Anda di halaman 1dari 88

Materi Inti 1

PERSIAPAN PELAYANAN
KEBIDANAN

OLEH
RUWAYDA
Pelatihan Jafung Bidan Ahli
POKOK BAHASAN

1. Persiapan Pelayanan Kasus Patologis,


Kasus kebidanan dgn Penyakit Penyerta
dan Kegawatdaruratan Kebidanan
2. Persiapan Pelayanan Kebidanan pada
kasus kebidanan patologis, kasus sedang
dan kegawatdaruratan kebidanan
Sub pokok bahasan
 Proses menyiapkan dan memberikan asuhan kebidanan
yang dilakukan bidan sesuai dengan wewenangnya
guna mencapai pelayanan yang optimal dan
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dengan
memperhatikan Patient Safety mulai dari :
 1. Persiapan tindakan
 2. Pencegahan infeksi
 3. Menyiapkan alat dan obat
 4. Memproses alat/limbah bekas pakai
Peraturan Yang mendasari Persiapan
Pelayanan Kebidanan
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN
 Kepmenkes RI no 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar
Asuhan Kebidanan
 Permenkes no 36 Tahun 2019 ttg Jabatan Fungsional Bidan
 Berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan bahwa dalam
menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan
memberikan pelayanan meliputi pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana, serta
pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang,
dan/atau pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu

6-5
 Pasal 47 : Bidan dapat berperan sebagai
pemberi pelayanan kebidanan, pengelola
pelayanan kebidanan, penyuluh dan
konselor, pendidik, pembimbing, dan
fasilitator klinik, penggerak peran serta
masyarakat dan pemberdayaan
perempuan dan/atau peneliti dalam
penyelenggaraan praktik kebidanan.
6-6
 Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan, Bidan memberikan asuhan kebidanan yang
bersifat holistik, humanistik berdasarkan evidence
based dengan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan, dan memperhatikan aspek fisik, psikologi,
emosional, sosial budaya, spiritual, ekonomi, dan
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan
reproduksi perempuan, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun
2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

6-7
 Ruang lingkup asuhan (Kepmenkes no 320/2020)
 Bayi Baru Lahir (Neonatus).

 Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

 Remaja.

 Masa Sebelum Hamil.

 Masa Kehamilan.

 Masa Persalinan.

 Masa Pasca Keguguran.

 Masa Nifas.

 Masa Antara.

 Masa Klimakterium.

 Pelayanan Keluarga Berencana.

 Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas

Perempuan.
6-8
Persiapan Pelayanan Ibu Hamil

 Tempat pelayanan yg bersih dan safety


 Persiapan peralatan, obat
 Lembar konseling, buku kia dll
 Bidan menguasai kompetensi kehamilan

6-9
6-10
6-11
PENCEGAHAN INFEKSI

 PERNYATAAN STANDAR
 Bidan dapat memberikan arah yang hendak
dicapai dengan melakukan pencegahan
infeksi yang profesional, cepat,tepat,
nyaman untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kebidanan dan kebutuhan
klien/pasien

6-12
Rasional

 Tersedianya panduan pencegahan infeksi di


tempat pelayanan kebidanan yang
mendukung pelayanan kebidanan yang
efektif, efisien dan bermutu
Kriteria Struktur

 Adanya pedoman /SOP Pencegahan Infeksi


yang ditetapkan dan tertulis
 Adanya pola ketenagaan dalam pelaksanaan
pencegahan infeksi
 Adanya evaluasi dan monitoring dalam
pelaksanaan pencegahan infeksi
Kriteria Proses

 Menyusun dan menetapkan SOP Pencegahan


Infeksi di Tempat Pelayanan Kebidanan:
Poliklinik Kebidanan, Kamar bersalin, ruang
nifas/rawat dan ruang bayi
 Melakukan sosialisasi internal tentang SOP PI
 Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan
pencegahan infeksi dalam memberikan
pelayanan Kebidanan
KRITERIA HASIL

 Adanya dokumen pencegahan infeksi yang


tertulis dan dapat dilihat oleh semua pihak di
tempat pelayanan kebidanan
 Adanya budaya kerja yang mengacu kepada
standar operasional Pencegahan infeksi
PENCEGAHAN INFEKSI

Mencegah transmisi silang penyakit berbahaya dan menjaga


kualitas pelayanan
TUJUAN PENCEGAHAN INFEKSI

 Bagian dari kualitas pelayanan kesehatan


 Mencegah infeksi silang dalam prosedur
klinik seperti episiotomi, menyuntik, periksa
dalam atau Seksio Sesaria
 Menurunkan risiko transmisi penyakit
menular seperti Hepatitis B dan AIDS
Aplikasi Kewaspadaan Standar

 Setiap orang dapat merupakan sumber infeksi


 Membudayakan cuci tangan
 Menggunakan barier protektif (misalnya: sepatu,
masker, kacamata, gaun bedah, sarung tangan)
 Penggunaan aseptik dan antiseptik
 Memproses instrumen agar aman digunakan
 Budaya aman dalam setiap prosedur
 Pengelolaan limbah berbahaya secara adekuat
Mengelola
Cucitangan dan Memproses peralatan
benda tajam
asepsis/antisepsis

Mengelola limbah

Barier
Protektif
Beberapa cara mengurangi risiko
transmisi penyakit
 Diantara klien-petugas
 Cuci tangan
 Gunakan Barier Protektif
 Sarung tangan
 Pelindung mata (kacamata, masker)
 Apron/Celemek
 Budaya aman di tempat kerja
 Jangan memasang tutup/membengkokkan jarum suntik
bekas pakai
 Selalu berhati-hati dalam memegang/mengelola benda
tajam
CUCI TANGAN

 Saat datang dan pulang dari tempat kerja


 Sebelum dan setelah memeriksa klien
 Sebelum dan setelah pakai sarung tangan
 Setelah terpapar darah atau sekret tubuh
 Setelah tersentuh material berbahaya/toksik
 Sebelum dan setelah makan
 Setelah menggunakan toilet/buang air
Mencuci tangan

 Gunakan sabun, air bersih


mengalir 10-15 detik dan
pakai handuk pribadi atau
tissue
 Sebagai alternatif, dapat
gunakan bilasan alkohol-
gliserin (asalkan tangan tak
kotor secara fisik)
Larutan Alkohol/Gliserin
Formula
 Tambahkan 2 ml gliserin kedalam 100 ml
larutan alkohol 60-90%.
 Tuangkan sebanyak 3 to 5 ml dan gosokkan
pada kedua belah tangan selama 2-5 menit,
diperlukan sejumlah 6-10 ml untuk
keseluruhan proses.
Cuci tangan pra-bedah
 Gunakan larutan
antiseptik (bila
tersedia) dan bilas
dengan air bersih
mengalir
 Gunakan sikat halus
untuk membersihkan
kuku
 Gunakan spons untuk
membersihkan kulit
 Keringkan tangan dan
lengan dengan handuk
INGAT !

 Klien kontrasepsi, umumnya adalah orang


yang sehat dan status tersebut harus tetap
terjaga saat dan setelah pelayanan diberikan

 Setiap tindakan dengan risiko infeksi harus


dilaksanakan secara hati-hati dan benar.
 Tingginya angka infeksi pascatindakan
menunjukkan rendahnya mutu pelayanan
Barier Protektif
 Gunakan kacamata
pelindung, masker,
celemek dan sepatu
tertutup.
Gunakan Sarung Tangan

 Saat melakukan prosedur bedah


 Ketika melakukan periksa dalam
 Saat mengambil sampel darah
 Jika menangani peralatan/linen yang
terkontaminasi bahan/sekret menular
 Saat mengelola dan membuang limbah
 Membersihkan percikan darah/sekret tubuh
di peralatan, permukaan meja bedah, lantai
Gunakan sarung tangan
Saat melakukan Saat memegang atau menyentuh
tindakan bedah peralatan bekas pakai

Ketika membuang limbah


PERLINDUNGAN TRANSMISI PENYAKIT
BAGI PETUGAS KESEHATAN
 Kebanyakan infeksi terjadi akibat paparan
dengan darah atau cairan tubuh pasien yang
secara klinis belum menunjukkan gejala
adanya penyakit
 Aplikasikan budaya bersih dan aman seperti
cuci tangan dan memakai sarung tangan.
 Mencegah terjadinya luka tusuk/sayat dan
melakukan prosedur antisepsis
 Proses peralatan dan sarana kesehatan
Risiko Transmisi Penyakit

 Risiko transmisi HIV setelah tertusuk jarum


suntik dari pasien dengan HIV positif adalah
4 : 1000
 Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum
suntik dari pasien dengan HBV positif adalah
27 - 37 : 100
6-32
6-33
Mencegah Luka Tusuk
 Gunakan teknik zona aman untuk membawa atau
memindah-tangankan benda/instrumen tajam
 Pilih media/penghantar instrumen tajam yang
sesuai (misalnya: wadah logam)
 Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum
atau memasang skalpel/pisau bedah
 Beritahukan pada operator bahwa anda akan
memberikan instrumen tajam yang diminta
Mencegah Luka Tusuk
 Gunakan pinset saat mengambil jarum dan zona
aman sebagai penghantar instrumen tajam
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan klem atau
pemegang jarum
saat memasang
atau melepaskan
pisau bedah atau
instrumen tajam
lain yang harus
disatukan atau
dipisahkan
Eradikasi mikroorganisme di peralatan bekas
pakai melalui berbagai tingkatan proses

Memproses peralatan bekas pakai:


 Dekontaminasi

 Cuci dan Bilas

 Disinfeksi Tingkat Tinggi

 Sterilisasi
Dekontaminasi

Tahapan Proses
peralatan
DTT
Cuci dan Bilas  Merebus
Sterilisasi
 Kimiawi  Mengukus
 Uap panas  Kimiawi
tekanan tinggi
 Panas kering

Keringkan,dinginkan,
simpan atau siap
pakai
 Masukkan peralatan bekas Dekontaminasi
pakai yang akan digunakan
kembali ke dalam larutan
klorin 0,5% segera setelah
digunakan.
 Rendam selama 10 menit dan
segera lakukan pembilasan.
 Lakukan pula pembersihan
permukaan peralatan
(misalnya meja bedah)
dengan larutan klorin 0,5%.
Cara membuat klorin 0,5% dari konsentrat atau
sediaan yang mengandung 5% klorin

Formula :
% konsentrat yang tersedia
Bagian air digunakan sebagai pelarut : -- 1 = ....... bagian air
% yang diinginkan

Bila ingin membuat klorin 0,5% dari konsentrat / sediaan yang mengandung
5% klorin, caranya adalah sebagai berikut:
5% klorin (Bayclin®) 5 X 10
: 1 = 9 bagian air
0,5% (yg diinginkan) 5

Berarti, untuk mendapatkan klorin 0,5%, campurkan 1 bagian


konsentrat 5% klorin dengan 9 bagian air bersih
 Cuci dengan air bersih Pencucian
dan sabun atau
deterjen
 Sikat dengan sikat
halus hingga tampak
bersih
 Lakukan penyikatan
dalam air pencuci untuk
menghindarkan
percikan
 Buka engsel atau
sambungan peralatan
 Bilas merata dengan air
bersih.
Desinfeksi Tingkat Tinggi
 Susun peralatan hingga (Perebusan)
terendam dalam air
 Rebus hingga mendidih
dalam panci bertutup.
 Hitung waktu dari saat
air mulai mendidih
hingga 20 menit untuk
proses DTT
 Jangan menambah
sesuatu ke dalam panci
setelah penghitungan
waktu dimulai
 Keringkan di udara
terbuka sebelum
disimpan.
Desinfeksi Tingkat Tinggi (Pengukusan)
Susun peralatan/sarung tangan
agar semua bagian terpapar uap
dan tak terendam air pengukus
Kukus hingga keluar uap air dari
pengukus dan mulai saat itu,
hitung hingga 20 menit

Jangan menambah air atau


peralatan selama
pengukusan berlangsung
Desinfeksi Tingkat Tinggi
secara Kimiawi
 Masukkan peralatan
kedalam larutan
dekontaminan yang
tersedia
 Rendam selama 20
menit.
 Bilas dengan air DTT
 Biarkan kering
sebelum digunakan
dan disimpan.
DTT Kimiawi
 Sebelum tingkat DTT harus dilakukan dulu
dekontaminasi, cuci-bilas dan keringkan
 Gunakan larutan Klorin 0,1-0,5% atau
Glutaraldehida 2%
 Gunakan larutan baru atau belum kedaluarsa
 Pakai wadah berpenutup, bahan non-korosif
 Digunakan untuk instrumen tidak tahan panas
atau peralatan optik
 Instrumen harus terendam dengan baik
 Waktu DTT 20 menit dan bilas dengan air DTT
sebelum digunakan
Autoklaf
106 kPa, 121°C, 20 menit & 30 menit
(tanpa bungkus & terbungkus) Sterilisasi
Kimiawi
Rendam dalam Glutaraldehida
selama 10 jam

Panas kering
170°C selama 60 menit atau
160°C selama 120 menit
6-46
Menyiapkan kulit atau mukosa
untuk prosedur pembedahan
 Jangan menggunakan pisau cukur pada area
pembedahan
 Pada area berambut, lakukan pengguntingan
bila menghalangi lapangan pandang operator
 Tanyakan riwayat alergi antiseptik pada klien.
 Bersihkan area operasi dengan sabun.
 Usapkan larutan antiseptik pada area operasi
secara secara melingkar atau atas-bawah
Mengamankan atau membuang
instrumen tajam
 Masukkan dalam wadah khusus yang tahan bocor
atau tusukan
 Lakukan dekontaminasi sebelum di buang atau
dimasukkan ke dalam wadah tersebut
 Jangan menekuk atau mematahkan jarum dengan
tangan
Untuk mencegah infeksi

atau cedera berbahaya
Mengelola Limbah
akibat benda tajam pada
petugas pengelola limbah
 Menghindarkan penularan
penyakit ke masyarakat
sekitar
 Pisahkan limbah
terkontaminasi dan non-
kontaminasi
 Masukkan bahan-bahan
terkontaminasi kedalam
pembungkus tahan bocor
atau kantong plastik.
 Dibuang secara dibakar
atau ditanam.
Cara Pengelolaan Limbah
 Gunakan sarung tangan rumah tangga
 Tempatkan limbah berbahaya dalam wadah
tertutup dan aman
 Masukkan instrumen/benda tajam ke dalam
tempat khusus/tahan tusuk
 Buang limbah cair pada saluran khusus
 Bakar/tanam limbah padat yang
terkontaminasi
 Cuci tangan, sarung tangan dan wadah yang
telah digunakan untuk mengelola limbah
Pembuatan Insinerator
Sedehana dari Drum bekas
Rangkuman
 Pencegahan Infeksi merupakan upaya untuk
mencegah transmisi silang dan diterapkan dengan
mengacu pada kewaspadaan standar
 Proses peralatan atau instrumen harus dilakukan
secara benar dan taat azaz agar diperoleh hasil
maksimal dan memenuhi syarat
 Pencegahan Infeksi tidak selalu berati penambahan
biaya, yang paling penting adalah pembudayaan
lingkungan bersih dan aman serta menumbuhkan
perilaku bekerja secara standar dan selalu menjaga
kualitas pelayanan
Pokok Bahasan 2

 Pelayanan Kebidanan Kasus patologis: Kelainan


Letak/posisi, perdarahan, HDK, KPD dan sepsis
 Pelayanan Kasus sedang: Myoma Geburt, kuert, kista
bartholini, DC, sterilisasi, insisi hymen, aff IUD dengan
marcose, Kauterisasi condyloma, repair luka op, mini
laparotomi dan periumrapi
 Pelayanan Kasus Kegawatdaruratan : HPP,Eklapmsi,
Retensio Palc, Partus Macet dan asfiksia neo
PERNYATAAN STANDAR

 Penetapan kebutuhan alat dan obat


pelayanan kebidanan baik dari segi jumlah,
jenis dan spesifikasi yang menjamin
tersedianya alat dan obat untuk mencapai
pelayanan kebidanan
Kasus kasus patologi
kebidanan
MYOMA GEBURT
 Mioma Geburt merupakan mioma
submukosum yang dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
serviks. tingkat kejadian mioma submukosa
sekitar 20-40%, dan penyakit ini sering
terjadi pada wanita berusia 30-50 tahun
KURET
 Kuret atau kuretase, adalah suatu prosedur yang
bertujuan untuk mengeluarkan jaringan dalam
rahim. Kuret biasanya diawali dengan tindakan yang
dinamakan dilatasi, untuk melebarkan lever rahim
(serviks), sehingga seringkali disebut sebagai
dilatasi dan kuretase (D&C). Kuret dapat dilakukan
dengan metode pengerokan menggunakan alat
berbahan logam ataupun metode isap
menggunakan alat khusus
KISTA BARTHOLINI
Kista Bartholini

 Bartolinitis :suatu proses infeksi yang terjadi


pada kelenjar Bartolini.
 Kista Bartolini :suatu pembesaran berisi
cairan yang terjadi akibat sumbatan pada
salah satu duktus sehingga mukus yg
dihasilkan tidak dapat disekresi
DC

6-62
Sterilisasi

6-63
 Tubektomi/sterilisasi adalah prosedur
pemotongan atau penutupan tuba falopi
atau saluran indung telur yang
menghubungkan ovarium ke rahim.
Setelah tubektomi, sel-sel telur tidak akan
bisa memasuki rahim sehingga tidak
dapat dibuahi. Prosedur ini juga akan
menghalangi sperma ke tuba falopi.

6-64
Insisi Hymen

6-65
 Hymen imperforata/ Atresia hymen
merupakan hymen dengan membrane yang
solid tanpa lubang. Hymen imperforata
merupakan salah satu dari penyebab
Pseudoamenorrhea / Cryptomenorrhea (haid
ada, tetapi darah haid tidak keluar) yang
bersifat kongenital dan abnormalitas ini terjadi
pada bagian distal saluran genitalia wanita

6-66
Aff IUD with Narcose

6-67
Kauterisasi Condyloma

6-68
 Kauterisasi adalah teknik medis untuk
menggunakan panas untuk membakar
jaringan. Ini adalah metode populer lainnya
yang digunakan untuk menghilangkan
condiloma

6-69
Repair Luka Operasi

6-70
 Luka sayatan operasi caesar biasanya
memiliki panjang sekitar 10–15 cm. Bila tidak
terjadi infeksi, luka tersebut akan menutup
dan pulih dalam jangka waktu 6 minggu.

6-71
Mini laparotomi

6-72
 Ligasi tuba mini-laparotomi (mini-lap)
adalah metode lain yang paling umum untuk
mengikat tuba falopi. Kebanyakan wanita
akan melakukan prosedur ini segera setelah
melahirkan. Selama mini-laparotomi
postpartum, dokter bedah akan membuat
sayatan kecil tepat di bawah pusar.

6-73
Periumrapi

6-74
RASIONAL

 Terpenuhinya alat kebidanan yang memadai


untuk mendukung pelayanan kebidanan yg
efektif dan efisien

6-75
KRITERIA STRUKTUR
 Adanya kebijakan ttg pengelolaan alat dan obat pely
keb
 Adanya mekanisme pengelolaan alat dan obat pely keb
 Adanya SOP penggunaan Alat dan obat
 Adanaya Protap/SOP pemeliharaan alat dan obat
 Adanya standar alat dan obat
 Adanya pengelolaan alat dan obat
 Adanya tempat penyimpanan alat dan obat

6-76
Pengelolaan Obat

6-77
Pengelolaan alat Pelayanan
Kebidanan

6-78
Alat Operasi SC

6-79
Alat Vacum Ekstraksi

6-80
Ekstraksi Forcep

6-81
Alat Kuretase

6-82
Alat Resusitasi Bayi

6-83
KRITERIA PROSES
 Mengidentifikasi kebutuhan alat dan obat kebidanan
sesuai jumlah, jenis dan spesifikasi
 Menyusun rencana kebutuhan alat dan obat
 Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan dan
penyimpanan alat kebidanan sesuai SOP
 Melaksanakan koordinasi anatara kebidanan dgn unit
lain terkait dalam pengelolaan utk pelayanan kebidanan
 Mengoptimalkan alat kebidanan secara teratur dan
berkala

6-84
KRITERIA HASIL

 Tersedianya alat kebidanan sesuai standar


 Adanya dokumen meliputi frekuensi
penggunaan alat tertentu, kondisi dan masa
pakai alat kebidanan
 Adanya daftar inventaris alat dan obat
kebidanan di tiap unit secara tertentu dan
berkala

6-85
Contoh cek list tindakan
kebidanan

6-86
Penugasan

 Tugas individu : untuk menyusun persiapan pasien, alat,


obat, bahan dll
 Pelayanan Kebidanan Kasus patologis: Kelainan
Letak/posisi, perdarahan, HDK, KPD dan sepsis
 Pelayanan Kasus sedang: Myoma Geburt, kuret, kista
bartholini, DC, sterilisasi, insisi hymen, aff IUD dengan
marcose, Kauterisasi condyloma, repair luka op, mini
laparotomi dan periumrapi
 Pelayanan Kasus Kegawatdaruratan : HPP,Eklapmsi,
Retensio Plasenta, Partus Macet dan asfiksia neonatorum

6-87

Anda mungkin juga menyukai