Anda di halaman 1dari 18

Kasus Epilepsi

Kelompok 6
Kasus
Ny. U usia 58 Thn dibawa ke IGD dikarenakan pasien tiba-tiba lemas dan pingsan
pasien tidak mengetahui apa yang terjadi saat itu sehingga dibawa ke IGD. Pasien
mengenal siapa dirinya, namanya, dimana ia saat ini dan waktu saat ini. Pasien juga
mengenal siapa saja yang di sekitarnya saat ini dan pasien mengatakan dirinya saat
ini tidak ada mual, muntah, dari warga yang pasien ditemukan lemas dan pingsan
ditempat kerja, sebelum pingsan pasien terkapar dilokasi kejadian sampai
menghentak-hentakkan tangan dan kaki, namun warga tidak tau berapa lama.
Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit epilepsi, namun pasien
tidak pernah kontrol selama opname dan keluarga tidak mempunyai riwayat epilepsi.
TTV: TD: 145/90 N:90/m RR:20/m S:36,5C Kesadaran Composmetis
Pasien mengatakan terapi infus 20 tt/m (NaCL Micro), Diazefam 10mg IV diencerkan
dalam 5cc NaCL, Penitoin 100mg diencerkan dalam 20cc NaCL, Diazefam Oral 3x5
mg, Paracetamol 3x500 mg (pusing dan demam).
Pengertian

• Epilepsi adalah suatu keadaan fisik yang dikarakteristikan dengan kejadian


tiba-tiba, perubahan singkat pada kerja otak. Keadaan ini menimbulkan
gejala neurologis yaitu gejala yang mempengaruhi otak dalam bentuk
serangan kejang (WHO, 2003).
• Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang
dikarakteristikan oleh kejang berulang. Keadaan ini dapat dihubungkan
dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan, atau hilangnya tonus otot
atau gerakan dan gangguan perilaku alam perasaan, sensasi dan persepsi.
Sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu gejala (Burnner dan Suddart
tahun 2002).
• Epilepsi adalah gangguan kronik otot dengan ciri timbulnya gejala-
gejala yang datang dalam serangan, berulang-ulang yang
disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang
bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif Mansjoer, 2008).
Etiologi
a).Faktor Penyebab Epilepsi :
• Keturunan : Untuk beberapa tipe epilepsi dapat diwariskan namun faktor
keturunan ini tidak selalu ada.
• Cedera otak saat lahir : Contohnya persalinan yang berhubungan dengan asfiksia
dan perdarahan intrakranial, kelainan plasenta atau tali pusat yang melilit di
leher
• Gangguan Metabolik : Kekurangan asupan nutrisi yang dibutuhkan otak yang
dapat disebabkan oleh: hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia dan defisiensi
piridoksin
• Infeksi: Infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, bakteri yang dapat
menyebabkan epilepsi. Penyakit infeksi lainnya seperti campak, penyakit
gondongan yang menyebabkan demam tinggi sehingga menimbulkan kejang.
• Keracunan : Keracunan dapat merusak susunan saraf otak, Contohnya
keracunan Timbal (Pb), kamper (kapur barus, fenotiazun, air)
• Tumor otak: Adanya pertumbuhan sel yang tidak normal pada otak akan
mengganggu struktur dan fungsi otak.
• Cedera kepala : Cedera kepala merupakan penyebab epilepsi tersering pada
usia muda seperti kecelakaan.
b).Faktor Pencetus Epilepsi
• Faktor sensori: Seperti cahaya yang berkedip-kedip, bunyi-bunyi yang
mengejutkan, air panas
• Faktor sistemis Seperti demam, penyakit infeksi, obat-obat tertentu;
misainya golongan Fenotiazin, khloropropamid, hipoglikemia, kelelahan
fisik.
• Faktor mental: stress dan gangguan emosi
Patofisiologi
•Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang
terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan
tersebiy. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di
serebrum dan batang otak umum nya todak memicu kejang.
•Ditingkat membran sel,fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokilmia, termssuk yang berikut:
1. Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan
2. Neuron neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpicu akan melepaskan
muatan secara berlebihan.
3. Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarasi, atau selang waktu dalam replarisasi) yang di sebabkan oleh
kelebihan asetilkololin atau defisiensi asam gama-aminobutirat (GABA).
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengubah keseimbangan asam-
basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi neuron.
Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi
neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotranmitter inhibitorik.
•Perubahan perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi akibat hioeraktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara
drastis meningkat, lepas muatan listrik sel sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 perdetik.
Gejala klinis
Tanda dan gejala epilepsi :
• - serangan secara tiba-tiba
• - Klien jatuh sampai berteriak
• - Kernafasa sejenak berenti dan seluruh tubuh menjadi kaku kurang lebih 1-2 menit
• - Kesadaran hilangan saat klien terjatuh sampai ½ jam
• - Kencing keluar spontan
• - Air liur berbusa
• - Gerakan otomotis tanpa tujuan seperti: betepuk tangan, mengecap-ngecap bibir dan kadang-
kadang kembali mengingat masa lalunya.
• - Halusinasi penglihatan dan pendengaran
• - Tidak mau begaul
• - Mudah terangsang oleh music dan cahaya
Asuhan Keperawatan pada pasien epilepsi

Data Pasien
Nama: Ny.U
Umur: 58 Tahun
Pekerjaan: -

• Keluhan Utama: Pasien tiba-tiba lemas dan pingsan.


• Riwayat Penyakit: menurut warga pasien ditemukan terpapar dan
kejang-kejang (menghentak-hentakan tangan dan kaki) kejang-
kejang terjadi ketika pasien berada dilokasi kerja, warga tidak
tahu berapa lama kejang- kejang itu terjadi.
• Riwayat Penyakit dahulu: Keluarga mengatakan pasien pernah
mengalami riwayat epilepsi namun tidak pernah kontrol
setelah opname. Dari keluarga tidak mempunyai riwayat
epilepsi.
• Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : Composmentis
TD : 145/90 mmHg
N : 90 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5C
Analisis
No data Etiologi Masalah
Ds : warga mengatakan Sistem saraf Resiko cidera
pasien terkapar, lemas, dan
pingsan serta sebelumnya
Ketidak seimbangan aliran listrikpada sel
kejang-kejang
Do : TTV kesadaran: saraf
composmentis
TD :140/90 mmhg, N :
epilepsy
90x/m, RR: 20x/m, C :36.5 c
Terpasang trapi infus 20x/m
Kontraksi tidak sadar yang mendadak

Aktivitas kejang

Jatuh

Resiko cidera

DX : Resiko cidera b.d Aktivitas kejang


2. Ds: keluarga mengatakan pasien Sistem saraf
mengalami epilepsi namun tidak Defisiensi
peranh kontrol stelah opname Ketidak seimbangan aliran listrikpada sel pengetahuan
Do : TTV kesadaran: saraf
composmentis
TD :140/90 mmhg, N : 90x/m,
RR: 20x/m, C :36.5 c epilepsy
Terpasang trapi infus 20x/m

Kontraksi tidak sadar yang mendadak

Aktivitas kejang

Perubahan status kesehtan

Defisiensi pengetahuan

Dx : defisensi pengetahuan berhubungan dengan perubahan status


kesehatan
Intervensi

1. Cek TTV
2. Sediakan lingkungan untuk pasien
3. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan riwayat pebyakit terdahulu
4. Menghindari longkungan yang berbahaya
5. Ajarkan keluarga mengatasi pasien ketika kejang
6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
7. Diberikan kolaborasi dengan dokter pemberian parasetamol,
diazepam, penitoin.
Intervensi ke 2
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
2. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
3. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
4. Berikan pendidikan kesehatan
5. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat diskusi pilihan trapi atau penanganan
6. Diberikan kolaborasi dengan dokter pemberian parasetamol, diazepam,
penitoin.
Implementasi

Lakukan Sesuai intervensi


Evaluasi
no dx outcome intervensi SOAP
1 Resiko cidera b.d Dalam 1x24 jam 1. Cek TTV S : keluarga kilen
aktivitas kejang tindakan keperawatan 2. Sediakan lingkungan untuk mengetahui penanganan
dengan resiko cedera pasien kejang
dapat teratasi dengan 3. Identifikasi kebutuhan O : klien terlihat tidak
kriteria hasil keamanan pasienfungsi terjadi cidera
1. Tidak terjdai cidera kognitif A: masalah teratasi
pada pasien 4. Menghindari longkungan yang P: intervensi dihentikan
2. Keluarga dapat berbahaya
melakukan 5. Ajarkan keluarga mengatasi
antisipasi saat pasien ketika kejang
kejang 6. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
7. Diberikan kolaborasi dengan
dokter pemberian
parasetamol, diazepam,
penitoin.
Defisiensi pengetahuan Dalam 1x24 jam 1. Berikan penilaian tentang S : keluarga dan
b.d perubahan status tindakan keperawatan tingkat pengetahuan klien dapat
kesehatan defisiensi tentang proses mengetahui tentang
pengetahuan pata 2. Identifikasi kemungkinan proses penyakit
teratasi dengan penyebab dengan cara Serta penanganya
kriteria hasil yang tepat
1. Klien dan keluarga 3. Sediakan informasi pada O : keluarga dan
mengetahui proses pasien tentang kondisi klien dapat
penyakit dengan cara yang tepat mengatasi serta
2. Klien dan keluarga 4. Berikan pendidikan mengambil
mengetahui trapi kesehatan keputusan
dan 5. Sediakan bagi keluarga mengenai trapi yang
penanganannya informasi tentang akan dilakukan
kemajuan pasien A : masalah teratasi
penanganan P : intervensi di
6. Diberikan kolaborasi hentikan
dengan dokter pemberian
parasetamol, diazepam,
penitoin.

Anda mungkin juga menyukai