Anda di halaman 1dari 16

Journal Reading

Hyperbilirubinemia dan Infeksi Neonatus

Oleh
Ria Sulistiawati, S.Ked (19360212)

Preseptor
dr. Aspri Sulanto, M.Sc., Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Bandar Lampung
Tahun 2020
Latar Belakang

Hiperbilirubinemia sering terjadi di minggu pertama,


sekitar 60% bayi cukup bulan, dan 80% pada bayi prematur
Hiperbilirubinemia dapat menjadi salah satu manifestasi
adanya infeksi, yang sejalan dengan penelitian sebelumnya
karena merupakan kasus dengan morbiditas tinggi.
Memberikan wawasan bagi tenaga kesehatan terkait dengan
faktor prediposisi, etiologi, dari ikterus agar dapat
meningkatkan pelayanan yang lebih baik
Tujuan

Untuk mengetahui angka kejadian,waktu,


keparahan penyakit kuning, tanda dan
komplikasi infeksi pada hiperbilirubinemia
neonatal
Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Cross


Rancangan sectional dan Analisis yang digunakan yaitu dengan
Penelitian Fisher test, the X² test and Student t test dengan SPSS
13.5

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2003 dan


Tempat dan Waktu
Oktober 2011 di Rumah Sakit Ghaem , Mashhad- Iran.
Teknik Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 1763 neonatal


(umur 1-29 hari) dengan ikterus.
Dari 1763 neonatal dengan ikterus didapatkan jumlah
neonatal ikterus dengan infeksi 1261.
Dari 1261, 827 merupakan data ekslusi dan 434 data
inklusi.
KRITERIA INKULSI KRITERIA EKSKLUSI

Nenoatal dengan infeksi ( 131 Neonatal dengan


neonatal), sebagai kelompok kasus hemolysis
yang terdiri dari: Hypothyroidism
 Pneumonia ( 7 ) Defisiensi G6PD
 Sepsis ( 22 neonatal) Penyakit jantung bawaan
 Infeksi Saluran Kemih( 102 CREDITS: This presentation template was created by
neonatal) Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
Neonatal ikterus idiopatik ( 303
neonatal ) sebagai kelompok kontrol
Hasil

Tabel 1. Karakteristik umur, BB bayi, BB ibu, Umur kandungan, Umur


neonatal saat ikterus
Tabel 2. Perbandingan klinis dan laboratorium dari Infeksi Saluran
Kemih, Sepsis, dan Pneumonia
Gambar 2.
Patogen paling umum yang
diisoloasi dari sepsis adalah :
Staphylococcus aureus diikuti
staphylococcus epidemidis,
proteus, enterobacter,klebsiella
dan e. coli.
 Ditemukan, 81 neonatal dengan bacteriuria
 71 neonatal dengan leukocituria
 50 neonatal neonatal dengan bacteriuria dan
leukocituria

 Tidak di temukan neonatal dengan Infeksi Saluran Kemih pada


neonatal ikterus usia 5 hari atau <5 hari.
 Neonatal dengan Infeksi Saluran Kemih ditemukan sebanyak 24,
pada usia neonatal ikterus antara 5-7 hari
 Pasien neonatal ikterus yang berusia 7 hari atau lebih, mengalami
neonatal Infeksi Saluran Kemih sebanyak 78
Diskusi

Penelitian ini menemukan bahwa ikterik dapat dimanifestasikan


sebagai tanda infeksi pertama pada neonatus
Pada penelitian ini tingkat kejadian penyakit kuning akibat infeksi
dilaporkan 10% dari bayi baru lahir yang ikterik menurut penelitian
yang dilakukan Chavalitdhamrong et al, dari 69 neonatus tanpa gejala
dengan ikterik yang tidak dapat dijelaskan, ditemukan Infeksi
Saluran Kemih dengan Gram negatif hanya 2 bayi. Sedangkan
menurut penelitian yang dilakukan oleh Gracia et al, Infeksi Saluran
Kemih terjadi pada 12 (7.5%) dari 160 bayi dengan ikterik
asimptomatik, dan penelitian yang dilakukan oleh Xinias et al
melaporkan dari 462 bayi 30 mengalami Infeksi Saluran Kemih.
 Patogen yang paling umum diisolasi dalam penelitian ini
adalah Klebieslla penumonia dan Eschercia coli yang
sebanding dengan hasil penelitian Gracia et al.
 76,5% dari penyakit kuning dengan ISK dalam kelompok
kasus mucul gejala setelah usia 1 minggu.
 Kebanyakan hiperbilirubin dengan ISK yang asimtomatik
dinyatakan sebagai hiperbilirubin fisiologis yg meninggi,
sehingga tidak diindikasikan untuk rawat inap.
 Bakteriuria dan leukocyturi didefinisikan dalam 64,8% dan
63% kasus dan masing-masing 37% kasus menunjukan
keduanya
 Penelitian yang dilakukan oleh Gracia et al, mendeteksi
bahwa 50% bayi ikterus asimptomatik dengan Infeksi
Saluran Kemih memiliki hasil pemeriksaan urin atau
mikroskop yang abnormal.
 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Biglen et al,
patogen yang diisolasi dari Infeksi Saluran Kemih
adalah Enterobacter aerogenes 38%, Enterococcus
faecalis 25%, Klebsiella penumonia 25% dan Eschercia
coli 12%.
 Penelitian yang dilakukan oleh Bilgen et al, USG ginjal
mengungkapkan kelainan Saluran Kemih pada 3 (38%) pasien
dengan hidronefrosis dan pelvicectasis dan ada 1 pasien yang
memiliki refluk unilateral.
 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ghaemi et al, 400
kasus, Infeksi Saluran Kemih ditemukan 23 bayi dengan ikterus
onset lambat. Diantaranya 17,39% ditemukan memiliki kelainan
urogenital.
 Penelitian ini dari 81 kasus yang melakukan pemeriksaan USG
ditemukan kelainan saluran kemih pada 27 kasus (26,5%)
termasuk hidronefrosis, batu kemih dan pelvicectasis
 dan pada pemeriksaan 36 kasus yang diperiksa ditemukan 16 kasus
(44%) neonatus yang dievaluasi memiliki refluks grade 1-3
unilateral.
Kesimpulan

 Infeksi bakteri menjadi penyebab signifikan terjadinya ikterik pada


neonatal, di umur 1 minggu pertama.
 Pada peneliti menyarankan untuk melakukan skrining pemeriksaan
Infeksi Saluran Kemih pada bayi ikterus yang asimptomatik
terutama pada bayi yang mengalami ikterus setelah usia 1 minggu.
Dan pemeriksaan sepsis pada bayi dengan gejala simptomatik
terutama yang muncul dalam 1 minggu pertama.

Anda mungkin juga menyukai