STABILITAS TEGANGAN
(VOLTAGE STABILITY)
3. STABILITAS TEGANGAN (VOLTAGE
STABILITY)
DURASI : 8 JP
DAFTAR ISI
i DAFTAR GAMBAR
ii DAFTAR TABEL
iii STABILITAS TEGANGAN (VOLTAGE STABILITY)
1 3.1. Konsep Dasar dan Definisi Stabilitas Tegangan (Voltage Stability),
Ketidakstabilan Tegangan (Voltage Instability) dan Voltage Collapse 1
3.2. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketidakstabilan Tegangan
3.3. 4 Analisis stabilitas tegangan pada sistem radial 11
3.4. Metoda dalam analisis stabilitas tegangan
15 Karakteristik Kurva P-V
3.4.1. 15
3.4.2. Karakteristik Kurva Q-V 18
3.5. Upaya Pencegahan ketidakstabilan Tegangan 20
1
DAFTAR GAMBAR
2
DAFTAR TABEL
3
STABILITAS TEGANGAN
(VOLTAGE STABILITY)
Stabilitas tegangan (voltage stability) adalah kemampuan suatu sistem tenaga untuk
menjaga tegangan di setiap bus pada sistem tetap dalam kondisi normal (diijinkan) setelah
terjadi gangguan pada suatu kondisi operasi.
Tegangan dalam suatu sistem tenaga dinyatakan stabil apabila besar tegangan
setelah terjadinya gangguan mendekati besar tegangan pada saat kondisi normal operasi.
Suatu sistem tenaga menjadi tidak stabil ketika tegangan turun secara drastis dan tak
terkontrol, dimana hal ini dapat disebabkan oleh lepasnya peralatan (generator, saluran
transmisi, transformator, bus bar, dll), kenaikan beban dalam jumlah besar dan tiba-tiba,
dan menurunnya kemampuan peralatan kontrol tegangan.
Kontrol tegangan dan ketidakstablan tegangan adalah masalah yang bersifat lokal.
Akan tetapi dampak dari ketidakstabilan tegangan dapat menyebabkan efek yang lebih
luas, yaitu voltage collapse. Voltage collapse dapat didefinisikan sebagai dampak besar
dari serangkaian kejadian gangguan yang mengakibatkan tegangan rendah hampir di
seluruh bus dalam rentang waktu yang sangat cepat atau bahkan blackout pada suatu
sistem tenaga listrik.
Stabilitas Teg angan G angguan Kecil Sta bilitas T egangan Gangguan Besar
ll Disturb ance Vo ltage St ability) (L arge turbance Vo ltage Sta bility)
(Sma Dis
Melibatkan peralatan yang memiliki respon yang lebih lambat seperti tap-
changer transformator, kontrol otomatis pembangkit, boiler, Generation
change/AGC, dan lain-lain. Perioda studi long-term voltage stability ini dapat
berlangsung dari satu sampai beberapa menit. Permasalahan stabilitas lain
yang juga terjadi dalam perioda waktu tersebut adalah stabilitas frekuensi.
Gambar 2. Waktu respon dari peralatan dan kontrol terhadap stabilitas tegangan
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap ketidakstabilan tegangan adalah jatuh
tegangan yang terjadi ketika daya aktif dan daya reaktif mengalir melalui jaringan
transmisi yang bersifat sangat induktif. Hal ini akan membatasi kemampuan suatu jaringan
transmisi untuk menyalurkan daya dan penyokong tegangan.
Disamping tingkat kemampuan daya hantar jaringan, beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap kestabilan tegangan:
a. Kemampuan daya reaktif dari generator sinkron
b. Kontrol tegangan otomatis dari generator sinkron
c. Karakteristik beban
d. Distribusi/sebaran sistem pengatur tegangan dan reaksi tap-changer pada trafo.
e. Karakteristik peralatan kompensator daya reaktif
Faktor-faktor yang menyebabkan pembatasan daya reaktif antara lain arus stator,
batas over-excitatiton, dan batas under-excitation. Apabila arus eksitasi dibatasi pada nilai
maksimum, maka tegangan terminal generator adalah tegangan eksitasi maksimum pada
reaktansi sinkron. Batas tegangan sebagai pengaruh dari arus eksitasi dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
Dimana :
PG adalah daya aktif generator
Emax adalah tegangan maksimum elektromagnetis generator
Xdadalah reaktansi sinkron
V adalah tegangan terminal generator
Batas daya reaktif berdasarkan arus stator dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Bentuk dari kedua persamaan di atas adalah lingkaran. Batas daya reaktif ditunjukkan
pada gambar 3, dengan tiga nilai tegangan terminal generator, yaitu 1,04, 1,0 dan 0,9 pu.
Batas daya reaktif pada kondisi tegangan nominal (V=1,04 pu) ditentukan oleh arus eksitasi.
Batas arus stator harus diperhitungkan karena batas tersebut turun ketika tegangan
juga turun. Batas arus stator lebih bersifat restrictive dibandingkan arus eksitasi dengan
tegangan terminal saat 1,0 pu dan 0,9 pu ketika output generator lebih besar dari 0,8 dan
0,35 pu. Karena sangat bergantung pada tegangan, daya reaktif akan naik ketika tegangan
terminal turun dan daya output generator akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Batas
arus stator digunakan untuk membatasi output daya reaktif sehingga mencegah overloading
stator. Pembatasan arus stator tidak baik untuk stabilitas tegangan, karena pembatas arus
Tegangan terminal diatur sebesar 1,04 pu melalui pengatur tegangan. Dengan output
daya reaktif terus meningkat hingga menyentuh batas arus eksistasi generator yang pada
dasarnya sangat bergantung pada daya output generator. Daya reaktif maksimum dengan
kontrol tegangan adalah 0,67, 0,63 dan 0,58 saat daya output masing-masing sebesar 0,5,
0,7 dan 0,9 pu. Jika daya reaktif terus meningkat, maka generator akan kehilangan
kemampuan mengontrol tegangannya, saat titik operasi mengikuti kurva batas arus eksitasi
ke arah kiri dan output daya reaktif sedikit meningkat namun tegangannya menurun. Batas
arus stator tercapai pada output daya reaktif sebesar 0,83, 0,7 dan 0,6 pu saat daya output
masing-masing sebesar 0,5, 0,75 dan 0,9 pu. respon pembatas arus stator sangat bertahap.
Pembatas arus stator mengurangi kemampuan daya reaktif untuk mencegah over-heating
dari stator, yang mana menyebabkan penurunan tegangan secara cepat. Saat daya output
generator meningkat, respon pembatas arus stator menjadi sangat identic karena arus
stator dan arus eksitasi bergerak saling mendekati satu sama lain.
Karakteristik beban
Pemodelan beban merupakan salah satu faktor yang penting dalam studi stabilitas
tegangan. Ketergantungan beban terhadap tegangan perlu dipertimbangkan dalam studi
stabilitas tegangan. Beban sistem tenaga biasanya direpresentasikan terhubung ke bus bar
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7
tegangan tinggi. Perubahan beban yang dinamis dalam studi stabilitas jangka panjang
meliputi pengoperasian on-load tap changer, peralatan kompensasi, beban termostatis,
sistem proteksi yang dioperasikan karena tegangan rendah dan arus lebih (over-current),
dan lain-lain. Pemodelan dinamis dari motor-motor listrik juga diperlukan saat jumlah beban
motor dalam suatu sistem tenaga listrik cukup signifikan.
Ketergantungan beban pada tegangan biasanya dimodelkan dengan persamaan
eksponen/pangkat dan polynomial. Besar nilai eksponen/pangkat menunjukkan tingkat
ketergantungan beban pada tegangan. Nilai integer dari pangkat tersebut adalah nol untuk
daya konstan (constant power), satu untuk arus konstan (constant current), dan dua untuk
impedansi konstan (constant impedance). Model beban eksponen dapat ditunjukkan
dengan persamaan berikut:
Tabel 2 berikut ini menunjukkan beberapa contoh nilai α dan β untuk peralatan-
peralatan listrik lainnya.
Sebelum terjadinya gangguan, titik operasi berada pada posisi A. Setelah terjadi
gangguan titik operasi pindah ke posisi B, yang mana disebabkan oleh turunnya tegangan
sekunder dan ketergantungan beban terhadap tegangan. Kurva beban tersebut
menunjukkan kondisi sistem tenaga sesaat setelah terjadinya gangguan. Setelah beberapa
tunda waktu tertentu, tap changer akan turun untuk menaikkan tegangan sekunder. Titik
operasi dilihat dari jaringan transmisi bergerak disepanjang kurva PV sebelum gangguan
menuju titik maksimum pembebanan, yang selanjutnya akan mengakibatkan turunnya
tegangan primer. Tap changer beroperasi sampai tegangan sekunder mencapai tegangan
nominalnya, yaitu titik D. Jumlah beban di titik A dan D adalah sama karena respon dari tap
changer. Titik operasi D adalah titik stabil, namun cukup dekat dengan titik pembebanan
maksimum setelah gangguan.
Sebagai ilustrasi mengenai stabilitas tegangan pada sistem radial dapat dilihat pada
gambar 3 dibawah ini. Gambar tersebut menunjukkan sistem tenaga listrik sederhana
dengan pembangkit listrik yang memasok beban melalui saluran transmisi. Jaringan
tersebut direpresentasikan dengan sebuah rangkaian ekivalen generator pada kondisi
steady state dimanategangan generator (E) diasumsikan normal dan sama dengan
tegangan pada bus pembangkit Vi. Vi akan dijaga konstan melalui pengaturan eksitasi
generator.
Dengan menggunakan daya ujung penerima, besar arus I juga dapat ditentukan
dengan persamaan:
Bagian real dan imajiner dari persamaan (3) dapat dipisahkan menjadi:
Persamaan (9) memberikan satu niali akar real yang berbeda atau dua nilai akar yang
sama dari Vj jika didiskriminasi menuju nol. Nilai akar real yang didiskriminasi
dapat dibuat sebagai berikut:
Nilai Vj bervariasi dari nol sampai satu menghasilkan beberapa indikasi dikarenakan
batasan dari akar real. Batasan tersebut dapat dijadikan indikasi stabilitas tegangan, dimana
tegangan akar real lebih besar dari nol dan lebih kecil dari satu. Jika tidak, maka stabilitas
tegangan dipenuhi. Hal ini membuktikan bahwa persamaan untuk menentukan stabilitas
tegangan pada sistem bus radial dapat diasumsikan sebagai berikut:
Gambar 1 juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara tegangan ujung
pengirim Vi dengan daya reaktif ujung penerima Qj. Hubungan tersebut dapat menunjukkan
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13
analisis stabilitas tegangan yang lebih akurat. Daya reaktif sangat erat kaitannya dengan
keamanan tegangan sistem sehingga memberikan perkiraan margin stabilitas tegangan
dengan daya reaktif pada bus yang ditentukan atau bus kritikal. Margin daya reaktif adalah
daya jarak MVAR yang dimulai dari titik normal operasi dan berakhir pada titik voltage
collapse.
Dengan mensubstitusikan persamaan (4) ke persamaan (3) , maka kaitan antara V-Q
dapat dibuat menjadi:
Dengan menggunakan modifikasi aljabar maka persamaan (12) dapat diubah menjadi:
Dengan menggunakan asumsi dan mengikuti prosedur yang sama, maka diskriminasi
akar Vj sebagai hubungan dengan beban daya reaktif dapat ditunjukkan oleh persamaan
berikut:
Karena Bbus memiliki elemen diagonal yang dominan, maka VQI dapat diubah
menjadi:
VPIbus dan VQIbus bervariasi dari nol sampai satu yang mengidentifikasi batas
stabilitas sistem. Ketika nilai dari VPIbus dan VQIbus mendekati nilai satu, maka stabilitas
tegangan mencapai batas stabilitasnya. Voltage collapse terjadi ketika nilai VPIbus dan
VQIbus melebihi batas stabilitasnya.
Dalam analisi stabilitas tegangan, terdapat beberapa metoda analisis yang digunakan,
antara lain:
1. Metoda kurva P-V
2. Metoda kurva Q-V
Dari persamaan di atas, tegangan di titik beban dipengaruhi oleh daya aktif
yang dikirim menuju beban, reaktansi saluran, dan faktor daya dari beban. Tegangan
di ujung penerima memiliki dua nilai, dimana nilai yang lebih besar adalah nilai
yang
stabil. Beban ketika kedua nilai dari persamaan kuadratik | |
besarnya sama mengindikasikan steady state voltage collapse point.
Gambar 8 Kurva P-V untuk berbagai macam faktor daya pada sistem radial
Garis putus-putus (locus of critical points) pada gambar 8 diperoleh dengan
menghubungkan titik hidung (nose) masing-masing kurva P-V dari beberapa faktor
daya. Hanya titik operasi yang berada di atas garis kritis yang menunjukkan kondisi
operasi yang memuaskan. Pada titik knee kurva P-V, tegangan akan turun secara
drastis jika transfer daya semakin meningkat ke beban. Kurva P-V sangat beguna
untuk analisis stabilitas tegangan khususnya pada sistem yang radial.
Contoh lain kurva P-V pada suatu saluran transmisi radial dengan panjang
300 kM dan rugi-rugi saluran yang diabaikan dapat dilihat pada gambar 9.
Dengan mengasumsikan = 1,0, dan dengan nilai dan yang diketahui, dapat
dihitung dari persamaan pertama dan Q dari persamaan kedua. Lalu dilakukan
proses yang sama dengan berbagai macam nilai untuk mendapatkan kurva Q-V
untuk nilai yang telah ditentukan.
Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari hubungan Q-V antara lain:
- Sensitivitas dan variasi dari tegangan bus berdasarkan daya reaktif yang
diinjeksikan pada bus tersebut
- Studi kebutuhan kompensasi daya reaktif (Var)
- Ketidakstabilan tegangan terjadi pada saat dQ/dV negatif (critical
voltage)
a. Desain sistem
Upaya perbaikan desain sistem dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya:
Penggunaan peralatan kompensasi VAR :
o Memastikan margin stabilitas yang mencukupi dengan pemilihan
skema yang tepat
o Pemilihan ukuran, rating, dan lokasi berdasarkan studi
yang menyeluruh
o Kriteria desain berdasarkan pada jatuh tegangan maksimum yang
diijinkan
o Margin stabilitas harus didasarkan pada jaraj MW dan MVAR
terhadap ketidakstabilan
o Sangat penting untuk mengenali area kontrol tegangan
dan perbatasan yang kritis
Mengontrol tegangan jaringan dan keluaran daya reaktif generator :
o Kompensasi beban dengan AVR dapat memberikan banyak
perbaikan tegangan.
o Sebagai alternatif, kontrol keluaran sekunder dari sistem eksitasi
generator dapat digunakan untuk mengatur tegangan di sisi jaringan.
Namun kontrol ini jauh lebih lambat dibandingkan dengan kontrol
menggunakan AVR.
o Beberapa utilitas telah mengembangkan beberapa skema,
diantaranya: EdF dan ENEL telah menggunakan skema kontrol
tegangan sekunder untuk mengatur tegangan jaringan dan keluaran
VAR generator. Tokyo electric power telah menggunakan kontrol
adaptive dari daya reaktif