Journal Reading
Wulandari (19360160)
Preseptor
Dr.Aspri Sulanto Sp.An
Pendahuluan
Persentase total anak-anak yang kekurangan berat badan di Kabupaten Muna
adalah 11,8% dan persentase anak-anak yang terbuang sia-sia adalah 6,3%.
Latar Seperti yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
belakang peningkatan status gizi anak-anak kurang gizi dilakukan dengan
meningkatkan suplementasi makanan. Memberikan formula terapi 100 (F-
100), di mana F-100 adalah makanan yang terbuat dari produk susu yang
diberikan pada fase transisi
dan rehabilitasi
Status nutrisi
Variabel Kategori Malnutrisi Kurang berat RR 95% CI hal
n % n %
Penerimaan Lebih
sedikit (<100%) 20 83.33 4 16.67 2.7 1.07-7.21 0.02
Baik
(100%) 22 53.66 19 46.34
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara penerimaan F-100
dan status gizi karena p<0,05 dengan RR = 2,7 (95% CI = 1,07-7,21) berarti anak-anak yang
tidak menghabiskan F-100 memiliki risiko 2,7 kali dan masih memiliki probabilitas tinggi
untuk mengalami kekurangan gizi dibandingkan dengan anak-anak di bawah lima yang
menghabiskan F-100.
Tabel . Hubungan antara Asupan Total Kalori dengan Status Gizi
Status nutrisi
Variabel Kategori Malnutrisi Kurang berat RR 95% CI hal
n % n %
Total kalori Lebih sedikit (≤70%) 22 84.62 4 15.38 3.17 1.22-8.25 0.006
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kecukupan
kalori total dan status gizi akhir balita karena nilai p <0,05, dengan RR = 3,17 (95% CI = 1,
22-8,25) berarti bahwa anak-anak dengan kecukupan kalori total ≤70% atau termasuk dalam
kategori risiko kurang 3,6 kali masih mengalami kekurangan gizi dibandingkan dengan
anak-anak dengan total kekurangan kalori> 70%.
Tabel . Hubungan antara Penyakit Menular dengan Status Gizi
Status nutrisi
n % n %
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit
menular dan status gizi karena p <0,05, dengan RR = 2,6 (95% CI = 1,01-6,73) berarti anak
yang terinfeksi penyakit ketika penelitian ini dilakukan memiliki risiko 2,6 kali akan tetap
mengalami kekurangan gizi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengalami penyakit
menular.
Dalam penelitian ini, status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit menular tetapi
ada juga beberapa faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi status gizi. Faktor-faktor tidak langsung
ini termasuk akses ke fasilitas kesehatan publik yang terletak jauh dari rumah, distribusi yang tidak merata
dari ahli gizi yang sangat baik, dan latar belakang pendidikan orang tua yang buruk. Dengan memiliki fasilitas
kesehatan yang sangat baik, responsif dan akses yang baik ke layanan kesehatan, maka diharapkan dapat
mendukung peningkatan status kesehatan masyarakat, terutama pada status gizi anak-anak di bawah usia lima
tahun
Kesimpulan