untuk
dilalui

Gelombang balik (reversal), ini terjadi karena adanya


penurunan di dasar air secara ekstrim, merupakan arus yang
harus dihindari

Banjir merupakan bencana yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi karena besarnya volume air
yang mengalir dan rintangan yang ada di dalamnya. Arus air akan terjadi bila:
- Turunan jalan
- Air yang mengalir dari lorong-lorong dapat merubah arus air
- Sampah-sampah yang hanyut
Faktor lingkungan yang diperhatikan
a. Lingkungan air berupa sifat & karakter air, tinggi
permukaan selalu sama, merupakan konduktor panas
yang baik, mampu memantulkan membelokkan dan
memecah sinar.
b. Arus dan gelombang ada tiga macam gelombang yang
ada di laut :
• Spilling : gelombang yang aman untuk berenang
• Plunging : gelombang yang dapat mencederai orang
• Surging : gelombang yang dapat menarik korban masuk
ke gelombang tersebut
TRIASE
• Definisi Triase
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi. Triase dapat dilakukan di dalam rumah sakit maupun di lapangan. Triase digunakan dalam kegawatan sehari-hari dan dapat die
skalasikan untuk musibah masal dan bencana. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba di tempat kejadian dan ti
ndakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah.

• Prioritas Korban
Prioritas 1: korban kritis akibat cedera atau penyakit yang mengancam nyawa seperti korban dengan gangguan pernapasan, perdarahan be
sar belum terkendali & penurunan status mental.
• Contoh: sumbatan jalan nafas, luka tusuk dada, syok, perdarahan pembuluh nadi, luka bakar yang luas
• - Prioritas 2: korban yang membutuhkan pertolongan seperti korban luka bakar tanpa gangguan napas, cedera alat gerak & spinal.
• Contoh: luka bakar sedang, patah pada tulang besar, trauma dada/perut, luka robek yang luas, trauma bola mata.
• - Prioritas 3: korban yang pertolongannya dapat ditunda seperti korban cedera yang masih bisa jalan (walking wounded)
• Contoh: luka memar dan luka robek ringan, luka bakar ringan (kecuali pada muka dan tangan)
• - Prioritas 4: korban meninggal atau mengalami cedera yang mematikan(harapan hidup kecil)
• Contoh: henti jantung kritis, trauma kritis, radiasi tinggi
Macam-macam korban
a. Perenang yang kelelahan Korban akan berusaha untuk menjaga kepalanya tetap berada di atas dengan gerakan dasar renang. Tanda-tanda:
• Berusaha meminta bantuan
• Terlihat panik
• Kayuhan tangan/kaki lemah dan masih dapat mengapung
• Posisi tubuh tergantung kondisi
• Terdapat sedikit perubahan arah gerakan atau diam di tempat

b. Korban terluka Korban yang merasakan kram atau luka lainnya ketika berenang. Tanda-tanda:
• Berteriak meminta bantuan
• Berusaha memegang bagian yang sakit/ injury
• Terlihat kesakitan
c. Non-swimmer Korban tidak dapat berenang dan berusaha untuk menjaga kepala agar tetap di atas. Tanda-tanda:
• Tidak dapat berteriak meminta pertolongan dan nafas terengah-engah
• Gerakan tubuh tidak beraturan
• Posisi tubuh vertikal
• Hanya dapat bertahan selama 20-60 detik kemudian tenggelam
• Tidak dapat mengikuti perintah/komunikasi.
d. Korban tenggelam tidak sadarkan diri Korban sudah tidak sadarkan diri. Tanda-tanda:
• Korban tidak bernafas
• Posisi tubuh (terutama wajah) telungkup di dalam air
Cara masuk ke air
a. Slide in entry Digunakan jika kedalaman perairan tidak diketahui. Cara
yang paling aman:
• Buat posisi seaman mungkin di tepi air dan masukkan salah satu kaki
• Rasakan pijakan kaki apakah berbahaya atau tidak
• Jatuhkan badan dan tahan berat badan dengan tangan
b. Step-in entry Dapat digunakan jika air jernih, kedalaman dapat diketahui
dan tidak ada benda berbahaya di dalam air.
• Lihatlah tujuan air
• Melangkah dengan hati-hati
• Ketika masuk air, pastikan lutut menekuk atau kaki menyentuk bokong
c. Compact Jump Entry Digunakan untuk mencapai kedalaman lebih dari
satu meter
• Letakkan kedua tangan menyilang pada dada
• Melangkah pada tepian air dengan satu kaki, dan kaki yang lain mengikuti
dengan bentuk lurus.
Kemampuan penyelematan di air
Seorang penyelamat di dalam air harus mempunyai kemampuan untuk:
a. Berenang dengan 5 gaya, antara lain :
• Gaya bebas kepala rata dengan permukaan
• Gaya dada
• Gaya gunting
• Gaya punggung
• Gaya bebas kepala di atas permukaan
b. Mengendalikan perahu karet dan bermesin
c. Metode dan teknik pertolongan di air.
d. Medical first responder tingkat dasar.
e. Memahami sistem penanganan keadaan darurat.
f. Menguasai pembuatan simpul :
• Clove hitch knot
• Fisherman knots Prinsip penyelamatan di air
a. Perhitungan/pertimbangan
b. Pengetahuan
c. Keterampilan
d. Kemampuan fisik
e. Berenang menuju korban merupakan pilihan terakhir 1
Metode pertolongan di air
Metode pertolongan di air adalah tindakan efektif yang diambil oleh tim penyelamat ketika menghadapi kecelakaan di air.
Terdapat 5 metode yaitu R -T -R – G – T :
• Reach , Penolong berada di darat/pinggir dengan cara meraih/menjangkau korban d engan atau tanpa.
• Throw , Penolong melemparkan alat/benda yang mengapung ke arah korban dari darat/pinggir. Korban berada pada posisi dimana tidak
dapat dijangkau.
• Row, Penolong mendekati korban dengan alat (perahu, kano, dsb) kemudian menggunakan metode reach/throw .
• Go, Penolong berenang mendekati korban dengan membawa alat bantu apung dan akan berenang kembali ke pinggir/darat bersama
dengan korban.
• Tow/Carry, Dapat dilakukan dengan (tow) atau tanpa (carry) menggunakan alat. Paling beresiko bagi penolong.
Metode yang dapat digunakan ketika membawa korban
tanpa menggunakan alat:
a. Cross-chest tow Merupakan cara yang terbaik untuk korban
yang panik, karena penolong dapat mengkontrol korban dan
korban merasa aman. Penolong dapat menggunakan salah satu
atau kedua tanganya untuk menyilang dari bahu sampai dada
korban; dan bahu korban diapit di ketiak penolong.
b. Close chin tow Metode ini memberikan kesempatan
penolong untuk membantu tubuh korban agar tidak terlalu
tenggelam. Penolong dapat melakukan monitor dan
memberikan kontrol yang lebih kepada korban. Penolong dapat
mengunakan salah satu atau kedua tangannya untuk menyilang
dari ketiak menuju dagu korban; kemudian kepala korban di
taruh di bahu penolong sehingga kepala korban tetap berada di
permukaan.
c. Wrist tow Dapat digunakan untuk korban yang tidak
sadarkan diri. Penolong memegang pergelangan tangan korban
(seperti berjabat tangan), kemudian putar pergelangan
penolong (sehingga posisi jempol berada diatas permukaan)
sehingga korban ikut berputar.
d. Armpit tow Dapat digunakan untuk korban yang tidak
sadarkan diri. Penolong dapat mengunakan salah satu atau
kedua tanganya untuk memegang ketiak korban.
Jika korban berusaha untuk melawan dan tidak kooperatif sehingga membahayakan penolong dan korban,
dapat digunakan teknik defend & relase. Metode defend & release yang dapat digunakan yaitu:

Block
Penolong dapat mendorong atau
Wrist -Grip Escape
menendang tubuh korban agar menjauh.
Buatlah korban berada di bawah air,
kemudian dorong bahu korban ke air
dan tendang korban sehingga
penolong bisa bebas.

Front Head -Hold Escape


Ambil nafas dalam dan tempelkan dagu ke
dada. Satukan kedua tangan di atas kepala
(sebanyak tiga kali) untuk membuat korban
berada di bawah air kemudian lepaskan
tangan korban dari leher pen olong sehingga
penolong bisa bebas.
Alat-alat keselamatan air
Untuk menghindari bahaya perairan seseorang perlu
menggunakan alat keselamatan air antara lain:
• Pelampung/ life jacket
• Alat -alat ORAD (olahraga air deras)
• Alat -alat navigasi
• Alat -alat water rescue (buoy, throwing bag, perahu
karet , rescue tube , dll)
• PFD (Personal Floating Device) mengacu pada standar
SOLAS (Safety Of Life at Sea) . Terdapat beberapa tipe
PFD yaitu tipe I PFD , tipe II PFD , tipe III PFD , tipe IV
PFD, dan tipe V PFD.
Self rescue
Merupakan usaha untuk mempertahankan diri dengan sarana yang
ada di sekitarnya hingga bantuan datang. Syarat ketika melakukan
self rescue adalah tekad dan semangat untuk bertahan. Sedangkan
faktor penentu dilakukannya self rescue adalah adanya sarana untuk
bertahan, seperti:
• Bisa dengan life jacket ,
• Tanpa Life Jacket (Survival Sculling) yaitu dengan menggunakan posisi
HELP atau posisi HUDDLE, dan manajemen Kram.

• Dengan life jacket


a. Pertahankan wajah tetap di permukaan air
b. Jika terdapat perahu terbalik atau batang kayu, segera naik ke atasnya sehingga tubuh keluar dari air
c. Tetap gunakan pakaian khususnya topi (heat conservation ).
• Tanpa life jacket
a. Cari benda yg dapat dimanfaat sebagai pelampung darurat, misal : kayu, jerigen, botol, celana panjang.
b. Keluarkan sebanyak mungkin bagian tubuh dari air
c. Pertahankan pakaian khususnya topi
d. Kurangi bergerak
e. Berenang jika tempat tujuan dekat
Faktor yang mempengaruhi survival korban
• Usia
• Posisi dalam air
• Volume paru -paru
• Penggunaan PFD
• Suhu air
• Mammalian diving reflex
• Lokasi korban juga bisa diklasifikasikan ke dalam air tenang, dan air bergerak (deep holes, eddies
downstream of large objects, dan strainers).
Medical emergency in drowning
Sebenarnya jika seseorang tenggelam, akan ada refleks laryngospasme (konstriksi pita suara) yang menyebabkan laring
tertutup sehingga mencegah cairan masuk ke paru. Namun, refleks ini hanya bertahan beberapa detik saja. Jika refleks
tersebut hilang, tenggelam akan menyebabkan paru terisi cairan terjadi arterial hipoksia (tidak ada oksigen yang masuk ke
arteri) tidak ada oksigen yang masuk organ vital terjadi cerebral hipoksia karena otak tidak mendapatkan oksigen terjadi
ischaemic brain injury. Manajemen tenggelam di air apapun tetap sama. Perbedaannya hanyalah: kalau tenggelam di air
dingin (<43°F atau <6°C) dan pasien hipotermia, jangan buru-buru hentikan CPR. Normalnya apabila kita sudah melakukan
CPR selama 30 menit tetapi tidak ada Return Of Spontaneous Circulation (ROSC), kita boleh berhenti melakukan CPR. Akan
tetapi, pada pasien hipotermi jangan berhenti sampai 30 menit saja, lanjutkan CPR karena korban masih ada kemungkinan
hidup.
Faktor risiko terjadinya tenggelam
a. Pada infant dan anak-anak
• Kurangnya pengawasan orang dewasa
• Kolam yang kurang aman
• Kurangnya alat-alat penyelamatan air
• Kekerasan terhadap bayi dan anak-anak
b. Pada orang dewasa
• Konsumsi alcohol
• Tidak bisa berenang
• Memiliki riwayat penyakit emergency seperti penyakit jantung,stroke,kejang
• Kelelahan saat berenang
• Kecelakaan saat menyelam, rafting, atau kegiatan di air lainnya.
Tanda-tanda tenggelam
a. Urutan terjadinya tenggelam
• Perenang kesulitan untuk mengangkat kepala di atas air
• Perenang akan berusaha menahan napas di air
• Tapi kemudian air masuk lewat upper airway,terjadi laryngeal spasme
• Terjadi relaksasi spasme lalu air masuk ke bronkus dan paru-paru (80% kasus)
• Kurangnya perfusi oksigen ke otak dan terjadi instabilitas hemodinamika
• Kerusakan permanen otak terjadi bila otak kekurangan oksigen lebih dari 6 menit
b. Tanda korban tenggelam
• Quiet, lethargy, unresponsive floating on the water
• Dalam banyak kasus, kepala korban terangkat di permukaan air dengan mulut terbuka dan korban sering
ditemukan tertelungkup di permukaan air
• Mata melebar dan terlihat panik
• Korban mencoba berenang namun dengan gerakan yang tidak teratur
Tipe-tipe tenggelam
a. Dry drowning
Adanya laryngeal spasm yang menahan masuknya air ke bronkus
dan paru-paru korban
b. Wet drowning
Adanya laryngeal spasm, namun terjadi relaksasi spasme sehingga
air masuk ke upper airway lalu masuk ke bronkus dan paru-paru

Prioritas penyelamatan korban tenggelam


a. Selamatkan korban tak sadar yang pulsasi carotisnya masih teraba
b. Selamatkan korban sadar yang kooperatif
c. Selamatkan korban sadar yang nonkooperatif setelah korban tersebut
tenang
Managemen korban tenggelam
a. Pindahkan korban secepatnya (metode RTRGT/carry), perhatikan safety, panggil bantuan
b. Bila insidensi minor biasanya pasien hanya batuk-batuk dan pernapasan mulai normal kembali
c. Bila insiden mayor, cek kondisi korban, bila perlu dilakukan resusitasi lakukan
d. Kepala dan badan korban sejajar untuk menghindari regurgitasi dan jangan membalikkan korban ke samping kecuali bila
ada gangguan jalan napas
e. Nilai jalan napas, bila ada obstruksi, balikkan korban ke samping untuk membersihkan jalan napasnya
f. Bila korban sudah bisa bernapas normal, biarkan dalam posisi miring, kecuali bila pasien tidak bernapas normal dan
harus dilakukan resusitasi
g. Lakukan resusitasi dengan benar (5x initial breathing,CPR) tanpa interupsi atau gangguan
h. Jangan menekan perut korban untuk mengeluarkan air atau melakukan drainase cairan saat proses resusitasi
i. Reassess dan monitor korban bila resusitasi sudah berhasil dilakukan
Komplikasi korban tenggelam
a. Acute respiratory distress syndrome
b. Pneumonia
c. Spinal injury
d. Organ injuries
Prognosis korban tenggelam
e. Kalo korban sadar dan memiliki orientasi baik, prognosis baik
f. Bila korban yang sudah berkurang kesadarannya atau sudah tidak sadar prognosis tergantung dari lama
korban di air dan seberapa cepat pertolongan air dilakukan
g. Semakin muda dan sehat korban, semakin baik prognosis korban
h. Semakin jernih air, prognosis semakin baik
Evakuasi Kegawatdaruratan pada Penyelam

• Simulasi kasus :
Prajurit penyelam sedang melaksanakan giat penyelaman yai
tu menyambung pipa bawah air dengan kedalaman 25 Meter. K
urang lebih 2 jam menyelam salah seorang penyelam muncul
kepermukaan dengan kondisi tengkurap tidak ada pergerakan
dan peralatan selam masih terpasang, beberapa saat kemudi
an muncullah penyelam 2 yang langsung mendekat kepada kor
ban dan langsung memberikan pertolongan, sambil melambaik
an tangan yang mengisyaratkan membutuhkan bantuan.
• Penanganan Kegawatdaruratan Penyelam :
1. Pemeriksaan pada korban ( Tanda vital, pernapasan, kesadaran dll)
2. 5 Menit pertolongan tim SAR menggunakan perahu karet turun ke air melakukan evakuasi korban te
nggelam lalu dinaikkan ke atas perahu tersebut.
3. Apabila korban henti napas dan henti jantung maka tim kesehatan melapor kondisi korban kepada d
okter yang ada di darat sambil tetap melakukan RJP 2 siklus sampai timbul napas spontan dan deny
ut nadi teraba.
4. Korban dinaikkan ke darat,kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah.
5. Dokter meminta memasang infus RL Grojok.
6. Berikan infus dengan dua kantung pertama sampai korban sadar atau pulih, namun apabila korban
masih merasa gelisah dan tanggung berikan cairan sampai korban mulai stabil.
7. Tim kesehatan mengecek kembali keadaan korban.
8. Ditemukkan kaki tidak bisa digerakkan dan kebal maka didiagnosis DCS Tipe 2.
9.Dokter memerintahkan ambulance Chamber untuk menyiapkan terapi HBO dengan tabel 6 US Navy.
10. Apabila keterbatasan sarana, maka segera rujuk dengan cepat ke tempat fasilitas lengkap untuk pe
nanganan lebih lanjut.
Evakuasi Kegawatdaruratan pada Kapal

-> Cara meninggalkan kapal dalam keadaan darurat :


1.Meninggalkan kapal dilaksanakan segera setelah ada perintah dari Nakhoda secara
verbal order ( perintah langsung yang diucapkan secara lisan oleh Nakhoda.
2.Memakai pakaian setebal mungkin dan memakai lifejacket secara benar.
3.Memakai Immersion suit, jika suhu perairannya kurang dari 600 C.
4.Naik ke sekoci penolong / lifecraft yang sudah dipersiapkan oleh crew untuk diluncurkan
ke air.
5.  Setelah sekoci dan rakit-rakit penolong berada di air, maka segera jauhkan dari kapal
pada jarak yang aman.
• Tugas-tugas Awak Kapal terhadap penumpang pada waktu kea
daan darurat, adalah :
1.Memberi peringatan kepada para penumpang.
2.Mengevakuasi para penumpang ke Muster Station / tempat-te
mpat yang aman yang ada di atas kapal.
3.Memperhatikan pemakaian lifejacket yang dilakukan oleh para
penumpang.
4.Menenangkan orang-orang yang panic.
5.Mengendalika gerakan-gerakan para penumpang.
• Pertimbangan-pertimbangan Nakhoda untuk memutuskan Abondonship adalah
:

1.Keselamatan jiwa manusiaAbandonship diputuskan, bila bertahan di kapal justru


akan membahayakan keselamatan jiwa manusia / pelayar.
2.Tingkat kerusakan kapalKapal mengalami kerusakan yang sangat parah sehingga
dapat membahayakan keselamatan jiwa manusia dan harta benda yang ada di atas
kapal dan lingkungan dimana kapal berada, seperti : lambung kapal bocor, dimana
kekuatan pompa tidak sebanding dengan masuknya air ke dalam ruangan kapal.
3.Kesiapan crew dan peralatanAbandonship diputuskan, bila crew telah siap melak
sanakan tugas-tugasnya dan peralatan keselamatan di air telah siap.
4.Pengambilan keputusanAbandonship diputuskan setelah upaya-upaya / usaha-u
saha penyelamatan kapal dari keadaan darurat gagal dilaksanakan, sehingga aband
onship merupakan tindakan terakhir untuk usaha penyelamatan jiwa manusia dan
harta benda yang ada di atas kapal serta lingkungan dimana kapal berada.
• Bila Kapal harus ditinggalkan pada saat mengalami keadaan dar
urat (Isyarat yang digunakan) :

Isyarat bahayanya adalah VERBAL ORDER BY MASTER ( perintah l


angsung yang diucapkan secara lisan oleh Nakhoda dari kapal yan
g bersangkutan )

-> Contoh :Perhatian, perhatian, perhatian.Saya Capt. ARFAN DIK


A, nakhoda dari kapal ini memerintahkan kepada semua crew da
n semua penumpang untuk meninggalkan kapal sekarang juga.
• Cara membimbing Penumpang agar tidak panik dalam menuju k
e Muster Station :

1.Usahakan aliran orang-orang di Escape Route berjalan dengan la


ncar dengan tindakan-tindakan : anak-anak didahulukan, kemudia
n perempuan-perempuan, selanjutnya para penumpang lainnya da
n yang terakhir adalah disable person.
2.Mengatur ketertiban mereka pada waktu di tangga-tangga.
3.Mengusahakan bahwa Route Escape bebas dari rintangan-rintan
gan.
4.Mengevakuasi disable person yang memerlukan pertolongan kh
usus.
• Tata cara khusus dalam prosedur darurat untuk mengumpulkan
ABK dan Penumpang di Muster Station di atas kapal penumpan
g:
1.Bunyikan alarm / signal bahaya ( . . . . . . . - ) secara terus mener
us dengan suling kapal, alarm dan genta kapal.
2.Perintahlah para ABK dan para penumpang kapal untuk segera
berkumpul di Muster Station secara langsung menggunakan PA
3.Kurangi / cegahlah rasa panic yang dialami oleh ABK maupun p
ara penumpang.
4.Gunakanlah dafdar penumpang untuk evakuasi para penumpan
g yang telah dinaikkan ke alat-alat keselamatan di air.
5.Yakinlah bahwa para penumpang dan ABK telah memakai life jac
ket secara benar.
6.Laksanakan kontrol terhadap para penumpang dalam koridornya
, tangga-tangga dan gang-gang, sehingga mereka semuanya dapat
menuju ke station kumpul dengan teratur tertib, aman dan benar.
7.Mengusahakan agar Escape Route bebas dari rintangan-rintanga
n.
8.Lakukan evakuasi terhadap disable person yang memerlukan per
tolongan khusus.
9.Mengkordinir pencarian orang-orang yang tertinggal di ruang-ru
ang akomodasi penumpang.
• Tata cara khusus dalam prosedur darurat untuk memberikan perintah
kepada para penumpang dalam situasi keadaan darurat :
1.Si pemberi perintah harus berpakaian menyolok dan berdiri ditempat
yang lebih tinggi dari pada penumpang.
2.Gunakan Microphone / megaphone / PA / Loud Speaker bila hal ini di
mungkinkan.
3.Gunakan lampu senter / tongkat kecil untuk menarik perhatian para p
enumpang.
4.Tampilkan diri dengan percaya diri yang tinggi dengan cara sebut nama
dan jabatan sebelum memberikan perintah, berbicara dengan wibawa, k
eras dan jelas ( tidak tergesa-gesa ), menggunakan gaya kepemimpinan
Autocratic, Detactorial, atau directive ( gaya kepemimpinan memaksa ).
• Tata cara khusus dalam prosedur darurat untuk mengurangi rasa panik yang diala
mi oleh para penumpang pada saat terjadi keadaan darurat di atas kapal penum
pang :
1.Setibanya di tempat para penumpang, informasikan kepada mereka apa yang sed
ang terjadi dan tindakan-tindakan yang sedang dilakukan dan meminta kesabaran
dari mereka serta pimpin doa bersama.
2.Tampilkan diri dengan penuh keyakinan diri sehingga para penumpang akan mem
percayaimu.
3.Terapkan gaya kepemimpinan yang tegas agar supaya tidak timbul desas-desus di
kalangan mereka yang berasal dari mereka sendiri yang justru akan menambah kep
anikan.
4.Kerjakan tugas sesuai dengan Muster List.
5.Umumkan / bantulah bila ada Group famili yang terpisah.
6.Jangan terlalu agresif dalam menenangkan orang yang panik.
• Prosedur meninggalkan kapal (Abandonship) :
1.Bunyikan isyarat 7 kali tiup pendek 1 kali tiup panjang menggunakan isyar
at-isyarat kabut seperti suling, genta untuk mengumpulkan semua orang ya
ng berada diatas kapal.
2.Pastikan bahwa semua orang telah melakukan persiapan perseorangan se
perti memakai pakaian tebal, membawa perlengkapan pribadi, obat-obata
n, penutup luka tubuh, dan segera mungkin menuju ke Muster Station.
3.Gunakan crew list / passanger list untuk mendata jumlah crew atau jumla
h penumpang.
4.Nakhoda memberi perintah secara verbal order yaitu perintah yang diuca
pkan secara langsung oleh nakhoda tanpa perantara orang lain.
5.Crew kapal melaksanakan tugas-tugasnya sesuai yang terdapat dalam Mu
ster List.
6.      Usahakan semua orang meninggalkan kapal kapal dalam keadaan berpakaia
n kering, dengan cara :

a.Menaikkan orang-orang ke sekoci-sekoci penolong dan alat-alat keselamatan di


air yang lainnya ( LSA ). Pada waktu menaikkan orang-orang ke sekoci penolong p
erhatikan keselamatannya, seperti :
✓ Usahakan semua orang kebagian tempat duduk dalam sekoci.
✓ Awasi agar lengan tangan tidak keluar dari lambung sekoci penolong.
✓ Menaikkan orang-orang ke sekoci penolong melalui dek embarkasi
(anak-anak didahulukan, perempuan-perempuan, penumpang yang lainnya, dan
disable persons)

b.bila tidak bias dilaksanakan terjunkanlah mereka langsung ke laut dari tempat-t
empat yang paling rendah ( bila masih ada tempat yang lebih rendah )
7.Pakailah Immersion Suit
8.Setelah berada di air, alat-alat penolong dan orang-orang segera
menjauhkan diri dari kapal pada jarak yang cukup aman supaya tid
ak terhisap dan usahakan orang-orang dan alat-alat keselamatan it
u bergerombol untuk memudahkan evakuasi.
• Persiapan Nakhoda sebelum melakukan Abandonship adalah :

1. Mempersiapkan alat-alat keselamatan di air yang nantinya aka


n dipergunakan.
2.Mempersiapkan crew kapal untuk abandonship.
3.Mempersiapkan isyarat-isyarat bahaya.
4.Mengumpulkan semua orang yang ada di atas kapal di Muster
Station dan memperhatikan pemakaian life jacket.
5.Melengkapi alat-alat keselamatan di air dengan perbekalan yan
g cukup.
• Bila sebagai Komandan Survival Craft/ ABK Kapal mendengar perintah lisan langsung yan
g disampaikan eh Nakhoda untuk meninggalkan Kapal, maka tindakan-tindakan yang har
us dilakukan adalah :
1.Mengusahakan agar semua ABK dan penumpang meninggalkan kapal dengan cara berpa
kaian kering, jika hal itu dapat dilaksanakan dengan cara menaikkan mereka ke sekoci-seko
ci penolong / rakit-rakit penolong yang telah disiapkan.
2.Menerjunkan mereka langsung ke laut dari tempat yang serendah mungkin yang ada di a
tas kapal bila tindakan pada no.1 tidak dapat dilaksanakan.
3.Pada waktu menaikkan / mengevakuasi para penumpang ke sekoci-sekoci penolong / raki
t-rakit penolong :
a.Mengawasi keselamatan mereka, usahakan lengan dan tangan mereka tidak keluar dari l
ambung sekoci dan usahakan semua kebagian tempat duduk.
b.Dulukan anak-anak kemudian perempuan-perempuan kemudian para penumpang lainny
a dan terakhir kalinya disable persons.
4.Bila sekocinya sekoci bermotor, maka segeralah mesinnya dihidupkan.
5.Sebelum sekoci penolong diturunkan, maka awasilah area yang ada dibawahnya apakah
ada rintangan atau tidak.
6.Jika permukaan lautnya terbakar, maka Water Spray dan air support
system segera dihidupkan dan pintu-pintu / jendela-jendela di tutup. (
Bila dilengkapi dengan totally enclosed life boat ).
7.Mengusahakan sekoci-sekoci penolong / rakit-rakit penolong / oran
g-orang bergerombol di laut untuk memudahkan pencarian dan pertol
ongan dan menambah semangat hidup di antara mereka.
8.Menginstruksikan kepada mereka untuk berenang menggunakan gay
a punggung pada saat berenang menjauhkan diri dari kapal.
• Tempat berkumpul dalam keadaan darurat (Emergency Stations) :
Sijiil darurat di kapal perlu digantungkan di tempat yang strategis,sesu
ai,mudah dicapai,mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelay
ar dan memberikan rincian prosedur dalam keadaan darurat,seperti:
✓ Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan dar
urat oleh setiap anak buah kapal.Sijil darurat selain menunjukkan tug
as-tugas khusus, juga tempat berkumpul (kemana setiap ABK harus p
ergi).
✓ Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yan
g ditetapkan oleh pemerintah. Sebelum kapal berangkat, sijil darurat
harus sudah dibuat, dan salinannya digantungkan di beberapa tempat
yang strategis di kapal, terutama di ruang ABK.
✓ Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan b
agi setiap ABK, misalnya:
a. Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lobang-lo
bang pembuangan air di kapal dll. Perlengkapan sekoci penolong ter
masuk perangkat radio jinjing maupun perlengkapan lainnya.
b. Menurunkan sekoci penolong.
c. Persiapan umum alat-alat penolong/penyelamat lainnya.
d. Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.
e. Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran.
✓ Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang
dikerjakan oleh anak buah kapal bagian CD (koki, pelayan dll), seperti:
a. Memberikan peringatan kepada penumpang.
b. Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka se
cara semestinya atau tidak.
c. Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat.
d. Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunj
uk di gang-gang atau di tangga.
e. Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa ke sekoci / ra
kit penolong.
✓ Dalam suatu hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat mem
berikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan pada waktu terjadi kebaka
ran, serta tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan dalam hubungan denga
n operasi pemadaman, peralatan-peralatan dan instalasi pemadam kebakaran
di kapal.
-> Semboyan Kegawatdaruratan :
a. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan panggil
an bagi ABK untuk berkumpul di sekoci penolong mereka masing-masing, di rak
it penolong atau di tempat berkumpul untuk memadamkan kebakaran. Sembo
yan-semboyan tersebut dapat diberikan dengan menggunakan suling kapal ata
u sirine, kecuali di kapal penumpang untuk pelayaran Internasional jarak pende
k dan di kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45.7 m), yang har
us dilengkapi dengan semboyan-semboyan yang dijalankan secara elektronis. S
emua semboyan ini dibunyikan dari anjungan.
b. Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiup pendek yang dii
kuti dengan 1 tiup panjang dengan menggunakan suling kapal atau sirine dan sebagai tambahan se
mboyan ini, boleh dilengkapi dengan bunyi bel atau gong secara terus menerus

c. (........---------). Jika semboyan ini berbunyi, berarti semua orang di atas kapal harus mengenakan p
akaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat darui'at mereka. ABK melakukan tugas mere
ka sesuai dengan apa yang tertera di dalam sijil darurat dan selanjutnya menunggu perintah. Setiap
jurumudi dan anak buah sekoci, menuju kesekoci dan mengerjakan :
- Membuka tutup sekoci, dilipat dan masukkan ke dalam sekoci (sekoci-sekqci kapal modern sekara
ng ini sudah tidak memakai tutup lagi tetapi dibiarkan terbuka)
- 2 Orang di dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk memasang tali penahan sekoci y
ang berpasak (cakil) dan seorang yang dibelakang untuk memasang prop sekoci.
- Tali penahan yang berpasak tersebut dipasang sejauh mungkin ke depan tetapi sebelah dalam da
ri lopor sekoci dan di sebelah luar tali-tali lainnya, lalu dikencangkan.
- Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai baju renang dengan benar.
- Memeriksaya siap menunggu perintah.
Alat Bantu Evakuasi

• EPIRB atau Emergency Position Indicating Radio Beacon. Alat yang ada di kapa
l laut ini berfungsi mirip Underwater Locator Beacon (ULB) yang ada di kotak h
itam di pesawat terbang. Sama-sama mengirimkan sinyal bila kapal atau pesa
wat mengalami keadaan darurat atau kecelakaan.
• EPIRB merupakan salah satu alat keselamatan kapal berdasarkan aturan inter
nasional GMDSS (Global Marine Distress Safety System) yang dikeluarkan oleh
IMO (International Maritime Organization). Semua kapal harus memiliki alat in
i selain radio transponder, navigasi telex dan alat keselamatan kapal lainnya.D
alam bentuk yang lain EPIRB bernama ELT (Emergency Locator Transmitter), y
ang dipakai oleh crosser pada motorcross atau pembalap di Paris-Dakkar, dan
bentuknya kecil seperti handphone.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai