Anda di halaman 1dari 28

Mata Pelajaran 3

STABILITAS TEGANGAN
(VOLTAGE STABILITY)
3. STABILITAS TEGANGAN (VOLTAGE
STABILITY)

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pembelajaran ini,peserta mampu


memahami tentang stabilitas tegangan

DURASI : 8 JP

PENYUSUN : 1. Heri S. Purnomo (P3B JB)


2. Ahmad Yusuf Salile (P3B JB)
3. Andi Makkuradde (P3B JB)
4. Fery Jusmedy (P3B JB)
5. Satrijo Prajitno. (TLM Academy)
6. Agung Hariyanto (Purnakarya)
7. Yenni Tarid (P3BJB)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
i DAFTAR GAMBAR
ii DAFTAR TABEL
iii STABILITAS TEGANGAN (VOLTAGE STABILITY)
1 3.1. Konsep Dasar dan Definisi Stabilitas Tegangan (Voltage Stability),
Ketidakstabilan Tegangan (Voltage Instability) dan Voltage Collapse 1
3.2. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketidakstabilan Tegangan
3.3. 4 Analisis stabilitas tegangan pada sistem radial 11
3.4. Metoda dalam analisis stabilitas tegangan
15 Karakteristik Kurva P-V
3.4.1. 15
3.4.2. Karakteristik Kurva Q-V 18
3.5. Upaya Pencegahan ketidakstabilan Tegangan 20

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi stabilitas tegangan berdasarkan jenis gangguan ........................... 2


Gambar 2. Waktu respon dari peralatan dan kontrol terhadap stabilitas tegangan .......... 3
Gambar 3. Diagram-PQ (Xd=0,45 pu, Ismax=1,05 pu, Emax=1,35 pu) ............................ 4
Gambar 4. Diagram-QU (Xd=0,45 pu, Ismax=1,05 pu, Emax=1,35 pu)............................ 7
Gambar 5. Respon on-load tap changer saat terjadi gangguan ........................................ 10
Gambar 6. Gambar 6 : Sistem Radial dengan dua Bus.............................................. 11

Gambar 7. Diagram satu garis sistem dua bus (radial) ..................................................... 15


Gambar 8. Kurva P-V dari suatu sistem radial................................................................... 17
Gambar 9. Kurva P-V saluran transmisi tunggal 300 kM dengan rugi-rugi diabaikan ....... 18

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik beban terhadap perubahan tegangan.......................................... 8

Tabel 2. Nilai tipikal pangkat (eksponen) dalam pemodelan beban .............................. 9

3
STABILITAS TEGANGAN
(VOLTAGE STABILITY)

3.1. Konsep Dasar dan Definisi Stabilitas Tegangan (Voltage Stability),


Ketidakstabilan Tegangan (Voltage Instability) dan Voltage Collapse

Stabilitas tegangan (voltage stability) adalah kemampuan suatu sistem tenaga untuk
menjaga tegangan di setiap bus pada sistem tetap dalam kondisi normal (diijinkan) setelah
terjadi gangguan pada suatu kondisi operasi.

Tegangan dalam suatu sistem tenaga dinyatakan stabil apabila besar tegangan
setelah terjadinya gangguan mendekati besar tegangan pada saat kondisi normal operasi.
Suatu sistem tenaga menjadi tidak stabil ketika tegangan turun secara drastis dan tak
terkontrol, dimana hal ini dapat disebabkan oleh lepasnya peralatan (generator, saluran
transmisi, transformator, bus bar, dll), kenaikan beban dalam jumlah besar dan tiba-tiba,
dan menurunnya kemampuan peralatan kontrol tegangan.

Sementara itu, ketidakstabilan tegangan (voltage instability) adalah ketidakmampuan


suatu sistem tenaga untuk menjaga tegangan di setiap bus pada sistem tetap dalam
kondisi normal (diijinkan) setelah terjadi gangguan pada suatu kondisi operasi. Hal ini
dapat disebabkan karena gangguan yang terjadi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
daya reaktif sehingga melebihi dari total kapasitas dari sumber daya reaktif yang tersedia di
sistem tersebut.

Kontrol tegangan dan ketidakstablan tegangan adalah masalah yang bersifat lokal.
Akan tetapi dampak dari ketidakstabilan tegangan dapat menyebabkan efek yang lebih
luas, yaitu voltage collapse. Voltage collapse dapat didefinisikan sebagai dampak besar
dari serangkaian kejadian gangguan yang mengakibatkan tegangan rendah hampir di
seluruh bus dalam rentang waktu yang sangat cepat atau bahkan blackout pada suatu
sistem tenaga listrik.

Berdasarkan jenis gangguannya, stabilitas tegangan diklasifikasikan menjadi dua


bagian (gambar-1):

a. Stabilitas tegangan gangguan kecil (Small disturbance


voltage stability/Steady state stability)

 yaitu kemampuan untuk menjaga tegangan tetap dalam kondisi normal


setelah terjadi gangguan kecil, seperti kenaikan beban secara bertahap.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


 Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan kurva P-V dan kurva Q-V,
dan analisis sensitifitas

b. Stabilitas tegangan gangguan besar (Large disturbance


voltage stability/Dynamic voltage stability)

 yaitu kemampuan untuk menjaga tegangan tetap dalam kondisi normal


setelah terjadi gangguan besar , seperti gangguan sistem, lepasnya
suatu pembangkit berkapasitas besar, dan kontingensi saluran transmisi.

 Analisis dapat dilakukan dengan simulasi time domain

Stabilita s Tega ngan


e Stability)
(Voltag

Stabilitas Teg angan G angguan Kecil Sta bilitas T egangan Gangguan Besar
ll Disturb ance Vo ltage St ability) (L arge turbance Vo ltage Sta bility)
(Sma Dis

Short Term Long T erm

Gambar 1. Klasifikasi stabilitas tegangan berdasarkan jenis gangguan

Berdasarkan skala/rentang waktunya, permasalahan stabilitas tegangan dibagi


menjadi dua, yaitu:

a. Stabilitas tegangan jangka pendek (short-term voltage stability)

 Melibatkan kedinamisan dari komponen-komponen beban yang memiliki


respon cepat seperti motor induksi, HVDC converter, Static Var
Compensator), Synchronous Condensers, peralatan FACTS, sistem eksitasi,
dan Automatic voltage regulators. Perioda studi short-term voltage stability ini
sama dengan perioda studi rotor angle stability dimana biasanya berlangsung
untuk beberapa detik. Disamping itu, kedua stabilitas tersebut menggunakan
pemodelan serta analisis yang hampir sama. Pemodelan dinamis dari beban
sangat penting dalam stabilitas tegangan jangka pendek, sementara untuk
stabilitas rotor angle adalah tingkat hubung singkat di sekitar beban.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2
b. Stabilitas tegangan jangka panjang (long-term voltage stability)

 Melibatkan peralatan yang memiliki respon yang lebih lambat seperti tap-
changer transformator, kontrol otomatis pembangkit, boiler, Generation
change/AGC, dan lain-lain. Perioda studi long-term voltage stability ini dapat
berlangsung dari satu sampai beberapa menit. Permasalahan stabilitas lain
yang juga terjadi dalam perioda waktu tersebut adalah stabilitas frekuensi.

Gambar 2. Waktu respon dari peralatan dan kontrol terhadap stabilitas tegangan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


3.2. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketidakstabilan Tegangan

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap ketidakstabilan tegangan adalah jatuh
tegangan yang terjadi ketika daya aktif dan daya reaktif mengalir melalui jaringan
transmisi yang bersifat sangat induktif. Hal ini akan membatasi kemampuan suatu jaringan
transmisi untuk menyalurkan daya dan penyokong tegangan.
Disamping tingkat kemampuan daya hantar jaringan, beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap kestabilan tegangan:
a. Kemampuan daya reaktif dari generator sinkron
b. Kontrol tegangan otomatis dari generator sinkron
c. Karakteristik beban
d. Distribusi/sebaran sistem pengatur tegangan dan reaksi tap-changer pada trafo.
e. Karakteristik peralatan kompensator daya reaktif

Kemampuan daya reaktif dari generator sinkron


Generator sinkron adalah peralatan utama dalam kontrol daya aktif dan reaktif pada
suatu sistem tenaga listrik. Berdasarkan prinsip keamanan sistem tenaga, cadangan daya
reaktif terpenting bersumber pada generator tersebut. Dalam studi stabilitas tegangan,
kemampuan daya aktif dan reaktif dari generator sinkron sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Batas dari daya aktif dan reaktif generator sinkron
biasanya digambarkan dengan menggunakan diagram-PQ (gambar 3).

Gambar 3 Diagram-PQ (Xd=0,45 pu, Ismax=1,05 pu, Emax=1,35 pu)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


Keterbatasan daya aktif disebabkan oleh desain turbin dan boiler. Batas daya aktif
adalah konstan/tetap. Sementara itu, batas daya reaktif sedikit lebih rumit, yang memiliki
bentuk lingkaran dan sangat bergantung pada tegangan. Pada aplikasi aliran daya, batas
daya reaktif biasanya digambarakan dengan batas yang konstan. Daya reaktif generator
sangat bergantung pada tegangan sehingga merupakan aspek yang sangat penting dalam
studi stabilitas tegangan.

Faktor-faktor yang menyebabkan pembatasan daya reaktif antara lain arus stator,
batas over-excitatiton, dan batas under-excitation. Apabila arus eksitasi dibatasi pada nilai
maksimum, maka tegangan terminal generator adalah tegangan eksitasi maksimum pada
reaktansi sinkron. Batas tegangan sebagai pengaruh dari arus eksitasi dapat dihitung
dengan persamaan berikut:

Dimana :
PG adalah daya aktif generator
Emax adalah tegangan maksimum elektromagnetis generator
Xdadalah reaktansi sinkron
V adalah tegangan terminal generator

Batas daya reaktif berdasarkan arus stator dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Bentuk dari kedua persamaan di atas adalah lingkaran. Batas daya reaktif ditunjukkan
pada gambar 3, dengan tiga nilai tegangan terminal generator, yaitu 1,04, 1,0 dan 0,9 pu.
Batas daya reaktif pada kondisi tegangan nominal (V=1,04 pu) ditentukan oleh arus eksitasi.
Batas arus stator harus diperhitungkan karena batas tersebut turun ketika tegangan
juga turun. Batas arus stator lebih bersifat restrictive dibandingkan arus eksitasi dengan
tegangan terminal saat 1,0 pu dan 0,9 pu ketika output generator lebih besar dari 0,8 dan
0,35 pu. Karena sangat bergantung pada tegangan, daya reaktif akan naik ketika tegangan
terminal turun dan daya output generator akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Batas
arus stator digunakan untuk membatasi output daya reaktif sehingga mencegah overloading
stator. Pembatasan arus stator tidak baik untuk stabilitas tegangan, karena pembatas arus

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


stator akan menurunkan kapasitas daya reaktif untuk mencegah stator over-heating dan
menyebabkan penurunan tegangan yang signifikan.
Kemampuan daya reaktif dari generator dilihat dari sudut pandang sistem tenaga
lsitrik, pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan kurva kapabilitas yang diberikan oleh
pabrikan, hal ini dikarenakan batasan-batasan dari pemakaian sendiri pembangkit dan
batasan sistem tenaga itu sendiri. Pengoperasian secara terus menerus dari pembangkit
dapat terganggu ketika tegangan sistem terlalu rendah. Pentingnya sistem pemakaian
sendiri seperti pompa, kipas, dan lain-lain, dapat berhenti dikarenakan tegangan rendah,
yang lebih lanjut dapat mengakibatkan lepasnya pembangkit dari sistem. Pemilihan posisi
tap yang paling optimal dari trafo utama dan trafo pemakaian sendiri serta tetap mengacu
pada kondisi operasi sistem dapat meningkatkan kemampuan dari daya reaktif generator.

Kontrol tegangan otomatis dari generator


Dalam studi stabilitas tegangan sangat penting untuk menjaga tegangan tetap kontan.
Peralatan kontrol tegangan otomatis dari generator sinkron memegang peranan penting
untuk menjaga tegangan tersebut. Peralatan kontrol tegangan modern cukup cepat untuk
menjaga tegangan konstan saat generator dioperasikan sesuai dengan diagram-PQ-nya.
Kontrol tegangan otomatis juga melingkupi pembatas arus eksitasi (over dan under-
excitation limiters) dan dibeberapa kasus juga melibatkan pembatas arus stator.
Pada saat terjadi gangguan, tegangan eksistasi dapat meningkat sampai titik
maksimum dan arus eksistasi juga meningkat tinggi bahkan sampai ketitik maksimumnya.
Arus eksitasi maksimum jangka pendek biasanya dua kali lebih besar dari arus eksitasi
jangka panjangnya. Kemampuan pembebanan lebih jangka pendek (short-term over-loading
capability) sangat penting di dalam stabilitas sistem tenaga. Dikarenakan over-heating dari
rangkaian eksistasi, maka arus eksistasi harus dibatasi setelah beberapa detik. Koefisien
pemanasan (heating) dari rangkaian stator jauh lebih besar dari koefisien rangkaian
eksitasi, hal ini menunjukkan mengapa pembatas arus stator tidak terlalu penting dan
pengaturannya dapat dilakukan secara manual. Kemampuan over-loading dari generator
dapat ditingkatkan dengan membuat sistem pendinginan generator lebih efektif.
Gambar 4 menunjukkan karakteristik pengatur tegangan otomatis dan pengatur arus
yang juga berhubungan dengan diagram-PQ pada gambar 3.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Gambar 4 Diagram-QU (Xd=0,45 pu, Ismax=1,05 pu, Emax=1,35 pu)

Tegangan terminal diatur sebesar 1,04 pu melalui pengatur tegangan. Dengan output
daya reaktif terus meningkat hingga menyentuh batas arus eksistasi generator yang pada
dasarnya sangat bergantung pada daya output generator. Daya reaktif maksimum dengan
kontrol tegangan adalah 0,67, 0,63 dan 0,58 saat daya output masing-masing sebesar 0,5,
0,7 dan 0,9 pu. Jika daya reaktif terus meningkat, maka generator akan kehilangan
kemampuan mengontrol tegangannya, saat titik operasi mengikuti kurva batas arus eksitasi
ke arah kiri dan output daya reaktif sedikit meningkat namun tegangannya menurun. Batas
arus stator tercapai pada output daya reaktif sebesar 0,83, 0,7 dan 0,6 pu saat daya output
masing-masing sebesar 0,5, 0,75 dan 0,9 pu. respon pembatas arus stator sangat bertahap.
Pembatas arus stator mengurangi kemampuan daya reaktif untuk mencegah over-heating
dari stator, yang mana menyebabkan penurunan tegangan secara cepat. Saat daya output
generator meningkat, respon pembatas arus stator menjadi sangat identic karena arus
stator dan arus eksitasi bergerak saling mendekati satu sama lain.

Karakteristik beban
Pemodelan beban merupakan salah satu faktor yang penting dalam studi stabilitas
tegangan. Ketergantungan beban terhadap tegangan perlu dipertimbangkan dalam studi
stabilitas tegangan. Beban sistem tenaga biasanya direpresentasikan terhubung ke bus bar
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7
tegangan tinggi. Perubahan beban yang dinamis dalam studi stabilitas jangka panjang
meliputi pengoperasian on-load tap changer, peralatan kompensasi, beban termostatis,
sistem proteksi yang dioperasikan karena tegangan rendah dan arus lebih (over-current),
dan lain-lain. Pemodelan dinamis dari motor-motor listrik juga diperlukan saat jumlah beban
motor dalam suatu sistem tenaga listrik cukup signifikan.
Ketergantungan beban pada tegangan biasanya dimodelkan dengan persamaan
eksponen/pangkat dan polynomial. Besar nilai eksponen/pangkat menunjukkan tingkat
ketergantungan beban pada tegangan. Nilai integer dari pangkat tersebut adalah nol untuk
daya konstan (constant power), satu untuk arus konstan (constant current), dan dua untuk
impedansi konstan (constant impedance). Model beban eksponen dapat ditunjukkan
dengan persamaan berikut:

Dimana: P adalah daya aktif beban


Q adalah daya reaktif beban
adalah tegangan bus beban
V adalah tegangan awal
kondisi operasi
Po adalah
Vo daya aktif beban awal kondisi operasi
adalah daya reaktif beban awal kondisi operasi
Qoadalah pangkat daya aktif beban
α
β adalah pangkat daya reaktif beban
Tabel 1 Karakteristik beban terhadap perubahan tegangan
Constant Power Constant Current Constant Impedance
α, β = o α, β = 1 α, β = 2

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


Beb Beban P dan Q turun saat Beban P dan Q
an P dan tegangan sistem turun turun saat tegangan
Q konstan Beban P dan Q naik saat sistem turun
saat tegangan sistem naik Beban P dan Q
terjadi naik saat tegangan
perubahan sistem naik
tegangan

Tabel 2 berikut ini menunjukkan beberapa contoh nilai α dan β untuk peralatan-
peralatan listrik lainnya.

Tabel 2 Nilai tipikal pangkat (eksponen) dalam pemodelan beban

On-load tap changer

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


Kontrol tegangan otomatis dari trafo daya diatur oleh on-load tap changer. Perubahan
tap changer mempengaruhi ketergantungan beban akan tegangan jika dilihat dari sisi
jaringan transmisi. Pada umumnya trafo daya dilengkapi dengan on-load tap changer yang
memasok sistem distribusi dan menjaga tegangan sekunder tetap konstan. Ketika tegangan
di sisi distribusi turun, maka beban juga akan turun. Tap changer beroperasi setelah tunda
waktu tertentu ketika kesalahan tegangan cukup besar untuk memulihkan beban.
Bekerjanya on-load tap changer dapat membahayakan terjadi gangguan dalam suatu
sistem tenaga listrik. Turunnya posisi tap changer akan meningkatkan tegangan di jaringan
distribusi, yang artinya akan meningkatkan transfer daya reaktif dari jaringan transmisi ke
jaringan distribusi. Gambar 5 menunjukkan kerja on-load tap changer ketika terjadi
gangguan jika dilihat dari sisi jaringan transmisi.

Gambar 5 Respon on-load tap changer saat terjadi gangguan

Sebelum terjadinya gangguan, titik operasi berada pada posisi A. Setelah terjadi
gangguan titik operasi pindah ke posisi B, yang mana disebabkan oleh turunnya tegangan
sekunder dan ketergantungan beban terhadap tegangan. Kurva beban tersebut
menunjukkan kondisi sistem tenaga sesaat setelah terjadinya gangguan. Setelah beberapa
tunda waktu tertentu, tap changer akan turun untuk menaikkan tegangan sekunder. Titik
operasi dilihat dari jaringan transmisi bergerak disepanjang kurva PV sebelum gangguan
menuju titik maksimum pembebanan, yang selanjutnya akan mengakibatkan turunnya
tegangan primer. Tap changer beroperasi sampai tegangan sekunder mencapai tegangan
nominalnya, yaitu titik D. Jumlah beban di titik A dan D adalah sama karena respon dari tap
changer. Titik operasi D adalah titik stabil, namun cukup dekat dengan titik pembebanan
maksimum setelah gangguan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


Ketergantungan beban terhadap tegangan dapat dilihat ketika on-load tap changer
mencapai batas minimum dari tap changer, yakni pada kasus on-load tap changer tidak
mampu mempertahankan tegangan sekunder konstan. Besar tahapan dari on-load tap
changer harus diperhitungkan dalam studi aliran daya yang berdasarkan studi stabilitas
tegangan jangka panjang. Pemulihan beban juga dapat terjadi meskipun tegangan jaringan
distribusi tidak naik sampai nilai nominalnya atau nilai sebelum terjadi gangguan.

Karakteristik Peralatan Kompensator


Tujuan dari kompensasi daya reaktif adalah untuk memperbaiki kinerja operasi dari
sistem tenaga listrik. Kompensasi dibutuhkan untuk mengontrol keseimbangan daya reaktif
dari sistem tenaga lsitrik. Selain itu, kompensasi juga dibutuhkan untuk meminimalkan rugi-
rugi daya reaktif dan mempertahankan profil tegangan konstan di jaringan. Sumber
kompensasi daya reaktif diletakkan sedekat mungkin dengan titik yang kekurangan daya
reaktif. Transfer daya reaktif akan meningkatkan arus saluran yang mengakibatkan rugi-rugi
daya aktif dan reaktif. Peralatan yang digunakan sebagai kompensator antara lain kapasitor,
reaktor, generator/kompensator sinkron (sinchronous generators) dan static var
compensators (SVC). Penggunaan kompensator shunt lebih baik digunakan daripada
kompensasi fixed dalam kontrol tegangan di jaringan. SVC dapat dimodelkan sebagai
generator ketika kebutuhan daya berada dalam batas, kapasitor digunakan ketika
kebutuhan daya reaktif lebih besar daripada batas maksimumnya, sedangkan reaktor
digunakan ketika kebutuhan daya reaktif lebih rendah dari batas minimumnya.

3.3. Analisis stabilitas tegangan pada sistem radial

Sebagai ilustrasi mengenai stabilitas tegangan pada sistem radial dapat dilihat pada
gambar 3 dibawah ini. Gambar tersebut menunjukkan sistem tenaga listrik sederhana
dengan pembangkit listrik yang memasok beban melalui saluran transmisi. Jaringan
tersebut direpresentasikan dengan sebuah rangkaian ekivalen generator pada kondisi
steady state dimanategangan generator (E) diasumsikan normal dan sama dengan
tegangan pada bus pembangkit Vi. Vi akan dijaga konstan melalui pengaturan eksitasi
generator.

Gambar 6 : Sistem Radial dengan dua Bus


Dimana:
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11
Vi, Vj tegangan ujung pengirim dan penerima
δi, δj Sudut tegangan ujung pengirim dan penerima
Pi, Pj Daya aktif bus ujung pengirim dan penerima
Qi, Qj Daya reaktif bus ujung pengirim dan penerima
Ybus (G+jB) Admitansi saluran antara bus i dan j
Sistem diatas dapat dikembangkan menjadi sebuah n-bus sistem untuk menunjukkan
hubungan antara tegangan ujung pengirim Vi dan daya aktif Pj pada bus ujung
penerima. Ha ini memberikan perkiraan yang akurat atas margin stabilitas tegangan dimana
daya aktif pada bus kritis ata bus tertentu mengindikasikan daya MW yang mampu
dikirimkan melalui suatu transmisi.
Dengan mengasumsikan bus i sebagai bus referensi , lalu arus saluran I dapat
dihitung dengan persamaaan:

Dengan menggunakan daya ujung penerima, besar arus I juga dapat ditentukan
dengan persamaan:

Dengan menyusun persamaan (1) dan (2) menghasilakan:

Bagian real dan imajiner dari persamaan (3) dapat dipisahkan menjadi:

Dengan mensubstitusikan persamaan (5) ke dalam persamaan (3) untuk


mendapatkan hubungan Vi-Pj diperoleh:

Dengan menggunakan persamaan aljabar, maka persamaan (6) dapat dirubah


menjadi:

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


Dengan mengasumsikan tegangan terminal ujung penerima konstan, mengakibatkan
faktor daya beban di bus ujung penerima juga konstan. Besar δj relatif sangat kecil
sehingga dapat diabaikan kontribusinya terhadap persamaan (7), yang membuat besar

dapat dieliminasi. Selanjutnya, karena Gbus adalah representasi dari

, maka persamaan baru menjadi:

Besar dari Vj dari persamaan (8) adalah:

Persamaan (9) memberikan satu niali akar real yang berbeda atau dua nilai akar yang

sama dari Vj jika didiskriminasi menuju nol. Nilai akar real yang didiskriminasi
dapat dibuat sebagai berikut:

Nilai Vj bervariasi dari nol sampai satu menghasilkan beberapa indikasi dikarenakan
batasan dari akar real. Batasan tersebut dapat dijadikan indikasi stabilitas tegangan, dimana
tegangan akar real lebih besar dari nol dan lebih kecil dari satu. Jika tidak, maka stabilitas
tegangan dipenuhi. Hal ini membuktikan bahwa persamaan untuk menentukan stabilitas
tegangan pada sistem bus radial dapat diasumsikan sebagai berikut:

Gambar 1 juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara tegangan ujung
pengirim Vi dengan daya reaktif ujung penerima Qj. Hubungan tersebut dapat menunjukkan
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13
analisis stabilitas tegangan yang lebih akurat. Daya reaktif sangat erat kaitannya dengan
keamanan tegangan sistem sehingga memberikan perkiraan margin stabilitas tegangan
dengan daya reaktif pada bus yang ditentukan atau bus kritikal. Margin daya reaktif adalah
daya jarak MVAR yang dimulai dari titik normal operasi dan berakhir pada titik voltage
collapse.
Dengan mensubstitusikan persamaan (4) ke persamaan (3) , maka kaitan antara V-Q
dapat dibuat menjadi:

Dengan menggunakan modifikasi aljabar maka persamaan (12) dapat diubah menjadi:

Dengan menggunakan asumsi dan mengikuti prosedur yang sama, maka diskriminasi
akar Vj sebagai hubungan dengan beban daya reaktif dapat ditunjukkan oleh persamaan
berikut:

Karena Bbus memiliki elemen diagonal yang dominan, maka VQI dapat diubah
menjadi:

VPIbus dan VQIbus bervariasi dari nol sampai satu yang mengidentifikasi batas
stabilitas sistem. Ketika nilai dari VPIbus dan VQIbus mendekati nilai satu, maka stabilitas
tegangan mencapai batas stabilitasnya. Voltage collapse terjadi ketika nilai VPIbus dan
VQIbus melebihi batas stabilitasnya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


3.4. Metoda dalam analisis stabilitas tegangan

Dalam analisi stabilitas tegangan, terdapat beberapa metoda analisis yang digunakan,
antara lain:
1. Metoda kurva P-V
2. Metoda kurva Q-V

3.4.1. Karakteristik Kurva P-V


Analisis kurva P-V digunakan untuk menentukan stabilitas tegangan dari
suatu sistem radial dan juga jaringan dengan sistem meshed. Dalam analisis
ini, daya aktif (P) pada suatu area dinaikkan secara bertahap lalu tegangan (V) di
beberapa bus yang kritis diamati, selanjutnya tegangan di beberapa bus tersebut di-
plot dalam suatu kurva untuk menentukan stabilitas tegangan dari suatu
sistem dengan menggunakan pendekatan analisis statis.
Untuk menjelaskan analisis kurva P-V, asumsikan suatu sistem dua bus
dengan satu unit generator, saluran transmisi tunggal dan sebuah beban, seperti
ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7 Diagram satu garis sistem dua bus (radial)

Kurva P-V sangat bermanfaat dalam menentukan seberapa besar pelepasan


beban yang harus dilakukan untuk menetapkan kondisi jaringan sebelum gangguan
bahkan dengan kenaikan maksimum dari daya reaktif yang dipasok melalui berbagai
macam peralatan otomatis seperti kapasitor atau kondensor.
Jika beban diasumsikan = +dimana V1 adalah tegangan ujung
pengirim, V2 adalah tegangan ujung penerima, dan Cos θ adalah faktor daya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


Dari gambar 7 dapat diperoleh:

Dengan asumsi G=0, maka:

Selanjutnya kita peroleh:

Dengan mendefenisikan , maka:

Dari gambar 7 juga dapat menentukan:

Dengan menyamakan persamaan dan , maka diperoleh:

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


Persamaan di atas adalah persamaan kuadratik | | , dengan
mengeliminasi dan menurunkan persamaan urutan keduanya, maka diperoleh:

Dari persamaan di atas, tegangan di titik beban dipengaruhi oleh daya aktif
yang dikirim menuju beban, reaktansi saluran, dan faktor daya dari beban. Tegangan
di ujung penerima memiliki dua nilai, dimana nilai yang lebih besar adalah nilai
yang
stabil. Beban ketika kedua nilai dari persamaan kuadratik | |
besarnya sama mengindikasikan steady state voltage collapse point.

Gambar 8 Kurva P-V dari suatu sistem radial

Gambar 8 Kurva P-V untuk berbagai macam faktor daya pada sistem radial
Garis putus-putus (locus of critical points) pada gambar 8 diperoleh dengan
menghubungkan titik hidung (nose) masing-masing kurva P-V dari beberapa faktor
daya. Hanya titik operasi yang berada di atas garis kritis yang menunjukkan kondisi
operasi yang memuaskan. Pada titik knee kurva P-V, tegangan akan turun secara
drastis jika transfer daya semakin meningkat ke beban. Kurva P-V sangat beguna
untuk analisis stabilitas tegangan khususnya pada sistem yang radial.
Contoh lain kurva P-V pada suatu saluran transmisi radial dengan panjang
300 kM dan rugi-rugi saluran yang diabaikan dapat dilihat pada gambar 9.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Gambar 9 Kurva P-V saluran transmisi tunggal 300 kM dengan rugi-rugi
diabaikan

3.4.2. Karakteristik Kurva Q-V


Kurva Q-V adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara daya reaktif (Q)
dan tegangan ujung penerima (V) untuk berbagai macam daya aktif (P).
Dengan menggunakan sistem sederhana seperti gambar 7 (tanpa rugi-rugi
jaringan) seperti persamaan berikut:

Dengan mengasumsikan = 1,0, dan dengan nilai dan yang diketahui, dapat
dihitung dari persamaan pertama dan Q dari persamaan kedua. Lalu dilakukan
proses yang sama dengan berbagai macam nilai untuk mendapatkan kurva Q-V
untuk nilai yang telah ditentukan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


Gambar 9 Kurva Q-V saluran transmisi tunggal 300 kM dengan rugi-rugi
diabaikan

Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari hubungan Q-V antara lain:
- Sensitivitas dan variasi dari tegangan bus berdasarkan daya reaktif yang
diinjeksikan pada bus tersebut
- Studi kebutuhan kompensasi daya reaktif (Var)
- Ketidakstabilan tegangan terjadi pada saat dQ/dV negatif (critical
voltage)

Bagian bawah kurva Q-V (pada dQ/dV=0) menunjukkan batas kestabilan


tegangan, kurva Q-V pada sisi kanan menunjukkan daerah stabil dan pada sisi kiri
menunjukkan daerah tidak stabil.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


3.5. Upaya Pencegahan ketidakstabilan Tegangan

Beberapa upaya dalam mencegah ketidakstabilan tegangan dapat dilakukan dengan:


a. Desain sistem
b. Desain operasi
c. Metoda identifikasi penyebab ketidakstabilan dan pemilihan upaya-upaya
perbaikannya

a. Desain sistem
Upaya perbaikan desain sistem dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya:
 Penggunaan peralatan kompensasi VAR :
o Memastikan margin stabilitas yang mencukupi dengan pemilihan
skema yang tepat
o Pemilihan ukuran, rating, dan lokasi berdasarkan studi
yang menyeluruh
o Kriteria desain berdasarkan pada jatuh tegangan maksimum yang
diijinkan
o Margin stabilitas harus didasarkan pada jaraj MW dan MVAR
terhadap ketidakstabilan
o Sangat penting untuk mengenali area kontrol tegangan
dan perbatasan yang kritis
 Mengontrol tegangan jaringan dan keluaran daya reaktif generator :
o Kompensasi beban dengan AVR dapat memberikan banyak
perbaikan tegangan.
o Sebagai alternatif, kontrol keluaran sekunder dari sistem eksitasi
generator dapat digunakan untuk mengatur tegangan di sisi jaringan.
Namun kontrol ini jauh lebih lambat dibandingkan dengan kontrol
menggunakan AVR.
o Beberapa utilitas telah mengembangkan beberapa skema,
diantaranya: EdF dan ENEL telah menggunakan skema kontrol
tegangan sekunder untuk mengatur tegangan jaringan dan keluaran
VAR generator. Tokyo electric power telah menggunakan kontrol
adaptive dari daya reaktif

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 20


 Mengontrol tap changer dari transformator :
o Dapat dikontrol baik secara lokal maupun dari pusat, sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya voltage collapse
o Apabila perubahan posisi tap menggangu, metoda sederhana yang
digunakan adalah mem-block perubahan posisi tap ketika sisi sumber
daya menurun, dan meng-unblock saat tegangan sudah pulih.
o Terdapat potensi dalam memperbaiki strategi kontrol berdasarkan
pengetahuan akan karakteristik beban, contoh:
 Mengalokasikan beban perumahan, setidaknya untuk sesaat,
beban akan turun ketika tegangan sekunder juga turun
 Beban industri tidak berpengaruh, akan tetapi ketika tegangan
sekunder naik akan memberikan daya VAR lebih besar
 Kontrol ULTC (Under load tap changing) berbasis mikrokontroler
menawarkan flexibilitas untuk penerapan strategi pengontrolan.
 Under-voltage load shedding :
o Digunakan untuk mengantisipasi situasi ekstrim yang tak direncanakan
o Sejalan dengan under-frequency load shedding, yang
biasanya digunakan untuk mengantisipasi kekurangan pembangkitan
o Memberikan low-cost karena mencegah voltage collapse menyeluruh
o Karakteristik dan lokasi dari beban yang akan dilepas lebih penting
untuk permasalahan tegangan daripada permasalahan frekuensi
o Harus didesain untuk membedakan kondisi gangguan, kedip tegangan
transien, dan tegangan rendah yang memicu terjadinya voltage
collapse.
 Koordinasi proteksi dan kontrol :
o Kurangnya koordinasi proteksi dan kontrol telah menjadi faktor
penyebab terjadinya voltage collapse
o Koordinasi yang baik harus dijamin berdasarkan studi simulasi dinamis
o Tripping peralatan untuk mencegah terjadinya kondisi overloaded harus
menjadi solusi paling terakhir
o Apabila memungkinkan, pengukuran kontrol yang baik (otomatis atau
manual) harus disiapkan untuk lepas dari kondisi overload.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 21


b. Desain operasi
Upaya perbaikan desain operasi dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya:
 Margin stabilitas:
o Sistem harus dioperasikan dengan margin stabilitas yang cukup dengan
penjadwalan sumber VAR dan pengaturan tegangan yang baik
o Jika margin yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh penjadwalan VAR
tersebut, maka sangat penting untuk membatasi transfe daya dan men-
start pembangkit lain yang berada di dekat lokasi yang kritis
 Cadangan putar (spinning reserve):
o Cadangan putar yang cukup harus dipastikan dengan mengoperasikan
generator, bahkan bila perlu, dengan eksitasi yang rendah datau
menengah
oCadanga putar harus dijaga dan ditetapkan untuk setiap area kontrol
 Tindakan operator:
o Operator harus mampu mengenali permasalahan stabilitas tegangan dan
mengambil langkah-langkah yang tepat, seprti : mengatur transfer daya
dan tegangan, dan load curtailment.
o Strategi operasi untuk mencegah terjadinya voltage collapse harus dibuat
o Memonitor dan menganalisi secara online untuk mengidentifikasi
permasalahan yang mungkin terjadi dan upaya perbaikan sangat
diperlukan.

c. Metoda identifikasi penyebab dan pemilihan upaya-upaya


ketidakstabilan perbaikannya
 Analisis modal untuk mengidentifikasi:
o Bentuk ketidakstabilan tegangan individual
o Area kritis dari kontrol tegangan
o Partisipasi generator, busbar, dan branch (transmisi, trafo)
 Faktor partisipasi branch mengidentifikasi branch mana yang mengkonsumsi
daya reaktif paling besar sebagai efek dari kenaikan beban
Brach yang memiliki kontribusi besar diantaranya:

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 22


o Jaringan berbeban rendah
o Branches yang overloaded
Upaya yang berguna untuk meningkatkan keandalan sistem diantaranya
menambah saluran baru, kompensasi kapasitor seri, dan lain-lain.
 Faktor partisipasi generator mengidentifikasi generator mana yang memasok
daya reaktif paling besar sebagai efek dari kenaikan pembebanan daya
reaktif
 Faktor partisipasi bus mengidentifikasi area-area yang berhubungan dengan
tiap kondisi. Sebagai tambahan, besarnya kontribusi bus mengidentifikasi
keefektifan dan upaya perbaikan yang dilakukan pada bus tersebut (berguna
untuk menentukan lokasi SVC, switch shunt).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 23

Anda mungkin juga menyukai