Anda di halaman 1dari 36

Modul 2

Tutor: dr.Abdi Dwiyanto P.S


Kelompok : 11
Kelompok 11

Fadli Sufandy Sidik Rifai 11020140016


Muhammad Alghifari Sulkaf 11020140063
Citra Dewi 11020140077
Aridayanti Arifin 11020140090
Sitti Aisyah Jusmadil 11020140095
Zahrah Nurwahidah Maulana 11020140101
Irna Novianti Irwan 11020140109
Try Adi As’ad 11020140122
Icha Wulandari Lapata 11020140137
Husnul Khatimah 11020140146
Fadhillah Islamyah P R 11020140147
skenario

Seorang laki-laki umur 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan bercak


merah yang gatal pada wajah, kedua tangan, dan kedua tungkai sejak 3 minggu
yang lalu. Tampak juga bintil-bintil pada lengan kanan bawah bagian dalam dan
terasa sangat gatal, terutama pada malam hari. Pasien sering menggaruk bercak
merah tersebut, lalu kemudian bintil-bintil muncul pada lengan kiri bawah,
lengan kanan bawah bagian luar, wajah, dan kedua tungkai yang semakin banyak
sejak 2 minggu ini. Akibat garukan tersebut, muncul lecet pada bintil-bintil
tersebut. Riwayat kontak menginap dengan teman yang mempunyai gejala
serupa sejak 2 bulan lalu, dan sudah berobat ke puskesmas 2 minggu lalu tapi
tidak ada perubahan malahan makin bertambat berat.
kata kunci

 Seorang laki-laki umur 27 tahun


 KU: bercak merah yang gatal pada wajah, kedua lengan, dan kedua tungkai
sejak 3 minggu yang lalu.
 Disertai bintil pada lengan kanan bawah bagian dan terasa gatal terutama
pada malam hari.
 Pasien sering menggaruk bercak merah tersebut, lalu kemudian bintil-bintil
muncul pada lengan kiri bawah, lengan kanan bawah bagian luar, wajah, dan
kedua tungkai yang semakin banyak sejak 2 minggu ini
 Akibat garukan tersebut, muncul lecet pada bintil-bintil
 Riwayat kontak menginap dengan teman yang mempunyai gejala serupa sejak
2 bulan lalu, dan sudah berobat ke puskesmas 2 minggu
Pertanyaan penting!

1. jelaskan anatomi,fisiologi&histologi dari lapisan kulit!


2. Jelaskan mekanisme gejala pada skenario! (bercak merah, bintil-bintil, dan
gatal)
3. Jelaskan langkah-langkah diagnosis dari skenario!
4. Jelaskan Diferensial diagnosisnya!
 tinea corporis
 Miliaria rubra
 Dermatitis kontak iritan
 Dermatitis kontak alergi
 skabies
1. jelaskan anatomi,fisiologi&histologi
dari lapisan kulit!
Gambaran Histologi
FUNGSI KULIT

 Perlindungan
 Regulasi suhu
 Persepsi sensorik
 Ekskresi
 Pembentukan vitamin D
2. Jelaskan mekanisme gejala pada skenario!
 Bintil merah(papuloeritema) adalah peninggian kulit atau tonjolan kecil pada superficial kulit
yang berbatas tegas dan berwarna merah.

Respon imun Sitokin, Molekul


IgE yang faktor LATE PHASE
[limfosit, adhesi pada
terpapar kemotaktik REACTION(LPR)
langerhans, endotel PD
alergen Leukosit
epidermal, (immediate
eosinofil, IgE reaction)
Infiltrat sel eosinofil,
Infiltrat sel- neutrofil, sel
Memperburuk sel eosinofil mononuklear ke jar.
Relaksan histamin&IgE lesi dermatitis ke tempat Setempat yg akan
otot polos berikatan atopik radang menimbuknan reaksi
radang IL-1& TNF-alfa

EDEMA
Histamin
vasodilatasi FLUSHING& merangsang gatal
PRURITUS sel-sel saraf
pada kulit
MEKANISME GATAL
Antige Kulit Sel Mast Histamin
n

Saraf C-fiber
(mekanoinsensitif)
PERSEPSI GATAL

Serabut Saraf
Sensoris
Somatosensory areas

Tractus Cornu Posterior


Thalamu
Spinothalamicu Medulla Spinalis
s
s
3. JELASKAN LANGKAH LANGKAH DIAGNOSIS
Add Titlekk
ANAMNESIS Add Title FISIS
PEMERIKSAAN Add Title
PEM.PENUNJANG
Keadaan umum (sakit
Keluhan utama Pemeriksaan darah
ringan,sedang,berat)
demam Status gizi Lampu wood
Gatal Tanda vital Uji tetrasiklin
Kontak dengan serangga Inspeksi atas-bawah Mengambil tungau dengan jarum
Nyeri atau keram Palpasi(pembesaran,edema,sll) Burrow ink test
Nyeri tulang,
Pemeriksaan Bercak kulit
arthralgia,myalgia,anoreksia,dan Epidermal shave biopsy
(predileksi,effloresensi)
malaise
Uji sensitivitas (kapas,jarum,tabung
Ada ditelapak tangan /kaki Tes tempel
panas dan dingin)
Pemeriksaan saraf tepi (N.Auricularis
Riwayat penyakit pasien magnum,Radialis,Ulnaris,Medianus,
proneus communis)
Riwayat penyakit kluarga/lingkungan
Kontak dengan keluarga
Riwayat pengobatan

REFERENSI: SIREGAR RS, WIJAYA C, ANUGERAH P. SARIPATI PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN. ED.3. JAKARTA: EGC
JOHNSTON G, SLADDEN M. SCABIES: DIAGNOSIS AND TREATMENT. BRITISH MED J. 2005. SEPTEMBER :17;331(7517)/619-22.
.AMIRUDDIN MD. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN. ED.1. MAKASSAR: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
HARAHAP M. ILMU PENYAKIT KULIT.ED.1. JAKARTA: HIPOKRATES.
Pencegahan

 Orang yang memiliki kontak dengan penderita penyakit kulit diberikan terapi
(kasus sakbies, diberi topical skabisid dalam periode inkubasi asimptomatik)
 Seprei, selimut,bantal, handuk, pakaian, dll. Dicuci dan dikeringkan dengan
udara panas.
 Karpet dan kain pelapis lainnya di bersihkan (vacuum cleaner)

SCABIES AND PEDICULOSIS.ORKIN MILTON,HOWATD L.MAIBACH FITZPATRICK’S DERMATOLOGY IN GENERAL MEDICINE,7 TH.USA:MCGRAWHILL:2029-31.
4. Jelaskan Diferensial diagnosisnya!

 tinea corporis
 Miliaria rubra
 Dermatitis kontak iritan
 Dermatitis kontak alergi
 skabies
Tinea korporis adalah suatu infeksi dermatofita
dangkal yang ditandai oleh tanda radang maupun
luka pada kulit glabrous

 ETIOLOGI : Trichophyton rubrum


 Patogenesis : 1 perlekatan ke keratinosit
 2 Penetrasi spora pada sel
 3 Perkembangan tipe host, Delayed Type Hypersensitivity (DHT)
Gambaran klinis

 Lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif (central healing)
 Gambaran yang polisiklik,arsinar,dan sirsinar
 Pada bagian tepi ditemukan lesi yang aktif yang ditandai dengan eritema,
adanya papul atau vesikel.
 Tinea korporis yang menahun,meninggalkan daerah hiperpigmentasi serta
gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-
kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Pemeriksaan penunjang

 Menggunakan sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku) dengan
larutan KOH 10-30%. Dengan pemeriksaan mikroskopis akan terlihat elemen
jamur dalam bentuk hifa panjang, spora dan artospora (spora berderet).
 Mengetahui spesies jamur penyebab; bahan sediaan kerokan ditanam dalam
agar Sabouroud Dekstrose Koloni yang tumbuh diperhatikan mengenai warna,
bentuk, permukaan dan ada atau tidaknya hifa.
 Pemeriksaan dengan lampu wood yang mengeluarkan sinar UV dengan
gelombang 365 nm yang jika didekatkan pada lesi akan timbul warna
kehijauan.
DD

 eritema anulare sentrifugum


 eksema nummular
 granuloma anulare
 Psoriasis
 dermatitis seboroik
 pitiriasis rosea
 liken planus
 dermatitis kontak
Penatalaksanaan

• pengobatan topikal
• diberikan kombinasi asam salisilat 3-6% dan asam benzoat 6-12% dalam
bentuk salep (salep whitfield).
• Kombinasi asam salisilat dengan sulfur presipitatum dalam bentuk derivat
azol : mikonazole 2%, dan klotrimasol 1%
• Pengobatan sistemik
• • Griseofulvin : Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis
untuk anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari
• • Ketokonazol :Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang
resisten terhadap griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200
mg/hari selama 3 minggu.
MILIARIA RUBRA
Miliaria merupakan bentuk kelainan kulit oleh sumbatan saluran keringat
yang mengakibatkan air keringat tertahan didalam kulit yaitu pada epidermis
dan papilla dermis, tjd secara mendadak dan menyebar secara alami .
Epidemiologi
Miliaria dapat terjadi pada:
 Pria dan Wanita
 Semua Ras dan Semua Usia t arutama pada anak-anak
Patomekanisme
Terjadi 3 gangguan dalam Miliaria:
 terjadinya sumbatan saluran keringat oleh keratin
 robekan pada saluran
 pembentukan vesikel yang berisi tahanan keringat
Faktor lain yang mendukung terjadinya Miliaria
• Pajanan panas yang lama
• Lingkungan yang lembab
• Pekerjaan tertentu
• Celana yang tertutup rapat
• Bakteri normal kulit
Miliaria Rubra
 Terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah
tropik
 Klinis lebih berat daripada miliaria kristalina
 Terdapat pada badan dan bagian tubuh yg mendapat
tekanan atau gesekan pakaian
 Lesi papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular
yang sangat gatal dan pedih
 Lesi dapat sembuh dalam beberapa hari, bila pasien
dipindahkan dari ruangan yang panas dan lembab
Pemeriksaan Penunjang
 Hasil laboratorium yang normal
 Pada miliaria rubra, berupa gelembung terjadi
Histopatologi :
pada stratum spinosum sehingga menyebabkan
peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
Pengobatan:
 Perawatan Umum :
Penempatan Pasien pada lingkungan yang sejuk
Regulasi suhu yang baik
Pakaian tipis yang menyerap keringat
 Terapi sistemik
Anti Histamin
Retinoid
Asam Askorbat Oral
Terapi Topikal
Antibiotik Topikal
Losion faberi dapat pula
diberikan, dengan komposisi :
      Acid. Salicylic. 1 %
      Talc. venetum 10 %
      Oxyd. Zinc. 10 %
      Amyl. Oryzae 10 %
     Spiritus ad. 200 cc
Goldsmith LA. Disorders of the Eccrine sweat Glands:Miliaria. In: Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wollf K, editor. Fitzpatrick’s
Dernatology in General Medicine;8th ed. New York:Mc-Graw-Hill:2012. P 946
DERMATITIS KONTAK IRITAN

Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan
baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis
dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup
DERMATITIS KONTAK IRITAN

Epidemiologi: Etiologi:

Dermatitis kontak iritan Penyebab munculnya DKI


(DKI) dapat diderita oleh adalah bahan yang bersifat
semua orang dari berbagai iritan, misalnya bahan pelarut,
golongan umur, ras dan jenis deterjen, minyak pelumas,
kelamin. Jumlah penderita asam alkali, serbuk kayu,
bahan abrasif, enzim, minyak,
DKI diperkirakan cukup
larutan garam konsentrat,
banyak terutama yang
plastik berat molekul rendah
berhubungan dengan atau bahan kimia higroskopik.
pekerjaan
DERMATITIS KONTAK IRITAN

GEJALA KLINIS: Diagnosis:


1. akut: 1.Anamnesis
2.Pemfis
• Pedih
3.Pemeriksaan penunjang: uji tempel,histopatologi.
• Panas
• Eritema edema
• Bulla
• Nekrosis
2. kronik: Pengobatan:
• Kulit kering 1. menghindari pajanan bahan iritan, baik yang
• Eritema bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta
• Hiperkeratosis dengan likenifikasi menyingkirkan faktor yang memperberat.
• fissura 2. untuk mengatasi peradangan dapat diberikan
kortikosteroid topikal

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41454/4/Chapter%20II.pd
DERMATITIS KONTAK ALERGI

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi


hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan
kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi
DERMATITIS KONTAK ALERGI

EPIDEMIOLOGI: ETIOLOGI:
Bila dibandingkan dengan dermatitis Penyebab dermatitis kontak alergik
kontak iritan, jumlah penderita adalah alergen, paling sering berupa
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, bahan kimia dengan berat molekul
karena hanya mengenai orang yang kurang dari 500-1000 Dalton, yang
kulitnya sangat peka (hipersensitif). juga disebut bahan kimia sederhana.
Namun sedikit sekali informasi Dermatitis yang timbul dipengaruhi
mengenai prevalensi dermatitis ini di oleh potensi sensitisasi alergen,
masyarakat . derajat pajanan, dan luasnya
penetrasi di kulit.
DERMATITIS KONTAK ALERGI

Gejala klinis Diagnosis


 Pada yang akut dimulai dengan  Untuk menetapkan bahan alergen
bercak eritema berbatas jelas, penyebab dermatitis kontak alergik
kemudian diikuti edema, diperlukan anamnesis yang teliti,
papulovesikel, vesikel atau bula riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik dan uji tempel .
 Vesikel atau bula dapat pecah  Pemeriksaan fisik sangat penting,
menimbulkan erosi dan eksudasi
karena dengan melihat lokalisasi dan
(basah) pola kelainan kulit seringkali dapat
 Pada yang kronis terlihat kulit diketahui kemungkinan penyebabnya.
kering, berskuama, papul, Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di
likenifikasi dan mungkin juga fisur, pergelangan tangan oleh jam tangan,
batasnya tidak jelas dan di kedua kaki oleh sepatu.
DERMATITIS KONTAK ALERGI

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji tempel Pengobatan:
 Pencegahan berupa menghindari
paparan alergen
 Kortikosteroid dalam jangka
pendek untuk mengatasi
peradangan pada DKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20352/4/Chapter%20II.pdf
SKABIES
Skabies adalah penyakit kulit yang GEJALA KLINIS:
disebabkan oleh tungau (mite) 1. Pruritus nokturna
Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam 2. Penyakit ini menyerang manusia
kelas Arachnida. Tungau ini berukuran secara kelompok
sangat kecil dan hanya bisa dilihat 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada
dengan mikroskop atau bersifat tempat-tempat predileksi yang
mikroskopis bewarna putih keabu-abuan,
Etiologi berbentuk garis lurus atau berkelok,
Sarcoptes scabiei termasuk filum rata- rata panjang satu cm, pada
Arthopoda , kelas Arachnida, ordo ujung terowongan itu ditemukan
Ackarina, superfamili Sarcoptes. papul atau vesikel.
4. Menemukan tungau
5. warna merah, iritasi dan rasa gatal
pada kulit yang umumnya muncul
disela-sela jari, siku, selangkangan
dan lipatan paha, dan muncul
gelembung berair pada kulit.
SKABIES
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
 Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau kelok-kelok, panjangnya
beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula.
 Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria).
Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif,
sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh permukaan kulit.
 Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal yang efektif.
 Adanya gatal hebat pada malam hari.
pengobatan
 Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan air yang telah
dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan)
 mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic maupun non organic
pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam.
 Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur
bersifat antiseptik dan antiparasit

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25718/4/Chapter%20II.pd
Tinjauan pustaka

  Siti Aisah Boediardja,Unandar Budimulja. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Hal. 50-52. FK UI
 Gartner, Leslie P, James L Hiatt, Judy M Strum. Biologi sel dan Histology. Edisi 6. Binarupa Aksara. hal. 289-290
 dr.H.Soekimin,Sp.PA, dr.Ibnu Alferraly,Sp.PA. Dermatopatholgy. Departemen Patologi anatomi FK USU
 file.upi.edu/.../SISTEM_INTEGUMEN/SISTEM_INTEGUMEN.pdf (Diakses Tanggal 01-okt-2016)

 Eroschenko. Atlas Histology Difiore. Edisi 11. Jakarta : ECG 


 Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.3. Jakarta: EGC
 Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and Treatment. British Med J. 2005. September :17;331(7517)/619-22.
 .Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
 Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit.Ed.1. Jakarta: Hipokrates
 Scabies and pediculosis.Orkin Milton,Howatd L.Maibach Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine,7 th.USA:McGrawHill:2029-31
 Clin Exp Allergy. 2012 Jan; 42(1): 8-19. [cited November 18, 2016] Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3170689/#!po=10.4651
 Jurnal Fakultas Kedokteran USU. [cited November 18, 2016] Available from:
https://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56334/4/Chapter%20ll.pdf
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41454/4/Chapter%20II.pdf
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25718/4/Chapter%20II.pdf
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20352/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai