Anda di halaman 1dari 321

PEMBAHASAN

TRY OUT Premium UKMPPD - 4


Tn Reinhard, usia 40 tahun, datang ke IGD rumah sakit bersama
keluarganya dengan keluhan nyeri kepala sejak 5 hari yang lalu,
keluhan disertai pandangan ganda(+) dan kebas pada satu sisi (+),
muntah (-). Pasien memilki riwayat keluar cairan kekuningan dari
telinga sejak 2 minggu yang lalu. TD 130/80 mmHg, nadi 90x/ menit,
RR 20x/ menit, dan suhu 38 O C. Pada pemeriksaan terdapat kaku
kuduk (+). Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat
untuk menegakkan diagnosis pada kasus diatas?
a. CT Scan kontras
b. CT Scan tanpa kontras
c. Darah lengkap
d. Kultur Darah
e. X-ray schuller
ABCESS CEREBRI
Level Kompetensi: 2.
Definisi : Infeksi supuratif fokal di dalam parenkim otak, diliputi oleh kapsul bervaskular
Faktor Predisposisi : Otitis media dan mastoiditis, Sinusitis paranasal, Infeksi dental
Etiologi: Stapylococcus aureus, Streptococcus spp.
Key Point :
q Nyeri kepala : konstan, tumpul di sebelah atau seluruh kepala, makin
lama makin memberat
q Demam
q Defisit neurologis fokal  hemiparesis, aphasia, gangguan lapang
pandang, kejang
q Rangsang meningeal (+)
Pem . Penunjang :
q darah rutin: leukositosis
q CT scan kepala kontras ditemukan massa hipodens dengan
penyangatancincin pada tepinya  Ring Enhance Lession
Penatalaksanaan:
Rujuk ke Rs
Terapi empirik:
q Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau
Cefotaxime 2 g/8 jam iv) ditambah
q Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Tn Rendra, berusia 24 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah
Sakit akibat lumpuh pada keempat ekstrimitas. Kelumpuhan dimulai
dari kedua tungkai bawah kemudian menjalar ke kedua tangan hingga
sikut. Dari anamnesis diketahui 1 minggu yang lalu pasien memiliki
riwayat radang tenggorokan. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya
gangguan menelan dan bicara. Refleks fisiologis menurun, tonus
menurun, kelemahan pada keempat ekstr e mitas, dan rangsang
sensorik menurun. Tatalaksana untuk mencegah komplikasi
adalah…
a. O2 10 lpm via NRM
b. Splinting kedua tungkai
c. Rehidrasi cairan isotonis 1500/ 24 jam
d. Pasang NGT
e. Pasang DC karena ada kemungkinan Neurogenic Bladder
GBS (GUILLAINE BARRE SYNDROME)
Level Kompetensi: 3B.
Etilogi : AutoImun → lnfeksi EBV (Epstein Barr virus ) , lnfeksi Campylobacter jejuni

Key Point : Penatalaksanaan:


q Kelemahan (parese) kelumpuhan (plegia) yang Rujuk ke Rs →
Menjalar dari Bawah ke atas (Ascending Paralisis ) I : Imunoglobulin (IVIG 0,4 gram/ kg BB/ hari selama 5 hari)
/ Glove stocking phenomenon P : plasmapharesis
q Gejala sensorik S : kortiko Steroid
q Risk : Didahului Oleh ISPA/ GE
q lesi " LMN " Komplikasi
q gagal napas pada keterangan soal didapati gangguan
Pem . Penunjang : menelan dan berbicara  sehingga pemberian oksigen
q Lumbal Pungsi → Disosiasi Sitoalbumin 10 lpm via NRM, karena kemungkinan terdapat kondisi
(peningkatan protein tanpa pleocytosis) ) sesak napas atau hipoksia yang mendahului komplikasi
q EMG (adanya tanda demyelinisasi dari gagal napas
perlambatan konduksi, perpanjangan latensi q Respiratory failure (20-30% kasus membutuhkan
distal, perpanjangan gelombang F, Blok konduksi intubasi).
atau berkurangnya respon terhadap rangsang)
Ny. Nusya, usia 32 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan
kesemutan dan nyeri ringan. keluhan dirasakan pada jari telunjuk, tengah, ibu jari,
keluhan bertambah berat saat melakukan aktifitas dan pekerjaan yang terlalu
keras, semakin hari pasien mengeluh sulit untuk menggenggam dan memegang
alat, jari telunjuk lebih sulit digerakkan dibanding sebelumnya. Pasien adalah
seorang dokter gigi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi
84x. menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu afebris , pasien kurang merasakan
saat diperiksa pin prick pada jari telunjuk, jari tengah, ibu jari dan lateral jari manis
tapi tidak untuk telapak tangan, pada penekanan retinakulum fleksor tidak
dirasakan. Saraf manakah yang terlibat?
a. N. Ulnaris
b. N. Radialis
c. N. Medianus
d. N. Antebrachii medialis
e. N. Antebrachii lateralis
CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
Level Kompetensi: 3A
Definisi: kelainan neuropati perifer lokal yang sering terjadi akibat tertekannya nervus medianus.
Risk : pekerjaan dengan aktivitas pergerakan tangan yang tinggi

Keypoint : Pemeriksaan penunjang :


q Nyeri, kesemutan dan pada daerah yang dipersarafi Foto Rontgen
oleh nervus medianus EMG/Elektromiografi
q Nyeri memberat pada malam hari dan dapat Gold standard: NCV (nerve
membangunkan pasien dari tidur. conduction velocity)
q Atrofi otot tenar
q Obstetric hand Tatalakasana :
Pemeriksaan Fisik: Non farmakologi :
q Flicktest ; keluhan berkurang q Bebat tekan / spilinting pada
q Tinnel test/phalen test/tourniquet test  Keluhan malam hari
bertambah q hindari factor risk
q Luthy's sign/bottle's sign (Penderita diminta q farmakologi : adjuvant :
melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol Gabapentin, carbamazepine,
atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat Pregabalin
menyentuh dindingnya dengan rapat →CTS +) Rujuk ke RS
Tn Gilang, berusia 30 tahun, datang ke Poliklinik Dokter Umum
dengan keluhan pandangan ganda. Keadaan umum pasien baik, TD
110/70 mmHg, nadi 84x. menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu
afebris. Dari pemeriksaan fisik ditemukan mata kiri pasien tidak bisa
menggerakkan bola mata ke kantus medial dan tidak bisa membuka
kelopak mata secara penuh. Persyarafan yang kemungkinan
mengalami kerusakan adalah…
a. N III kiri
b. N III kanan
c. N IV kiri
d. N III, IV, VI kiri
e. N. III, IV, VI kanan
GANGGUAN NERVUS KRANIALIS
Level Kompetensi: 2
Penyakit Gerak bola mata
Keypoint : Refleks cahaya :
N III (Okulomotorius): Direct N. II
q M. Rectus superior Indirect N III
q M. Rectus Inferior
q M. Rectus Media Palpebra  N. III
q Obliq inferior
N. IV ( Trochlearis) : Tatalakasana : Rujuk ke RS
q M. Obliq Superior
N. VI (Abducens) :
q M. Rectus Lateralis

SMART WAY :
LRSO4 (III) PARALISIS
tertarik kebagian sehat
An Alga, berusia 8 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan
kejang seluruh tubuh 30 menit yang lalu selama 1-2 menit. Selama di
perjalanan, pasien kejang kembali 1-2 menit. Saat pemeriksaan,
pasien kejang 1-2 menit. Diantara kejang pasien tidak pernah
sadarkan diri hingga saat ini. Tanda vital nadi 94x/ menit, laju napas
22x/ menit, dan suhu 36 O C. Diagnosis yang tepat pada kasus ini
adalah…
a. Grand mall seizure
b. Petit mal seizure
c. Generalized seizure
d. Status epilepticus
e. Tonic clonic seizure
STATUS EPILEPTIKUS
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : Riwayat epilepsy (+)

Dx :
BB < 12 mg : diazepam 5 mg
Bangkitan/ kejang dengan durasi > 30 menit atau BB ≥ 12 mg : diazepam 10 mg

Tidak ada perbaikan status mental diantara 2 kejang

Th/ Resusitasi C-AB


Farmakologi :
q Diazepam IV (0.3-0,5mg/kgbb maksimal 3 kali
atau Diazepam supp BB < 12kg 5 mg, BB ≥12 kg
 10 mg max 2 kali

q Fenitoin 20mg/kgbb/ hari gagal ? 


Fenobarbital 20mg/kgbb/hari
Atau
Fenobarbital 20mg/kgbb/hari  gagal ?  Fenitoin
20mg/kgbb/ hari

Gagal  Rujuk ke ICU


Ny Natalie, berusia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala
sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala unilateral, terasa tidak seperti
ditekan atau diikat, namun seperti berdenyut. Nyeri kepala
didahului dengan melihat bintik-bintik hitam, dan disertai dengan
mual hingga muntah. Pemeriksaan tanda vital Tekanan darah TD
120/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, RR 20 kali/menit, T 37C.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Apakah diagnosis pasien ini?
a. Cluster type headache
b. Migrain dengan aura
c. Migrain tanpa aura
d. Chronic tension type headache
e. Episodic tension type headache
MIGREN DENGAN AURA
Level Kompetensi: 4A
Etilogi : Peningkatan 5-HT (Hidroxytriptamine) / serotonin

Fak . Resiko : Stress Fisik : Psiklogis : ldiopatik : Kimiawi


Penatalaksanaan:
Key Point : Spesifik
q Nyeri Kepala sebelah / unilateral 1st : Golongan Triptan : Sumatriptan 200mg /hari
, Berdenyut , Tertusuk - tusuk, 2nd :Gol . Alkaloid Ergot : Ergotamine 5mg/ hari
Menetap.
P . Penunjang : - Profilaksis : .
Gol . Trisiklik : Amitriptyline 10 – 25 mg/ hari Sebelum Tidur
klasifikasi : Gol . B - Blocker : Propanolol 40 – 240 mg/hari
Aura : Migraine Tipe classic As . Valproat PO
Tanpa Aura : Migraine Tipe
common
An. Genta, usia 4 bulan dibawa ibunya ke poliklinik dengan
keluhan benjolan dibagian tulang belakangnya sejak lahir.
Pasien tidak bisa tidur telentang. Pada pemeriksaan fisik
didapat Nadi 90 kali/ menit, RR 26 kali/menit, T 36.7C Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan pada kedua
anggota gerak bawah. Apakah kemungkinan penyeban
kasus diatas?
a. Kekurangan asam folat saat dalam kandungan
b. Kekurangan zat besi saat dalam kandungan
c. Kelebihan vit D saat dalam kandungan
d. Kekurangan vit B12 saat dalam kandungan
e. Kekurangan vit B1 saat dalam kandungan
SPINA BIFIDA
Level Kompetensi: 2
Etilogi : Genetik, kekurangan asam folat dalam kandungan , obat-obatan antiepilepsi , alkoholisme

Key Point :
q Spina Bifida Oculta
Benjolan (-) Rambut-rambut halus (+) Paralisis ekstremitas
bawah (-)

q Spina Bifida Meningocele


Benjolan / massa kistik berisi CSF
Paralisis ekstremitas bawah (-)

q Spina Bifida Meningomyelocele


Benjolan / massa kistik berisi CSF + spinal cord
Paralisis ekstremitas bawah (+)

q Spina Bifida Myeloschisis


Paralisis ekstremitas bawah (+)
Selaput (-)

Penatalaksanaan:
Rujuk ke Rs
Tn Eri, berusia 65 tahun datang ke IGD RS diantar oleh
keluarganya dengan keluhan kelemahan pada tungkai kanannya
dan berbicara pelo secara tiba-tiba sejak 8 jam yang lalu. Keluhan
mual, muntah, dan nyeri kepala disangkal. Keluhan kemudian
menghilang 1 jam SMRS. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan DM. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 90 x/menit,
frekuensi napas 20x/menit suhu 36,5C. Pemeriksaan neurologis
dalam batas normal. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Perdarahan subarachnoid
b. Stroke hemoragik
c. Transient ischemic attack
d. RIND
e. Guillain barre syndrome
TRANSIENT ISCHEMIC ATTACK (TIA)
Level Kompetensi: 3B
Etilogi :
Gangguan aliran darah sepintas akibat Trombus Pd Pembuluh Darah otak ,
dimana defisit neurologis hilang < 24 jam

Key Point :
qDefisit Neurologis (Motorik/ sensorik)
qHilang sempurna dalam < 24 jam
qPenunjang : CT scan → " Normal "

Penatalaksanaan:
qFarmakologi : antiplatelet  aspilet 1 x 80 mg
Tn Gino, seorang laki-laki berusia 70 tahun, diantar keluarganya ke
poliklinik saraf dengan keluhan sulit menggerakkan anggota
tubuhnya baik sebelah kanan maupun kiri. Keluhan sudah
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Kedua tangan terlihat bergetar-
getar, seperti orang menghitung uang, wajah kaku dengan
kesadaran yang compos mentis. Pemeriksaan tanda vital Tekanan
darah TD 130/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, RR 20 kali/menit, T
37C. Riwayat penyakit kronis sebelumnya disangkal. Maka
kemungkinan letak lesi untuk kasus tersebut adalah…
a. Korteks serebri
b. Serebellum
c. Substansia nigra
d. Substansia alba
e. Kapsula interna
PARKINSON DISEASE
Level Kompetensi: 3A
Definisi : Penyakit neuro degeneratif karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya
pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus.
Key Point : TRAP !!! Penatalaksanaan:
q Tremor  resting tremor, mulai pd tangan, dapat q Rujuk ke Rs
meluas hingga bibir & seluruh kepala q Prinsip pengobatan parkinson adalah meningkatkan
q Rigidity  cogwheel phenomenon, hipertonus aktivitas dopaminergik di jalur nigrostriatal dengan
q Akinesia/bradikinesia  gerakan halus lambat memberikan :
dan sulit, muka topeng, bicara lambat, hipofonia 1. Levodopa  diubah menjadi dopamine di substansia
q Postural Instability  berjalan dengan langkah nigra
kecil, 2. THP
3. Pramipexole
Pem . Fisik : 4. Sellegeline
q Finger tapping test/ Dexterity test
q Glabellar Reflex/ Myerson Sign : Pemeriksa
memberikan ketukan ringan tepat di tengah dahi
di atas hidung. Abnormal  pasien mengedipkan
mata.
Ny viona, 32 tahun, dating ke puskesmas dengan keluhan
nyeri di telapak kaki bagian depan dan jari-jari kaki kiri
sejak 1 bulan ini. Keluhan dirasakan terutama setelah
berlari atau jalan jauh. Pemeriksaan tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan
hipoestesi di telapak kaki kiri dan Tinel sign (+). Saraf
yang mengalami gangguan pada pasien ini adalah…
a. N. tibialis posterior
b. N. Tibialis anterior
c. N. peroneus komunis
d. N. tibialis
e. N. peroneus longus
TARSAL TUNNEL SYNDROME (TTS)
Level Kompetensi: 3A
Definisi: kelainan neuropati perifer lokal yang sering terjadi akibat tertekannya n. Tibialis posterior
Risk : pekerjaan dengan aktivitas pergerakan tangan yang tinggi

Keypoint :
q Sensorik - Parastesia : sensasi abnormal (nyeri, terbakar, Tatalakasana :
baal, kesemutan) Non farmakologi :
q Motorik (jika sudah lama) – Kelemahan q Steroid injeksi
Pemeriksaan Fisik: q NSAID untuk mengurangi inflamasi
q Tinnel test Keluhan bertambah (ajuvan)
q Diuretik (kadang): untuk mengurangi
kompresi saraf akibat edema
q Rujuk ke RS
Tn Rahul, berusia 20 tahun, dilarikan ke IGD Rumah Sakit setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu. Pasien terjatuh dari
sepeda motor saat melewati jalan yang licin akibat hujan. Pasien tidak
memakai helm. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
100/80 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit dan pernafasan 18
kali/menit , T 37. Saat diberikan rangsang nyeri pasien mengerang
kesakitan dan mata terbuka, ekstremitas fleksi abnormal. Juga
ditemukan laserasi dan hematoma di region temporal kanan. Berapa
GCS pasien?
a. 6
b. 7
c. 8
d. 10
e. 5
HEAD INJURY
Level Kompetensi: 3B
Etiologi: trauma kapitis Tatalaksana : ATLS: Primary Survey
Keypoint : q Airway + C- spine Control
q nyeri kepala, muntah Tripel airway manuver : Heat tilt (KI : cedera
proyektil
servikal), Chinlift, Jaw trust
q Gangguan memori jangka
Collar neck (C-spine control)
pendek
q Penurunan kesadaran q Breathing  Pemberian O2 penanganan
q Defisit neurologis kasus trauma terapi oksigen yang diberikan
menggunakan NRM min 6 lpm
Klasifikasi : q Circulation : resusitasi cairan
q Mild : ≥ 13-15 Tanda syok (-) holiday segar
q Moderat : 9-12 Tanda syok (+) 20mg/kgBB/15 menit
q Severe: 3-8 q Disability
q Exposure
Tn Leonardo, usia 44 tahun dibawa ke IGD RS setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas 3 jam yang lalu. Pemeriksaan GCS didapatkan
E3V4M5. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/80
mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit dan pernafasan 18 kali/menit.
Dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala ditemukan gambaran
crescent shape hiperdens. Apakah kemungkinan diagnosis pasien
tersebut?
a. Epidural hematoma
b. Subdural hematoma
c. Intraserebral hematoma
d. Fraktur basis cranii
e. Contusio cerebri
SUBDURAL HEMATOM
Level Kompetensi: 2
Etiologi: trauma capitis  perdarahan
diantara duramater dan arahnoidmater
akibat pecahnya Bridging Vein
Key Point :
q Nyeri kepala berat progresif
q Late onset setelah trauma
q Muntah proyektil karna peningkatan TIK
q Defisit neurologis
q Penurunan kesadaran terjadi secara
lambat (karena perdarahan vena)
Pemeriksaan Penunjang:
q CT SCAN non kontras : tampak lesi hiperdens berbentuk bulan sabit/crescent

Penatalaksanaan:
• Resusitasi
• Konservatif TT & ATS
• Rujuk
Tn Jacob, berusia 25 tahun dibawa ke UGD keluhan tiba-tiba
mengalami penurunan kesadaran. Sebelumnya disebutkan bahwa
pasien mengeluh sakit kepala hebat. Tanda vital pasien saat diperiksa
adalah kesadaran kompos mentis TD 110/70, frekuensi nadi 100x/m,
suhu 37, dan RR 20x/m. Riwayat kecelakaan tertimpa besi 5 jam yang
lalu. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk.
Pemeriksaan CT scan menunjukkan adanya gambaran hiperdens di
daerah sisterna suprasellar. Diagnosis yang paling tepat pada
pasien diatas adalah?
a. Perdarahan epidural
b. Perdarahan subdural
c. Perdarahan subaraknoid
d. Perdarahan intra serebral
e. Perdarahan subgaleal
PERDARAHAN SUBARACHNOID
Level Kompetensi: 3B
Etiologi: perdarahan diantara lapisan arachoid dan pia mater akibat
pecahnya aneurisma berry

Key Point :
q Nyeri kepala sangat berat yang disebut thunder clap headache
q Muntah proyektil karna peningkatan TIK
q Riw. Trauma kapitis
q Penurunan kesadaran
q Diplopia, kehilangan penglihatan
q Rangsang meningeal (+)

Pemeriksaan Penunjang:
CT SCAN non kontras Tampak darah yang mengisi sulcus dan gyrus
yang membentuk seperti bintang (stellata)

Penatalaksanaan:
• Resusitasi
• Konservatif TT & ATS
• Rujuk
Ny Tesa, usia 25 tahun bernama datang ke praktik dokter karena merasa
tidak bisa melayani suaminya dengan baik. Pasien sebelum menikah
merupakan korban pemerkosaan. Saat berhubungan pasien sering
merasakan ngilu terutama pada bagian kemaluan karena otot vagina yang
mengencang , sehingga tidak tahan berhubungan seksual. V ital sign
didapatkan tekanan darah 110/80, nadi 94 kali/menit, RR 22 kali/menit, T
37C Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal . Apakah
diagnosis pasien tersebut?
a. Dispareunia
b. Vaginismus
c. Gangguan Orgasme
d. Hiposeksual
e. Gangguan rangsangan
VAGINISMUS
Level Kompetensi: 3A.
DISFUNGSI SEKSUAL
q HIPOAKTIF SEX DI DISIRE DISORDER qDISPAREUNIA:
Tidak memiliki fantasi/ saat koitus pasif rasa sakit saat atau setelah
q GANGGUAN AVERSI SEX berhubungan seksual yang tidak
Selalu menghindar saat diajak pasangan koitus dapat dijelaskan secara medis.
q DISFUNGSI EREKSI qVAGINISMUS:
Tidak mampu/tidak bisa mempertahankan ereksi kontraksi tak sengaja/involunter dari
q EJAKULASI TERHAMBAT otot vagina, sehingga penetrasi penis
Sudah penetrasi (+), ejakulasi (-), sperma tidak menjadi menyakitkan atau tidak
keluar mungkin dilakukan.
q EJAKULASI DINI
Sudah penetrasi (-), ejakulasi (+), sperma keluar (+)
Nn Fazira, usia 24 tahun dikenal sebagai orang yang sangat
pendiam. Apabila dia mendapat cacian/hinaan, dia akan
menekan dan menyimpan perasaan tidak enak tersebut ke
alam jiwa bawah sadar, sehingga dari tampilan luar dia akan
terlihat biasa saja. Vital sign didapatkan tekanan darah 110/80,
nadi 94 kali/menit, RR 22 kali/menit, T 37C. Maka mekanisme
apakah yang dipakai orang tersebut?
a. Represi
b. Proyeksi
c. Introyeksi
d. Fantasi
e. Sublimasi
REPRESI
Level Kompetensi: 2
DEFENS MECHANISM/MEKANISME PERTAHANAN DIRI

REPRESI PROYEKSI INTROYEKSI SUBLIMASI


qMekanisme q Menyalahkan qbertindak/berperilaku qmengalihkan stress
menekan/mengeliminasi orang lain mengikuti individu menjadi tindakan
pikiran/perasaan yang lain secara tidak sadar yang bermanfaat
tidak enak dari kesadaran
An Nora, berusia 11 tahun dibawa ibunya ke dokter karena mata
sering berkedip kedip sendiri. Gerakan berulang, cepat, dan dialami
sejak 6 bulan ini. Karena hal ini pasien jadi sering diejek teman-
temannya. Pasien merasa sedih dan malu, serta jadi akhirnya tidak
mau sekolah serta aktivitas keluar rumah. V ital sign didapatkan nadi
94 kali/menit, RR 22 kali/menit, T 37C. Apakah diagnosis pada
pasien kasus diatas?
a. Sindrom Asperger
b. Tourette Syndrome
c. Rett Syndrome
d. Transient Tic Disorder
e. Chronic Motoric Tic Disorder
TRANSIENT TIC DISORDER
Level Kompetensi: 3A.
TIC DISORDER
• Merupakan gerakan motorik atau vokalisasi involunter, tiba-tiba,
rekuren, tidak berirama dan stereotipik
• Tic disorder biasanya dialami sebagai suatu gerakan yang tidak dapat
dilawan, akan tetapi dalam waktu tertentu dapat ditekan
Provisional (Transient) Tic Disorder Chronic Tic Disorder : Tourette Disorder
Gerakan motorik / vokal onset < 1 Gerakan motorik / vokal Gerakan motorik dan
tahun onset > 1 tahun vokal onset > 1
tahun
Nn Reina, usia 33 tahun, datang dengan keluarganya ke RS dengan
keluhan pasien tampak seperti orang gila. Pasien sering keluyuran,
berbicara dan senyum sendiri, tertawa dan sering mengatakan kalau
dia sedang berjalan bersama pacarnya yang baru meski tidak ada
siapa-siapa disekitar pasien. Pasien mengatakan kalau dia mendapat
pacar baru dari dimensi ketujuh. Kejadian ini sudah terjadi sejak 1
minggu terakhir saat pasien diputuskan pacarnya tepat saat hari
pelaminan. V ital sign didapatkan tekanan darah 110/80, Nadi 94
kali/menit, RR 22 kali/menit, T 37C Apa diagnosis pasien ini?
a. Skizofrenia katatonik
b. Skizofrenia paranoid
c. Skizofrenia simpleks
d. Psikotik akut
e. Skizofrenia herbefrenik
GANGGUAN PSIKOTIK
Level Kompetensi: 3A
GANGGUAN PSIKOTIK
Etiologi : Peningkatan dopamin
Psikotik akut Skizofrenia Skizoafektif Waham menetap
• gejala psikotik <2 q Gangguan isi pikir, waham, halusinasi, minimal 1 q gejala • hanya waham
minggu bulan skizofrenia & minimal 3 bulan
• Gejala ; waham/ Klasifikasi : afektif • Tanpa
halusinasi/ ilusi/
q Paranoid : merasa terancam/dikendalikan bersamaan halusinasi/ilusi
prilaku aneh
q Hebefrenik: 15-25 tahun, afek tidak wajar,
perilaku tidak dapat diramalkan, senyum sendiri
q Katatonik : stupor, rigid, gaduh, fleksibilitas
cerea
q Residual : Gejala negatif menonjol, ada riwayat
psikotik di masa lalu yang memenuhi skizofrenia
q Simpleks Gejala negatif yang khas skizofrenia
(apatis, bicara jarang, afek tumpul/tidak wajar)+
Riwayat skizo tidak jelas
GANGGUAN PSIKOTIK
Level Kompetensi: 3A
GANGGUAN PSIKOTIK
Etiologi : Peningkatan dopamin
Antipsikotik generasi pertama (tipikal) Antipsikotik generasi kedua (atipikal)
• antagonis reseptor dopamin D2 q afinitas rendah terhadap reseptor D2,
• Haloperidol tab 0,5-2mg/8-12 jam PO afinitas tinggi terhadap reseptor 5HT –
• Deconoate (IM) 100mg/bulan Contoh: risperidone, clozapine, dan
• HCL (IM) 2-5mg/4-8jam olanzapine
• HCL (IV) Delirium /psikotik berat q Risperidon PO
• Chlorpromazine 2 x 100mg q Clozapin PO

• Efek samping gejala ekstrapiramidal :


q Ataksia : gaduh gelisah
q Dystonia acute: kontraksi pada otot leher dan kepala
q Tardive dyskinesia : Gerakan berulang-ulang pada wajah/ekstremitas
q Pseudoparkinsonisme : gejala TRAP
Th/
hentikan obat/ganti obat/turunkan dosis
Trihexilpenidil 2-4 x 2 mg

q neuroleptic malignant syndrome


Penurunan kesadaran +m hipertermia + pggn psikomotor , autonom
ICU “ Bromokriptin”
Tn Bruri, berusia 25 tahun datang dibawa adiknya ke rumah sakit dengan
keluhan mendadak buta ketika bangun tidur 1 hari yang lalu. Sebelum
kejadian tersebut, ibu pasien meninggal dunia karena pasien terlambat
mengirimkan uang untuk pengobatan ibunya yang sedang sakit. V ital sign
didapatkan tekanan darah 110/80, nadi 94 kali/menit, RR 22 kali/menit, T
37C. Pada pemeriksaan pasien tampak tenang, orientasi baik, mood
eutimik, pikiran realistic, tidak ada waham, halusinasi maupun ide bunuh diri.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. Apakah diagnosis yang
paling tepat ?
a. Gangguan Somatisasi
b. Gangguan konversi
c. Hipokondriasis
d. Malingering
e. Factitious disorder
KONVERSI
Level Kompetensi: 2
PERBEDAAN Gangguan Konversi, Malingering, Factitious disorder/ Munchhausen syndrome

Gangguan Konversi Malingering Factitious disorder/ Munchhausen syndrome

q Adanya satu atau beberapa q Berpura-pura sakit atau q Berpura-pura sakit atau membuat dirinya
gejala neurologis (misalnya melebih-lebihkan kondisi sakit. Namun hal ini dilakukan semata-
buta, lumpuh anestesi, fisik yang sudah ada mata untuk mendapatkan perhatian/
amnesia, dll) yang tidak dapat
sebelumnya dengan tujuan simpati dari orang lain saja.
dijelaskan dengan penjelasan
untuk mendapatkan
medis maupun neurologis yang
ada kompensasi tertentu
(misalnya untuk
mendapatkan cuti kerja).
Tn Gion, usia 35 tahun, datang ke dokter karena mengalami
kebotakan akibat suka mencabuti rambut nya sendiri.
Kebiasaan ini jika tidak melakukannya maka pasien merasa
gelisah, dan merasa lega jika melakukannnya seperti setelah
minum obat penenang. V ital sign didapatkan tekanan darah
110/80, nadi 94 kali/menit, RR 22 kali/menit, T 37C. Apa
penatalaksanaan yang tepat untuk pasien di atas?
a. Alprazolam
b. Domperidone
c. Haloperidole
d. Diazepam
e. Sertraline
TRICOTILOMANIA
Level Kompetensi: 3A
IMPULSE CONTROL DISORDER
Kleptomania Piromania TRICOTILOMANIA

q Keinginan untuk selalu q Dorongan yang tidak dapat q Keinginan untuk selalu mencabut rambut
mengambil/mencuri benda- ditolak untuk melakukan diri sendiri di mana tindakan tersebut
benda yang umumnya tidak pembakaran. Muncul menimbulkan kelegaan.
berharga, dan penderita perasaan puas atau lega saat q Paling sering mencabut rambut di bagian
merasakan api mulai membakar. kepala, namun dapat juga di tempat lain
kelegaan/kenikmatan seperti alis, bulu mata, dll.
setelah melakukan tindakan Penanganan :
mencuri tersebut q paling utama adalah CBT Habit Reversal
Training (HRT).
q anti depresan,  SSRI sertraline
Tn Santosa, berusia 48 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu, selain itu pasien juga merasa
khawatir, gelisah dan sering berdebar-debar. Terkadang pasien juga
merasa pusing dan mual. Pasien sering merasa khawatir dia akan
jatuh sakit berat dan tidak ada yang menolong karena dia tinggal
sendirian. Istri pasien sudah lama pergi karena selingkuh dan anak
pasien juga kabur dari rumah. Pada vital sign didapatkan tekanan
darah 110/80, Nadi 94 kali/menit, RR 22 kali/menit, T 37C
pemeriksaan fisik dan laboraturim tidak ditemukan kelainan dan dalam
batas normal. Diagnosa pasien adalah...
a. Gangguan cemas
b. Gangguan somatisasi
c. Gangguan depresi
d. Gangguan hipokondriasis
e. Gangguan cemas menyeluruh
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : stress psikologis Th/
Keypoint : qGol. Benzodiazepin
qAnsietas berlebih terus menerus (alprazolam) serangan
berlangsung setiap hari sampai ≥6bulan qRumatan : Gol SSRI /Trisiklik
qkhawatir akan nasib buruk
q ketegangan motorik (gemetar, sulit
berdiam diri, dan sakit kepala),
qhiperaktivitas otonomik (sesak napas,
berkeringat, palpitasi)
Ny Ira, berusia 43 tahun, datang ke poliklinik dengan merasa
sangat yakin bahwa dirinya telah mengalami penyakit kanker
payudara. Pasien datang ke dokter penyakit dalam dan
meminta untuk dilakukan pemeriksaan mamografi. Dari
pemeriksaan fisik dalam batas normal dan vital sign
didapatkan tekanan darah 130/80, Nadi 94 kali/menit, RR 22
kali/menit, T 37C. Hasil mamografi menunjukkan hasil normal.
Diagnosa yang tepat pada kasus diatas adalah?
a. Gangguan Somatoform
b. Gangguan Somatisasi
c. Gangguan Hipokondriasis
d. Gangguan Konversi
e. Gangguan Cemas
HIPOKONDRIASIS
Level Kompetensi: 4A
GANGGUAN SOMATOFORM
HIPOKONDRIASIS SOMATISASI BODY DISMORFIK MALINGERING FACTINOUS
DISORDER
Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint :
q Keyakinan yang menetap q Mengeluhkan > 1 q Meyakini q Berpura-pura sakit q Berpura-pura sakit
adanya satu penyakit organ bentuk tubuh untuk tujuan untuk
fisik yang serius .
q Shopping doctor cacat tertentu mendapatkan
q Tidak mau menerima
nasehat atau dukungan
q Pemeriksaan q Pemeriksaan perhatian
penjelasan dari beberapa penunjang : Normal penunjang :
dokter bahwa tidak Normal
ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan-
keluhannya
Tn. Barack, 65 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat
benjolan di leher kanan dan kiri sejak 6 bulan ini. Benjolan awalnya
muncul di sebelah kanan, kemudian muncul di sebelah kiri. Benjolan
semakin lama semakin membesar dan tidak nyeri. Pasien sudah berobat
namun keluhan tidak berkurang. Pasien juga mengeluhkan hidung
tersumbat, nyeri pada telinga kanan, terdapat penurunan pendengaran
dan nyeri kepala. Pemeriksaan fisik tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
92 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,9 o C Apakah kemungkinan
diagnosa kasus ini?
a. Tumor Colli
b. Karsinoma Laring
c. Limfadenitis TB
d. Karsinoma Nasofaring
e. Limfoma Hodgkin
Karsinoma nasofaring (KNF)
Level Kompetensi: 2
Definisi : Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan di daerah kepala dan leher.
Etiologi : genetik (mutasi gen dan kromosom), lingkungan (ikan asin, asap rokok, asap kayu bakar, zat karsinogenik)
dan virus Ebstein Barr.

Key Point :
Gejala :
Kearah hidung  hidung tersumbat, Epistaksis
kearah mata pandangan ganda.
kearah telinga otalgia/tinnitus, penurunan pendengaran.
Kearah leher  benjolan dileher , pembesaran kelenjar limfa
servikal.
Alarm symptoms  penurunan berat badan

Pemeriksaan Penunjang:
Rinoskopi posterior : Massa di nasopharing mudah berdarah,
koana tertutup.
Gold standard : biopsi

Penatalaksanaan:
An. Hasel, usia 17 tahun, datang ke dokter umum dengan
keluhan mimisan banyak dan berulang. Keluhan dirasakan
sejak pasien berusia 13 tahun. Terdapat keluhan hidung
tersumbat. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD
120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37C. Pada
rhinoskopi posterior ditemukan massa lunak, kenyal, berwarna
abu-abu. Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Ca tonsil
b. Epistaksis
c. Ca nasofaring
d. Tonsilitis akut
e. Angiofibroma nasofaring tipe juvenile
ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILE
Level Kompetensi: 2
Definisi : Tumor jinak pembuluh darah di nasofaring .
Etiologi : Etiologi: masih belum diketahui, namun diduga berasal dari dinding posterolateral atap rongga hidung
Key Point :
q laki-laki, usia 7-19 tahun, jarang >25 tahun
q hidung tersumbat yang progresif & epistaksis berulang yang masif
Rinoskopi posterior:
q Massa tumor kenyal, warna abu-abu, merah muda, kebiruan
q Mukosa tumor hipervaskularisasi, dapat ulserasi

Pemeriksaan Penunjang:
q CT scan: – Penting untuk dilakukan di awal untuk mengetahui luasnya tumor
q Sifat: secara histologi jinak, secara klinis ganas karena dapat mendestruksi tulang

Penatalaksanaan:
• Rujuk Ke RS
Tn. Jame , berusia 48 tahun datang dengan keluhan keluar cairan
kekuningan dari telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan hilang
timbul sejak 2 tahun yang lalu, terdapat gangguan pendengaran.
Keluhan disertai batuk pilek. Pemeriksaan tanda vital tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 92 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 37,7 o C . Pada
pemeriksaan ditemukan keluar sekret mukopurulen kekuningan,
perforasi membran timpani pars tensa. Diagnosis pasien tersebut
adalah…
a. Otitis Media Akut
b. Otitis Media Eksterna
c. Otitis Difusa Eksterna
d. Otitis Media Supurasi Kronik Tipe Bahaya
e. Otitis Media Supurasi Kronik Tipe Aman
OTITIS MEDIA SUPURASI KRONIK TIPE AMAN
Level Kompetensi: 3A
OTITIS MEDIA supurasi KRONIK
Etiologi: Pseudomonas aeruginosa  tersering
Keypoint :
Otalgia, Demam, Riw OMA : Sekret (+) berwarna kuning kehijauan , berbau busuk, Berulang > 2 bulan

OMK Tubotimpanal (Benigna / Tipe Aman) OMSK Atikoantral (Maligna / Tipe Bahaya)

q Otoskopi: Perforasi membran timpani ditemukan di q Otoskopi: Perforasi membran timpani ditemukan di atik/
sentral / pars tensa marginal/ pars flacid
q Kolesteatom (-) q Kolesteatom (+)
Th/ Th/:
q Konservatif q MASTOIDEKTOMI  +/- TIMPANOPLASTI
q Sekret : eartoilet H2O2 3 %
q Kombinasi antibiotik topikal (DOC: Fluoroquinolon) +
Steroid topikal
q AB PO
Indikasi surgikal:
Perforasi > 6 minggu
Otorea > 6 minggu walaupun diberikan antibiotik
Ny. Cici, usia 34 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan
hidung tersumbat sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan
hilang timbul. Riwayat berobat ke dokter dengan keluhan
serupa dan mendapatkan obat oxymetazoline. Pasien
kemudian sering menggunakan obat tersebut tanpa kontrol ke
dokter terlebih dahulu. Pemeriksaan fisik tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 92 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,9 o C Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Rinitis alergika
b. Rinitis vasomotor
c. Rinitis medikamentosa
d. Sinusitis
e. Asma alergika
RINITIS MEDIKAMENTOSA
Level Kompetensi: 3A.
Rhinitis Medikamentosa

Definisi:kelainan hidung berupa gangguan respons normal vasomotor akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes
hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan menetap terjadi
rebound dilatation dan rebound congestion
Risk : pemakanian dekongestan jangka Panjang (Anjuran: pemakaian obat topikal sebaiknya tidak lebih dari 1 minggu )

Patofisiologi Adanya disregulasi pada tonus sympathetic/parasympathetic oleh molekul vasokonstriktor . Oxymetazoline
 golongan agonis reseptor alpha adrenergik  vasokonstriksi pada arteriol yang ada pada mukosa nasal

Keypoint :
q Keluhan hidung tersumbat yang hilang timbul + riwayat pemakaian obat oxymetazoline ( rhinitis yang disebabkan oleh
penggunaan obat dekongestan jangka Panjang)
q Pemeriksaan Fisik : edema/hipertrofi konka, rinorea, beefy-red

Tatalaksana
q Pada minggu pertama: pemberian kortikosteroid intranasal sambil pasien diedukasi untuk menghentikan penggunaan
vasokonstriktor secara perlahan.
An Brandon, usia 10 tahun, datang dibawa oleh orang tua dengan
keluhan utama berupa nyeri telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan adanya penurunan pendengaran. Terdapat riwayat
batuk pilek (+) 1 minggu yang lalu. Tanda vital nadi 90kali/menit, nafas
22 kali/menit, T 38C. Pemeriksaan telinga didapatkan membran timpani
hiperemis, bulging. Termasuk apakah ketulian yang dialami oleh
pasien ini?
a. Tuli konduksi kiri
b. Tuli sensorineural kanan
c. Tuli konduksi kanan
d. Tuli campuran kanan
e. Tuli campuran kiri
OMA STADIUM SUPURASI
Level Kompetensi: 4A.
Faktor penyebab: sumbatan tuba Eustachius
Pencetus: infeksi saluran napas atas
Sering terjadi pada bayi dan anak
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT menyebabkan tuli konduktif
Oklusi Tuba Eustachius Gambaran retraksi membran timpani, membran timpani kadang berwarna keruh pucat/suram
Hiperemis/Pre-Supurasi  Pembuluh darah melebar di membran timpani/membran timpani hiperemis & edema
Supurasi
q Edema hebat pada mukosa telinga tengah, hancurnya sel epitel superfisial
q Eksudat purulen di kavum timpani membuat membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga angat nyeri,
suhu dan nadi meningkat
Perforasi
q Perforasi membran timpani
q Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
q Anak menjadi tenang dan dapat tidur nyenyak Suhu dan nadi turun
Resolusi
q Bila membran timpani tetap utuh: membran timpani perlahan kembali normal
q Bila membran timpani ruptur: sekret berkurang sampai kering, kemudian membran timpani kembali terbentuk

Bila perforasi menetap  OMA menjadi OMSK


OMA
Level Kompetensi: 3A
Tatalaksana
qOklusi tuba: Dekongestan topikal (ephedrine HCl)
qHiperemis: AB oral selama 7 hari (ampicylin/amoxcylin/
erythromicin) + dekongestan topikal & analgetik
qSupurasi: Miringotomi + AB oral
qPerforasi: Ear toilet (H2O2 3%) + AB oral
qResolusi: Jika tidak terjadi fase resolusi, lanjutkan AB sampai 3
minggu
KETULIAN
qTuli konduktif : gangguan hantaran suara di telinga luar sampai telinga tengah
qTuli sensorineural: Lesi di labirin, nervus auditorius, saraf pusat
qTuli campuran : Terdapat gabungan keduanya

Tuli konduktif
Kelainan di telinga luar :
qKelainan kongenital : Atresia liang telinga, Mikrotia , Otitis Eksterna, Osteoma liang
telinga , Sumbatan serumen
qKelainan di telinga tengah : Gangguan fungsi tuba eustakhius, Barotrauma, Otitis media,
Otosklerosis, Timpanosklerosis, Hemotimpanum

Tuli Sensorineural
– Tipe koklea
– Tipe retrokoklea
An Silla, berusia 4 tahun datang ke dokter dengan keluhan
demam selama 3 hari. Keluhan disertai dengan anak sulit
menelan. Diketahui bahwa anak tidak pernah diimunisasi sejak
kecil. Tanda vital nadi 90kali/menit, nafas 22 kali/menit, T 38C
Pada pemeriksaan hidung sekret (-) dan selaput putih (-),
pemeriksaan orofaring ditemukan selaput putih mudah
berdarah pada tonsil, pemeriksaan faring normal. Apa
diagnosis pada kasus diatas?
a. Tonsilitis bacterial
b. Tonsilitis viral
c. Tonsilitis difteri
d. Tonsilitis akut
e. Tonsilitis kronik
TONSILITIS DIFTERI
Level Kompetensi: 4A
Etiologi : Corynebacterium Difteri
FR : riwayat imunisasi tidak jelas
Keypoint :
q Demam
q Odinofagia
q Disfagia
q Selaput pseudomembran (membran putih kotor )mudah berdarah,
q Pembesaran KGB  BULLNECK
Pemeriksaan penunjang :
q Darah lengkap
q Swab tonsil untuk pewarnaan gram  gambaran drumstick sugestif
tonsilitis difteri

Penanganan:
q Penisilin prokain 50.000 U/kgbb IM selama 7 hari atau
q Eritromisin 25-50 mg/kgbb/hari (pada kasus resisten/ hipersensitivitas
penisilin)
q Antitoksin (ADS) 20.000-100.000 IU
q Kortikosteroid
Ny Shinra, usia 34 tahun datang ke Poliklinik THT dengan keluhan suara
serak dan nyeri tenggorokan sejak 3 bulan ini. Nyeri dirasakan terutama
ketika sedang berbicara dan menyayi. Pasien bekerja sebagai seorang
penyayi sejak usia 20 tahun. Pada pemeriksaan vital sign TD 110/80
mmHg, nadi 80 kali/menit, RR 22kali/menit, Tax 37C. Pemeriksaan fisik
di dapatkan tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring dalam batas normal pada
laringoskopi didepatkan tampak nodul berwarna putih/pucat, keras
simetris bilateral tanpa tanda radang. Diagnosa pada pasien ini
adalah...
a. Tonsilitis akut
b. Karsinoma Laring
c. Vocal nodul
d. Laringitis akut
e. Faringitis akut
VOCAL NODUL
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : sering pada penyanyi akibat trauma (vocal abuse)
berulang

Keypoint :
qSuara serak/hilang
qPemeriksaan laringoskopi :
Kalus dan nodul massa bulat berwarna putih/pucat, keras,
simetris-bilateral
Tanpa tanda radang

Penanganan:
qVoice rest
qSurgey
qKortikosteroid
An. Jubi, berusia 10 tahun datang dengan keluhan pendarahan hidung
sejak 1 jam . Pasien mengatakan perdarahan pada hidungnya tidak
kunjung berhenti. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi
80x/menit, napas 22x/menit, suhu 37C. Pemeriksaan rinoskopi anterior
tampak pendarahan pada agger nasi. Penatalaksanaan yang tepat
adalah…
a. Pemasangan tampon anterior dengan antibiotic
b. Pemasangan tampon anterior selama 3 hari
c. Pemasangan tampon posterior
d. Pemasangan tampon Bellocq
e. Penjahitan sumber pendarahan
EPISTAKSIS ANTERIOR
Level Kompetensi: 4A
Berdasarkan sumber perdarahan
Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10000 atau lidokain 2%  cari sumber pendarahan

EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR


q biasanya ringan q biasanya lebih hebat
q pleksus Kisselbach q jarang berhenti sendiri,
q a. etmoidalis anterior
q a. etmoidalis posterior
q Risk : Riw trauma
q Rhinoskopi : perdarahan anterior
q Plexus woodruff
Penatalaksanaan : q a. sfenopalatina
q biasanya berhenti sendiri q risk : Sering terjadi pada pasien
q Tekan hidung dari luar 10-15 menit dengan hipertensi, arteriosklerosis,
q KaustikAgNO3 25-30% lanjut krim atau penyakit kardiovaskuler
antibiotik q Rhinoskopi : perdarahan
q Tampon anterior dari kassa dan nasopharyng
vaselin/salep antibiotik selama 2 x
24 jam
Penatalaksanaan :
q Posterior : tempon Bellocq selama 2-
3 hari
An Jiho, berusia 8 tahun dibawa orangtunya ke poliklinik dengan keluhan
nyeri menelan yang hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital nadi 80x/menit, napas 22x/menit, suhu 37C Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran tonsil dengan kedua
tonsil yang tidak hiperemis , kripta melebar berisi debris. Apakah
diagnosis yang paling tepat pada pasien tersebut?
a. Tonsilitis kronik
b. Tonsilitis akut
c. Tonsilitis lakunaris
d. Tonsilitis atrofikan
e. Tonsilitis parenkhimatosa
TONSILITIS KRONIS
Level Kompetensi: 4A
Etiologi : bakteri tersering  Streptokokus beta
hemolitikus grup A

Keypoint :
q Demam
q Odinofagia
q Disfagia
q Akut: tonsil hiperemis, detritus (+) folikular,
lacunaris
q Kronik : kripta melebar, halitosis
lacunaris folikular
Penanganan:
Bed rest, diet lunak, oral hygiene
q Antibiotik
q NSAID
q Kortikosteroid oral

Kronik : kripta melebar


An Ofi, 7 tahun, datang dibawa oleh orang tua dengan keluhan
telinga kiri terasa sakit. Sebelumnya pasien diketahui sedang
tidur dan merasa ada serangga yang masuk ketelinganya .
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 80x/menit,
napas 22x/menit, suhu 37C. Bagaimanakah tatalaksana yang
tepat pada kasus ini?
a. Evakuasi dengan forceps
b. Teteskan lidokain, Evakuasi dengan hook
c. Evakuasi dengan suction
d. Evakuasi dengan pinset
e. Teteskan lidokain, ekstraksi forceps alligator
BENDA ASING TELINGA/ CORPUS ALIENUM
Level Kompetensi: 4A
Keypoint :
q Nyeri telinga unilateral
q Sekret
q Penurunan pendengaran +/-
q Rasa penuh di telinga
q Otoskopi: Benda asing (+)

Penanganan:
Pengeluaran benda asing di telinga bergantung pada jenis benda asing,
q Binatang hidup sebaiknya diteteskan oleh cairan rivanol, lidokain atau mineral oil ke dalam telinga  ekstraksi
forceps alligator
q Objek yang berbentuk bulat atau mudah hancur  ekstraksi hook/ (pengait)
q berbentuk seperti kepingan kecil sehingga lebih cocok diekstraksi menggunakan pinset.
Ny. Santi, berusia 28 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan nyeri
pada liang telinga sejak 2 hari yang lalu. Keluhan muncul setelah pasien
membersihkan telinga menggunakan cotton bud. Pasien juga
mengeluhkan telinga terasa penuh dan keluhan keluar cairan bening dari
telinga. Terdapat riwayat sering membersihkan telinga menggunakan
cotton bud. Riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 92 x/menit, RR 22
x/menit, suhu 36,9 o C . Pada pemeriksaan telinga didapatkan liang telinga
eritema, edema, dan terdapat cairan serosa yang keluar dari telinga.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien adalah…
a. Serumen obliterans
b. Otitis obliterans
c. Otitis eksterna difus
d. Otitis media supuratif akut
e. Otitis media supuratif kronis
OTITIS EKSTERNA DIFUSA
Level Kompetensi: 4A
OTITIS EKSTERNA

Otitis externa sirkumskripta (furuncle) Otitis eksterna difus (swimmer’s ear)

Etiologi: Staph. Aureus Etiologi: Pseudomonas,


Keypoint : Keypoint :
q Otalgia q Otalgia
q Nyeri tekan tragus q Nyeri tekan tragus
q Otoskopi: 1/3 liang telinga luar terdapat furunkel q Otoskopi: 2/3 liang telinga dalam edema, sempit, nyeri tekan (+),
eksudasi Jika edema berat : pendengaran berkurang –
Th/: AB topikal, analgetik q Kondisi lembab & hangat  bakteri tumbuh
Th/:
q Tampon liquor burowi
q AB topical: , polymyxin B, neomycin, basitrasin, tobramycin.
q Ab. Sistemik: betalactam, eritromisin 4 x 500mg

Otitis externa Otitis eksterna difus


sirkumskripta (furuncle) (swimmer’s ear)
An Datia, berusia 3 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri
pada telinga sebelah kiri. Sekitar 1 minggu lalu datang ke RS
untuk tindik telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan telinga
nyeri, merah dan bengkak. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan nadi 80x/menit, napas 22x/menit, suhu 38C. Apa
komplikasi yang saat ini terjadi dari prosedur yang
dilakukan pada pasien?
a. Perikondritis
b. Otitis eksterna
c. Otitis media
d. Mastoiditis
e. Fistula autikular
PERIKONDRITIS AURIKULAR
Level Kompetensi: 3A.
KELAINAN TELINGA LUAR

HEMATOM AURIKULAR PERIKONDRITIS AURIKULAR

Keypoint : Keypoint :
q Disebabkan trauma tumpul pd daun telingga q Disebabkan trauma dgn penetrasi pd kulit dan luka yg
q Pd pinna ditemukan edema, fluktuasi dan ekimodis terkontaminasi (pseudomonas) pada kartilago auricula
q Jika terjadi infeksi  perichondritis. q Aurikula eritema, edema, hangat dan nyeri
Th/: q komplikasi : (cauliflower ear)
q Kompres dingin Th/:
q incision & drainage/needle aspiration q Kompres hangat
q pressure bandage q Antibiotics betalactam
q Jika fluktuasi + dari pus drainase

HEMATOM AURIKULAR PERIKONDRITIS AURIKULAR


Tn Iam, berusia 70 tahun datang dengan keluhan mata kabur sejak 1
tahun terakhir. Pasien mengatakan saat pagi hari penglihatan seperti
melihat asap. Pada pemeriksaan vital sign dijumpai tekanan darah
140/80mmHg, denyut nadi 90 x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 37C. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan nukleus lensa berada di bawah. Visus
ODS 1/300, injeksi konjungtiva (-), injeksi silier (-). Diagnosa yang
tepat pada pasien ini adalah...
a. Katarak senilis imatur
b. Katarak senilis matur
c. Katarak senilis hipermatur
d. Katarak senilis absolut
e. Katarak senilis insipien
KATARAK HIPERMATUR
Level Kompetensi: 2
KATARAK
KATARAK INSIPIEN KATARAK IMATUR KATARAK MATUR KATARAK HIPERMATUR KATARAK
TRAUMATIKA
q Visus Masih 6/6 – 6/20 q Visus 6/60-1/60 q Visus 1/300 q Visus 1/300 – 1/≈p q Riwayat trauma,
q Kekeruhan terjadi di q Kekeruhan terjadi di q kekeruhan sudah q Pencairan korteks dan kekeruhan
perifer korteks dan posterior nukleus mengenai seluruh
biasanya belum lensa. nukleus tenggelam ke berbentuk
lensa
menimbulkan bawah (katarak seperti bintang
gangguan tajam Morgagni) sehingga
penglihatan.
merembes keluar dari
q Shadowtest (-) q Shadowtest (+)
q Shadowtest (-) kapsul lensa

q Shadowtest
Pseudopositif
Tn. Beno, berusia 61 tahun dirujuk ke poliklinik mata rumah sakit.
Keluhan pandangan buram. Dia menderita DM tapi tidak teratur
kontrol. Pada pemeriksaan vital sign dijumpai tekanan darah
130/80mmHg, denyut nadi 90 x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 37C
Pemeriksaan visus maupun luar mata normal. Funduskopi: media
jernih, papil normal, retina datar, ada neovascularization, dot
haemorrhages (+), hard exudates (+), cotton woll spot. Yang menjadi
tanda dari proliferative diabetic retinopathy adalah…
a. Neovaskularisasi
b. Dot haemorrhages
c. Hard exudates
d. Cotton woll spot
e. Mikroaneurisma
RETINOPATI DIABETIK PROLIFERATIF
Level Kompetensi: 2.
Reinopati Diabetik Retinopati Hipertensi

Keypoint : Keypoint :
q Penurunan visus q Penurunan visus
q Mata tenang q Mata tenang
q Riw. DM q Riw. HT

Funduskopi : Funduskopi :
q Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina q blot dot haemorrhages
tampak sebagai bercak kuning bersifat difus dan warna putih q cooper wiring
q Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari q av crossing
peningkatan permeabiitas kapiler), warna kekuningan q silver wiring
q Neovaskularisasi (+) PROLIFERATIF
q Neovaskularisasi (-) non PROLIFERATIF
Ny. Riani, berusia 50 tahun datang dengan keluhan mata nyeri, mata
seperti melihat pelangi, silau, mata merah, dan pasien memakai
kacamata plus sejak kecil. Pada pemeriksaan vital sign dijumpai
tekanan darah 130/80mmHg, denyut nadi 90 x/mnt, RR 20x/mnt,
suhu 37C. Pemeriksaan Fisik : konjungtiva injection (+), pupil
midriasis, sudut bilik mata tampak dangkal. Pemeriksaan Penunjang :
TIO OD / OS : 15 / 35. Apakah diagnosis pasien?
a. Glaukoma akut sudut tertutup
b. Glaukoma akut sudut terbuka
c. Glaukoma kronik
d. Glaukoma uveitis
e. Glaukoma sekunder
GLAUKOMA AKUT SUDUT TERTUTUP
Level Kompetensi: 3B.
Etiologi: q PRIMER : Bukan disebabkan penyakit mata yang
q TIO meningkat mendahului
q Suplai darah kemata << q SEKUNDER : komplikasi dari kondisi tertentu (ex.
Trauma,katarak,hifema,dll)
GLAUKOMA AKUT: SUDUT TERTUTUP GLAUKOMA RONIK: SUDUT TERBUKA
Glaukoma Akut ( Sudut
Tertutup)
Keypoint : Keypoint : Mata Merah Visus Turun
q Obstruksi trabekula oleh iris q Etiologi: disfungsi trabekula →
q mata merah visus turun mendadak, penurunan ekskresi aquaeus
nyeri, mual, muntah humour →neuropati optik
q PF: TIO > 21, injeksi konjungtiva , Pupil q Anamnesis: tunnel vision atau
mid-dilatasi dan tidak reaktif edema asimptomatik
kornea, COA dangkal , cup to disc ratio > q PF: TIO normal, COA dalam, cup to
0.5. Lapang pandang menyempit disc ratio > 0.5. Lapang pandang
menyempit
Th/ Inisial:
q acetazolamide, timolol, pilokarpin Tatalaksana:
Definitif: iridotomi (iridektomi) beta bloker topikal.
Glaukoma Kronik (Sudut Terbuka) Mata Tenang Visus
Trabekuloplast Turun Perlahan
An Tora, usia 19 tahun datang dengan keluhan pandangan kabur saat
melihat jarak jauh. Pada pemeriksaan fisik dijumpai TD 110/80mmHg,
HR 72 x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 37C. Pada pemeriksaan didapatkan:

VOD 6/20 koreksi dengan VOS 6/40 koreksi dengan


S-1,50  6/6,6 S-1,75  6/6,5
S-1,75  6/6 S-2,00 6/6
S-2,0  6/6 S-2,50  6/6
S-2,50  6/7,5 S-2,75  6/7,5

Resep kacamata yang tepat untuk pasien ini adalah...


A. OD S-1,50, OS S-1,75
B. OD S-1,75, OS S-2,50
C. OD S-1,75, OS S-2,00
D. OD S-2,00, OS S-2,50
E. OD S-2,00, OS S-2,00
MIOPIA RINGAN
Level Kompetensi: 4A
MIOPIA HIPERMETROPIA ASTIGMATISMA
KeyPoint KeyPoint KeyPoint

Mata tenang visus turun Mata tenang visus turun Mata tenang visus turun
Sulit melihat jauh Sulit melihat dekat Benda seperti bergelombang
Pemeriksaan: UJI PINHOLE (+)
SNELEN CHART (+)
Klasifikasi : Amsler Grid (+)
Miopia Ringan -
0,25 sampai -3,00 D Klasifikasi :
Miopia Sedang  Astigmatisme Simplek
C-/C +
-3,25 sampai -6,00 D
Astigmatisme Kompositus
Miopia Berat C-S-/ C+S+
>6,00 D Astigmatisme Mixtus
C+S-/ C-S+

Tatalaksana Tatalaksana Tatalaksana


Sferis (-) terlemah Sferis (+) terkuat Silindris C+/C-
Tn Damar, berusia 30 tahun dating ke IGD dengan keluhan
mata merah setelah terkena batu saat pasien bekerja. Pasien
saat ini mengeluh nyeri kepala, disertai mual dan muntah.
Pada pemeriksaan vital sign dijumpai tekanan darah
130/80mmHg, denyut nadi 90 x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 37C.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan hifema total, mixed
injection, edema kornea.
Apakah pemeriksaan yang tepat dilakukan?
a. Funduskopi
b. USG
c. Ct scan
d. Pemeriksaan lapangan pandang
e. Pemeriksaan tekanan intraocular
HIFEMA
Level Kompetensi: 3A
Kerusakan pada pembuluh Pemeriksaan oftalmoskopi
darah koroid → darah 1. Akumulasi darah pada COA
mengalir mengisi COA 2. Permeriksaan TIO
GLAUKOMA SEKUNDER EC
Risk : Biasanya didahului HIFEMA TRAUMATIK
oleh trauma tumpul (misal
jatuh/ terkena lemparan) Penanganan :
q Bed-rest dengan kepala
Keypoint : ditinggikan 30 derajat
q mata merah q Siklopegik + S. Atropin ED
q nyeri Atropine sulfate 1% 1-2 gtt bila
q Visus turun tidak ada ruptur bola
q TIO meningkat q Antiglaukoma oral
q Risk (+) (acetozolamid) + timolol
q Kortikosteroid

q Rujuk untuk aspirasi darah di COA


Tn Sido, berusia 30 tahun datang ke puskesmas mengeluh terdapat
benjolan di kelopak mata kiri sejak 3 hari lalu. Tajam penglihatan
tidak mengalami penurunan. Tanda vital TD 110/80mmHg, HR 72
x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 37C. Pada pemeriksaan lokalis, didapatkan
benjolan dengan konsistensi keras, dan tidak nyeri. Diagnosis pasien
ini adalah...
a. Kalazion
b. Hordeolum interna
c. Hordeolum eksterna
d. Folikulitis
e. Tumor palpebral
KALAZION
Level Kompetensi: 3A
Inflamasi idiopatik, steril, dan kronik dari Penanganan :
kelenjar Meibom q steroid intralesi (bisa membuat remisi terutama
untuk kalazion lesi kecil),
Keypoint : q Insisi dan kuretase untuk lesi kecil;
q Benjolan dipalpebra q eksisi (pengangkatan granuloma untuk lesi yang
q Tidak nyeri, besar)
q Visus normal
An Risya, usia 10 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan
keluhan nyeri dan bengkak pada kelopak mata sebelah kiri.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai HR 72 x/mnt, RR 20x/mnt,
suhu 37C. Pada pemeriksaan didapatkan edema dan
hiperemi palpebra superolateral sinistra, konjungtiva kemotik,
dan pembesaran kelenjar preaurikel. Diagnosis pada pasien
ini adalah...
a. Dakriosistitis
b. Stenosis dan Obstruksi Duktus Nasolakrimal
c. Dry eye syndrome
d. Dakrioadenitis
e. Konjungtivitis akut
KELAINAN PADA SISTEM LAKRIMAL
Level Kompetensi: 3A
DAKRIOADENITIS DAKRIOSISTITIS
• Radang pada kelenjar lakrimalis Keypoint:
• Nyeri & Bengkak pada bagian temporal/lateral -S-shape . q Radang sakus lakrimalis
• Penurunan Visus (-) ; Tanda – Tanda Inflamasi (+), palpebra q Bengkak dan nyeri tekan pada sakus lakrimalis
• demam atau bagian medial/nasal
• Pemeriksaan anel test : Positif akut: nyeri, epifora, demam, tanda radang
kronis: nyeri (-), epifora (+)

Penanganan :
Non- Farmakologi : Kompres hangat, Jaga higenitas mata/kelopak
mata
Farmakologi : Antibiotik : Amoxicilin/Clavulanate
Definitif : jika terdapat abses : insisi drainase, pada dakriosistitis Penanganan:
berulang: dacryocystorrhynostomy Antibiotik lokal dan sistemik
Bila ada abses -> insisi & drainase
Komplikasi : Fistula glandula lakrimalis, fistula saccus lakrimalis dan Pembedahan: Dakriosistorinostomi, operasi Toti
selulitis orbita
Ny. Listy, berusia 46 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan mata merah sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai
nyeri, perih, mata terasa ada yang mengganjal dan berair.
Pada pemeriksaan vital sign dijumpai tekanan darah
130/80mmHg, denyut nadi 90 x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 37C.
Injeksi konjungtiva (+). Jaringan fibrovascular di ditepi pupil ,
tes sonde (-). Diagnosis pasien ini adalah...
a. Pseudoptyerigum.
b. Pterygium grade IV
c. Pinguekula
d. Pterigium grade III
e. Episkleritis
PTERIGIUM
Level Kompetensi: 3A
Definisi :Pertumbuhan fibrovaskular yang KLASIFIKASI
bersifat degenerative dan invasive q Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada
1
limbus kornea
Etiologi: iritasi kronis karena debu, cahaya q Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati
matahari(terutama UV-B), limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea
2
Keypoint : q Derajat 3: Jika pterigium sudah melebihi
q mata merah, derajat dua tetapi tidak melebihi pinggiran
q perasaan mengganjal pada mata pupil mata dalam keadaan cahaya normal
q Jaringan biasanya berbentuk segitiga, (diameter pupil sekitar 3-4 mm)
q tumbuh dari bagian nasal atau temporal q Derajat 4: Jika pertumbuhan pterigium sudah 3
konjungtiva yang meluas hingga ke area melewati pupil sehingga mengganggu
kornea sehingga puncak segitiga berada penglihatan
di kornea. Tes sonde (-)  ujung sonde tidak kelihatan
pterygium
4
Penanganan :
Ekstirpasi pterigium
Tn. Herman, berusia 50 tahun datang ke puskesmas dengan kedua
mata sering berair. Keluhan disertai dengan mata pegal dan
penglihatan kabur untuk membaca. Pada pemeriksaan fisik mata
didapatkan segmen anterior tenang. Hasil pemeriksaan visus
didapatkan hasil sebagai berikut :VOD 6/15 dengan koreksi S +0,75
menjadi 6/6 VOS 6/10 dengan koreksi S +0,50 menjadi 6/6. Apakah
diagnosis yang paling mungkin?
a. Hipermetropia
b. Anisometropia
c. Astigmatisme
d. Presbiopia
e. Miopia
PRESBIOPIA
Level Kompetensi: 4A
Definisi: Gangguan akomodasi pada usia lanjut
Etiologi :
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa

Key Point :
• Mata tenang visus turun
• Lansia ≥ 40 tahun
• Kesulitan dalam membaca jarak dekat

Pemeriksaan penunjang : Kartu jeager (+)


An. Tasya 7 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
kedua mata merah dan gatal sejak 4 hari yang lalu. Keluhan
muncul setiap tahun saat musim panas. Riwayat atopi (+).
Tanda vital denyut nadi 90 x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 37C.
Dari pemeriksaan didapatkan VODS 5/5. Pada konjungtiva
superior terdapat giant papil setelah dieversi dan terdapat
horner trantas dots pada limbus dan dischard mukoid.
Tatalaksana yang tepat adalah?
a. Antibiotik topikal
b. Steroid topikal
c. Antiviral topikal
d. Antijamur topikal
e. Antihistamin topikal
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Level Kompetensi: 4A

KONJUNGTIVITIS ALERGI
SIMPLE
Hay Fever Seasonal Perennial Atopi Vernal Giant Papillary Flikten
Riwayat
penggunaan lensa
kontak
Berhubungan Musim Sepanjang Pada q Sering pada anak Riw. Penggunaan Nodul di
dengan semi, musim, debu dewasa q Mata merah saat bermain/ lensa kontak konjungtiva
rhinitis alergi serbuk rumah memiliki terpapar panas dan debu
Sari atopi q Riwayat atopi
q Pemeriksaan konjungtiva
didapatkan Cobble stone/Giant
papil (+), Trantas dot (+)
q Terapi : - Topikal antihistamin
atau mast cell stabilizer (sodium
cromoglycat)
Nn Chandra, berusia 20 tahun datang ke klinik dengan
keluhan kiri mata merah sejak 2 hari yang lalu disertai
dengan rasa nyeri. Tanda vital denyut nadi 90 x/mnt,
RR 20x/mnt, suhu 37C. Dari pemeriksaan didapatkan
Visus ODS 6/6 dan segment anterior seperti gambar
disamping. Tatalaksana yang tepat adalah?
a. Topikal Gentamycin
b. Topikal Asiklovir
c. Topikal betametason asetat
d. Artificial tears
e. Topikal Antihistamin
EPISKELERITIS
Level Kompetensi: 4A

EPISKLERITIS SKLERITIS

Keypoint: Keypoint:
q Mata merah, q Mata merah,
q Menghilang dengan tetes q TIDAK Menghilang dengan tetes
fenilefrin 2.5% fenilefrin 2.5%
q Nyeri ringan/ mengganjal q Nyeri menjalar ke dahi, dagu, alis,
wajah
q Etiologi : hipersensitivitas,
penyakit sistemik, q Etiologi : penyakit sistemik
idiopatik
q Terapi : steroid, NSAID (Topikal &
Terapi : sistemik), imunosupresif
q Vasokonstriktor, steroid, (Sistemik)
NSAID (topikal)
Tn Cleo, berusia 40 tahun datang ke poliklinik dokter umum
dengan keluhan mata merah mendadak sejak 2 hari yang lalu.
Tidak didapatkan riwayat trauma sebelumnya dan tidak ada
riwayat Hipertensi serta DM. Riwayat batuk dan bersin-bersin
sejak 5 hari yang lalu. Tanda vital denyut nadi 90 x/mnt, RR
20x/mnt, suhu 37C. Dari hasil pemeriksaan didapatkan VODS
20/20, sekret (-), nyeri (-). Diagnosis yang tepat untuk
kasus tersebut adalah?
a. Konjungtivitis
b. Episkleritis
c. Perdarahan Subkonjungtiva
d. Hifema
e. Glaukoma
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Level Kompetensi: 4A

Definisi : ekimosis / perdarahan pada subconjungtiva akibat Ruptur pembuluh darah dibawah lapisan konjungtiva
Etiologi : Sebagian besar spontan atau idiopatik

Faktor resiko :
q hipertensi,
q trauma,
q penggunaan obat,
q batuk atau muntah,
Keypoit :
Tampak perwarnaan merah homogen dengan batas tegas pada konjungtiva

Tatalaksana:
q Kompres dingin untuk menekan titik perdarahan
q Kompres hangat untuk membantu reabsorbsi
q perdarahan akan diabsorbsi dalam waktu 1-2 minggu
An Sopie, berusia 3 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan batuk dan
sesak nafas sejak satu hari ini. Riwayat pasien sering tersedak setelah
diberi makan. Pasien menderita cerebral palsy. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan anak tampak sakit berat dengan tanda vital nadi
120x/menit, nafas 60x/menit, suhu 37.4 o C. Pasca pemeriksaan perkusi
redup, palpasi stemfremitus meningkat, auskultasi didapatkan suara
vesikuler menurun pada thorax kanan. Pemeriksaan Rontgen Thorax
didapatkan konsolidasi homogen berbatas tegas berbentuk segitiga di
regio parakardial kanan, trakea tertarik ke paru kanan. Apakah
diagnosis yang sesuai pada pasien dengan kasus diatas?
a. Bronkopneumonia
b. Atelektasis
c. Aspirasi pneumonia
d. Efusi pleura
e. Asthma bronchial
ATELEKTASIS
Level Kompetensi: 2
Etiologi : Fibrosis jaringan paru
Faktor Risiko : Post infeksi tidak diobati adekuat
Key Point :
q Batuk
q Sesak nafas
q Nyeri dada
q Sesuai penyakit yang mendasari ; cth: pneumonia

Pemeriksaan fisik :
Inspeksi asimetris
Perkusi redup
Palpasi stem fremitus↑
Auskultasi vesikuler menurun

Pemeriksaan penunjang :
x-ray thorax : gambaran radioopaq di lobus paru/ konsolidasi homogen/ gambaran segitiga/ trakea tertarik ke arah sakit.

Tatalaksana :
RUJUK
An helen, bayi baru saja lahir dari ibu G1P1A0 usia gestasi 39
minggu, secara operasi seksio sesaria atas indikasi partus
tidak maju. Bayi lahir dengan skor APGAR 8/10, BB 2900
gram, PB 46 cm, dan air ketuban jernih. Pada usia 3 jam
setelah lahir, bayi mulai terlihat sesak nafas, denyut jantung
148 x/menit, Frekuensi Nafas 72 x/menit, retraksi (+), sianosis
(-). Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
a. Neonatal pneumonia
b. Penyakit membran hialin
c. Sindrom aspirasi mekonium
d. Aspirasi pneumonia
e. Takipnea sementara pada neonatus
Transient tachypnea of the newborn (TTN)
Level Kompetensi: 2
Definisi : reflkes bernafas belum sempurna
Faktor Risiko : SC
Key Point :
qRiwayat SC
qtakipnea, grunting, retraksi dinding dada, sianosis
qMekonium jernih
qCukup bulan/post term
qSesak napas saat atau segera setelah lahir

Pemeriksaan penunjang :
§ x-ray thorax : sunburst” pattern.

Terapi :
Resusitasi
Rujuk
Ny. Rafia, 24 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk
berdahak yang dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Pasien mengatakan
dahak warna kehijauan disertai penurunan berat badan dan keringat
malam. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 120/80
mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37,8C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suara ronkhi basah kasar di apex pulmo kanan, stem fremitus
meningkat dan suara napas vesikuler. Pada pemeriksaan BTA didapatkan
hasil -/-. Apakah tindakan dokter yang paling tepat terhadap pasien
tersebut?
a. Berikan terapi antibiotic golongan quinolone
b. Terapi antibiotic non OAT
c. Pengobatan TB kategori 1
d. Pengobatan TB kategori 2
e. Rujuk untuk dilakukan foto thorax
TB PARU
LEVEL KOMPETENSI: 4A
An Rahmi, berusia 8 tahun datang ke dokter dibawa ibunya dengan
keluhan utama batuk lama. Batuk dan demam naik turun dirasakan
sudah 3 minggu. Anak juga tampak berat badan tidak kunjung naik,
bahkan turun 3 kg sejak 1 bulan. Dari anamnesis ayah pasien juga
menderita batuk lama dan masih dalam pengobatan TBC. Pada
pemeriksaan fisik terdapat Nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 37.5
derajat Celcius. Pada pemeriksaan rontgen dada dilakukan dokter,
tampak adanya gambaran perselubungan di apeks paru kanan atas
seperti dibawah ini. Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien
diatas?
a. INH 10mg/kgBB/hari
b. 2RHZE / 4R3H3
c. 2RHZ / 4R3H3
d. 2RHZE / 10 HR
e. INH 5mg/kgBB/hari
TUBERKULOSIS PARU ANAK
Level Kompetensi: 4A
Etiologi: bakteri Mycobacterium tuberculosis

SCORE ≥7 → terapi OAT


TB Paru Tata laksana : kasus Baru : Formula 2RHZ + 4(RH)

Profilaksis TB Anak

Profilaksis Kontak BTA (+) Tuberkulin Gejala


(+)

(H) 3 bulan – 6 (+) (-) (-)


bulan

(H) 6 -12 bulan (+) (+) (-)

Regimen OAT (+) (+) (+)


An fiko, berusia 8 bulan dibawa ibunya ke puskesmas untuk
pemantauan tumbuh kembang dan imunisasi. Selama ini ibu
bawa imunisasi di posyandu. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
Pada penimbangan BB 9 kg dan saat diukur suhu 36,5°C.
Apakah imunisasi yang seharusnya sudah dilakukan
menurut pedoman imunisasi IDAI 2017?
a. BCG sudah 2x, DPT combo sudah 3x, Campak 1 x
b. BCG sudah 2x, Hepatitis B sudah 3x, Campak 1 x
c. BCG 1x, DPT sudah 3x, Hepatitis B 4x
d. BCG 1x, DPT sudah 3x, Hepatitis B 3x
e. Hepatitis sudah 3x, Campak 1x
IMUNISASI
Level Kompetensi: 4A
IMUNISASI DASAR
Hep B BCG Polio DPT MMR/Cam
pak
Waktu Waktu Waktu Waktu Campak /
pemberian pemberian < pemberian pemberian MR : ≥ 9
0,2,3,4 bulan 3bulan 0,2,3,4 bulan 2,3,4 bulan bulan
MMR ≥ 15
bulan
Dosis 0.5 CC IM Dosis 0, 5 CC IC Dosisi 2 gtt PO Dosis 0.5 IM Dosis 0.5 cc
paha kanan deltoid kanan deltoid/paha SC
kiri
An Geta, berusia 15 bulan dibawa ke dokter karena keluhan
sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan diawali demam
ringan dan batuk serta pilek selama 5 hari. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan nadi 110 x/menit, suhu 37.9 derajat Celcius,
terdapat napas cuping hidung dan retraksi dada intercostal,
serta wheezing pada seluruh lapang paru. Apakah diagnosis
yang sesuai pada pasien dengan kasus diatas?
a. Asma intermiten serangan berat
b. Asma intermiten ancaman gagal napas
c. Bronkhitis
d. Bronkiolitis
e. Bronkopneumonia
BRONKIOLITIS
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : infeksi RSV
Faktor Risiko : anak usia < 2 tahun
Key Point :
q USIA < 2 tahun
q Demam, jarang demam tinggi
q Batuk
q Sesak nafas
q wheezing

Pemeriksaan fisik :
Retraksi dinding dada
wheezing

Pemeriksaan penunjang :
airbronkogram (+), hiperaerasi (+)

Tatalaksana :
O21-2 liter/menit
Saba inhalasi
Bayi Jio, usia 2 tahun dibawa ke UGD karena sesak nafas,
keluhan di dahului panas,batuk, pilek sejak 3 hari sebelumnya.
Bayi lemah tidak mau minum disertai suara serak dan batuk
menggonggong. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi
110x/menit, RR 30kali/menit, T37.8C. terdapat retraksi
suprasternal, interkostal, dan epigastrium, capillary refill time
2 detik. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Croup
b. Pneumonia
c. Bronkolitis
d. Asma bronkhiale
e. Empisema
CROUP/ LARINGOTRAKEOBRONKITIS
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : parainfluenza virus

Key Point : Pemeriksaan penunjang : Terapi :


qGejala prodromal: Xray : Kortikosteroid : Dexametason
Demam, rhinorrhea, penyempitan di subglotis 0,6mg/kgbb SD IV
faringitis (steeple sign)
qBatuk seperti suara anjing
menggonggong
qSuara serak
qSesak nafas
qSianosis
qRetraksi sela iga
Tn Sudiro, berusia 30 tahun, dibawa warga ke IGD Rumah Sakit setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu. Pasien tampak sesak,
TD 110/70 mmHg, nadi 94x/ menit, laju napas 30x/ menit, dan suhu
afebris. Dada tampak asimetris, pergerakan hemitoraks kanan tampak
tertinggal, perkusi hemitoraks kanan didapatkan redup dan suara napas
menghilang. Dokter memutuskan untuk dilakukan WSD. Lokasi yang
tepat untuk melaksanakan tindakan tersebut adalah…
a. Sela iga ke 3-4 linea axillaris anterior
b. Sela iga ke 5-6 linea axillaris posterior
c. Sela iga ke 5-6 linea midaxillaris
d. Sela iga ke 5-6 linea midclavicularis
e. Sela iga ke 2 linea midclavicularis
HEMATOTHORAX
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : trauma thorax  AKUMULASI DARAH di Rongga Pleura

Key Point : Pemeriksaan penunjang : Terapi :


qsesak napas dipengaruhi Xray : Resusitasi
posisi qSudut costofremitus Rujuk untuk pemasangan WSD
qtakipneua, tumpul  ICS 5-6 midaxila
qInspeksi : Dada tampak qMeniscus sign (+)
asimetris, pergerakan qTrakea deviasi ke sehat
hemitoraks tertinggal,
qperkusi redup
qsuara napas menghilang
qSuara jantung Normal
Ny Gumi, usia 54 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas dan
jantung berdebar sejak tadi malam. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien
tampak sesak dan gelisah. TD 100/70 mmHg, Nadi 175 x/m ireguler, RR 30
x/m. Auskultasi thoraks S1 S2 normal, ireguler, terdapat ronkhi basah halus
1/3 lapang paru. Dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil sebagai berikut.
Diagnosis pada pasien ini adalah

a. Ventrikular takikardi
b. Ventrikular fibrilasi
c. Atrial fibrilasi
d. Flutter atrium
e. Supraventrikular takikardi
ATRIAL FIBRILASI
Level Kompetensi: 3A.
Tachyarrhytmia
q Jantung berdebar debar,
q Gangguan irama jantung, HR > 100x/menit
q Nadi teraba
q Perlu diperhatikan kompleks QRS –Narrow QRS  masalah dari atas/supraventrikel
q Wide QRS  masalah ada pada ventrikel
Narrow QRS Wide QRS
Reguler (jarak R-R) Ireguler (jarak R-R) Reguler (jarak R-R) IReguler (jarak R-R)
Supraventricular tachycardia Atrial Flutter Atrial Fibrilasi Ventricular tachycardia (VT) VF
(SVT) • Gambaran gigi • Gelombang P monomorfik
• Gelombang P tidak gergaji (saw-tooth) menghilang
tampak (tertutup
gelombang T)
• Manuver Vagal ( KI : Bruit Karotis ; TIA ; Riw. VT / Beta Bloker atau CCB amiodaron
VF)
• Adenosine IV
Stabil / Tidak Stabil  Hipotensi ; Penurunan Kesadaran ; Akral Dingin ( Tanda Shock ) ; Nyeri Dada (Iskemik Jantung) ; Rhonki Basah +
Sesak Nafas (Edema Paru ) Ditemukan 1 atau Lebih =Tidak Stabil
Kardioversi 50 – 100 Joule Kardioversi Monofasik Kardioversi 100 Joule DC Shock /
200 Joule ; kardioversi Defibrilasi
Bifasik Monofasik 360 Joule
120 – 200 Joule
ATRIAL FIBRILASI
Level Kompetensi: 3A.
Ventricular tachycardia (VT)
SVT monomorfik

A.Flutter

A. Fibrilasi
Tn Kim, 60 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada kiri menjalar sampai
leher sejak 3 jam yang lalu. Dari pemeriksaan fisik TD 140/90 mmHg, Nadi 100
x/m, RR 20 x/m. EKG menunjukkan gambaran sebagai berikut. Pembuluh darah
manakah yang menyebabkan keluhan pada kasus di atas?

a. Arteri koronaria sirkumfleksa


b. Arteri koronaria desenden kanan
c. Arteri koronaria kanan
d. Arteri pulmonalis
e. Arteri koronaria kiri
STEMI
Level Kompetensi: 3B

6 LEAD EKSTREMITAS  I, II,III, AVR, AVL, AVF


6 LEAD PRECORDIAL V1-V6
Tn Calvin, usia 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan
nyeri dada kiri yang tidak bisa ditunjuk sejak 1 jam yang lalu.
Nyeri disertai keringat dingin , mual dan menjalar sampai
bahu kiri. Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital TD
130/80 mmHg, HR 98x/mnt, RR 20x/mnt dan suhu 37C.
Pemeriksaan EKG ST elevasi pada lead V1-V4. Apakah
terapi definitif pada pasien ini?
a. Oksigen
b. Aspirin
c. PCI
d. Tissue plasminogen activator
e. Nitrat
STEMI
Level Kompetensi: 3B
Nyeri dada Tipikal :
q Nyeri bersifat tumpul  Tidak dapat menunjukkan nyeri
q Menyebar ke rahang, lengan, bahu
q Manifestasi autonom : berkeringat dingin, mual, muntah
Faktor Resiko : Merokok ; Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Riw. Keluarga Sakit Jantung
Etiologi : Nyeri dada angina  disebabkan sumbatan pada pembuluh darah  akibat plak atheroma yang disebut  atherosclerosis.
Tn Johny, berusia 50 tahun datang ke IGD RS dengan
keluhan utama berupa nyeri dada menjalar ke lengan sejak
30 menit yang lalu. Nyeri juga menembus ke punggung
belakang. Pasien juga mengeluhkan adanya sesak napas.
Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital TD 120/80
mmHg, HR 80x/mnt, RR 20x/mnt dan suhu 37C. Apakah
kemungkinan etiologi dari keluhan pasien tersebut?
a. Arteriosklerosis
b. Aterosklerosis
c. Artritis
d. Arteroplebitis
e. Tromboplebitis
ANGINA PECTORIS
Level Kompetensi: 3B
Nyeri dada Tipikal :
q Nyeri bersifat tumpul  Tidak dapat menunjukkan nyeri
q Menyebar ke rahang, lengan, bahu
q Manifestasi autonom : berkeringat dingin, mual, muntah
Faktor Resiko : Merokok ; Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Riw. Keluarga Sakit Jantung
Etiologi : Nyeri dada angina  disebabkan sumbatan pada pembuluh darah  akibat plak atheroma yang disebut  atherosclerosis.

Angina Pectoris Stabil Acute Coronary Syndrome (ACS)


Kata Kunci : STEMI NSTEMI UNSTABLE ANGINA
q Nyeri Dada < 15 Menit Membaik Saat PECTORIS (UAP)
Istirahat ; Kata Kunci : Kata Kunci : Kata Kunci :
q Faktor Resiko (+) § Nyeri Dada > 15 Menit ; Tidak § Nyeri Dada > 15 Menit § Nyeri Dada > 15 Menit
Hilang Saat Istirahat ; ; Tidak Hilang Saat ; Tidak Hilang Saat
P. Penunjang : EKG ; Enzim Jantung Normal ; § Faktor Resiko (+) Istirahat Istirahat ;
Treadmill Test (+) Nyeri Dada P. Penunjang : § Faktor Resiko (+) § Faktor Resiko (+)
1. EKG: ST Segmen Elevasi ( M – P. Penunjang : P. Penunjang :
Shaped ) 1. EKG  ST Segmen 1. EKG  ST Segmen
2. Enzim Jantung Meningkat : Depresi atau T- Depresi atau T-
Mioglobin ; CK – MB atau Inverted Inverted
Troponin I / T 2. Enzim Jantung 2. Enzim Jantung Normal
Meningkat : Mioglobin : Mioglobin ; CK – MB
; CK – MB atau atau Troponin I / T
Troponin I / T
Tn Izaki, usia 49 tahun datang ke RS dengan keluhan mudah
merasa lelah sejak 3 bulan ini. Pada pemeriksaan vital sign
didapatkan TD 140/80mmHg, HR 100kali/menit, RR
20kali/menit, Tax 37,8C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
dijumpai, murmur sistolik ICS IV parasternal line sinistra.
Apakah kemungkinan kelainan katup pada pasien?
a. Regurgitasi trikuspid
b. Regurgitasi mitral
c. Stenosis Aorta
d. Insufisiensi pulmonal
e. Stenosis trikuspid
REGURGITASI TRIKUSPID
Level Kompetensi: 2
PENYAKIT KATUB JANTUNG
q MI-SA-S
q MS-AI-D

1. Tentukan katup yang bermasalah 


Lihat lokasinya :
ICS II Parasternal dextra : aorta
ICS II Parasternal sinistra : pulmonal
ICS IVParasternal sinistra: trikuspid
ICS IV midklavikula/apex: mitral

2. Tentukan fase murmurnya:


(sistolik/diastolik)
Tn Asthon, berusia 46 Tahun datang ke IGD dengan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan fisik dijumpai TD 160/90 mmHg, HR 110
x/mnt, RR 25x/mnt, suhu 37C. Pada pemeriksaan EKG didapatkan
gambaran sebagai berikut:

Tatalaksana pada kasus diatas adalah…


a. Defibrilasi
b. RJP
c. Amiodaron
d. Epineprin
e. Kardioversi
TORSADES DE POINTES
Level Kompetensi: 3B
Tn Jhon, berusia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri dada. Nyeri dada dirasakan menjalar sampai ke bahu dan
lengan kiri. Pasien mengatakan keluhan memberat dengan aktifitas
dan membaik saat istirahat. Pasien memiliki riwayat merokok. Riwayat
HT dan DM disangkal. Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda
vital TD 130/80 mmHg, HR 90x/mnt, RR 24x/mnt dan suhu 37C.
Dokter melakukan pemeriksaan EKG dalam batas normal.
Tatalaksana yang tepat adalah…
a. ISDN
b. Betabloker
c. Rujuk dan cek enzim jantung
d. Rujuk dan dilakukan treadmill
e. Rujuk dan diberi trombolitik
ANGINA PECTORIS STABIL
Level Kompetensi: 3B
Nyeri dada Tipikal :
q Nyeri bersifat tumpul  Tidak dapat menunjukkan nyeri
q Menyebar ke rahang, lengan, bahu
q Manifestasi autonom : berkeringat dingin, mual, muntah
Angina Pectoris Stabil Acute Coronary Syndrome (ACS)
Etiologi / Faktor Resiko : Merokok ; Etiologi / Faktor Resiko : Merokok ; Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Riw.
Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Keluarga Sakit Jantung
Riw. Keluarga Sakit Jantung
Kata Kunci : STEMI NSTEMI UNSTABLE ANGINA
q Nyeri Dada < 15 Menit Membaik Saat PECTORIS (UAP)
Istirahat ; Kata Kunci : Kata Kunci : Kata Kunci :
q Faktor Resiko (+) § Nyeri Dada > 15 Menit ; Tidak § Nyeri Dada > 15 § Nyeri Dada > 15
Hilang Saat Istirahat ; Menit ; Tidak Hilang Menit ; Tidak Hilang
P. Penunjang : EKG ; Enzim Jantung § Faktor Resiko (+) Saat Istirahat Saat Istirahat ;
Normal ; Treadmill Test (+) Nyeri Dada P. Penunjang : § Faktor Resiko (+) § Faktor Resiko (+)
1. EKG: ST Segmen Elevasi ( M – P. Penunjang : P. Penunjang :
Shaped ) 1. EKG  ST Segmen 1. EKG  ST Segmen
2. Enzim Jantung Meningkat : Depresi atau T- Depresi atau T-
Mioglobin ; CK – MB atau Inverted Inverted
Troponin I / T 2. Enzim Jantung 2. Enzim Jantung
Meningkat : Normal : Mioglobin ;
Mioglobin ; CK – MB CK – MB atau
atau Troponin I / T Troponin I / T
Ny. Maudy, 54 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak
nafas dan jantung berdebar sejak tadi malam. Pemeriksaan
fisik didapatkan pasien tampak sesak dan gelisah. TD 80/50
mmHg, Nadi 175 x/m ireguler, RR 30 x/m. Auskultasi thoraks
S1 S2 normal, ireguler, terdapat ronkhi basah halus 1/3
lapang paru. Dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil atrial
fibrilasi. Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah?
a. Propranolol
b. Digoksin
c. Diltiazem
d. Nicardipin
e. Adenosine
ATRIAL FIBRILASI + HEART FAILURE
Level Kompetensi: 3B

Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium


(PERKI, 2014)
Tn Arvin, berusia 55 tahun datang dengan keluhan badan terasa
lemas sejak 3 hari. Tidak ada riwayat minum obat, atau jamu. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah 130/80mmHg,
HR 96kali/menit RR 24kali/menit T37.2C, sklera ikterik. Pemeriksaan
Hb 11,5 gr/dl leukosit 5200/mm 3 trombosit 350.000mm 3 , SGOT 899
SGPT 1299, IgM anti HAV( - ) HBsAg ( - ) IgM anti HBc (+) anti
HbeAg(+). Diagnosis pasien tersebut adalah….
a. Hepatitis B akut
b. Hepatitis C
c. Hepatitis toksik
d. Hepatitis B window period
e. Hepatitis B kronis
HEPATITIS B
Level Kompetensi: 3A
Transmisi : Cairan tubuh
Risiko: Riwayat sex bebas, narkoba
suntik, transfusi
Gejala Klinis :
qDemam berulang
qIkterik
qPenurunan nafsu makan
qLemah
An Eza, usia 6 tahun dibawa ke Rumah Sakit karena
bengkak seluruh tubuh. Diketahui bahwa anak ini
merupakan rujukan dari puskesmas. Tanda vital HR
86x/menit, RR 20kali/menit, suhu 37.6C Saat dilakukan
pemeriksaan fisik ditemukan edema anasarka, rambut
kering mudah rontok, ascites, BB/U : -3 SD. Apakah
diagnosis pasien tersebut?
a. KEP Tipe Marasmik
b. KEP Tipe Kwashiorkor
c. KEP Marasmik – Kwashiorkor
d. Glomerulonefritis akut
e. GNAPS
KEP- KWASHIORKOR
Level Kompetensi: 4A
Kekurangan Energi Protein
Marasmus KWASIORKOR
Defisiensi Karbohidrat Defisiensi Protein
q Terlihat sangat kurus q Edema simetris pada punggu kaki atau seluruh tubuh
q Wajah seperti orang tua q Ascites
q Kulit kering, dingin, kendor dan kriput q Hepatomegali
q Atrofi otot q Crazy pavement dermatosis
q Iga gambang q Rambut seperti rambut jagung dan mudah rontok
q Subkutan lemak hilang
Tatalaksana Awal :
1. Atasi Hipoglikemi :
q 50 cc larutan D10% oral atau larutan gula 10% bila masih
sadar,
q bila tidak sadar larutan D10 5cc/kgBB bolus IV
2. Atasi Hipotermi
3. Atasi dehidrasi :
q rehidrasi peroral dengan resomal, parenteral pada
dehidrasi berat dan Syok
Tn Bari, usia 27 tahun datang ke Rumah sakit dengan keluhan BAB
berdarah sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan memberat satu
minggu ini. Frekuensi lebih dari 6x/hari dengan konsistensi cair dan
darah disertai nyeri perut. Pemeriksaan vital sign TD 120/80 mmHg,
HR 86x/menit, RR 20kali/menit, suhu 37C. Pada pemeriksaan
kolonoskopi didapatkan erosi dari rektum, sampai bagian ileum,
dengan skipping lesion(+). Pada pemeriksaan histopatologi
didapatkan abses kripta. Diagnosis yang sesuai adalah :
a. Colitis ulcerativa
b. Crohn disease
c. Disentri basiler
d. Disentri amoeba
e. Iritable bowel syndrome
CROHN DISEASE
Level Kompetensi: 1
Inflamtory Bowel Disease
Key Point : Diare kronis > 3 bulan
Etiologi : idiopatik, genetik
CHORN DISEASE KOLITIS ULSERATIF
q Diare kronis q Diare kronis
q Nyeri perut +++ q Nyeri perut +
q BAB berdarah +/- q BAB berdarah +++
q BB <<< q BB turun +/-
q Lokasi disepanjang saluran cerna : Paling q Lokasi paling sering kolon rectosigmoideum
sering ileum Caecum q Kolonoskopi : Continous lession, pseudopolyp
q Kolonoskopi : Skip lession, Cobble stone q Ulkus dangkal
q PA : abses kripta q Gold standard : Barium enema / colon in loop : lead pipe
q Ulkus Dalam
q Gold standard : Barium enema / colon in
loop : string sign
Th/ 5 alfaaminosalisilat : sulfasalazine
Ny. Ririn, berusia 48 tahun, datang dengan keluhan nyeri
perut kanan atas sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mengatakan nyeri perut disertai demam, perut kembung dan
muntah. Tanda-tanda vital TD 120/70 mmHg, nadi 88x/mnt,
RR 20x/mnt, suhu 38,2C. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan
pasien berhenti bernafas Ketika perut kanan atas ditekan.
Pada pemeriksaan USG terdapat gambaran penebalan pada
kantung empedu. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Kolesistitis
b. Ulkus gaster
c. Koledokolitiasis
d. Pankreatitis Akut
e. Ulkus duodenum
KOLESISTITIS
Level Kompetensi: 3B
PENYAKIT PADA BILIER
RUQ PAIN (+)
Demam (-) Demam (+)
Ikterus (-) Ikterus (+) Ikterus (-) Ikterus (+)
KOLELITIASIS KOLEDOKOLITIASIS KOLESISTITIS KOLANGITIS
q 4 F : female , fourty, q CBD stone q RUQ pain (+) , Demam q TRIAS CHARCOT : RUQ pain (+) ,
fatty, fertile q Jaundice (tipe obstruksi) q Murphy sign (+) Demam (+) Jaundice
q RUQ PAIN (+), kolik, q RUQ pain (+) , BAB q Apabila Trias Charcot +
setelah makan makanan Dempul, urine seperti Penunjang : Hipotensi, penurunan
berlemak teh, sklera kuning q USG Abdomen : penebalan kesadaran  pentad Reynold
q USG : akustik shadow, kehijauan dinding vesica fellea, double
lesi hiperekoik di vesika Penunjang : rims Penanganan :
fellea q USG Abdomen Penanganan : q Resusitasi
Penanganan : q ERCP q Resusitasi q Antibiotik
q Analgetik Penanganan : q Antibiotik q Rujuk
q Ursodeoxycholic asid Rujuk q Rujuk
q Pembedahan
Tn stevan, 23 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan
diare berat disertai rasa kram perut sejak 2 hari. Pasien memiliki
Riwayat sering konsumsi cefadroxil untuk ISPA yang ia derita selama
lebih dari 7 hari. Dari pemeriksaan fisik pasien tampak letargi, nyeri
tekan abdomen bawah, mata cekung, mucosa mulut kering, TD
100/70 mmHg RR 20x, nadi 100x, suhu 38C. Dari fecal smear
didapatkan lendir darah (-). Apa kemungkinan etiologi kasus
diatas?
a. Disentrie baciiler
b. Coli gastroenteritis
c. Clostridium difficile
d. Amoebasis
e. Kolera
KOLITIS PSEUDOMEMBRAN
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Clostridium difficile
Risk : penggunaan antibiotik irasional (gangguan keseimbangan flora usus  mengeluarkan toksin yang
menyebabkan inflamasi mukosa)

Key Point :
q Adanya pseudomembran di mukosa kolon atau usus kecil
q diare, keram perut, anoreksia, malaise
q Demam
q Risk
Pemeriksaan Penunjang:
kultur feses

Penatalaksanaan:
Hentikan antibiotik irasional
metronidazol Kolonoskopi : pseudomembran (+)
Berat : vankomisin
An aditama, usia 36 jam dibawa ke puskesmas karena
muntah kehijauan. Ibu mengatakan anaknya muntah
berwarna kehijauan. Riwayat lahir kurang bulan, berat anak
cukup. Tanda Vital didapatkan HR:100x/m, RR: 24x/m, Tax:
36.5 o C, didapati adanya gambaran double bubble sign pada
pemeriksaan radiologi. Diagnosis yang tepat adalah ?
a. Stenosis pylorus
b. Achalasia
c. Hirschprung disease
d. atresia duodenum
e. Atresia esofagus
ATRESIA DUODENUM
Level Kompetensi: 2.
ETIOLOGI : defek kongenital
Keypoint :
q Muntah billier
q Distensi abdomen
q Darm counter
q Darm steifung
q Metalic sound
q Mekonium pertama < 24 jam

Pemeriksaan penunjang:
q BNO  Double bubble

Tatalaksana:
Double bubble
NIDAR
An. Gea, usia 8 bulan dibawa ke IGD dengan keluhan
BAB cair bercampur lendir dan darah. Pada
pemeriksaan fisik , HR:90x/m, RR: 24x/m, Tax:
36.5 o C , teraba massa di kuadran kiri dan tengah
abdomen. Pada pemeriksaan rectal toucher ditemukan
portio like sign . Diagnosis yang tepat pada pasien
adalah…
a. Atresia esophagus
b. Intususepsi
c. Colitis ulseratif
d. Appendisitis akut
e. Volvulus
INTUSUSEPSI
Level Kompetensi: 3B
Definisi: masuknya usus bagian proksimal ke distal
Keypoint :
q Nyeri kolik abdomen
q BAB cair berlendir dan darah
q Muntah billier
Pemeriksaan Fisik : massa seperti sosis/pisang/ pseudo portio like sign
Pemeriksaan penunjang:
USG
q Dougnat sign (transversal)
q Target sign (transversal)
q Pseudokidney sign (longitudinal)
q Sandwich sign (longitudinal)
Barium enema :
q Coiled spring appearance

Tatalaksana:
Reduksi manual  bubur enema
NIDAR
USG : sandwich sign

USG : Doughnut sign/target sign Barium enema : whirlpool sign

Pseudokidney sign
Nn Cantika, berusia 20 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri
perut di daerah ulu hati yang kemudian menjalar ke perut kanan
bawah. Keluhan dirasakan sejak 3 jam yang lalu. Keluhan disertai
mual muntah. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg,
nadi 80x/ menit, laju napas 22x/ menit, dan suhu 38,8 O C. Dokter
melakukan pemeriksaan dengan meminta pasien berbaring lalu
mengangkat 1 kakinya lalu lututnya ditekan dan endorotasi.
Pemeriksaan apa yang dilakukan oleh dokter?
a. Psoas sign
b. Rovsing sign
c. Obturator sign
d. Blumberg sign
e. Murphy sign
APENDISITIS AKUT
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : infeksi pada appendix vermicularis, obstruksi pada lumen appendix
Keypoint : Alvarado score q Mc burney : nyeri tekan RLQ
Symps: Score q Blumberg : nyeri lepas
q Nyeri epigastrium menjalar q Rovsing ; tekaln LLQ, nyeri RLQ
ke perut kanan Bawah 1 q Psoas : nyeri RLQ dengan ekstensi paha
q Nause vomiting 1 q Obturator : nyeri RLQ dengan rotasi internal tungkai
q Anorexia 1 q Dunphy : nyeri RLQ saat batuk
Sign:
q Mc.burney 2 P. Penunjang :
q Temperatur > 38C 1 USG abdomen
q Nyeri lepas 1
Lab: Tatalaksana :
q Leukositosis 2 Apendiktomi
q Shift to the left 1
Komplikasi :
Perforasi appendiks
Peritonitis
Tn Hermawan, berusia 27 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit setelah
mengalami kecelakaan sepeda motor 1 jam yang lalu. Badan pasien
terjepit di antara sepeda motor dan pembatas jalan. Kesadaran pasien
somnolen, TD 80/60 mmHg, nadi 120x/ menit teraba lemah, laju napas
30x/ menit, Sat O2 90%, dan suhu afebris. Tampak jejas di area perut,
defans muskular (+). Apa tatalaksana selanjutnya yang paling tepat?
a. Pemberian O2 1-2 lpm nasal kanul
b. Pemasangan kateter urin
c. Pemasangan pipa orogastrik
d. Resusitasi cairan
e. Pemberian analgetik
TRAUMA ABDOMEN
Level Kompetensi: 3B

Keypoint : ATLS: Primary Survey


q Airway + C- spine Control
Tripel airway manuver : Heat tilt (KI : cedera servikal), Chinlift, Jaw trust
Collar neck (C-spine control)
q Breathing  Pemberian O2 penanganan kasus trauma terapi oksigen yang diberikan menggunakan NRM
min 6 lpm
q Circulation : Dgn Kontrol Perdarahan Pasien mengalami trauma tumpul abdomen dengan tanda-tanda
syok akibat kecelakaan lalu lintas tersebut resusitasi cairan
Tanda syok (-) holiday segar
Tanda syok (+) 20mg/kgBB/15 menit
q Disability
q Exposure
An Gisela, berusia 12 tahun datang ke poli anak diantar ibunya
dengan keluhan diare sejak 4 hari. Menurut ibunya diare
disertai darah dan juga demam namun tidak tinggi.
Sebelumnya pasien berenang di Danau Lindu Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital TD 110/70 mmHg,
nadi 88x/m, suhu 37,7 o C. Pada pemeriksaan feses didapatkan
bentukan telur parasite seperti gambar disamping. Apakah
etiologi yang tepat pada kasus tersebut?
a. Schistosoma japonicum
b. Schistosoma mansoni
c. Schistosoma hematobium
d. Fasciolahepatica
e. Ascaris lumbricoides
SCHISTOSMOIASIS
Level Kompetensi: 4A

q Merupakan trematoda darah S. JAPONICUM S. MANSONI S. HEMATOBIUM


q Penularan: air tawar terkontaminasi
feces terinfeksi telur, kemudian
menetas di air
Keypoint:
q Diare darah
q Riwayat bepergian danau lindu
q 4 S  Sulawesi, skistosoma,
Serkaria, Spina terminalis
Tatalaksana:
q Praziquantel 10mg/kgbb/SD
Tn Jaz, 24 tahun, dating ke RS dengan keluhan batuk lebih dari dua
bulan, disertai dahak dan kadang dengan darah. Pasien juga demam
dan mengeluhkan nyeri telan, penurunan berat badan >10kg selama
periode tersebut. Tanda vital TD 120/80mgHg, Nadi 90kali/menit, RR
23kali/menit, T 38C. Pemeriksaan kepala-leher didapatkan leukoplakia
ad glossus et palatum, swab langit-langit menunjukkan candida (+).
Pasien terlihat sangat kurus, tulang dada pasien terlihat jelas dan Otot
ekstremitas pasien terlihat mengecil. Pasien memang seorang
pengguna jarum suntik dan obat kesukaannya bermerk illuminados
plaga. Pada pemeriksaan tes HIV didapatkan reaktif. Diagnosis pada
pasien ini adalah…
a. TB paru dengan HIV st 1
b. TB paru dengan HIV st 2
c. TB paru dengan HIV st 3
d. TB paru dengan HIV st 4
e. TB paru dengan HIV st 5
HIV/ AIDS DENGAN KOMPLIKASI Stadium 1 Asimptomatik, limfadenopati generalisata
Level Kompetensi: 3A Stadium 2 q BB turun ≤ 10%
q Manifestasi mukokutan minor ( dermatitis
Definisi : HIV (Human Immunodeficiency Virus), adalah virus yang dapat seboroik, prurigo, infeksi jamur kuku, ulkus
menyerang sistem kekebalan tubuh (Limfosit T4/CD4) sehingga oral rekuren, cheleitis angularis
menyebabkan penyakit AIDS q Herpes zoster
q ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
q Ulkus mulut berulang
Faktor Risiko : berkaitan dengan cairan tubuh  Penjaja seks laki-laki atau
perempuan, Pengguna NAPZA suntik, Homoseksual, Transfusi darah, Stadium 3 q BB turun > 10%
q Diare tanpa sebab >1 bulan
Pembuatan tato/ alat medis tercemar HIV , Bayi dengan ibu HIV/AIDS,
q Demam > 1 bulan
Pasangan serodiskor ( yang satu terinfeksi HIV, lainnya tidak)
q Kandidiasis oral
q Oral hairy leukoplakia
Pemeriksaan Penunjang: q TB Paru
Rapid Test , Western Blot, Elisa 3 metode q Infeksi bakterial yang berat (pneumoni,
CD4, PCR (viral load) piomiositis)
STADIUM 4 q HIV wasting syndrome  penurunan BB
Terapi AIDS jika lebih dari 10% dengan gambaran pasien
CD4<200 yang sangat kurus dan otot pasien yang
tampak atrofi
q Pneumocystis carinii
q Sarkoma kaposi
TB+HIV  prinsip mulai OAT, disusul ARV segera setelah toleran (2-8 q Toksoplasmosis serebral (CT-Scan= multiple
minggu), tanpa mempertimbangkan CD4 count . Jika CD4 < 50  mulai ring enhancment lesion)
ARV dalam 2 minggu pertama setelah mendapatkan OAT q Kriptosporidiosis dengan diare > 1bulan
q TB extraparu
Tn Farhan, berusia 33 tahun dibawa oleh keluarganya ke Puskesmas
karena demam dan tampak kaku sejak 2 hari yang lalu. Pasien
tampak kaku dan sulit membuka mulut. Lima hari yang lalu pasien
mengalami luka di kaki saat menyiram pupuk kandang di ladang. TD
110/70 mmHg, nadi 88x/ menit, laju napas 24x. menit, suhu 38,5 O C,
tubuh pasien tampak kaku dan didapatkan trismus (+). Apa
tatalaksana untuk eradikasi mikro-organisme yang menyebabkan
kondisi pasien di atas?
a. ATS
b. Cefotaxime
c. Metronidazol
d. HTIg
e. IVIG
TETANUS
Level Kompetensi: 3B

ETIOLOGI : eksotosin spesifik Derajat penyakit tetanus :


Clostridium tetani tetanus prone Grade 1 : Trias tetanus
wound Grade II : : Trias tetanus + kejang ransang
Risk : Akibat komplikasi luka: Grade III : Trias tetanus+ kejang spontan
q Vulnus laceratum (luka robek), Grade IV : Trias tetanus+ Gg Otonom (hipotensi , takikardia)
q Vulnus punctum (luka tusuk),
q combustion (luka bakar),
q fraktur terbuka,
q luka terkontaminasi
q luka tali pusat.
Keypoint: Tatalaksana :
q TRIAS : Trismus, Risus Sardonicus, q Anti Toksin :
Opistotonus ATS 50.000-100.000 IU (IM)  skintest
q Kondisi Berat  Kejang/spasme HTIG Dosis tunggal 3.000 IU – 6.000 IU – Tidak diperlukan skin test
laryng q Antibitik  ERADIKASI KUMAN
q Risk (+) 1st Metronidazol loading 500 mg/8 jam IV
q Imunisasi Tetanus (-) 2nd penisilin G, 2,4 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.
q Antikonvulsan : diazepam IV/Drips
q Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen
q Imunisasi TT
TETANUS
Level Kompetensi: 3B
PROFILAKSIS LUKA

LUKA BERSIH LUKA KOTOR

TT HTIG TT HTIG
IMUNISASI < 3X (+) (-) (+) (+)
ATAU LUPA
IMUNISASI > 3 X (-) kecuali > 10 (-) (-) (-)
tahun Kecuali > 5
tahun
Tn Sandi, berusia 35 tahun, datang ke dokter praktek umum dengan
keluhan BAB cair bercampur lendir dan darah sejak 1 minggu, frekuensi 5-
8x/hari. Tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72
x/menit, suhu 38.0C, napas 24 x/menit Pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan perut kanan atas. Dari pemeriksaan tinja ditemukan parasit
berukuran 25-40 mikrometer, bentuk irregular, terdapat pseudopodia, di
dalam sitoplasma terdapat sel darah merah. Apakah bentuk infektif dari
parasite yang menginfeksi pasien dengan kondisi diatas?
a. Serkaria
b. Microfilaria
c. Trofozoit
d. Kista
e. Pre-cyst
DISENTRI AMOEBA
Level Kompetensi: 4A
Definisi: kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir, dan nyeri saat mengeluarkan feses.

DISENTRI BASILER DISENTRI AMOEBA


Etiologi : Shigella Disentriae Etiologi : Parasit Entamoeba histolytica
Key point : Bentuk infektif E. hystolitica  kista matur berinti  bila tertelan dapat menginfeksi dan
Sering usia < 5 tahun, lying down disentri, ekskistasi di ileum terminal atau kolon
Demam > 39 C, BAB > 10x/hari, nyeri Key point :
perut, muntah hebat Sering usia > 5 tahun, walking disentri,
Demam subfebris, BAB < 10x/hari, nyeri perut
Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang:
Kultur feses Feses rutin
q Tropozoid + ingested RBC Cyst : massa tebal
Terapi : (berbentuk : sel inti multiple) batang / cerutu (inti 1-4)
Siprofloksasin 2 x 500 mg (5 hari) 
dewasa q Kristal charcot leyden
Kotrimoksazole 10mg/kgbb/hari (5-7 Komplikasi : Abses Hepar
hari) anak Nyeri perut kanan atas + demam , riwayat disenrti . USG : lesi anekoik di liver

Terapi :
Metronidazole 3 x 500 mg (5-10 hari), atau metronidazole 30mg/kgbb
Abses hepar : metronidazole 3 x 750 mg (7-10 hari)
Tn. Alpha The Ultimate Mutant, berusia 57 tahun, datang ke IGD
RS dengan keluhan buang air kecil berkurang sejak 4 bulan
SMRS. Keluhan disertai dengan badan terasa lemas dan nyeri
pinggang. Pasien memiliki riwayat batu ginjal sejak 1 tahun
terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
190/100 mmHg, nadi 108kali/menit, nafas 20 kali/menit, T 36.7C.
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan Hb saat ini 8 mg/dl.
Apakah pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
pasien tersebut?
a. Globulin
b. BUN/kreatinin
c. Albumin
d. Gamma GT
e. SGOT/SGPT
GAGAK GINJAL KRONIS
Level Kompetensi: 2
Definisi :
Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural
atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
Etiologi : Pemeriksaan penunjang :
Mayor : q Darag lengkap : HB <<
q DM, q Tingkat penurunan fungsi ginjal→
q Hipertensi berupa peningkatan kadar ureum dan
Minor: kreatinin serum, serta penurunan LFG
q Glomerulonefritis q USG ginjal (paling membantu): dapat
q BPH melihat simetrisitas, perkiraan ukuran
q Urolitiasis ginjal mengecil
q SLE, dll
Key Point :
q Penurunan produksi urine ≥ 3 bulan
q Tanda-tanda anemia

LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140-umur) x BB* /


72x kretinin plasma (mg/dl) *pada perempuan
dikalikan 0,85
Tn. Mahen, 47 tahun, datang ke praktek dokter umum
dengan keluhan nyeri tengkuk yang dialami sejak 3 hari
SMRS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/80 mmHg
pada 2 kali pemeriksaan, nadi 80x/menit, RR 15x/menit dan
suhu afebris. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pasien tidak ada riwayat penyakit lain. Apa tatalaksana
yang akan diberikan pada pasien tersebut?
a. Captopril
b. Clonidine
c. Bisoprolol
d. Furosemide
e. Hidroklorotiazid
HIPERTENSI ESENSIAL
Level Kompetensi: 4A
Penegakan diagnosis  dilakukan dengan 2 kali pengukuran pada 2 kunjungan yang berbeda
Esensial Sekunder
q Idiopatik q Endokrin : DM, Dislipidemia
q Gaya hidup: merokok q CHF, ACS, Stroke
q keturunan q GN, GGK

• Hipertensi Primer
Stage I
1st Tiazid (HCT)
2nd Acei/ARB, B-Bloker, CCB
An Syifa, 19 tahun dibawa oleh ibunya ke RS dengan keluhan
demam sejak 2 hari yang lalu. Riwayat nyeri perut bagian
bawah 2 minggu yang lalu. Saat ini pasien juga mengeluh
nyeri pada kedua pinggang. Pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 110/80mmHg, nadi 88x/m, RR 18x/m, suhu
37,8 o C, nyeri ketok costovertebra (+), lain-lain dalam batas
normal. Lab urinalisis dijumpai leukosit 20/lpb, nitrit (+). Apa
diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Ureterolitiasis
b. Glomerulonefritis akut
c. Sindroma nefrotik
d. Sindroma nefritik
e. Pyelonefritis akut
PYELONEFRITIS TANPA ISK & BSK
q Nyeri pinggang , TIDAK menjalar , KOLIK+/-, nyeri ketok CVA (+)
KOMPLIKASI ISK  pielonefritis
Level Kompetensi: 4A BsK  Nefrolitiasis

INFEKSI SALURAN KEMIH q Nyeri pinggang , menjalar , KOLIK+, nyeri ketok CVA (-)
ISK Non ISK ISK ureteritis
Komplikata Komplikata BSK  ureterolitiasis,
Proksimal  menjalar ke pinggang dan disertai keluhan mual-muntah,
q ISK bawah pada q ISK atas pada
Distal nyeri menjalar ke selangkangan.
perempuan tidak Perempuan
hamil, q ISK apapun q Nyeri suprapubik , nyeri tekan supra pubik
imunokompeten pada pria atau ISK : sistitis : nyeri akhir miksi, Nyeri mendadak setelah BAK (kandung
tanpa penyakit perempuan hamil kemih kosong, batu mengenai dinding kandung kemih)
struktural atau q ISK dengan BSK: vesikolitiasis : miksi terhenti, kembali normal jika berubah posisi
neurologik yang kelainan
Mendasari struktural atau q Nyeri berkemih: RT prostat membesar, nyeri tekan
Imunosupresi Prostatitis

q Nyeri perineum sampai ujung kemaluan


ISK = DEMAM (+) ISK : uretritis
BSK = DEMAM (-) BSK : Uretrolitiasis : nyeri BAK, BAK mengedan, nyeri di ujung kemaluan
PYELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI
Level Kompetensi: 4A
ISK
q Non STDs  E.Coli
q STDs : N. Go
q STDs : Chlamydia trachomatis

Keypoint :
TRIAS
q Demam (+)
q Nyeri saluran kemih
q Lab : leukosituria

Penunjang
q Urinalisis: pyuria, bakteriuria, nitrit (+), leukosit esterase (+)  pengambilan dengan urin pancar
Tengah/ urin midstream, urin clean-catch
q Koloni bakteri :
ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis): ditemukan bakteri 103 cfu/mL
– ISK tak bergejala (asymptomatic bacteriuria): ditemukan bakteri 105 cfu/mL
q Gold standard : kultur urine
Tn Lucas, 25 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri perut bawah sejak 3 hari yang lalu. Keluhan di sertai
demam, mual, dan BAK keluar sedikit- sedikit. Pemeriksaan
fisik didapatkan TD 120/80, HR 115x/menit , RR 26x/menit,
Suhu 37.5 o C, terdapat nyeri tekan suprapubik. Hasil lab
urinalisis leukosit lebih dari 10 6 /LPB dan nitrit urin (+). Apa
diagnosis pada kasus di atas?
a. Prostatitis akut
b. BPH
c. Cystitis
d. Striktur urethra
e. Vesikolithiasis
ISK & BSK
q Nyeri pinggang , TIDAK menjalar , KOLIK+/-, nyeri ketok CVA (+)
CYSTITIS ISK  pielonefritis
BsK  Nefrolitiasis
Level Kompetensi: 4A
INFEKSI SALURAN KEMIH q Nyeri pinggang , menjalar , KOLIK+, nyeri ketok CVA (-)
ISK ureteritis
ISK Non ISK
BSK  ureterolitiasis,
Komplikata Komplikata Proksimal  menjalar ke pinggang dan disertai keluhan mual-muntah,
q ISK bawah pada q ISK atas pada Distal nyeri menjalar ke selangkangan.
perempuan tidak Perempuan
hamil, q ISK apapun q Nyeri suprapubik , nyeri tekan supra pubik
imunokompeten pada pria atau ISK : sistitis : nyeri akhir miksi, Nyeri mendadak setelah BAK (kandung
tanpa penyakit perempuan hamil kemih kosong, batu mengenai dinding kandung kemih)
struktural atau q ISK dengan BSK: vesikolitiasis : miksi terhenti, kembali normal jika berubah posisi
neurologik yang kelainan
q Nyeri berkemih: RT prostat membesar, nyeri tekan
Mendasari struktural atau
Prostatitis
Imunosupresi
q Nyeri perineum sampai ujung kemaluan
ISK = DEMAM (+) ISK : uretritis
BSK = DEMAM (-) BSK : Uretrolitiasis : nyeri BAK, BAK mengedan,
nyeri di ujung kemaluan
CYSTITIS
Level Kompetensi: 4A
ISK
q Non STDs  E.Coli
q STDs : N. Go
q STDs : Chlamydia trachomatis

Keypoint :
TRIAS
q Demam (+)
q Nyeri saluran kemih
q Lab : leukosituria

Penunjang
q Urinalisis: pyuria, bakteriuria, nitrit (+), leukosit esterase (+)  pengambilan dengan urin pancar Tengah/
urin midstream, urin clean-catch
q Koloni bakteri :
ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis): ditemukan bakteri 103 cfu/mL
– ISK tak bergejala (asymptomatic bacteriuria): ditemukan bakteri 105 cfu/mL
q Gold standard : kultur urine
Seorang dokter IGD didatangi oleh seorang wanita pada pagi hari,
dimana wanita tersebut mengaku diperkosa oleh pacarnya setelah
minumannya dimasuki oleh obat tidur 1 hari yang lalu. Pasien
mengaku belum lapor polisi karena tidak tahu harus ke polisi dahulu
atau ke dokter untuk memeriksa kalau dia tidak hamil. Kemungkinan
apakah yang akan kita temukan saat pemeriksaan?
a. Selaput dara tidak utuh dan terdapat luka lecet dan luka memar
baru
b. Selaput dara tidak utuh dan tidak memerah
c. Selaput dara tidak utuh, dan tidak terdapat luka lecet dan luka
memar
d. Tidak ada kelainan pada selaput dara
e. Selaput dara utuh dan terdapat luka lecet dan memar
KEJAHATAN SUSILA
Tanda Persetubuhan
Persetubuhan yang diancam di KUHP meliputi Tanda penetrasi:
pemerkosaan, persetubuhan dengan wanita tidak q Ada jejas, kemerahan, lecet,memar,robek selaput
berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum dara sampai ke dasar.
cukup umur. q Bisa juga tidak ditemukan robekan di vagina.
Dokter wajib membuktikan:
1. Adanya persetubuhan (deflorasi hymen, laserasi Komponen yang diperiksa:
vulva atau vagina, sperma dalam vagina paling q Ditemukan adanya cairan mani
sering terdapat pada fornix posterior) q Sel sperma (bisa tidak ditemukan, misalnya pada
2. Adanya tindak kekerasan (memberikan azoospermia,pasca vasektomi)
racun/obat/zat agar menjadi tidak berdaya)
3. Usia korban (berdasarkan haid, dan tanda seks Pada soal disebutkan waktu kejadian satu hari yang
sekunder lalu, sehingga yang dapat ditemukan antara lain
4. Menentukan pantas tidaknya korban untuk dikawin sperma/air mani pada vagina, robekan himen, serta
5. Adanya penyakit menular seksual, kehamilan, tanda kekerasan seperti lecet atau memar yang masih
kelainan pskiatrik atau kejiwaan sebagai akibat dari baru.
tindak pidana
Tn. Toni, berusia 37 tahun datang ke IGD Rumah Sakit akibat
Tangan kanan terguyur zat basa saat bekerja. Pasien
merupakan seorang pekerja pipa. Keadaan umum compos
mentis, TD 110/70 mmHg, nadi 90x/ menit, laju napas 88x/
menit, dan suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik tangan
kanan tampak kemerahan dan melepuh. Tindakan awal
yang tepat pada kasus ini adalah…
a. Diguyur dengan NaCl 0.9%
b. Diguyur dengan RL
c. Diguyur dengan air mengalir 30 menit
d. Diguyur zat asam
e. Dressing dengan salep antibiotic
LUKA BAKAR KIMIA
Level Kompetensi: 3B
Asam : asam sulfat, nitrat, krlorida, hidrofluorat.
Basa/ Alkali natrium dan kalium hidroksida, kalsium oksida, hipoklorit, amonia
Penatalaksanaan:
Penangan awal:
q Lepaskan pakaian dan cegah kontaminasi
q Irigasi minimal 30 menit.
Asam irigasi 2-3 jam
Alkali irigasi 12 jam
Tindakan operatif: eskarotomi, skin graft sesuai indikasi

Pada kasus  NaCl 0,9% dan RL dapat pula digunakan sebagai cairan irigasi, namun pada kedua pilihan
jawaban tersebut tidak dijelaskan diberikan dengan cara dialirkan dan selama 30 menit, untuk menghilang
kontak jaringan dengan zat basa tersebut.
Tn Rey, usia 27 tahun diantar oleh keluarganya ke IGD
dengan riwayat terkena ledakan di ruang tertutup. Kesadaran
pasien menurun. Pada pemeriksaan tampak sianosis,
terdengar stridor. Ketika pasien batuk, keluar sputum
berwarna kehitaman. Tekanan darah 100/60, nadi
100kali/menit, RR 16kali/menit. Apa tindakan pertama yang
harus dilakukan pada pasien tersebut?
a. Pasang oksigen nasal kanul
b. Lakukan trakeostomi
c. Lakukan intubasi
d. Pasang infus tetesan maksimal
e. Pasang mayo
TRAUMA INHALASI
Level Kompetensi: 3B

Key point :
qMengenai wajah dan leher
qKebakaran di ruang tertutup
qEdema laring  suara serak, alis mata dan bulu hidung hangus,
sputum mengandung arang

Penatalaksanaan:
ATLS Intubasi dan O2 100%
An Kiano, berusia 1 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan sulit BAK dan rewel sejak lahir. Pasien lahir
dibantu oleh bidan desa, cukup bulan, dna langsung menangis.
Ibu pasien rajin ANC ke bidan setiap bulan, kesehatan dan gizi
sangat diperhatikan dalam kehamilan. Pemeriksaan tanda vital
nadi 100kali/menit, nafas 28kali/menit, T 37C. Pemeriksaan
Fisik tampak meatus uretra di sisi bawah batang penis. Apakah
diagnosis yang paling tepat?
a. Epispadia
b. Hipospadia
c. Striktur uretra
d. Hidronefrosis
e. Phimosis
HIPOSPADIA
Level Kompetensi: 2
Epispadia Hipospadia
Etiologi: kelainan kongenital
Keypoint:
q Gangguan pancaran urin/ pancaran urine abnormal
q Disuria

Tetalaksana :
Rujuk untuk uretroplasti + sirkumsisi

Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik:


Meatus uretra berada Meatus uretra berada
di bagian dorsal atau atas di bagian ventral atau bawah
Temmy, berusia 19 tahun datang ke IGD Rumah Sakit karena
nyeri tiba-tiba di kantung buah zakar saat bermain sepakbola.
Keluhan nyeri tersebut sudah dirasakan sejak 2 jam yang lalu.
Pemeriksaan TD 110/70 mmHg, nadi 90x/ menit, laju napas
18x/ menit, dan suhu 36.5 O C. Dari pemeriksaan didapatkan
testis kiri lebih tinggi dan horizontal. Phren sign
(-). Tatalaksana awal yang tepat pada kasus ini adalah…
a. Orkidektomi
b. Orkidopeksi
c. Pasang kateter
d. Vasektomi
e. Analgesik
TORSIO TESTIS
Level Kompetensi: 3B
TORSIO TESTIS EPIDIDMO ORCHITIS
Etiologi: torsi spermatid cord that brings blood to scrotum Etiologi: infeksi pada epididmis dan testis, komplikasi mumps virus
Keypoint : Keypoint :
q Nyeri akut scrotum q Demam
q Mual dan muntah q Nyeri daerah scrotum
q Testis terletak lebih tinggi q Mual dan muntah
dari biasanya atau pada posisi yang q Angle sign (-)
tidak biasa : angle sign (+) q Phren sign (+)
q Phren sign (-) q Refleks kremaster (+)
q Refleks kremaster (-) q Tanda inflamasi scrotum

Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Penunjang :


USG doppler  vaskularisasi testis << Pewarnaan gram
Basil gram negatif : E.coli,
Penatalaksanaan: Diplococcus gram negative : GO
Onset < 6 jam : Diplococcus gram negative (-) : Non .GO
1. deteorsi manual : hanya boleh dilakukan apabila terdapat USG
doppler
2. ORCHIDOPEXY

Onset > 6 jam  ORCHIIDECTOMY


Tn Broto, berusia 58 tahun mengeluh sulit buang air kecil sejak 1
bulan terakhir. Ketika BAK, urin keluar setetes demi setetes. Pasien
merasa harus mengejan untuk mengeluarkan urin. Sering kali setelah
BAK pasien merasa tidak lampias. BAK yang keluar dirasa jernih-
kekuningan, tanpa darah. Tidak ada nyeri saaat berkemih. Pada
pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg,
denyut nadi 80x/menit, frekuensi nafas 24x/menit. Pada pemeriksaan
colok dubur didapatkan teraba prostat kenyal, nyeri tekan (-). Pool
atas tidak teraba. Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah ...
a. Nefrolitiasis
b. Ureterolitiasis
c. Karsinoma Prostat
d. Prostatitis
e. BPH
BPH
Level Kompetensi: 3A
BPH CA PROSTAT PROSTATITIS
Etiologi : kelainan / disfungsi dehidrostestosteron  Risk : Diet karsinogenik, rokok, keturunan, Keypoint :
Pembesaran prostat, terutama bagian (zona) idiopatik q Demam
transisional Keypoint : q DRE : Prostat teraba
q laki-laki usia lanjut lunak, pool atas
Keypoint : q menyebabkan timbulnya gejala obstruksi dan teraba, nyeri tekan
q laki-laki usia lanjut iritatif saluran kemih bawah (LUTS= lower (+)
q menyebabkan timbulnya gejala obstruksi dan urinary tract symptoms) q Urinalisis
iritatif saluran kemih bawah (LUTS= lower urinary q Penurunan BB
tract symptoms) q Hematuria
q Pemeriksaan DRE : Prostat teraba membesar ; q anemia
kenyal; Pool atas tidak teraba, nodul (-), nyeri (-) q Pemeriksaan DRE : Prostat teraba membesar,
keras, bernodul (+), nyeri (-)
Tatalaksana :
Alfa bloker non selektif : prazosin Pemeriksaan penunjang :
Selektif: tamsulosin q PSA > 4
q Biopsi : GOLD

Tatalaksana :
Rujuk
Ny. Tati berusia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 32
minggu datang untuk memeriksakan kehamilannya.
Pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, N 80
x/menit, P 16 x/menit. Pemeriksaan obstetric
ditemukan Leopold 1 teraba keras, leopold II
punggung kiri, leopold III lunak. Presentasi janin
pada wanita tersebut adalah...
a. Presentasi bokong
b. Presentasi kepala
c. Letak melintang
d. Presentasi lintang
e. Presentasi ekstremitas
MALPRESENTASI
Level Kompetensi: 2

PRESENTASI POSISI
q Bagian terbawah janin yang berada/mendekati jalan lahir q Hubungan antara bagian tertentu fetus (ubun-ubun
q Terdiri atas presentasi kepala, bokong, transversal, ganda, wajah dan dahi kecil, dagu, mulut, sakrum, punggung) dengan bagian
q Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks kiri, kanan, depan, belakang, atau lintang, terhadap
Bila bokong merupakan bagian terendah janin jalan lahir
q complete breech(bokong sempurna), q Pada presentasi kepala yang menjadi penanda adalah
q Frank breech (bokong murni) vertex. Normalnya vertex berada di bagian anterior
q incomplete breech (termasuk di dalamnya presentasi bokong kaki) tubuh ibu
Presentasi Dahi q Malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap
q Diagnosis pada periksa dalam dapat diraba sutura frontalis, pakal hidung pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi
dan lingkaran orbita. Mulut dan dagu tidak dapat diraba. Malposisi Oksiput Posterior
Presentasi Muka q Oksiput berada didaerah posterior dari diameter
q Dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi muka dengan dagu transversal pelvis
anterior dan posterior
LETAK HABITUS
Hubungan antara sumbu panjang fetus terhadap sumbu panjang ibu. Letak Sikap tubuh janin selama dalam uterus.
janin yang dapat dijumpai adalah letak lintang (transverse), longitudinal dan
oblique
Presentasi bokong

PEMERIKSAAN LEOPOLD
Ny. Srikandi, berusia 27 tahun G2P1A0 dengan usia
kehamilan 30 minggu datang ke klinik kandungan untuk
konsultasi ke dokter karena takut anak kedua
perkembangannya seperti anak pertama. Pasien mengatakan
anak pertama lahir dengan persalinan normal tapi seiring
perkembangan usia terdapat benjolan di tulang vertebranya.
Tanda vital TD 120/80, HR 80kali/mnt, RR 22kali/menit, T37C.
Apa terapi yang harus diberikan?
a. Asam folat 4mg/hari
b. Asam folat 0.4 mg /hari
c. Kalsium
d. Kalium
e. Zink
SPINA BIFIDA
Level Kompetensi: 2.
Etilogi : Genetik, kekurangan asam folat dalam kandungan , obat-obatan antiepilepsi , alkoholisme
Key Point : Kebutuhan Asam Folat
q Spina Bifida Oculta q 50-100 μg/hari pada wanita
Benjolan (-) Rambut-rambut halus (-) normal
Paralisis ekstremitas bawah (-) q 300-400 μg/hari pada wanita
hamil, hamil kembar lebih besar
q Spina Bifida Meningocele lagi
Benjolan / massa kistik berisi CSF q Pencegahan defek pada tube
Paralisis ekstremitas bawah (-) neural: Min. 400 mcg/hari
q Riwayat kehamilan sebelumnya
q Spina Bifida Meningomyelocele memiliki komplikasi defek tube
Benjolan / massa kistik berisi CSF + spinal cord neural atau riwayat anensefali:
Paralisis ekstremitas bawah (+) 4mg/hari pada sebulan pertama
sebelum kehamilan dan
q Spina Bifida Myeloschisis diteruskan hingga 3 bulan
Paralisis ekstremitas bawah (+) setelah konsepsi
Selaput (-)

Penatalaksanaan:
Rujuk ke Rs
Ny. Liona, berusia 30 tahun P2A0 datang dengan keluhan
sulit menahan buang air besar dan kentut. Satu bulan lalu,
pasien mengaku baru melahirkan anak kedua dengan berat
lahir 4600 gram. Tanda vital TD 120/80, HR 80kali/mnt, RR
22kali/menit, T37C. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan adanya fistula dari daerah kemaluan sampai ke
perineum. Apakah penyebab keluhan pasien?
a. Makrosomia
b. Primipara
c. Persalinan kala II
d. Kehamilan usia tua
e. Mikrosomia
FISTULA REKTOVAGINAL
Level Kompetensi: 2.
TRAUMA (PPH early)
Ruptur Perineum
Risk : makrosomia
Keypoint:
q Perdarahan postpartum
q Laserasi perineum : laserasi grade III dan IV
q FR: makrosomia, primigravida, tidak episiotomi
Th/ jahit situsional Mukosa

KOMPLIKASI : Fistula Rektovaginal rectum

Ruptur Serviks
Keypoint:
q Perdarahan postpartum
q Inspekulo : Laserasi serviks
Th/ Resusitasi C-A-B
Rujuk Repair/ debridement
Ny. Ratu berusia 25 tahun G1P0A0 hamil 3 minggu datang
untuk kontrol kehamilannya. Menurut ingatan pasien haid
terakhir adalah
8 Januari 2019. Pada vital sign tekanan darah 110/70mmhg,
HR 70kali/menit, RR 20kali/menit, T36.5C, pemeriksaan fisik
didapatkan tinggi fundus uteri belum teraba. Berdasarkan
keterangan di atas, taksiran persalinan pada pasien ini
adalah….
a. 15 Oktober 2019
b. 8 Oktober 2019
c. 22 Oktober 2019
d. 22 September 2019
e. 15 November 2019
TAKSIRAN PARTUS
Level Kompetensi: 4A
Naegele (siklus 28 hari)
(hari +7, bulan -3, tahun +1)

Taksiran Partus 8 1 2019


HPHT 8 Januari 2019
7 -3 +
Lama siklus 28 hari
15 10 2019

15 oktober 2019
Ny. Nadim berusia 27 tahun G1P0A0 datang ke Puskesmas
dengan usia kehamilan 28 minggu, untuk memeriksakan
kehamilannya. Riwayat sakit kepala dan bengkak disangkal
pasien. Riwayat darah tinggi sebelumnya tidak ada. Pada
pemeriksaan fisik tekanan darah 150/90 mmHg. Pemeriksaan
lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium
protein urine (-). Apakah terapi yang tepat untuk pasien
ini?
a. Nifedipin PO
b. Captopril PO
c. Metildopa PO
d. Hidroklorotiazid PO
e. Nikardipin PO
HIPERTENSI GESTASIONAL
Level Kompetensi: 2
Diagnosa KLINIS
Hipertensi Kronik q Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan (TD ≥
140/90mmHg)
q Sudah ada riwayat HT sebelum hamil atau diketahui HT pada UK < 22 minggu
Hipertensi q Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 22 minggu dan menghilang setelah persalinan (TD ≥
Gestasional 140/90 mmHg)
q Tidak ada riwayat HT sebelum hamil
Preeklamsia ringan PE Ringan
Preeklamsia Berat q TD ≥ 140/90 mmHg pada UK > 22 minggu
q Proteinuria + 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif > 300 mg/24 jam

PEB
q TD > 160/110mmHg pada UK > 22 minggu
q Proteinuria ≥ 2 atau protein kuantitatif > 5 g/24 jam atau
q Gejala organ target
1. Otak : penurunan kesadaran, muntah proyektil, Sakit kepala, skotoma penglihatan
2. Jantung : nyeri dada
3. Paru : sesak nafas + ronkhi
Superimposed q Ibu dengan riwayat HT kronik (sudah ada sebelum UK 22 minggu)
preeklamsia q Proteinuria > +1 atau
q Gejala organ target
Eklamsia PE/PEB/Superimposed preeklamsia + KEJANG
Diagnosa TERAPI
Hipertensi Kronik / Anti Hipertensi
Hipertensi Gestasional 1st Metildopa
2nd CCB
Preeklamsia q Suplementasi Ca 1000 mg / hari
q Anti Hipertensi
1st CCB
2nd Metildopa
Preeklamsia Berat/ Awal : profilaksis Kejang
Superimposed preeklamsia/ 1st MgSO4
Eklamsia Dosis awal 4 g MgSO4 40% + RL  bolus IV 15-30 menit
Dosis rumatan 6 g MgSO4 40% + kolf RL  dalam 6 jam

Antidotum :
1st Ca glukonas
2nd Diazepam IV

Syarat pemberian MgSO4


§ Tersedia Ca Glukonas 10%
§ Ada refleks patella
§ Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgbb/jam

Terapi Definitif : SC
Ny Prita, berusia 26 tahun G3P2A0 usia kehamilan 39
minggu datang dengan keluhan keluar darah dan lendir sejak
beberapa jam yang lalu dan diikuti dengan rasa ingin
mengedan. Pemeriksaan fisik TD 120/70 mmHg, N 90
x/menit, P 16 x/menit, T 37C. Pemeriksaan dalam:
pembukaan lengkap, sudah masuk PAP, kepala janin di
introitus vagina. Diagnosisnya adalah….
a. Kala I fase aktif
b. Kala I fase laten
c. Kala II
d. Kala III
e. Kala IV
PERSALINAN NORMAL
Level Kompetensi: 4A

KALA PERSALINAN
KALA 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4
q Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap q Pengeluaran bayi q Pengeluaran q Masa 1 jam
(kala pembukaan) (kala pengeluaran) plasenta setelah partus,
Fase Laten q Dimulai ketika (kala uri) terutama
q Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam). pembukaan serviks untuk
Fase Aktif sudah lengkap (10 cm) observasi
q Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), dan berakhir dengan
berlangsung sekitar 6 jam lahirnya bayi
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm
sampai 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4
cm sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm
sampai lengkap (+ 10 cm).
Ny Yuna, usia 27 tahun G2P0A1 dengan usia kehamilan 37 minggu
datang ke Puskesmas karena nyeri perut, keluar cairan, lendir
bercampur darah sejak 3 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 20
x/menit, dan suhu 36,5oC. Pemeriksaan fisik ditemukan His 3x 10’
40”, DJJ 150 x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 6
cm, lendir darah (+), ketuban (+). 4 jam kemudian pembukaan menjadi
8 cm. Apakah diagnosis pada pasien ini?
a. Kala I fase laten
b. Kala II
c. Kala I Fase akselerasi
d. Kala I Fase deselerasi
e. Kala I Fase dilatasi maksimal
PERSALINAN NORMAL
Level Kompetensi: 4A

KALA PERSALINAN
KALA 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4
q Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala q Pengeluaran bayi (kala q Pengeluaran q Masa 1 jam
pembukaan) pengeluaran) plasenta (kala setelah partus,
Fase Laten q Dimulai ketika uri) terutama untuk
q Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam). pembukaan serviks observasi
Fase Aktif sudah lengkap (10 cm)
q Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung dan berakhir dengan
sekitar 6 jam lahirnya bayi
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
An Griya, bayi perempuan baru lahir, cukup bulan secara
spontan dari ibu G2P0A0 usia gestasi 40 minggu. Ketika lahir
langsung menangis tetapi kemudian merintih, seluruh badan
kemerahan tapi ujung ekstremitas membiru, pergerakan
kurang aktif, hanya fleksi di tangan dan kaki sedikit, denyut
jantung 130x/menit. Bayi menyeringai lemah. Berapa skor
APGAR bayi tersebut?
a. 3
b. 4
c. 6
d. 8
e. 9
RESUSITASI NEONATUS
Level Kompetensi: 3B
Skor APGAR
Skor APGAR dievaluasi menit ke-1 dan menit ke-5
0 1 2
Activity (tonus otot) Tidak ada tangan dan kaki fleksi sedikit Aktif

Pulse Tidak ada < 100x/menit > 100 x/menit


Grimace (reflex Tidak ada respon Menyeringai lemah, gerakan Reaksi melawan, batuk,
irritability) sedikit bersin
Appearance (warna Sianosis seluruh tubuh Kebiruan pada ekstremitas Kemerahan di seluruh
kulit) tubuh
Respiration (napas) Tidak ada Lambat dan ireguler Baik, menangis kuat

APGAR skor pada kasus ini adalah : – merintih (1) – ujung ekstremitas biru (1) – pergerakan kurang aktif hanya fleksi
sedikit tangan dan kaki (1) – denyut nadi 130 x/menit (2) – menyeringai lemah dan merintih (1)  Total Skor APGAR 6
An Deni, baru lahir dari ibu dengan usia kehamilan 35 minggu
di bidan. Ketuban jernih. Ibu memiliki riwayat keputihan
selama kehamilan. Setelah lahir, bayi tidak langsung
menangis. Pada bayi segera dihangatkan, dikeringkan, serta
stimulasi. Setelah penilaian awal, didapatkan nadi 80x/menit,
napas megapmegap. Tindakan selanjutnya yang tepat
dilakukan adalah…
a. O2 supplementasi 100%
b. Injeksi adrenalin
c. VTP + pijat jantung
d. VTP dengan O2 21%
e. VTP + pijat jantung, dengan O2 100%, injeksi epinefrin
RESUSITASI NEONATUS
Level Kompetensi: 3B
PROTOKOL RESUSITASI NEONATUS q Kompresi dada dilakukan pada 1/3 bawah sternum dengan
kedalaman 1/3 dari diameter antero-posterior
Tonus Otot +/- q Pada bayi baru lahir tanpa adanya denyut jantung,
Menangis +/- dianggap layak untuk menghentikan resusitasi jika detak
↓ jantung tetap tidak terdeteksi setelah dilakukan resusitasi
Tidak selama 10 menit

HaPoJa
Rangsang Taktil

APGAR < 7

Nilai HR > 100x/mnit :
Sianosis  oksigenasi
Megap-megap/ tidak bernafas spontan  C-PAP

Nilai HR < 100x/mnit atau apnea : VTP

HR < 60 kali/mnit : VTP + kompresi dada 3:1 + injeksi epinefrin
Ny. Vioni, berusia 20 tahun G1P0A0 datang diantar suaminya dengan
keluhan keluar darah dan jaringan dari kemaluan sejak pagi tadi.
Keluhan lain juga dirasakan mulas-mulas sejak semalam. Pasien
terlambat haid 3 bulan. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan
darah 100/60 mmHg, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit,
suhu 36,3 o C. Pemeriksaan fisik labium mayor tampak bercak darah,
tidak aktif, tidak ada jaringan, portio tertutup. Diagnosis pada pasien
ini adalah...
a. Missed Abortion
b. Abortus Insipiens
c. Abortus Inkomplit
d. Abortus Komplit
e. Abortus Iminens
ABORTUS KOMPLIT
Level Kompetensi: 4A
Abortus
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
PORSIO TERTUTUP
ABORTUS IMINENS ABORTUS komplit Missed abortion
Sign Perdarahan jalan lahir Perdarahan jalan lahir Perdarahan jalan lahir
DJJ + - -
Masa jalan lahir - + +
TFU Sesuai Usia kehamilan Kecil Usia kehamilan Kecil Usia kehamilan
Resusuitasi c-A-B
A. Iminens  bedrest total
A. Komplit  konseling anak meninggal
Missed A. induksi persalinan rujuk kuret
Ny Sarah, usia 25 tahun dengan G2P0A1 usia kehamilan 10 minggu
datang ke IGD karena keluar darah banyak dari jalan lahir sejak 3 jam
yang lalu, disertai nyeri perut. Riwayat jatuh terpeleset di dapur.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tensi 110/60 mmHg, nadi 88
x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit, suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan TFU setinggi simfisis dan pada genetalia didapatkan
bercak darah di labium mayor. Pada pemeriksaan dalam didapatkan
portio terbuka, perdarahan (+), jaringan (-). Apakah diagnosis pada
kasus tersebut?
a. Abortus inkomplit
b. Abortus komplit
c. Missed Abortion
d. Abortus insipiens
e. Abortus iminens
ABORTUS INSIPIEN
Level Kompetensi: 3B
Abortus
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
PORSIO TERBUKA
ABORTUS INSIPIEN ABORTUS INkomplit
Sign Perdarahan jalan lahir Perdarahan jalan lahir
DJJ - -
Masa jalan lahir - +
TFU KECIL Usia kehamilan Kecil Usia kehamilan
USG sisa konsepsi (+)

Resusuitasi c-A-B
rujuk kuret tajam
Ny Loly, 35 tahun G5P4A0 usia kehamilan 37 minggu datang ke IGD
dibawa oleh suaminya dengan keluhan keluar darah dan lender dari
kemaluan sejak 3 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, frekuensi nafas 20
x/menit, suhu 36,3 o C. . Dari pemeriksan didapatkan pasien inpartu, 6
jam kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik dokter memutuskan
untuk memimpin persalinan. Saat kala 2 berlangsung terlihat tali pusat
keluar dari vagina namun kepala belum keluar , ketuban (-) . Apa
diagnosa yang tepat pada pasien tersebut?
a. Vasa previa
b. Prolapsus tali pusat
c. Prolapsus uteri
d. Inversio tali pusat
e. Inversio uteri
PROLAPS TALI PUSAT
Level Kompetensi: 3B.
Definisi : lahirnya tali pusat mendahului janin Penatalaksanaan:
IVFD (-) : knee chest position
Key Point : IVFD (+) , inpartu (+) : lanjutkan persalinan
q Gerakan janin berkurang IVFD (+), inpartu(-) : induksi persalinan
q Bradikardia
q Fetal distress
q VT : teraba tali pusat (+)

Klasifikasi:
q Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
Tali pusat teraba keluar / disamping dan melewati
bagian terendah janin didalam jalan lahir setelah
ketuban pecah
q Tali pusat terkemuka (tali pusat terdepan)
Tali pusat berada di samping atau lebih rendah dari
bagian bawah janin, ketuban masih utuh
Ny Maya, berusia 25 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu datang
diantar oleh suami dan keluarganya dengan keluhan nyeri
perut bawah yang menjalar ke pinggang sejak semalam
sebelumnya. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, frekuensi nafas 22
x/menit, suhu 36,7 o C. Pemeriksaan dalam didapatkan,
pembukaan serviks 4 cm. Pemeriksaan dalam sebaiknya
dilakukan setiap berapa lama?
a. 1 jam
b. 2 jam
c. 3 jam
d. 4 jam
e. 5 jam
PERSALINAN NORMAL
Level Kompetensi: 4A

KALA PERSALINAN
KALA 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4
q Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan) q Pengeluaran bayi q Pengeluaran q Masa 1 jam
Fase Laten (kala plasenta setelah
q Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam). pengeluaran) (kala uri) partus,
Fase Aktif q Dimulai ketika terutama
q Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam pembukaan untuk
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm. serviks sudah observasi
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm. lengkap (10 cm)
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 dan berakhir
cm). dengan lahirnya
bayi
Ny Vanya, usia 29 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 10 minggu,
datang ke IGD RS dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir disertai nyeri perut hebat. Riwayat penggunaan AKDR 3
bulan yang lalu. Pemeriksaan tanda vital ditemukan tekanan
darah 100/60 mmHg, nadi 100 x/menit, frekuensi nafas 18
x/menit, Suhu 36,7 o C. Pemeriksaan dalam didapatkan tidak
ada pembukaan serviks, jaringan (-), nyeri goyang portio (+),
perdarahan (+). Apakah diagnosis pada kasus ini?
a. Abortus imminens
b. Abortus insipiens
c. Abortus inkomplit
d. Abortus komplit
e. Kehamilan ektopik terganggu
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Level Kompetensi: 3B
Definisi : Kehamilan yang terjadi diluar cavum uterus, Lokasi tersering dari KET adalah Tuba Fallopi di area Ampula.

Keypoint :
q Nyeri Abdomen kanan/kiri bawah
q Massa di pelvic
q Kuldosintesis : terdapat darah pada cavum douglas
(Cavum Douglas Menonjol)
q Nyeri Goyang Portio

Tatalaksana :
q Manajemen Awal : Pemberian Cairan NaCl 0,9%
Menjaga Tekanan Darah Tetap Stabil
q Rujuk Untuk Laparotomi
Ny. Lusi, berusia 30 tahun datang dengan keluhan tidak bisa hamil
selama 5 tahun menikah. Pasien mengaku tidak menggunakan
kontrasepsi apapun. Riwayat menstruasi tidak teratur, rambut rontok,
bulu kaki kasar, banyak jerawat, BB naik Tanda vital TD 120/80
mmHg, Nadi 80 kali/menit, RR 20 kali/menit, T37C. Pada
pemeriksaan sperma didapatkan hasil dalam batas normal. Penyebab
yang mendasari keluhan pasien adalah...
a. Mioma uteri
b. Obstruksi tuba fallopi
c. Sindrom polikistik uteri
d. Kehamilan ektopik terganggu
e. Endometriosis
SINDROM POLIKISTIK OVARI
Level Kompetensi: 1.
Etiologi : hiperandrogenisme dan resistensi terhadap insulin
Key Point :
q Gangguan siklus haid yaitu siklus haid jarang dan tidak teratur
q Gangguan kesuburan dimana yang bersangkutan menjadi sulit hamil
(subfertile)
q Tumbuh bulu yang berlebihan dimuka, dada, perut, anggota badan
dan rambut mudah rontok (hirsutisme)
q Banyak jerawat
q kegemukan (obesitas)

Pemeriksaan penunjang :
q USG ditemukan banyak kista di ovarium. Gambaran seperti roda
pedati , 12 atau lebih folikel terlihat jelas di satu ovarium
Tn Rino dan istrinya dating ke praktek dokter dengan keluhan belum
memiliki anak setelah menikah 3 tahun. Suami usia 30 tahun dan istri
25 tahun. Istri rutin menstruasi tiap bulan dan suami merasa normal.
Tanda vital TD 120/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, RR 20 kali/menit,
T37C. Pemeriksaan sperma didapatkan sperma 3 ml, putih, bau khas,
jumlah sperma 5 juta/cc, morfologi 52%, motilitas normal 52%.
Diagnosis yang tepat adalah...
a. Oligozoospermia
b. Astenozoospermia
c. Teratozoospermia
d. Oligoastenozoospermia
e. Astenoteratozoospermia
INFERTILITAS
Level Kompetensi: 3A.
Key Point :
q Oligospermia: jumlah sperma kurang dari 15 juta per ml
cairan ejakulat
q Astenozoospermia: motilitas < normal
a(lurus) N > 32%,
a+b(lurus + tidak lurus) > 40%

q Teratozoospermia: morfologi abnormal


Teratozoospermia < 4% sperma abnormal

q Azoospermia: SPERMA (-), SEMEN (+)


q Aspermia : SPERMA (-), SEMEN (-)
Ny. Zima, berusia 28 tahun datang dengan keluhan tidak menstruasi
sejak melahirkan anaknya sekitar 5 bulan yang lalu. Pasien
mencemaskan kondisinya karena khawatir hamil lagi sementara anak
pertama masih kecil. Riwayat penyakit kronik tidak ada, pemakaian
kontrasepsi apapun (-) Pasien masih menyusui eksklusif anaknya.
Tanda vital TD 120/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, RR 20 kali/menit,
T37C, pemeriksaan test kehamilan (-). Hal yang mendasari kasus di
atas adalah...
a. Peningkatan Oksitosin
b. Penurunan prolactin
c. Peningkatan Estrogen
d. Penurunan estrogen
e. Peningkatan Progesterone
METODE AMENOREA LAKTASI
Level Kompetensi: 4A

Metode Amenorea Laktasi Mekanisme: Hisapan bayi  merangsang pembentukan


q pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif untuk prolactin  menekan produksi hormone GnRH 
menekan ovulasi. menurunkan produksi FSH dan LH  estrogen tidak
q MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
diproduksi (penurunan estrogen)  tidak terjadi
1. Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian
> 8 x sehari ovulasi, tidak ada menstruasi.
2. Belum haid
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan
Ny. Dini, berusia 27 tahun datang dengan keluhan keluar
sekret dan spotting pervaginam. Pasien mengeluh nyeri
senggama yang menjalar ke punggung belakang. Tanda vital
TD 120/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, RR 20 kali/menit,
T38C . Nyeri tekan suprapubik (+). Terdapat discharge
abnormal dan nyeri goyang serviks pada pemeriksaan genital.
Diagnosis yang paling tepat pada kasus tersebut adalah...
a. Vulvitis
b. Vaginitis
c. Salpingitis
d. Nefrolithiasis
e. Sistitis
SALPINGITIS
Level Kompetensi: 3A
Pelvic Inflammatory Disease Klasifikasi :
Etiologi : ascending infection dari traktus genital bawah ke atas 1. Salphingitis
Tersering: N. Gonorrhea & Chlamydia Trachomatis Inflamasi pada tuba fallopi
Risk : q Nyeri perut bawah, nyeri adneksa, nyeri goyang serviks
q Kontak seksual
q Riwayat penyakit menular seksual 2. Servisitis
q Multiple sexual partners q Keluar cairan dari jalan lahir mukopurulen/pus
q IUD q Serviks hiperemis

Key Point : Pemeriksaan penunjang :


Demam Pewarnaan gram :
Risk(+) diplocoocus gram negative  GO
Keluar cairan mukopurulen diplocoocus gram negative (-)  non GO
Nyeri perut bawah atau adneksa
Penanganan:

GO Non-GO
Tn.Gema, usia 55 tahun, datang ke IGD dibawa keluarga dengan
penurunan kesadaran sejak 3 jam. Pasien memiliki riwayat asma
bronkhiale, dan sudah bertahun-tahun mengkonsumsi steroid , akan
tetapi sejak 3 hari ini obat asma dihentikan karena habis. Pada
pemeriksaan ditemukan pasien somnolen, TD 80/60 mmHg, N
5 0x/mnt, T 38 C,RR 24x/mnt dan SpO2 95%. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb normal, leukosit normal, GDS 60mg/dL.
Apakah tatalaksana yang akan diberikan pada pasien tersebut?
a. Oksigen 3L, ditambah infus NaCl 0,9% + bolus D40%
b. Oksigen 3L + infus D5%
c. Oksigen 3L + infus NaCl 0,9% + kortikosteroid IV
d. Intubasi endotracheal
e. Oksigen 3L, bolus D40%, dilanjutkan infus Dextrose 10%
KRISIS ADRENAL
Level Kompetensi: 3B
Keypoint :
q Penghentian kortikosteroid secara tiba-tiba
q Penurunan kesadaran
q Hipoglikemia berat
q Bradikardia
q Tekanan darah menurun

Penatalaksanaan:
q Resusitasi CAB (infusion of 1000 mL of isotonic saline infusion within the first hour)
q Atasi hipoglikemia
q Rujuk untuk steroid dosis tinggi (Hydrocortisone (immediate bolus injection of 100 mg hydrocortisone i.v. or
i.m. followed by continuous intravenous infusion of 200 mg hydrocortisone per 24 h )
Ny. Prilly, usia 28 tahun, datang dibawa oleh keluarga dengan
penurunan kesadaran sejak 6 jam, dengan keluhan demam tinggi
sejak 3 jam yang lalu. Riwayat sebelumnya terdapat benjolan di leher
yang semakin hari semakin membesar, riwayat berdebar debar, sering
berkeringat, cepat lapar dan penurunan berat badan dijumpai. Pasien
sudah didiagnosis dengan hipertiroid dan sudah minum obat tiroid
tetapi tidak teratur. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
tekanan darah 110/70 mmHg, HR 120x/mnt, suhu 41 C. Apakah
Diagnosa yang tepat pada kasus diatas ?
a. Krisis adrenal
b. Krisis tiroid
c. Addison disease
d. Tirotoksikosis
e. Koma mixedema
KRISIS TYROID
Level Kompetensi: 3B
ETIOLOGI: penggunaan terapi hipertiroid yang dihentikan tiba-tiba

Keypoint : TRIAS
qHiperpireksi (suhu > 40 °C),
qkolaps vascular
qDelirium
RISK (+)

Penatalaksanaan :
qrehidrasi dengan cairan kristaloid dan PTU 600 mg loading dose.
qAntipiretik (asetaminofen)
Tn. Lion, 55 tahun, dibawa ke IGD dengan penurunan kesadaran
sejak 30 menit yang lalu. Sebelumnya pasien mngeluhkan lemas dan
keringat dingin. Pasien memiliki riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu
dan mengkonsumsi sulfonilurea. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
TD 110/80 mmHg, napas 24 x/menit, nadi 100x/menit, dan suhu 36,8C.
Pemeriksaan lab didapatkan hasil GDS 51 mg/dl, natrium 143 dan
kalium 4,1. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Imbalance elektrolit
b. Koma hipoglikemi
c. KAD
d. HHS
e. Koma Hiponatremia
HIPOGLIKEMIA
Level Kompetensi: 3B
Definisi: kumpulan gejala klinis karena konsentrasi glukosa Etiologi :
darah yg rendah q obat-obatan golongan sulfonil urea, Insulin, dan glinid.
Patofisiologi: q Hiperaktivitas
q Respons akut hipoglikemia dimediasi oleh glukagon &
Gejala :
epinefrin untuk menaikkan glukosa darah. q Berkeringat dingin,
q gelisah,
q Bila respons tersebut gagal, timbul gejala neurogenik q Rasa lapar
yang berasal dari impuls saraf simpatoadrenal di SSP q palpitasi, Pucat, takikardia,
adrenergik (gemetar, palpitasi, ansietas) dan kolinergik
(sweating, hunger). Pemeriksaan penunjang :
• GDS < 80 mg/dl
q Obat beta bloker (propranolol, atenolol) dapat
Penatalaksanaan :
menyamarkan respon adrenergik. Sadar : Glukosa 15-20 g (2-3 sdm) dilarutkan dalam air
Tidak sadar : bolus dextrose 40% 50 ml setiap 10-20 menit dan
q Bila glukosa darah semakin rendah, timbul gejala pantau kgd tiap 30 menit
neuroglikopenik (confusion,koma) akibat efek langsung
hipoglikemia di SSP.

Whipple triad
q Gejala hipoglikemia
q Kadar glukosa darah rendah
q Gejala berkurang dengan pengobatan
Anak perempuan berusia 7 tahun datang ke puskesmas
diantar ibunya dengan keluhan mudah lelah sejak 2 minggu,
disertai sering BAK dan sering terasa haus dan lapar.
Menurut ibunya dalam 1 bulan ini BB anak turun. Ayah pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus. Pada pemeriksaan fisik
dalam batas normal, pemeriksaan laboratorium GDS 320
GDP 200 HbA1c 7%. Apakah tatalaksana yang tepat pada
kasus tersebut?
a. Gaya hidup sehat
b. Metformin
c. Glibenclamide
d. Insulin
e. Edukasi
DM TIPE 1
Level Kompetensi: 4A
Gejala :
• Polidipsi, poliuri, polifagi
• Penurunan BB dalam waktu cepat dengan gejala lain tidak khas
• Mudah lelah
Pemeriksaan penunjang :
• GDS ≥ 200 mg/dl, GDP ≥ 126 mg/dl, GD2PP ≥ 200 mg/dl
• HbA1C > 6,5%
• Kadar C peptide menurun
Penatalaksanaan:
Insulin
• Pengaturan makan, olahraga dan edukasi
Tn. Dilky, usia 37 tahun datang ke RS dengan keluhan
benjolan di leher sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan disertai
dengan badan lemas, malas beraktivitas dan terdapat
kenaikan berat badan. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD 100/60 mmHg, HR 60x/mnt, RR 17x/mnt dan
suhu 36.4C. Pada pemeriksaan lab: FT4 turun, TSH naik
dan anti-TPO >10.000 IU/ml (normal < 35 IU/mL) . Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Hipertiroid subklinis
b. Grave disease
c. Tiroiditis Hashimoto
d. Tirotoksikosis
e. Hipotiroid sekunder
TIROIDITIS HASHIMOTO
Level Kompetensi: 2
Hipotiroid : Deficiency of thyroid hormone.
Autoimmune thyroid disease (Hashimoto disease) is the most common cause of hypothyroidism.
Key Point : Penatalaksanaan:
q Penurunan nafsu makan tapi BB meningkat q Rujuk
q Edema, Makroglosia, konstipasi
q Penurunan libido sex Komplikasi :
q Tidak tahan dingin Myxedema coma: hipotermia, hipotensi, hipoventilasi,
↓kesadaran
Pemeriksaan Fisik :
TTV  TD, HR, RR , T  menurun

Pemeriksaan penunjang :
q TSH meningkat,
q FT4 FT3 menurun
q anti-TPO >10.000 IU/ml  TIROIDITIS HASIMOTO
q Biopsi PA (infiltrasi Igg/limfosit) pada kelenjar tiroid
hipotiroid autoimun TIROIDITIS HASIMOTO
Ny. Cemeli, umur 23 tahun G1P0A0 sedang hamil 18 minggu.
Pasien datang dengan keluhan sering merasa kecapekan,
jantung berdebar-debar, nafsu makan bertambah, tangan
berkeringat dan gemetar. Pemeriksaan fisik Tekanan Darah
130/80mmHg, N 100 x/menit, RR 20kali/mnit, T 37.4C.
pemeriksaan tiroid juga sedikit membesar. Pada pemeriksaan
lab: FT4 naik , TSH turun. Apa pengobatan yang boleh
diberikan kepada pasien?
a. Metimazol
b. Levotiroksin
c. PTU
d. Propanolol
e. Kalium Iodida
HYPERTHYROIDISME
Level Kompetensi: 3A.
Hyperthyroidisme adalah suatu gejala akibat peningkatan hormone thyroid yang disebabkan overaktivitas/disfungsi kelenjar thyroid.
Etiologi : autoimun, infeksi
Key Point :
Symtoms: Peningkatan nafsu makan, BB menurun, tidak tahan panas, ansietas, palpitasi,
Sign: tremor, iritabilitas, goiter + exoftalmus  Graves Disease /parry disease/Basedow disease
Sign lain : lid lag, jofroy, Mobius sign, stellwag sign
Skoring : New Castle, Wayne
Pemeriksaan Penunjang:
EKG : atrial fibrilasi Laboratorium:
TSH menurun FT4, FT3  meningkat
Imunologi : sidik thyroid, dan IgG TSI
Biopsy :FNAB

Penatalaksanaan:
q PTU (menghambat perubahan T4T3) dosis 300mg/hari terbagi (aman untuk ibu hamil T1)
q Metimazole (menghambat sintesis T3 dan T4) dosis 15-30mg PO single dose (bumil T2, T3)
q Propanolol  dosis 40-80 mg/hari, terbagi dalam 3-4 dosis. untuk keluhan palpitasi (KI: asma)
Komplikasi :
Atrial fibrilasi, thyroid Storm, Thyroid Eye disease (pemeriksaan Hertel test)
Ringan (21-23mm), sedang (23-27mm), berat (>28mm) terapi steroid
An Rafael, usia 5 tahun datang dibawa ke dokter dengan keluhan
muncul bintik-bintik merah di tubuh tanpa disertai rasa nyeri atau gatal.
Riwayat demam sebelumnya di sangkal. Riwayat sakit serupa
sebelumnya dan riwayat keluarga dengan sakit serupa disangkal.
Sekitar 1 minggu yang lalu anak sempat alami demam dan batuk pilek.
Pemeriksaan Fisik: nadi 94x/menit, nafas 20x/menit, suhu afebris,
petekie dan purpura. Pada pemeriksaan laboratorium rutin didapatkan:
Hb 11,4gr/dl, leukosit 6300/mm3, trombosit 18.000/mm3. Apakah
diagnosis pada anak ini?
a. Hemofilia
b. DIC
c. Anemia Aplastik
d. ITP
e. Von Willebrand Disease
IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA
Level Kompetensi: 2
Immune thrombocytopenic purpura (ITP, yang disebut juga autoimmune ITP akut
thrombocytopenic purpura, morbus Wirlhof, atau purpura hemorrhagica, Biasanya didahului oleh infeksi virus dan
merupakan kelainan perdarahan akibat destruksi prematur trombosit menghilang dalam 3 bulan.
yang meningkat akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombosit. ITP kronik
Gejala biasanya mudah memar atau perdarahan
Risk : Riwayat infeksi ispa ringan yang berlangsung selama 6 bulan
Etiologi : autoimun tipe II
Key Point :
q Petechie
q perdarahan membran mukosa
Pemeriksaan Penunjang:
q Trombositopenia <100,000/mm3
q Bleeding time dan clotting time normal
q MDT : Giant trombosit

Penanganan:
q Steroid yang biasa digunakan ialah prednison, dosis 1-2 mg/kgBB/hari,
dievaluasi
q IVIG
q suspensi trombosit /Transfusi trombosit jika < 20.000 + perdarahan
massif
An Didi, berusia 8 tahun datang dibawa ke RS oleh orangtuanya
dengan keluhan lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan tampak anak konjungtiva anemis. Sebelumnya pasien
dibawa ke Puskesmas karena diare dan mendapat pengobatan
kotrimoksazol. Pemeriksaan fisik muka dan telapak tangan tampak
pucat; RR 20x/menit; HR 80x/menit, T37C; Pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 8 g/dL, normositik normokrom, pada sediaan apus
darah tepi ditemukan gambaran bite cell. Apa penyebab anemia
pada anak ini?
a. Defisiensi Fe
b. Defisiensi G6PD
c. Anemia hemolitik autoimun
d. Defisiensi Asam Folat
e. Defisiensi B6
DEFISIENSI G6PD
Level Kompetensi: 3A.
Defisiensi Glukosa-6-FosfatDehidrogenase (G6PD)
merupakan enzimopati terkait kromosom X yang
paling umum diderita manusia.

Risk : ras kulit hitam,


Etiologi : obat-obatan golongan kotrimoksazol, bite cell
primakuin
Key Point : ikterik + anemia
Pemeriksaan Penunjang:
q Laboratorium: Anemia normositik,
q direct coomb’s test negatif
q Hapusan darah tepi: bite cell atau degmacyte.,
Heinz body
Penatalaksanaan:
Stop obat
Ny. Kamaldi, usia 35 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan
lemas seluruh tubuh selama 1 bulan. Pasien juga mengeluhkan perut
semakin membesar. Pada pemeriksaan tanda- tanda vital didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/,mnt dan suhu 37 C. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan anemia (+), ikterus (+) dan tidak ada
manifestasi perdarahan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
trombosit 288.000 dan leukosit 7.000. pada pemeriksaan MDT
dijumpai MCV 80, MCH 30. Apakah pemeriksaan selanjutnya yang
akan dilakukan?
a. HCT
b. Retikulosit
c. HCV
d. HBsAg
e. Eritrosit
AIHA
Level Kompetensi: 3A.
Definisi : suatu kelainan dimana terdapat autoantibodi terhadap
sel-sel eritrosit sehingga eritrosit mudah lisis dan umur eritrosit
memendek.
Key Point : ikterik + anemia, Organomegali

Pemeriksaan Penunjang:
q Laboratorium: Anemia normositik, peningkatan bilirubin
indirek, retikulositosis
q Deteksi autoantibodi pada eritrosit: direct coomb’s test postif
q Hapusan darah tepi: tampak fragmentasi dari eritrosit
(sferosit,skistosit, helmet cell, dan retikulosit).

Penatalaksanaan:
q Lini pertama : Kortikosteroid 1-1,5 mg/kgBB/hari.
q Terapi lini kedua yang memberikan efikasi paling baik adalah
splenektomi dan antiCD20 (Rituximab).
q Pada AIHA yang refrakter, dapat digunakan imunosupresan
(seperti Azathiopirine, Cyclosporine, Mycofenolate mofetil) dan
pemberian Cyclophosphamide dosis tinggi
Tn. Diman, usia 37 tahun, datang ke RS dengan keluhan
lemas sejak lama. Pasien sering berobat namun tidak pernah
sembuh. Pada pemeriksaan tanda- tanda vital didapatkan TD
120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/,mnt dan suhu 37 C.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan sklera ikterik,
hepatosplenomegali disertai ditemukan teardrop cell. Apakah
kemungkinan temuan pada kasus tersebut?
a. Tes coomb positif
b. Bence jones protein di urin
c. Eritrosit berbentuk rouleux pada apusan darah tepi
d. Sel target pada apusan darah tepi
e. Ditemukan gametosit seperti pisang pada apusan darah
tepi
THALASSEMIA
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : defek genetik pembentukan rantai globin
Key Point :
q Riwayat transfusi darah berulang
q Riwayat keluarga dengan penyakit yg sama
q Anemia
q Ikterus
q Facies cooley
q Hepatosplenomegali
q Gangguan pertumbuhan (gizi kurang/buruk, perawakan pendek, pubertas
terlambat)

Pemeriksaan Penunjang:
q Hapusan darah tepi : hipokrom mikrositer, anisositosis, poikilositosis, sel target
(+) , tear drop cell
q Analisis Hb / Hb elektroforesa : HbA2 dan atau HbF ↑, HbA↓/ (_)
Penanganan:
Transfusi darah : Hb < 7 atau Hb ≥ 7 disertai gejala klinis
Kelasi besi (deferoxamine/DFO)  setelah 3-5 liter atau 10-20x transfusi
Ny. Alesia, 25 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan mudah
lelah sejak 2 minggu terakhir. Selain itu pasien juga mengeluh pusing
dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
120/80 mmHg, RR 18x/menit, nadi 89x/menit, suhu 36,8 serta
konjungtiva Anemis. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 10,5
mg/dL dan Fe serum 45 mcg/dl (normal 60-170 mcg/dL).
Bagaimanakah edukasi gizi pada pasien ini?
a. Pemberian Fe + asam fitat
b. Pemberian Fe + tannin
c. Pemberian Fe + asam askorbat
d. Pemberian Fe + asam oksalat
e. Pemberian Fe + kalsium
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
Level Kompetensi: 4A.
Definisi : anemia yang terjadi akibat kurangnya penyediaan besi Penatalaksanaan:
untuk eritropoesis karena cadangan besi kosong Non farmakologi: Diet daging, hati ayam
Etiologi : Kebutuhan zat besi meningkat (anak dalam pertumbuhan, Farmakologi :
ibu hamil, laktasi), perdarahan kronis, intake kurang q Suplemen Besi (Ferrous Sulfat) – 300 mg/hari selama 6-12 bulan
Atau sampai Hb normal + 8 minggu (WHO) – dapat ditambah
Key Point : Keluhan lemah, cepat lelah, mata berkunang-kunang, suplemen vitamin C untuk menambah penyerapan besi
pucat. Koilonikia (kuku sendok), atropi papil lidah, stomatitis q Terapi besi parenteral �Iron dextran dapat diberikan secara IV
angularis atau IM bila absorbs besinya buruk.
Transfusi PRC jika Hb < 7gr/dl + Gangguan hemodinamik

Pemeriksaan Penunjang:
Darah lengkap : Hb turun, MCV, MCH, MCHC rendah
Pemeriksaan darah tepi : gambaran hiprokomik mikrositik,
Sel pensil atau cigar cell, anisositosis, poikilositosis, ring cell
q Gold standard : Profil besi  SI (serum iron) < 50 µg/dl, TIBC
meningkat > 350 µg/dl, saturasi transferin menurun < 15 µg/dl,
feritin serum < 20 µg/dl
Tn Nuno, 46 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan nyeri pada pinggang. Satu hari sebelumnya pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas. Tanda vital didapatkan TD
1 2 0/80, HR 90 x/menit, RR 20x/menit, Tax 3 7 °C . Pad
pemeriksaan fisik didapatkan jejas di area punggung bawah.
Pada pemeriksaan X-Ray lumbo-sakral didapatkan gambar
seperti ini: Kemungkinan diagnosis pada kasus ini
adalah…
a. Spondilosis
b. Spondilitis
c. Spondilolisis
d. Spondilolistesis
e. Spondiloartrosis
SPONDILOLISTESIS
Level Kompetensi: 1
SPONDYLOLISTHESIS adalah pergeseran vertebra
kedepan terhadap segment yang lebih rendah,
yang biasa terjadi pada lumbal vertebra ke 4
atau ke 5 akibat kelainan pada pars
interartikularis
Etiologi : trauma

Keypoint :
q Nyeri radikuler, seperti tersengat listrik yang
menjalar dari punggung ke tungkai. Baal,
kesemutan
q Kelemahan otot tungkai bawah
q Inkontinensia urin/ alvi,
q Lower back pain’
Penunjang :
X-ray lumbal pergeseran vertebra
CT SCAN
MRI
Terapi :
Rujuk
Ny Villa, berusia 45 tahun, datang ke Poliklinik Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri punggung. Keluhan tersebut seudah
dirasakasn sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tersebut diketahui
memiliki riwayat batuk lama. Vital sign TD 120/80mmHg, nadi
90kali/menit, nafas 20 klai/menit , T 37.5C. Keadaan
hemodinamik pasien stabil. Dari hasil pemeriksaan dijumpai
adanya gibbus, dan dari MRI dijumpai adanya massa di Vertebra
T9-11. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus di
atas?
a. Osteoporosis
b. Tumor vertebra
c. Spondilolistesis
d. Spondilolisis
e. Spondilitis tuberculosis
SPONDILITIS TB
Level Kompetensi: 3A.
Definisi : “Spondilitis TB dikenal dengan Pott’s disease adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang mengenai tulang belakang.
Etiologi : MTB

Keypoint :
q Adanya benjolan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri
q Terdapat Gejala – gejala TB
q Paraparesis, rasa kebas, baal, gangguan defekasi dan miksi
Pemeriksaan Fisik :
Gibus + kifosisi

Penunjang :
X-ray : Fraktur kompresi + Gibus . Terlihat lesi litik pada
anterolateral korpus vertebra

Terapi :
Rujuk untuk regimen OAT
Ny. Agina, berusia 30 tahun, datang ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri dan bengkak pada tangan kanannya sejak 4 hari
yang lalu. Riwayat tertusuk duri pada telunjuk tangan kanannya
saat berkebun. Tanda vital didapatkan TD 120/80, HR 90x/menit,
RR 20x/menit, Tax 3 7 °C . Pada pemeriksaan fisik ditemukan
merah dan bengkak pada telunjuk hingga telapak tangan kanan,
jari telunjuk dalam posisi fleksi, nyeri saat diluruskan .
Kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah?
a. Osteomyelitis akut
b. Tenosinovitis supuratif akut
c. Ruptur tendon fleksor
d. Trigger finger
e. Osteomyelitis kronis
TENOSINOVITIS SUPURATIF
Level Kompetensi: 3B
Tenosynovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon
dan selubungnya yang mengakibatkan pembengkakan dan nyeri.

Etiologi : minor trauma, strain atau infeksi staphylococus

Keypoint :
q Nyeri jari tangan
q Riw. tertusuk pada sela sendi jari (port d’entry)
PF:
q tanda inflamasi
q Kanavels’ cardinal sign

Terapi :
antibiotik golongan sefalosporin
Analgesik PO
Tn Beni, usia 25 tahun datang ke poli RS dengan keluhan nyeri
pada pergelangan tangan kanannya akibat kecelakaan lalu lintas.
Pada pemeriksaan fisik pergelangan lengan kanan pasien
terdapat krepitasi, nyeri dan deformitas. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 1 1 0/80 mmHg, frekuensi nadi 9 0
kali/menit, pernafasan 20 kali/menit. Pada pemeriksaan radiologi
tampak patahan pada 1/3 proximal ulna dan dislokasi ulna ke
arah anterior dari os radius. Apakah diagnosa pasien ini?
a. Fraktur Monteggia
b. Fraktur Colles
c. Fraktur Smith
d. Fraktur Galeazzi
e. Fraktur Supracondyler
MONTEGGIA
Level Kompetensi: 3B
FRAKTUR RADIUS ULNA
DISLOKASI ULNA (-) DISLOKASI ULNA (+)
Fraktur Colles FRAKTUR SMITH GALEAZI MONTEGGIA
q Fraktur os radius q Fraktur os radius q Fraktur os radius q Fraktur os ulna
q pergeseran fragmen q pergeseran fragmen distal patahan ke q Dislokasi +/-
distal patahan ke arah arah VENTRAL
DORSAL q Deformitas= “House spade / garden
q Deformitas = “Dinner spadedeformity
fork deformity

Penanganan
q Resusitasi
q Management fraktur (Recognize, Reduction, Retention, Rehab)
q Analgesik
q Antibiotik profilaksis (k/p)
q Rujuk untuk operatif
Tn. Gabriel, berusia 44 tahun datang ke RS dengan keluhan utama
berupa nyeri di jempol kaki kanan sejak 2 hari ini. Pasien memiliki
kebiasaan makan sate kambing 2-3x/minggu. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR
22x/mnt dan suhu 37C. Dari pemeriksaan fisik didapatkan MTP I
bengkak dan hangat. Pada pemeriksaan lab didapatkan asam urat
11,1 (normal 3,4-7,0 mg/dL). Apa etiologic yang menyebabkan
kasus di atas?
a. Proses autoimun
b. Proses infeksi
c. Proses degenerasi
d. Deposisi monosodium urat di sendi
e. Deposisi kristal calsium phosphate disendi
GOUT ARTRITIS
Level Kompetensi: 4A
Definisi ; Artritis gout adalah peradangan akut yang hebat pada Penatalaksanaan:
jaringan sendi disebabkan oleh endapan kristal-monosodium urat q Fase akut: Kolkisin, analgetik, kortikosteroid
Faktor Predisposisi: diet tinggi purin q Obat anti hiperuricemia Agen penurun asam urat tidak diberikan
saat serangan akut, kecuali sudah rutin diminum dari sebelum
Key Point : serangan)
q Demam, nyeri hebat q Golongan penghambat xantin oksidase : Allopurinol mulai 80
q Tanda inflamasi: eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan, deformitas mg; kemudian bertahap dinaikkan sampai dosis max 800
sendi, dan tofus. mg/hari.
q Sendi yang paling sering terkena: tungkai bawah (sendi MTP 1) q Golongan Orikosurik: Probenesid, KI diuretik tiazid
(PODAGRA)
Pemeriksaan Penunjang:
q Awal : Kadar asam urat darah
q Gold standard Aspirasi cairan sendi: Kristal monosodium urat
berbentuk jarum.
Dan diwarnai dengan Briefringent  negatif kuat (berwarna biru)

Klasifikasi: PODAGRA

Stadium Artritis Gout Akut Nyeri mendadak, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, mengigil
Stadium Interkritikal • Kelanjutan stadium akut, radang akut (-), aspirasi cairan sendi: Kristal urat
Stadium Artritis Gout Kronis • Tofi yang banyak dan terdapat poliartrikular/ Lokasi Tofi: cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon Achilles
dan jari tangan.
OA RA GOUT

RISK Female> male Female> male Male>female


Obesitas hiperuricemia
INFLAMASI - + +

PATOLOGI Degenerasi Pannus Mikrotophi


TEMUAN SENDI Bouchard’s nodes Ulnar deviasi, Swan Kristal urat
Heberden’s nodes neck, Boutonniere
PERUBAHAN Osteofit Osteopenia erosi erosi
TULANG
LAB Normal RF (+) MSU
Anti CCP
Ny. Getsya, usia 55 tahun, datang dengan keluhan nyeri di pergelangan tangan
dan lutut, nyeri dirasakan bertambah parah pada pagi hari. Keluhan sudah dialami
lebih dari 5 bulan. Pasien mengaku sendi terasa kaku, terutama pagi pagi hari,
yang dirasakan lebih dari 1 jam. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37C. Pada PF didapatkan
jari-jari tangan bengkak dan kaku, tampak deviasi ke arah ulna dari sendi
metakarphopalangeal dan gambaran tangan seperti leher angsa. Tinggi Badan
pasien 162 cm, berat badan 68 kg. Pada pemeriksaan laboratorium LED
meningkat. Pada biopsi didapatkan nekrosis fibrinoid dikelilingi sel epiteloid dan
banyak limfosit serta plasma, proliferasi sinovium dan degenerasi kartilago
sendi.Terdapat gambaran destruksi sinovial. Apakah kemungkinan etiologi
keluhan pasien tersebut?
A. Proses autoimun
B. Proses infeksi
C. Proses degenerasi
D. Deposisi monosodium urat di sendi
E. Kerusakan tulang rawan akut
RHEUMATOID ARTHTRITIS
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Hipersensitivitas tipe III , autoimmune
Keypoint:
q Nyeri di sendi pergelangan tangan > 30 menit. BILATERAL
q Kebas dan kesemtan di pagi hari
q Nyeri tidak berkurang dengan istirahat
q Pemeriksaan fisik:
q Swan neck deformity
q Deviasi ulnar
q Nodus Boutunierre
Pemeriksaan Penunjang :
q Rheumatoid factor (+)
q Anti CCP (+)
q X-ray erosi sendi + PANNUS

Penatalaksanaan:
q Awal : NSAID : ibu profen 3x 400mg, kortikosteroid
q Definitif : DMARTS (menghambat sintesis DNA) : metotrexat
Ny. Lina, usia 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada sendi lutut
yang semakin memberat ketika lama berjalan. Keluhan nyeri pada
lutut sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun terakhir. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, HR
82x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37C. pada pengukuran IMT
didapatkan hasil obesitas. Hasil pemeriksaan foto genu didapatkan
celah sendi menyempit. Apakah kemungkinan diagnosis pada
pasien tersebut?
a. Osteoartritis
b. Osteoporosis
c. Rheumatoid artritis
d. Osteporosis
e. Gout
OSTEOARTRITIS (OA)
Level Kompetensi: 4A

Penyakit degenerative pada tulang rawan sendi


Risk : Obesitas, usia tua, atlet

Keypoint: Klasifikasi:
q Nyeri di didaerah lutut dan panggul (sendi penopang tubuh) q Grade 1 : Osteofit minmal
q Kaku sendi dipagi hari yang dialami < 30 menit q Osteofit, deformitas tulang, penyempitan celah sendi
q Diperberat dengan aktivitas q Osteofit, deformitas tulang, penyempitan celah sendi
Pemeriksaan Fisik : Sebagian
q Krepitasi q Celah sendi menghilang
q OA di sendi kecil (nodus Heberden, nodus bouchard)

Pemeriksaan Penunjang: Penatalaksanaan:


X-ray q Awal : NSAID
q Penyempitan celah sendi, q Kurangi beban sendi
q osteofit q Rujuk jika muncul komplikasi akibat penggunaan NSAID, nyeri
q Subcondral sklerosis menetap, deformitas, efusi sendi
q Subcondral cyst
Gold : MRI
Tn. Rino, berusia 62 tahun datang dengan keluhan muncul bentol-bentol
tidak nyeri berukuran seperti biji kedelai dan kacang hijau di bagian
wajahnya dan badannya. Ruam tersebut tidak terasa mengganggu, namun
pasien merasa malu dengan adanya ruam tersebut sehingga pasien ingin
berobat. Tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 75 x/menit, RR 20
x/menit, suhu 37 o C. Hasil pemeriksaan lesi pada regio muka, leher, bahu
dan punggung atas didapatkan efloresensi lesi berupa papul, nodul diskret,
permukaan kasar kering tampak lesi hiperpigmentasi kecoklatan, sebagian
hitam dan sebagian keabuan, tampak xerotic permukaan lesi dan
berminyak. Apakah diagnosis kasus pasien tersebut ?
a. Dermatitis seboroik
b. Keratosis seboroik
c. Psoriasis vulgaris
d. Melanoma maligna
e. Basalioma destruktif
KERATOSIS SEBOROIK
Level Kompetensi: 2.
Definisi: Merupakan tumor jinak permukaan kulit yang Pemeriksaan Penunjang :
paling sering ditemukan pada LANSIA, berasal dari jaringan histo-PA: sel basaloid dengan campuran sel skuamosa.
Epidermis. Karakteristik: invaginasi keratin dan pseudohorn cyst,
Etiologi : Idiopatik, Degenerative, Aging, mutasi sel, seiring Hallmark: hyperkeratotic, pappilomatous, acanthosis, clonal,
usia >> jumlah makin banyak dan irritated
Risk : usia tua
Effloresensi : papul, plak hiperpigmentasi (kuning, keabuan, Tatalaksana:
coklat muda, coklat, kehitaman), permukaan hyperkeratosis. – Cryotherapy
– Elektrodesikasi
Predileksi : di wajah dan tubuh bagian atas, ekstremitas atas
– Laser
– Bedah skalpel
– Flurouracil (agen kemoterapi) topikal dan dermabrasi.
Ny Rika, 45 tahun, datang ke Poliklinik dengan keluhan tahi lalat
yang l ama kelamaan semakin meluas dan makin menghitam .
Pemeriksaan fisik tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 75 x/menit,
RR 20 x/menit, suhu 37 o C. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan plak hiperpigmentasi, asimetris, mudah berdarah,
dengan luas 3 x 1 cm. Diagnosis yang tepat untuk kasus ini?
a. Karsinoma sel skuamosa
b. Karsinoma sel basal
c. Melanoma maligna
d. Ulkus piogenik
e. Nevus pigmentosus dengan infeksi sekunder
KARSINOMA SEL SKUAMOSA
LEVEL KOMPETENSI: 2
KARSINOMA SEL BASAL / ULKUS RODENT KARSINOMA SEL MELANOMA MALIGNA
SKUAMOSA
Keypoint : Keypoint : Keypoint :
q TERPAPAR bahan kimia, bahan q TERPAPAR bahan kimia, q Iritasi berulang, Sinar
karsinogenik, Sinar matahari bahan karsinogenik, Sinar matahari
q Ulkus dengan dasar kotor (ulkus roden), matahari q Plak Hiperpigmentasi
q Tepi tidak rata q Ruam berupa nodul q Prog. Cepat
q seperti mutiara, bunga kol HIPERKERATOSIS q Mirip nevus tapi ASIMETRIS
q Tidak nyeri q BERSIH q Mudah berdarah
q Mudah berdarah q Ulserasi luka q Mirip nevus
q PA : Sel Palisade q mudah berdarah q PA : Sel melanosit
q Tidak nyeri berdiferensiasi ganas
q PA : Horn pearl
Ny Mila, umur 40 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan
bercak menebal di badan dan kepala yang gatal disertai sisik putih tebal
sejak 3 tahun terakhir. Tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 75
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37 o C. Pemeriksaan fisik dermatologis
didapatkan plak eritem multipel, ukuran plakat tertutup skuama putih tebal
yang lekat. Saat skuama dikelupas tampak bintik-bintik perdarahan/pin
point bleeding. Apakah tanda khas yang didapatkan pada pemeriksaan
diatas?
a. Auspitz Sign
b. Khoebner phenomenon
c. Candle Wax Sign
d. Tear drops
e. Target lession
PSORIASIS VULGARIS
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi: hiperproliferasi lapisan epidermis kulit karena Pemeriksaan fisik”
proses autoimun Candle Wax Sign
Risk : Berbagai faktor pencetus pada psoriasis antara Skuama Yang warnanya berubah menjadi putih karena
goresan
lain stres psikis, trauma, infeksi lokal, trauma
Khoebner phenomenon
(fenomena koebner), gangguan metabolik, obat – Trauma/manipulasi pada kulit pasien akan
obatan, alkohol, dan merokok. Stres psikis merupakan menimbulkan kelainan yang sama dengan lesi
faktor pencetus utama sebelumnya
Auspitz Sign
Kerokan skuama menyisakan lapisan dengan bintik-
bintik
Keypoint : Pemeriksaan Penunjang :
q Likenifikasi diarea tubuh yang sering mengalami Histopatologi : hyperproliferation of the keratinocytes
trauma (lutut, siku) in the epidermis

Penatalaksanaan:
Clobetasol cream
Khoebner phenomenon
Candle Wax Sign
Auspitz Sign
Ny Shela, berusia 31 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan
keputihan. Keputihan sudah dialami selama 1 bulan ini, berwarna
putih keabuan , kental dan berbau amis. Diketahui pasien sering
menggunakan vaginal douche. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan eritem pada liang vagina,
sekret putih keabuan di daerah forniks dan anterolateral vagina. Pada
pemeriksaan apusan sekret didapatkan clue cell . Apa
penatalaksanaan yang tepat pada pasien tersebut?
a. Azitromisin 1 g, single dose
b. Ceftriaxone 150 mg IM single dose
c. Metronidazole 2 g, single dose
d. Metronidazole 2 x 500 mg ,selama 3 hari
e. Nistatin 100.000 IU, intravgina, 7 hari
BACTERIAL VAGINOSIS
Level Kompetensi: 4A.
Etiologi : Gardnella vaginalis
Faktor risiko: terjadi akibat gangguan PH vagina sehingga terjadi pergeseran flora normal

Key Point :
q Duh putih keabuan,
q berbau amis, terutama pasca coitus
q PH > 4,5
q tes amin (+),
q clue cell.
Pemeriksaan Penunjang :
q Test amin / whiff test dengan KOH  bau amis
q Sediaan basah (larutan KOH 10%)  Clue cell

Penatalaksanaan:
1st metronidazole 2 gram single dose
2nd metronidazole 2x500mg selama 7 hari
3rd klindamisin 2 x 300mg selama 7 hari
Tn Roni, berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
muncul bintil-bintil berisi air sejak 1 hari lalu. Sebelumnya pasien
demam, lalu muncul merah-merah pada tubuhnya. Sebelumnya
anak pasien memiliki keluhan yang sama. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72 x/menit, suhu
36,5 0 C, napas 24 x/menit. Status dematologis: ditemukan
vesikomakulopustul pada regio thorakal. Terapi yang tepat
untuk diberikan adalah…
a. Prednison 3x20 mg 7 hari
b. Acyclovir 5x800 mg 7 hari
c. Acyclovir 3x400 mg 7 hari
d. Kloramphenikol 3x200 mg 5 hari
e. Kloramphenikol 5x500 mg 5 hari
VARICELLA/ CHICKENPOX
LEVEL KOMPETENSI: 4A
Etiology Varicella Zoster Virus Pemeriksaan Penunjang :
Predisposisi : A history of exposure to an infected contact . q Tzanck smear – Multinucleated giant cells
Transmission Inhalation of airborne respiratory droplets from a VZV
infected host, viral transmission may also occur through direct Th/
contact with these vesicles. Incubation periode  Incubation q Edukasi hindari gesekan kulit agar vesikel tidak
period of 10-21 days pecah
q Hindari aspirin karena bisa menyebabkan Reye’s
q Keypoint: syndrome
q Prodrome of nausea, myalgia, anorexia, and headache q Tatalaksana suportif, parasetamol bila demam
q Ruam vesikel dasar eritema sesuai indikasi
q Nyeri, gatal , dimulai dari TENGAH ke seluruh tubuh q Asiklovir oral dewasa 5x800 mg/hari selama 7-10
q dewdrop on a rose petal atau tear drops (seperti tetesan embun) hari
q Dosis asiklovir anak 4x20 mg/kgBB (dosis maksimal
800 mg)
q Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari.
q Bedak salisil 2%
Tn Hugo, usia 40 tahun datang dengan keluhan gatal di lutut kiri.
Keluhan gatal dirasakan sejak 3 bulan ini, pasien bekerja sebagai
staff ahli dengan beban kerja yang banyak, pasien merasa cemas
akan tugasnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 72 x/menit, suhu 36,5 0 C, napas 24
x/menit. Status dematologis: Likenifikasi dengan skuama,
tampak eritema. Apa tatalaksana yang tepat untuk pasien ini?
a. Berikan asam salisilat
b. Kortikosteroid cream
c. Antibiotik salep
d. Banyak mandi
e. Pemberian antihistamin sedatif
NEURODERMATITIS IRKUMSKRIPTA /LIKEN
SIMPLEKS KRONIS/LIKEN VIDAL
LEVEL KOMPETENSI: 3A
Definisi: Peradangan kulit yang bersifat kronis Th/
berulang qAntihistamin sedatif(A,1) : efek sedatif
Risk: Rangsangan pruritogenik dari alergi atau agar mengurangi sifat menggaruk
stress q Kortikosteroid : CLOBETASOL cream /
Keypoint; 4 jam
qPredileksi  daerah yang mudah dijangkau
oleh tangan area lutut pasien , kulit kepala,
tengkuk, ekstremitas ekstensor
qpenebalan kulit akibat gesekan/garukan
berulang: likenifikasi
qukuran lentikular hingga plakat, kering dan
berskuama, sedangkan bagian tepi
hiperpigmentasi.
Ny Usi, berusia 21 tahun dating dengan keluhan terdapat luka
di sekitar kelaminnya, terasa panas dan nyeri. Awalnya luka
berupa gelembung seperti berisi air dan bergerombol. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 72 x/menit, suhu 36,5 0 C, napas 24 x/menit. Hasil
pemeriksaan tzank smear didapatkan sel datia berinti banyak.
Apakah etiologi pada penyakit tersebut diatas?
a. HPV tipe 6
b. H. Ducreyi
c. HSV tipe I
d. HSV tipe II
e. GardnellaVaginalis
HERPES GENITAL
Level Kompetensi: 4A
Risk : Riwayat free sex
Etiologi : HSV1(oral),
HSV2(genital)

Key Point :
qGejala prodromal
qVesikel / ulkus dasar eritema : nyeri daerah
genital/ area labial
qRisk (+)

Pemeriksaan penunjang :
Tzank test : sel datia berinti banyak
Tn Rasya, berusia 37 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan timbul luka pada kemaluan. Sebelumnya pasien ada
berhubungan dengan PSK sebanyak 3 kali. Dari pemeriksaan
vital sign fisik tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit,
RR 20 x/menit, suhu 37,8 o C Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya lesi soliter pada glands penis, tidak nyeri,
indurasi (+), luka bersih, tepi rata. Penyebab yang paling
tepat pada pasien diatas adalah?
a. H. Ducreyi
b. Treponema pallidum
c. Poxvirus
d. Trikomonas
e. N. Gonorhea
ULKUS DURUM SIFILIS STADIUM I
Level Kompetensi: 4A
Risk : Riwayat free sex
Etiologi : Treponema pallidum

Key Point :
q limfadenopati generalisata persisten
q Ulkus pada kemaluan soliter, dasar bersih, tidak nyeri,
hilang/sembuh sendiri
Klasifikasi :
Sifilis Stadium I  ulkus durum , limfadenopati generalisata
Sifilis Stadium II:
q makulopapular diseluruh tubuh
q masa dikemaluan permukaan halus, rata(kondiloma lata)
SiSifilis Stadium III
Penatalaksanaan :
q Gumma destruksi jaringan (sifilis kardiovaskular mengenai katup
1st benzatin penisilin
jantung, neurosifilis : encepalitis)
2nd eritromisin 4 x 500 mg selama 15 hari (ibu hamil)
Pemeriksaan penunjang :
Doksisiklin 2 x 100 mg selama 30 hari (tidak hamil)
Indirect
1. VDRL (Skrining)
2. TPHA (diagnosis)
Direct :
q Direct field microscopy bakteri bentuk spiral
Ny Mirna, berusia 43 tahun datang ke dokter poliklinik RS dengan keluhan
muncul bercak pada wajah sejak 1 tahun yang lalu. Bercak berwarna
keputihan tidak gatal namun semakin bertambah banyak pada alis, pipi
dan dagu. Tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 75 x/menit, RR
20 x/menit, suhu 37 o C. Pada pemeriksaan tampak makula depigmentasi
multipel batas tegas, simetris, dan tidak berskuama. Pada wood lamps
didapatkan berpendar blue-white. Apa diagnosis pasien ini yang
sesuai?
a. Pitiriasis alba
b. Pitiriasis versicolor
c. Vitiligo
d. Lichen sclerosus
e. Hipopigmentasi post inflamasi
VITILIGO
LEVEL KOMPETENSI: 3A.
Definisi: Hipomelanosis idiopatik ditandaidengan makula putih yang dapat meluas
mengenai bagian tubuh yang memiliki melanosit (kulit, rambut, mata)

Etiologi : Belum diketahui, diduga karena autoimun, neurohumoral, autositotoksik,


atau karena bahan kimiawi

Predileksi : Area ekstensor tulang (jari, periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung,
tibialis anterior, dan pergelangan tangan bagian fleksor) – Lesi bilateral bisa simetris
atau asimetris – Area traumatic
Keypoint :
q Makula depigmentasi berbatas tegas
q Tepi lesi bisa meninggi, eritema dan gatal disebut inflamatoar
q Lampu wood: bright blue-white fluorescence dan berbatas tegas
q Pemeriksaan histopatologi - Pemeriksaan Hematoksilin Eosin (HE)  tidak
ditemukan sel melanosit

Tatalaksana :
Topikal : Kortikosteroid topical / Calcineurin inhibitor (takrolimus, pimekrolimus)
Fotokemoterapi: Kombinasi psoralen dengan phototherapy ultraviolet A (PUVA)
Nn Marimar, berusia 20 tahun datang ke Klinik dengan keluhan
muncul jerawat pada wajahnya yang telah membuat pasien tidak
percaya diri. Jerawat juga ada sedikit di bagian bahu dan leher. Tanda
vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 75 x/menit, RR 20 x/menit,
suhu 37 o C Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan papul disertai
pustul berjumlah 20, komedo hitam 30. Tidak ditemukan adanya
nodul/kista. Apakah tatalaksana yang paling tepat diberikan pada
pasien?
a. Retinoid topikal
b. Isotretinoin Oral
c. Retinoid Topikal + Kortikostreoid Topikal + Antibiotik Oral
d. Retinoid topikal + antibiotic topical + Antibiotik Oral
e. Azelaic Acid / As. Salisilat
ACNE VULGARIS
Level Kompetensi: 4A
Etiologi : Propionibacterium Acne
Key Point :
q Komedo : closed (‘whiteheads’) open (‘blackheads’).
q pustul/papul,
q Nodul

Klasifikasi
Derajat Komedo Papul/pustule Nodul
Ringan <20 <15 -
Sedang 20-100 15-50 <5
Berat /conglobate >100 >50 >5

Penatalaksanaan:
Ringan : (hanya topikal)
q komedo : as.retinoat topical
q Pustul/papul : as.retinoat topical 0,01-0,1% + topical Antibiotik (klindamisin salep)
Sedang :
q as.retinoat topical + Antibiotik PO (Doksisiklin 50-100mg PO  2x1) min 6-8 mgg , max 18 mgg
Berat : Rujuk
An. Cempaka, berusia 12 tahun datang dibawa ke dokter umum
karena timbul benjolan seperti kutil kecil-kecil ditangan kanan dan kaki
sejak 2 bulan yang lalu. Saat ini, makin bertambah banyak, tidak
disertai nyeri. Riwayat alergi dan trauma sebelumnya disangkal. Dari
pemeriksaan vital sign nadi 92 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,8 o C.
Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan papul multiple, diameter 0.1
-1 cm, permukaan berjonjot dipunggung dan jari tangan dan kaki.
Apakah diagnosis yang sesuai untuk pasien kondisi diatas?
a. Xantelasma
b. Lichen planus
c. Xanthoma
d. Molluscum kontangiosum
e. Veruka vulgaris
VERUKA VULGARIS
Level Kompetensi: 4A
Definisi: hiperplasi epidermis akibat pertumbuhan epithel Nama berdasarkan lokasinya
yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (”kutil” atau q Verruca Vulgaris (Common Warts)
”Warts”) dengan predileksi khususnya di
Etiologi : HPV 2, 4 ekstremitas bagian ekstensor (paling
sering sub tipe HPV 2 dan 4)
Keypoint : q Verruca Plantaris (Plantar
q papul verukosa yang keratotik, kasar, dan bersisik. Warts/myrmecia) dengan predileksi
q Lesi dapat berdiameter kurang dari 1 mm hingga lebih pada telapak kaki (paling sering HPV
dari 1 cm dan dapat berkonfluens menjadi lesi yang lebih tipe 1)
lebar. Verruca Plana (Flat Warts)
q Predileksi pada jari, punggung tangan maupun kaki. q dengan predileksi pada muka dan
Pemeriksaan Penunjang : leher Akibat HPV tipe 3 dan 10
Asam asetat : asetowhite (+) q Biasanya tidak dijumpai parakeratosis
Biopsi kulit: akantosis, hiperkeratosis, papilomatosis, dan  rata
rete ridges memanjang mengarah ke medial Condyloma Accuminata(Genital Warts)
q (HPV tipe 6 & 11)
Tatalaksana :
q Higienitas, menghindari kontak langsung
1st Kauterkimia KI bumil
Asam salisilat 10%, 20%, 40%
2nd Kautermekanik Indikasi Bumil
Ny Sima, usia 24 tahun datang ke RS dengan keluhan bercak
kemerahan, keunguan, dan lepuh pada seluruh tubuh sejak 2 hari
yang lalu. Mata kemerahan, bibir pecah pecah, dan nyeri tenggorokan.
1 minggu yang lalu pasien kejang-kejang dan diberi carbamazepin.
Dari pemeriksaan vital sign tekanan darah 110/70mmHg, nadi 92
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,oC. Status dermatologikus ditemukan
makula dan plak eritema, vesikel, bula kendur, erosi dan krusta
pada seluruh tubuh generalisata. Mata konjungtivitis dan krusta pada
bibir. Tanda nikolsky + dan epidermolisis 40%. Apakah diagnosis
kasus tersebut?
a. Epidermolisis bulosa
b. SJS
c. TEN
d. Pustulosis eksantematosa
e. Lupus eritematosa bulosa
TEN
LEVEL KOMPETENSI: 3B
Steven Johnson Syndrome (SJS) Toxic Epidermolisis Necrosis
Etiologi : Mengkonsusmsi obat-obatan hipersensitivitas Etiologi : Mengkonsusmsi obat-obatan
tipe 2 (tidak terjadi epidermolisis) Keypoint:
Keypoint: q Ruam > 30 %
q Ruam < 10 % q EPIDERMOLISIS (bula kendur)
q Kelaianan kulit macula eritema dengan bula kendur, q Lesi target (-)
purpura, lesi target q Onikolisis
q Nikolsky sign (+) q Nikolski sign (+)
q Kelainan mukosa : bibir, genital, Kelainan mata : q Tahap lanjut dari SJS
konjungtivitis
Penatalaksanaan: Penatalaksanaan:
q RESUSITASI q RESUSITASI
q Methyl prednisolone injeksi 1,5-2 mg kg/bb q Kortikosteroid dosis tinggi
q Dexametason inj 0.15-0.2 mgkgbb q Stabil ? rujuk
q Stabil ? rujuk
Komplikasi
Komplikasi glomerulonephritis, ATN, GGA
Bronkopneumonia
Tn Romi, usia 25 tahun datang dengan keluhan adanya luka
di kemaluannya sejak 3 hari yang lalu. Luka disertai nyeri.
Diketahui pasien sering berganti-ganti pasangan seksual.
Dari pemeriksaan vital sign fisik tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 92 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,8 o C. Pada
pemeriksaan efloresensi ulkus multiple dengan dasar kotor,
indurasi (-). Apakah penyebab paling tepat kasus diatas?
a. Haemophilus ducreyi
b. Treponema pallidum
c. Poxvirus
d. Trikomonas
e. HPV tipe 11
ULKUS MOLLE
Level Kompetensi: 3A
Risk : Riwayat free sex
Etiologi : Haemophylus ducrey

Key Point :
q Ulkus pada kemaluan
q Dasar kotor
q Tepi tidak rata
q Bergaung Ulkus molle
q Multiple
q Nyeri
q Pembesaran KGB

Pemeriksaan penunjang :
Pewarnaan Gram  basil gram negative yang tersusun seperti kereta
(schools of fish)

Th/
1st Siprofloxacin 2 x 500mg – 3 hari
schools of fish
2nd Azitromisin 1 gr PO SD
Seorang pasien mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu jatuh dari
sepeda motor. Akibatnya dia mengalami Patah tulang tertutup
secara segmental pada tulang betis kanan. Dokter menyarankan
pasien untuk operasi pemasangan pelat tulang secara ORIF
agar tidak terjadi malunion. Prinsip apakah yang dilakukan
oleh dokter untuk mengambil keputusan dalam
penanganan pasien tersebut?
a. Justice
b. Honesty
c. Autonomy
d. Non Maleficience
e. Beneficence
BENEFICIENCE
KAIDAH DASAR MORAL
BENEFICIENCE AUTONOMY
q Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien q Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang
q Memberikan obat tepat indikasi, dosis memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri), hal ini sesuai
dengan prinsip autonomy.
q Melakukan prosedur medik sesuai SOP
q Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
q Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mendapatkan perlindungan.
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan q Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi informasi
kesehatannya (patient welfare). konfidensial, mintalah consent untuk melakukan intervensi diri pasien,
q Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau bantulah membuat keputusan penting.  tidak berbohong kepada
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban pasien dan mengatakan apa adanya karena merupakan hak pasien untuk
mengetahui apa yang terjadi pada dirinya,
Kasus di atas adalah pengambilan keputusan dalam keadaan
tidak gawat darurat, dimana dokter menyarankan terapi terbaik
bagi pasien untuk kualitas hidup pasien ke depannya, sehingga
dipilih beneficience.

NON MALAFICIENCE JUSTICE


q Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life saving q Ada yang diuntungkan dan dirugikan
q Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut q Kesetaraan hak
q Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling q Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama
kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status
first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat
mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.
Dokter Khuzairi, 40 tahun, seorang dokter umum praktek di
poliklinik klinik Arya Duta. Pada pagi itu terdapat seorang
pasien yang sakit kemarin karena demam dan sekarang
sudah sembuh. Pasien datang hanya untuk meminta surat
sakit agar jatah cuti dan gajinya tidak terpotong. Dokter
khuzairi lalu memberikan surat keterangan karena kasihan.
Pelanggaran yang jelas dilanggar dokter adalah?
a. Etik, Disiplin, Hukum
b. Disiplin, Hukum
c. Etik, Disiplin
d. Etik, Hukum
e. Disiplin
PELANGGARAN DALAM PELAYANAN
KEDOKTERAN
Pelanggaran dapat berupa q Sesuai dengan yang tertulis di PERATURAN KONSIL
q Pelanggaran etik KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 BAB II
q Pelanggaran disiplin No 18 yang berbunyi seorang dokter dilarang membuat
q Pelanggaran hukum (pidana dan perdata) keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil
pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut.
q Sesuai dengan yang tertulis di kodeki bahwa seorang q membuat surat keterangan sakit pada pasien sehat juga
dokter hanya menuliskan keterangan berdasarkan pelanggaran disiplin
pemeriksaan yang telah diperiksa sendiri kebenarannya,
membuat surat keterangan sakit pada pasien sehat Jadi pelanggaran kasus ini adalah ketiganya hukum etik
adalah pelanggaran etik disiplin
q Sesuai dengan Pasal 267 KUHP yang berbunyi Seorang
dokter yang dengan sengaja memberikan surat
keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit,
kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun
q membuat surat keterangan sakit pada pasien sehat juga
pelanggaran hukum
Seorang kepala desa meminta Dokter Reza sebagai dokter umum
untuk membuat surat kematian warganya yang meninggal 1 jam lalu.
Kebetulan warga tersebut sudah menjadi pasien Anda selama 4 tahun
dan rumahnya tidak jauh dari tempat praktik saudara. Menurut anda
kemungkinan besar pasien meninggal akibat kanker payudara stadium
lanjutnya. Maka, sikap Anda terhadap kejadian itu adalah...
a. Meminta jenazah dibawa ke RS
b. Meminta surat pada puskesmas
c. Meminta mayat dirujuk ke forensik dahulu
d. Langsung membuat saat itu juga karena sudah tahu penyakitnya
e. Datang ke rumah yang bersangkutan untuk menentukan sebab
kematian
SURAT KEMATIAN
Sesuai dengan Bab I pasal 7 KODEKI, : Dasar Hukum Surat Kematian
“ Setiap dokter hanya memberikan qBab I pasal 7 KODEKI, “Setiap dokter hanya
keterangan dan pendapat yang telah memberikan keterangan dan pendapat
diperiksa sendiri kebenarannya”. yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”.
qMaka dokter tetap harus memeriksa qBab II pasal 16 KODEKI, “Setiap dokter
dahulu sebab kematian sebelum membuat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
surat kematian bagi pasien tersebut diketahuinya tentang seorang pasien
q Surat keterangan kematian tidak boleh bahkan juga setelah pasien meninggal
dibuat bila seseorang yang mati diduga dunia”.
akibat suatu peristiwa pidana tanpa qPasal 267 KUHP: ancaman pidana untuk
pemeriksaan kedokteran forensik terlebih surat keterangan palsu.
dahulu. qPasal 179 KUHAP: wajib memberikan
keterangan ahli demi pengadilan,
keterangan yang akan diberikan didahului
dengan sumpah jabatan atau janji.
Tn Akbar, berusia 40 tahun datang ke puskesmas membawa
surat rujukan. Dari surat tersebut diketahui keluhan utama
pasien demam 3 hari disertai menggigil dan berkeringat.
Pasien dirujuk dari puskesmas asalnya karena tidak dapat
dilakukan pemeriksaan darah mikroskopis karena reagen
malaria habis. Tipe rujukan manakah yang tepat
a. Rujukan parsial
b. Rujukan horizontal
c. Rujukan vertikal
d. Rujukan spesimen
e. Rujukan tenaga kesehatan
JENIS RUJUKAN BERDASARKAN
TINGKATANNYA
Rujukan horizontal : Rujukan vertikal
q rujukan yang dilakukan antar qrujukan yang dilakukan antar pelayanan
pelayanan kesehatan dalam satu kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat
tingkatan apabila perujuk tidak dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih
memberikan pelayanan kesehatan rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
sesuai dengan kebutuhan pasien atau sebaliknya.
karena keterbatasan fasilitas, peralatan qMisalnya rujukan dari puskesmas ke RS
dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap.
q Misalya rujukan dari RS tipe B ke RS
tipe B lainnya
Tn Bayu, 30 tahun datang ke klinik dokter umum untuk
berobat. Setelah dokter selesai memeriksa pasien,
dokter meminta tolong perawat di klinik tersebut untuk
menyuntikkan obat ke pasien. Prinsip dokter
keluarga yang diterapkan oleh dokter adalah?
a. Komprehensif
b. Holistik
c. Koordinatif
d. Kolaboratif
e. Berkesinambungan
KOORDINATIF
PRINSIP DOKTER KELUARGA

HOLISTIK KOMPREHENSIF BERKESINAMBUN KOORDINATIF KOLABORASI


GAN / CONTINUE
Pengobatan
pasien berprinsip Promotif , Preventif Pengobatan dan
spiritual dan kuratif, rehabilitatif follow up pasien ex. Dokter ex. Dokter A
biopsikososial berkesinambungan dengan dengan dokter
pasien perawat B
Dokter Diana, 33 tahun mengadakan penyuluhan mengenai
diare di daerah A karena di daerah tersebut prevalensi diare
pada balita dikatakan masih berada di angka yang cukup
mengkhawatirkan. Sehingga penyuluhan mengenai diare
harus ditujukan pada orang yang tepat agar hasil didapat
optimal. Siapa target primer dari penyuluhan tersebut?
a. Ibu yang punya balita
b. Tokoh masyarakat
c. Kader
d. Petugas kesehatan
e. Balita
Sasaran Promosi Kesehatan
q Sasaran primer : Individu atau kelompok yang diharapkan
berubah perilakunya
qSasaran sekunder : individu atau kelompok dan organisasi
yang mempengaruhi perubahan perilaku sasaran primer
qSasaran tersier : individu atau kelompok dan organisasi
yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dan
keputusan
Ny Dirga, usia 33 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
menstruasi tidak teratur, hiperglikemia dan pertumbuhan rambut
terutama di ketiak yang berlebihan. Anda sebagai dokter mendiagnosa
pasien dengan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) dan sebagai
dokter faskes primer akan merujuk dan melimpahkan penanganan
PCOS kepada spesialis obgyn. Jenis rujukan yang dilakukan oleh
anda adalah?
a. Collateral referral
b. Interval referral
c. Cross referral
d. Split referral
e. Specialistic referral
JENIS RUJUKAN KASUS

INTERVAL COLLATERAL
q Pelimpahan sepenuhnya kepada q menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
SATU DOKTER konsultan untuk penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
jangka waktu tertentu
q Selama Jangka Waktu itu dokter
primer TIDAK ikut campur

CROSS SPLIT
q menyerahkan wewenang dan q menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan
penderita sepenuhnya kepada selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
dokter lain untuk selamanya.
Sebuah daerah memiliki tingkat prevalensi TB yang tinggi.
Oleh karena hal tersebut Puskesmas berencana
mengadakan surveillans aktif untuk TB dengan menggunakan
Tes Cepat Molekuler ke rumah-rumah penduduk, Sayangnya
puskesmas tersebut kekurangan alat, sehingga puskesmas
meminta dinas kesehatan untuk menyediakan alat.
Termasuk rujukan apa kasus ini?
a. Rujukan spesimen
b. Rujukan kasus
c. Rujukan ilmu pengetahuan
d. Rujukan sarana
e. Rujukan operasional
RUJUKAN SARANA
Jenis Rujukan Dalam Puskesmas
Rujukan upaya kesehatan perorangan
Rujukan kasus Rujukan bahan/ specimen Rujukan ilmu pengetahuan
untuk keperluan diagnostik, pemeriksaan laboratorium klinik yang Rujukan ilmu pengetahuan antara lain
pengobatan, tindakan operasi dan lebih lengkap dengan mendatangkan atau mengirim
lain– lain tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan
teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayana
Rujukan upaya Kesehatan masyarakat
Rujukan sarana Rujukan tenaga Rujukan operasiona
berupa bantuan laboratorium dan Rujukan tenaga dalam bentuk dukungan berupa obat, vaksin, pangan pada saat
teknologi kesehatan tenaga ahli untuk penyidikan, sebab dan terjadi bencana, pemeriksaan bahan
asal usul penyakit atau kejadian luar biasa (spesimen) bila terjadi keracunan
suatu penyakit serta penanggulangannya massal, pemeriksaan air minum
pada bencana alam, dan lain – lai penduduk dan sebagainya
Dokter Reno, sedang melakukan survey lapangan. Dokter itu
mengunjungi rumah seorang laki laki bernama tuan A, 66
tahun. Laki-laki itu tinggal di rumah tersebut bersama seorang
Istri pasien dan lima orang anaknya yang belum menikah.
Pasien mengatakan kalau sebenarnya pasien sudah menikah
sebanyak lima kali, tapi yang empat awal sudah meninggal
dan tidak memiliki anak dari 4 istri sebelumnya tersebut.
Bentuk keluarga pasien ini adalah...
a. Keluarga orang tua tunggal
b. Keluarga tinggal bersama
c. Keluarga extended
d. Keluarga komposit
e. Keluarga inti
KELUARGA INTI
TIPE KELUARGA
NUCLEAR FAMILY EXTENDED FAMILY BLENDED FAMILY ATAU STEP
q Keluarga inti dlm 1 rumah q Keluarga besar dlm 1 rumah FAMILY
q Keluarga yang terdiri dari q Ayah, ibu , anak, mertua, bibi, dll q Jika ada salah satu pihak yang
suami, istri serta anak-anak bersifat “tiri” (tdk ada hub
kandung. darah)
q Ayah kandung, ibu tiri, anak
kandung dari ayah dll

SINGLE PARENT COMMUNITY FAMILY COMMON IN LAW


q Jika anak dengan IBU ATAU q Kelompok individual yg memiliki q Laki-laki dan perempuan yang
AYAH KANDUNG persamaan ideologi, visi misi sosial, hidup bersama dan melakukan
lifestyoe aktivitas sex tanpa ikatan
q Ex. Kumpulan sosialita, organisasi2 keluarga
Dokter Dinda, mengadakan sebuah survey di daerah Sukamaju,
terdapat angka kelahiran sebanyak 290 jiwa, diantara semua kelahiran
tersebut terdapat 110 bayi meninggal saat lahir dan 30 sebelum usia 1
tahun. Sementara, ibu yg meninggal saat hamil 9 orang, ibu yg
meninggal saat melahirkan 16 orang, ibu yang meninggal saat nifas 7
orang, dan ibu dengan anak usia sekolah 12 orang. Berapakah
angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup?
a. 32/180
b. 32/290
c. 44/180
d. 110/290
e. 140/290
UKURAN MORTALITAS PENYAKIT
Crude death rate/ angka kematian angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian
kasar selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit
tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan
penyakit tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu/ Maternal jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/
Mortality Rate (MMR) melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per
100.000 kelahiran hidup. Rumus: jumlah kematian
ibu/jumlah kelahiran hidup x 100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000
kelahiran hidup.
Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran hidup x
1000
Dokter Amil, seorang dokter puskesmas ingin
melakukan pendataan angka kematian di wilayahnya.
Didapatkan data kematian bayi usia 0 -11 bulan 5
kasus dengan kematian neonatus 2 kasus, kematian
anak 1-5 tahun 6 kasus, kelahiran mati 20 kasus, dan
kelahiran hidup 1000 kasus. Berapakah angka
kematian bayi di wilayah tersebut?
a. 2/1000
b. 4/1000
c. 6/1000
d. 5/1000
e. 5/980
UKURAN MORTALITAS PENYAKIT
Crude death rate/ angka kematian angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian
kasar selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit
tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan
penyakit tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu/ Maternal jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/
Mortality Rate (MMR) melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per
100.000 kelahiran hidup. Rumus: jumlah kematian
ibu/jumlah kelahiran hidup x 100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000
kelahiran hidup.
Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran hidup x
1000
Dokter Romi, ingin meneliti adverse event dari suatu RS,
kemudian melalui media tv menemukan 1 orang pasien yang
mengalami adverse event tersebut. Dari pasien tersebut
ditanya apakah ada orang lain yang mengalami adverse
event, kemudian terkumpul 20 orang yang mengalami hal
serupa dari pasien. Metode pengumpulan sampling
tersebut adalah...
a. Systematic sampling
b. Snowball sampling
c. Homogenous sampling
d. Convenience sampling
e. Stratified sampling
TEKNIK SAMPLING
Probability Sampling Techique Non-probability Sampling
Simple Random Sampling: pengambilan sampel dari semua anggota populasi q Purposive Sampling: sampel yang dipilih secara
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.
populasi itu. q Snowball Sampling: Dari sampel yang
prevalensinya sedikit ,peneliti mencari informasi
Stratified Sampling: Penentuan sampling tingkat berdasarkan karakteristik sampel lain dari yang dijadikan sampel
tertentu (usia, jenis kelamin, dsb). Misalnya untuk mengambil sampel sebelumnya, sehingga makin lama jumlah
dipisahkan dulu jenis kelamin pria dan wanita. Baru kemudian dari kelompok sampelnya makin banyak
pria diambil sampel secara acak, demikian juga dari kelompok wanita q Quota Sampling: anggota sampel pada suatu
tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota)
Cluster Sampling: disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Pemilihan dengan ciri-ciri tertentu
sampel berdasarkan daerah yang dipilih secara acak. Contohnya mengambil q Convenience sampling: mengambil sampel sesuka
secara acak 20 kecamatan di Jakarta. Seluruh penduduk dari 20 kecamatan peneliti (kapanpun dan siapapun yang dijumpai
terpilih dijadikan sampel. peneliti

• Multistage random sampling: teknik sampling yang menggunakan 2 teknik


sampling atau lebih secara berturut-turut. Contohnya mengambil secara acak 20
kecamatan di Jakarta (cluster sampling). Kemudian dari masing-masing
kecamatan terpilih, diambil 50 sampel secara acak (simple random sampling).

• Systematical Sampling anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu.


Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor,
pengambilan sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja.
Di sebuah daerah terdapat angka IQ rendah yang tinggi.
Setelah dianalisa, kejadian ini juga berhubungan dengan
tingginya angka BBLR di daerah tersebut. Hasil Analisa
beberapa factor dengan stunting dalam bentuk resiko relative
dengan confidence interval 90%, didapatkan hasil berikut
Anemia 2.4 (1.1-8.2) Pendidikan rendah 1.7 (1.2-6.6)
Ekonomi rendah 3.2 (2.4-8.9), Suku 4.1 (0.5-9.2), Nutrisi ibu
hamil 2.5 (1.9-7.5) Faktor apakah yang paling
mempengaruhi kejadian BBLR?
a. Anemia
b. Pendidikan rendah
c. Ekonomi rendah
d. Nutrisi ibu hamil
e. Suku
INTERPRETASI RR/OR/PR
Analisis resiko relative dengan CI 90%:
q Anemia 2.4 (1.1-8.2)
q Pendidikan rendah 1.7 (1.2-6.6)
q Ekonomi rendah 3.2 (2.4-8.9)
(angka yang paling besar dan tidak
melebihi angka 1)
q Suku 4.1 (0.5-9.2)
q Nutrisi ibu hamil 2.5 (1.9-7.5)

RR/OR/PR= 1 menunjukkan tidak ada hubungan antara paparan dengan outcome.


RR/OR/PR > dari 1 menunjukkan asosiasi positif (semakin tinggi paparan, semakin
tinggi risiko mengalami penyakit)  paparan yang diteliti merupakan FAKTOR
RISIKO suatu penyakit.
RR/OR/PR < dari 1 menunjukkan bahwa paparan bersifat protektif terhadap
terjadinya outcome(semakin tinggi paparan, semakin rendah risiko mengalami
penyakit)  paparan yang diteliti merupakan FAKTOR PROTEKTIF terjadinya suatu
penyakit
RR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan sama dengan kelompok tidak terpajan.
RR > 1 ; Confident Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit
RR < 1 ; Confdient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit
Seorang peneliti ingin mengetahui penurunan tekanan darah setelah
konsumsi jus campur seledri atau timun pada lansia dengan hipertensi.
Peneliti mengambil 1500 sampel lansia dengan hipertensi. Peneliti
membagi kelompok perlakuan menjadi 500 sampel mengonsumsi jus
seledri dan 500 sampel mengonsumsi jus timun dan sisanya sebagai
kontrol. Dilakukan analisis awal dan didapatkan nilai Kolmogorov
Smirnoff, p = 0.09. Uji statistik apakah yang sesuai untuk
penelitian tersebut?
a. Paired t test
b. Independent t test
c. Wilcoxon
d. One Way Anova
e. Repeated Anova
UJI HIPOTESIS
Salah satu prinsip BPJS adalah mengharuskan semua warga
negara indonesia untuk menjadi peserta BPJS demi
meningkatkan taraf kesehatan nasional serta memberikan
jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Manakah prinsip BPJS yang
diterapkan sesuai uraian diatas?
a. Keterbukaan dan efektivitas
b. Portabilitas dan gotong royong
c. Kegotongroyongan dan nirlaba
d. Akuntabilitas dan dana amanat
e. Kepesertaan bersifat wajib dan portabilitas
Ny. Zara, berusia 27 tahun sedang dalam masa menyusui, datang
dengan keluhan nyeri di payudara kiri. Tanda vital TD 120/80 mmHg,
Nadi 80 kali/menit, RR 20 kali/menit, T38C. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan eritema, edema, hangat, dan terdapat fluktuasi pada
perabaan. Peau d’orange (-), retraksi puting (-). Apa yang sebaiknya
dilakukan oleh pasien ini?
a. Menyusui anak pada payudara yang sehat & insisi drainase
payudara yang sakit
b. Stop Menyusui & Melakukan Pemeriksaan PA
c. Stop Menyusui & Melakukan Pengobatan antibiotik
d. Lanjutkan Menyusui dengan payudara yang sakit & Melakukan
Pengobatan
e. Stop menyusui dan drainase payudara yang sakit
ABSES MAMAE
Level Kompetensi: 3A
BENJOLAN DI PAYUDARA
MASTITIS ABSES MAMAE GALACTOCELE
q Etiologi: stasis Asi dan infeksi Staphylococcus aureus q Penyumbatan saluran asi
Risk : Bayi malas menyusu atau tidak menyusu

q Payudara nyeri , q Payudara nyeri , q Payudara nyeri ,


q tanda inflamasi, q tanda inflamasi, q tanda inflamasi (-)
q Demam q Demam q Benjolan (+)
q Fluktuasi (-) q Benjolan (+)
q Benjolan (-) q Fluktuasi (+) Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang: Aspirasi jarum halus di benjolan asi
q Darah rutin leukositosis q Darah rutin leukositosis
Penanganan: Penanganan: Penatalaksanaan:
q Lanjutkan ASI q Stop ASI sisi sakit Aspirasi ASI
q Kompres hangat, antipiretik, q Drainase abses
analgetik, antibiotic: q Antibiotik
Ampisilin 3 x 500 mg
Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari
ATAU – Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari,
10-14 hari
Ny Lofa, 35 tahun datang dengan keluhan benjolan di
lekukan lutut belakang sejak satu bulan lalu. Demam, mual,
muntah di sangkal. Tanda vital TD 120/80 mmHg, Nadi 80
kali/menit, RR 20 kali/menit, T38C. Pemeriksaan lokalisata
didapatkan Benjolan tidak nyeri tekan, batas jelas, tidak
hiperemis. Kemungkinan diagnosis adalah?
a. Lipoedema
b. Limfangitis
c. Kista Baker
d. Ganglion
e. Lipoma
KISTA BAKER
Level Kompetensi: 2

KISTA baker Kista ganglion


Keypoint : Keypoint :
q Predileksi : Poplitea q Predileksi pergelangan tangan, kaki,
q Biopsi PA : (+) dilapisi cairan lutut
sinovial q Biopsi PA : (-) dilapisi cairan sinovial

Benjolan akibat akumulasi cairan pada selaput tendon disendi  kista


mobile, sewarna kulit, jarang disertai nyeri, progresif lambat, suhu normal,
Tx : Operatif

Anda mungkin juga menyukai