0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan16 halaman
Journal membahas hiperbilirubinemia dan infeksi pada neonatus. Penelitian ini menemukan bahwa infeksi bakteri merupakan penyebab signifikan terjadinya hiperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupan neonatus. Peneliti menyarankan skrining infeksi saluran kemih pada neonatus ikterus asimtomatik setelah usia satu minggu dan skrining sepsis pada neonatus yang mengalami gejala infeksi di minggu pertama.
Journal membahas hiperbilirubinemia dan infeksi pada neonatus. Penelitian ini menemukan bahwa infeksi bakteri merupakan penyebab signifikan terjadinya hiperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupan neonatus. Peneliti menyarankan skrining infeksi saluran kemih pada neonatus ikterus asimtomatik setelah usia satu minggu dan skrining sepsis pada neonatus yang mengalami gejala infeksi di minggu pertama.
Journal membahas hiperbilirubinemia dan infeksi pada neonatus. Penelitian ini menemukan bahwa infeksi bakteri merupakan penyebab signifikan terjadinya hiperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupan neonatus. Peneliti menyarankan skrining infeksi saluran kemih pada neonatus ikterus asimtomatik setelah usia satu minggu dan skrining sepsis pada neonatus yang mengalami gejala infeksi di minggu pertama.
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun 2020 Latar Belakang
Hiperbilirubinemia sering terjadi di minggu pertama,
sekitar 60% bayi cukup bulan, dan 80% pada bayi prematur Hiperbilirubinemia dapat menjadi salah satu manifestasi adanya infeksi, yang sejalan dengan penelitian sebelumnya karena merupakan kasus dengan morbiditas tinggi. Memberikan wawasan bagi tenaga kesehatan terkait dengan faktor prediposisi, etiologi, dari ikterus agar dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik Tujuan
Untuk mengetahui angka kejadian,waktu,
keparahan penyakit kuning, tanda dan komplikasi infeksi pada hiperbilirubinemia neonatal Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Cross
Rancangan sectional dan Analisis yang digunakan yaitu dengan Penelitian Fisher test, the X² test and Student t test dengan SPSS 13.5
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2003 dan
Tempat dan Waktu Oktober 2011 di Rumah Sakit Ghaem , Mashhad- Iran. Teknik Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 1763 neonatal
(umur 1-29 hari) dengan ikterus. Dari 1763 neonatal dengan ikterus didapatkan jumlah neonatal ikterus dengan infeksi 1261. Dari 1261, 827 merupakan data ekslusi dan 434 data inklusi. KRITERIA INKULSI KRITERIA EKSKLUSI
Nenoatal dengan infeksi ( 131 Neonatal dengan
neonatal), sebagai kelompok kasus hemolysis yang terdiri dari: Hypothyroidism Pneumonia ( 7 ) Defisiensi G6PD Sepsis ( 22 neonatal) Penyakit jantung bawaan Infeksi Saluran Kemih( 102 CREDITS: This presentation template was created by neonatal) Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik Neonatal ikterus idiopatik ( 303 neonatal ) sebagai kelompok kontrol Hasil
Tabel 1. Karakteristik umur, BB bayi, BB ibu, Umur kandungan, Umur
neonatal saat ikterus Tabel 2. Perbandingan klinis dan laboratorium dari Infeksi Saluran Kemih, Sepsis, dan Pneumonia Gambar 2. Patogen paling umum yang diisoloasi dari sepsis adalah : Staphylococcus aureus diikuti staphylococcus epidemidis, proteus, enterobacter,klebsiella dan e. coli. Ditemukan, 81 neonatal dengan bacteriuria 71 neonatal dengan leukocituria 50 neonatal neonatal dengan bacteriuria dan leukocituria
Tidak di temukan neonatal dengan Infeksi Saluran Kemih pada
neonatal ikterus usia 5 hari atau <5 hari. Neonatal dengan Infeksi Saluran Kemih ditemukan sebanyak 24, pada usia neonatal ikterus antara 5-7 hari Pasien neonatal ikterus yang berusia 7 hari atau lebih, mengalami neonatal Infeksi Saluran Kemih sebanyak 78 Diskusi
Penelitian ini menemukan bahwa ikterik dapat dimanifestasikan
sebagai tanda infeksi pertama pada neonatus Pada penelitian ini tingkat kejadian penyakit kuning akibat infeksi dilaporkan 10% dari bayi baru lahir yang ikterik menurut penelitian yang dilakukan Chavalitdhamrong et al, dari 69 neonatus tanpa gejala dengan ikterik yang tidak dapat dijelaskan, ditemukan Infeksi Saluran Kemih dengan Gram negatif hanya 2 bayi. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Gracia et al, Infeksi Saluran Kemih terjadi pada 12 (7.5%) dari 160 bayi dengan ikterik asimptomatik, dan penelitian yang dilakukan oleh Xinias et al melaporkan dari 462 bayi 30 mengalami Infeksi Saluran Kemih. Patogen yang paling umum diisolasi dalam penelitian ini adalah Klebieslla penumonia dan Eschercia coli yang sebanding dengan hasil penelitian Gracia et al. 76,5% dari penyakit kuning dengan ISK dalam kelompok kasus mucul gejala setelah usia 1 minggu. Kebanyakan hiperbilirubin dengan ISK yang asimtomatik dinyatakan sebagai hiperbilirubin fisiologis yg meninggi, sehingga tidak diindikasikan untuk rawat inap. Bakteriuria dan leukocyturi didefinisikan dalam 64,8% dan 63% kasus dan masing-masing 37% kasus menunjukan keduanya Penelitian yang dilakukan oleh Gracia et al, mendeteksi bahwa 50% bayi ikterus asimptomatik dengan Infeksi Saluran Kemih memiliki hasil pemeriksaan urin atau mikroskop yang abnormal. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Biglen et al, patogen yang diisolasi dari Infeksi Saluran Kemih adalah Enterobacter aerogenes 38%, Enterococcus faecalis 25%, Klebsiella penumonia 25% dan Eschercia coli 12%. Penelitian yang dilakukan oleh Bilgen et al, USG ginjal mengungkapkan kelainan Saluran Kemih pada 3 (38%) pasien dengan hidronefrosis dan pelvicectasis dan ada 1 pasien yang memiliki refluk unilateral. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ghaemi et al, 400 kasus, Infeksi Saluran Kemih ditemukan 23 bayi dengan ikterus onset lambat. Diantaranya 17,39% ditemukan memiliki kelainan urogenital. Penelitian ini dari 81 kasus yang melakukan pemeriksaan USG ditemukan kelainan saluran kemih pada 27 kasus (26,5%) termasuk hidronefrosis, batu kemih dan pelvicectasis dan pada pemeriksaan 36 kasus yang diperiksa ditemukan 16 kasus (44%) neonatus yang dievaluasi memiliki refluks grade 1-3 unilateral. Kesimpulan
Infeksi bakteri menjadi penyebab signifikan terjadinya ikterik pada
neonatal, di umur 1 minggu pertama. Pada peneliti menyarankan untuk melakukan skrining pemeriksaan Infeksi Saluran Kemih pada bayi ikterus yang asimptomatik terutama pada bayi yang mengalami ikterus setelah usia 1 minggu. Dan pemeriksaan sepsis pada bayi dengan gejala simptomatik terutama yang muncul dalam 1 minggu pertama.