Anda di halaman 1dari 39

KELO

MPO
K2

o Rosviana Amelia
o Alia Hermawati
o Defiani Nindasari o Tika Sartika
o Zenit Carolin o Ade Nova Miyagi
o Mila Maretania o Ardhea Regita Cahyani
Sunarya o Elsa Christine
o Putri Yunita Lestari Manurung
o Chita Dwi Juliastuti
o Anna Elok
Rismoyowati
PENGANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
BAB 5
Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak di capai selama
periode waktu tertentu yang di nyatakan dalam
ukuran finansial (Mardiasno, 2009: 61)

Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan


dalam bentuk finansial, meliputi usulan pengeluaran
yang di perkirakan untuk suatu periode waktu, serta
usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tesebut
(Sugijanto dkk, 1995: 22)

Anggaran adalah sebagai paket pernyataan perkiraan


peneriman dan pengeluaran yang di harapkan akan
terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang
(Bastian, 2006: 163)
Dari tiga definisi tersebut sama-sama menyatakan
bahwa anggaran adalah untuk periode waktu
tertentu di masa mendatang. Hal ini menegaskan
bahwa anggaran di susun atau hanya
menggambarkan kondisi yang ingin dicapai di
masa mendatang selama periode waktu tertentu.
Fungsi Anggaran Dalam Manajemen
Sektor Publik
Anggaran Anggaran Anggaran sebagai
Anggaran sebagai
sebagai alat sebagai alat alat koordinasi dan
alat kebijakan fiskal
perencanaan pengendalian komunikasi

Anggaran Anggaran sebagai


sebagai alat Anggaran sebagai Anggaran sebagai alat untuk
politik alat penilaian kerja alat motivasi menciptakan ruang
publik
Anggaran sebagai alat Anggaran sebagai alat
perencanaan pengendalian
Anggaran sektor public dibuat untuk merencakan tindakan Anggaran sebagai instrument pengendalian digunakan untuk
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar
dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja (overspending), terlalu rendah (underspending), salah sasaran
pemerintah tersebut. (missappropriation), atau adanya penggunaan yang tidak
semestinya (misspending).
Anggaran sebagai alat perencanaan, digunakan untuk : Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor public
1. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai
dengan visi dan misi yang ditetapkan, uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pengendalian
2. Merencanakan berbagai program dan kegiatan utuk anggaran sektor public dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara,
mencapai tujuan organiassi serta alternative yaitu :
pembiayaannya, 1. Membandingkan kinerja actual dengan kinerja yang
3. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan dianggarkan
kegiatan yang telah disusun, dan 2. Menghitung selisih anggaran (favourable dan
4. Menentukan indicator kinerja dan tingkat strategi. unfavourable variances)
3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan
(controllable) dan tidak dapat dikendalikan
(uncontrollable) atas suatu varians
4. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun
berikutnya.
Anggaran sebagai Anggaran sebagai alat
kebijakan fiskal politik
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah Pada sektor public, anggaran merupakan dokumen
digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan politik sebagai bentuk komitmen eksekutif tertentu.
mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-
sektor public dapat diketahui arah kebijakan fiskal prioritas tertentu. Anggaran tidak sekedar masalah
pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan teknik, melainkan diperlukan keterampilan
estimasi ekonomi. berpolitik, membangun koalisi, keahlian bernegosiasi
dan pemahaman tentnag manajemen keuangan sektor
public. Sehingga kegagalan dalam melaksanakan
anggaran akan dapat menjatuhkan kepemimpinan
dan kredibilitas pemetintah.
Anggaran sebagai alat Anggaran sebagai alat
koordinasi dan penilaian kerja
komunikasi
Melalui dokumen yang komprehensif sebuah bagian Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan target
atau unit kerja atau departemen yang menggunakan anggaran, efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus anggaran. Kinerja manajer public dinilai
dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh
berdasarkan berapa hasil yang dicapai dikaitkan
bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena itu anggaran
dapat digunakan sebagai alat koordinasi dan
dengan anggaran yang telah ditetapkan.
komunikasi antara seluruh bagian dalam pemerintahan Anggaran merupakan alat yang efektif untuk
pengendalian dan penilaian kinerja.
Anggaran sebagai alat Anggaran sebagai alat
motivasi untuk menciptakan ruang
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk
publik
Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor
memotivasi manajer dan stafnya agar dapat bekerja public, masyarakat dan elemen masyarakat lainnya
secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai seperti LSM, Perguruan Tinggi, Organisasi
target dan tujuan organisasi yang ditetapkan. Agar Keagamaan, dan organisasi masyarakat lainnya harus
dapat memotivasi pegawai anggaran hendaknya terlibat dalam proses penganggaran public.
jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, Keterlibatan dapat bersifat langsung (dalam proses
namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu penganggaran dapat dilakukan mulai dari proses
mudah untuk dicapai. penyusunan perencanaan pembangunan maupun
rencana kerja pemerintah (daerah)) dan tidak
langsung (dapat melalui perwakilan masyarakat di
lembaga legislative (DPR/DPRD))
Tujuan dan
Karakteristik Anggaran
Sektor Publik
Anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk
mencapai tujuan dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang
tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan
publik dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan definisi yang tadi dan tujuan dari
anggaran sektor publik, maka anggaran sektor
publik memiliki karakteristik sebagai berikut:

● Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan


● Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu,
satu atau beberapa tahun, jangka pendek, menengah atau
panjang.
● Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen
untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
● Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak
berwenang yang lebih tinggi dari penyusun anggaran
● Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam
kondisi tertentu.
Prinsip Prinsip Dalam
Penganggaran Sektor Publik

Otorisasi oleh Komprehensif/ Nondiscretionary


Keutuhan anggaran
legislatif menyeluruh appropriation

Jelas Transparan
Periodik Akurat
PENDEKATAN
PENGANGGARAN PADA
SEKTOR PUBLIK
Pendekatan Tradisional
Anggaran Tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di
negara berkembang
Ciri-Ciri :
 Penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism
 Struktur dan susunan anggaran bersifat line-item.
 Cenderung sentralistis
 Bersifat spesifikasi;
 Tahunan
 Menggunakan prinsip anggaran bruto
 Tidak mampu mengungkapkan besarnya dana,
 Digunakan untuk tujuan pengawasan hanya pada tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
INCREMENTALIS LINE - ITEM
1. M
Hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah 1. Didasarkan atas sifat dasar (nature) dari
pada item-item anggaran yang sudah ada penerimaan dan pengeluaran.
sebelumnya 2. Tidak memungkinkan untuk menghilangkan
2. Masalah utama anggaran tradisional adalah tidak item-item penerimaan atau pengeluaran yang
memperhatikan konsep value for money sebenarnya sudah tidak relevan lagi
(ekonomi, efisiensi dan efektivitas) 3. Penilaian kinerja tidak akurat
3. Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya 4. Dilandasi alasan orientasi sistem.
anggaran yg diajukan
4. Cenderung menerima konsep harga pokok
pelayanan historis (historic cost of service)
Kelemahan Anggaran Tradisional
 Hubungan yang tidak memadai (terputus)
 Sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
 Lebih berorientasi pada input dari pada output
 Sekat antar departemen yang kaku
 Proses anggaran terpisah
 Anggaran tradisional bersifat tahunan
 Persetujuan anggaran yang terlambat
 Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai
Pendekatan New Public
Management
NPM berfokus pada kinerja organisasi, bukan
pada kebijakan. Konsekuensinya, pemerintah
dituntut untuk melakukan efisiensi, cost
cutting & kompetisi tender.
ZER
BUD O BASED
GE T
Proses implementasi ZBB (ZBB ING
)
 Identifikasi unit-unit keputusan
 Penentuan paket-paket keputusan

○ Paket keputusan mutually-exclusive

○ Paket keputusan incremental


 Meranking dan mengevaluasi keputusan
KEUNGGULAN ZBB KELEMAHAN ZBB
o Dapat menghasilkan alokasi sumber daya
o Time consuming, terlalu teoritis & tak praktis,
o Berfokus pada value for money
o Memudahkan identifikasi terjadinya inefisiensi o ZBB cenderung menekankan manfaat jangka
& ketidakefektivan biaya pendek
o meningkatkan pengetahuan, motivasi staf & o Implementasi ZBB membutuhkan teknologi maju
manajer
o Peranking paket keputusan membutuhkan staf yang
o Meningkatkan partisipasi manajemen level
bawah dalam proses penyusunan anggaran mempunyai keahlian yang tidak mungkin dimiliki
o Merupakan cara yang sistematik untuk organisasi
menggeser status quo & mendorong organisasi o Memungkinkan munculnya kesan yang keliru
untuk selalu menguji alternatif aktivitas & pola
o Implementasi ZBB menimbulkan masalah
perilaku biaya serta tingkat pengeluaran
keperilakuan dalam organisasi
PLANNING, PROGRAMMING &
BUDGETING SYSTEM (PPBS)
Teknik penganggaran yang berorientasi pada output & tujuan,
penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis
ekonomi
Tahapan implementasi PPBS :
 Menentukan tujuan umum & tujuan unit organisasi
 Mengidentifikasi program & kegiatan
 Mengevaluasi berbagai alternatif program
 Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya kecil
 Alokasi sumber daya ke setiap program yang disetujui
 Program yang disusun harus terkait dengan tujuan organisasi & tersebar ke seluruh bagian
organisasi
KARAKTERISTIK PPBS

 Berfokus pada tujuan dan aktivitas program


 Berorientasi masa depan
 Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
 Analisis secara sistematik atas berbagai alternatif program, meliputi :

• identifikasi tujuan

• identifikasi scr sistematik alternatif program

• estimasi biaya total setiap alternatif program

• estimasi manfaat/hasil yang ingin diperoleh dari setiap alternatif program


KELEBIHAN PPBS KELEMAHAN PPBS
o Memudahkan pendelegasian tangung jawab dari o Membutuhkan sistem informasi canggih,
manajemen puncak ke menengah ketersediaan data, adanya sistem pengukuran
o Dalam jangka panjang mengurangi beban kerja dan staf yang berkapabilitas tinggi
o memperbaiki kualitas pelayanan melalui o Membutuhkan biaya besar
pendekatan sadar biaya dalam perencanaan program
o sulit mengimplementasikan
o Lintas departemen sehingga meningkatkan
o Abaikan realitas politik & organisasi
komunikasi, koordinasi & kerja sama antar
o Pengaplikasiannya menghadapi masalah teknis
departemen
o Eliminasi program overlapping atau bertentangan
dengan pencapaian tujuan
o Aplikasikan teori marginal utility; mendorong
alokasi sumber daya optimal
MASALAH PENGGUNAAN
ZBB & PPBS

 Bounded rationality (Rasionalitas Terbatas)


 Kurangnya data
 Masalah ketidakpastian
 Pelaksanaan teknik
 Kesulitan menentukan tujuan
 Tidak memungkinkan perubahan program
 Pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan proses
pengambilan keputusan politik.
 Pemerintah beroperasi pada situasi yang tidak
rasional.
Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik

● Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa perkembangan teori penganggaran selama ini
hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk mengalokasikan sejumlah uang, tanpa
memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-nilai social politik yang melingkupinya dan
hal ini sebenarnya sudah disadari sejak tujuh puluh tahun yang lalu oleh V. O. Key (1940).
● Gibran dan Sekwat menggunakan defenisi teori menurut Bacharach (1999) yang menyatakan
bahwa teori adalah sebuah pernyataan tentang hubungan-hubungan dalam dunia nyata yang
dibuat dalam kerangka kepercayaan/keyakinan tentang bagaimana dunia ini bekerja.
● Gibran dan Sekwat mencatat bahwa secara historis pengaruh arus pemikiran yang
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi terhadap perkembangan teori
penganggaran publik pada periode tahun 1896-1920 berhasil memisahkan bentuk
penganggaran dari nilai-nilai, perilaku, makna dan lingkungan sosial politik.
● Para pemikir (scholars) pada masa periode tersebut berhasil menunjukkan masalah-masalah
ketidakefisian dan efektivitas operasional pemerintahan dengan menggunakan instrumen-
instrumen yang dibangun berdasarkan rasional teknikal. Pelaku gerakan pembaruan
diinspirasi oleh Woodrow Wilson (1987), Frank Goodnow (1900), Leonard White (1926),
dan Luther Gullick dan Lyndall Urwick (1937).
● Lewis (1997, 157-159) menunjukkan fakta bahwa gerakan manajemen sains dan manajemen
administrative berpengaruh signifikan dalam membentuk kekuatan politik dan ideology sehingga
menuntut diberlakukannya Budgeting and Accounting Act tahun 1921. Kemudian sistem
penganggaran yang dihasilkan tahun 1921 berfokus pada pengendalian.
● Di tahun 1949, Hoover Commission meninjau ulang isu dari penganggaran publik dan menyarankan
pengadopsian penganggaran kinerja (performance budgeting). Metode ini didasarkan pada fungsi
dan aktivitas pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakannya.
● Metode penganggaran program pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah federal Amerika Serikat
pada tahun 1960-an. Pemerintah federal Amerika Serikat menggantikan penganggaran kinerja
dengan penanggaran program.
● Reformasi besar anggaran selanjutnya datang di tahun 1970-an dalam bentuk zero-based budgeting.
Metodologi ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pengambil keputusan untuk
membandingkan lebih dari satu tingkat rekomendasi dari pengeluaran untuk setiap aktivitas
program dan untuk menentukan unit keputusan mana yang menganggap pencapaian tujuan program
terbaik.
● Line item budget, penganggaran program, penganggaran kinerja dan zero based budgeting
semuanya bersifat teknikal. Secara historis, reformasi penganggaran dirancang untuk menunjukkan
metode persiapan anggaran publik dan untuk mencapai outcomes yang dijelaskan secara rasional.
Gibran dan Sekwat menyarankan empat (4) argumentasi berikut ini.
1. Teori penganggaran seharusnya selalu sadar bagaimana individu bereaksi, lokasi mereka, fungsi dan interaksi
pada sebuah sistem yang lebih besar.
2. Kajian tentang penanggaran seharusnya pertama kali ditujukan ke makro, kemudian konteksi mikro sistem
penganggaran seharusnya memandang anggaran hanya sebagai hasil dari sistem yang dinamis dari multi
rasionalitas yang mengoperasikan secara berbeda dalam bagian yang berbeda atas proses penganggaran. Hal ini
akan membantu fokus kajian pada input, output, dan sistem penganggaran organisasi baik secara keseluruhan
maupun bagian, tanpa mengganggu secara keseluruhan dalam waktu yang sama.
3. Sebuah teori tentang penganggaran seharusnya menjelaskan bagaimana interaksi antara tingkat makro
pemerintah memengaruhi perilaku partisipan pada subsistem penganggaran dan membantu untuk menentukan
kekuatan apa yang memengaruhi tujuan kebijakan, bagaimana tujuan penganggaran dipandang dan apa yang
cocok serta hasil yang dihasilkan dari interaksi ini. Hal ini seharusnya juga menjelaskan bagaimana norma
memengaruhi penganggaran melalui imbal balik untuk sistem penganggaran dan bagaimana mereka bekerja
dengan cara mereka melalui berbagai tingkat organisasi dan subsistem ke dalam siklus selanjutnya atas
kebijakan penganggaran.
4. Tingkat pemisahan atas subsistem penganggaran dengan menerapkan tingkat rasionalitas yang berbeda, model
ini menyediakan kita dengan sebuah metode yang menguatkan beberapa masalah metodologi pada teori
penganggaran tradisional.
● Empat argumentasi yang disarankan oleh Gibran dan Sekwat di atas diharapkan mampu
memberikan alternatif arah pengembangan teori penganggaran di masa mendatang yang
lebih lengkap dan mampu menjawab pertanyaan mengapa pemerintah melakukan
penganggaran dengan cara yang mereka lakukan. Pendekatan teori sistem terbuka yang
disarankan oleh Gibran dan Sekwat, memberikan usaha riset di masa mendatang untuk
lebih mengkaji teori penganggaran publik tidak hanya dari aspek rasionalitas teknikal saja
melainkan juga keterkaitannya dengan konteks yang lebih luas, misalnya nilai dan norma
yang berlaku, perilaku, makna dan faktor sosial politik masyarakat.
● Dalam konteks pemerintahan di Indonesia, teori dan konsep penganggaran yang digunakan
adalah penganggaran berbasis kinerja. Implementasi anggaran berbasis kinerja
mensyaratkan adanya analisis standar belanja (ASB) dan standar pelayanan minimal
(SPM). Kedua instrumen tersebut menjadi acuan pemerintah (daerah) untuk menyusun
perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintahan. Subbab berikut akan
menjelaskan keterkaitan penganggaran dengan SPM.
PENGANGGARAN DAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM)

● Tujuan penyusunan anggaran adalah untuk mendukung terselenggaranya


penyediaan pelayanan dasar yang bermuara pada penciptaan kesejahteraan
masyarakat.
● Menurut Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 Pasal 4, pelayanan dasar adalah
bagian dari pelaksanaan urusan wajib pemerintah dan memiliki karakteristik
sebagai pelayanan yang sangat mendasar, berhak diperoleh oleh setiap
warga secara minimal, dijamin ketersediaannya oleh konstitusi dan konvensi
internasional; didukung data dan informasi terbaru yang lengkap; serta tidak
menghasilkan keuntungan materi.
● Ritonga (2010: 120) menyatakan bahwa target pencapaian SPM harus dapat
diukur dengan cara menetapkan gambaran dan kondisi awal satu daerah
berdasarkan kemampuan dan potensi daerah serta profil pelayanan dasar dan
memberikan target pencapaiandalam batas waktu yang ditentukan.
Adapun tahapan mekanisme Prinsip-prinsip perhitungan anggaran pada SPM
penganggaran kegiatan-kegiatan yaitu (Ritonga, 2010: 137-138)
untuk tercapainya SPM yaitu 1. Pembiayaan mengacu pada program/langkah
(Ritonga, 2010: 131-132) kegiatan.
2. Investasi fisik hanya untuk sarana/prasarana
yang terkait langsung dengan penerapan
1. Menyelaraskan antara capaian SPM yang SPM.
terdapat di RPJMD dengan program-program 3. Tidak menghitung kebutuhan belanja secara
urusan wajib pemerintah kedalam kebijakan keseluruhan dan menghitung seluruh langkah
umum anggaran serta perioritas dan plafon kegiatan tanpa memandang sumber biaya.
anggaraan sementara. 4. Perhitungan kebutuhan biaya dengan
2. Menyusun rincian kegiatan untuk masing- memperhatikan capaian tahun sebelumnya.
masing program dalam rangkapencapaian 5. Tidak menghitung kebutuhan belanja per unit
SPM dengan mengacu pada indikator kinerja, kerja.
dan batas waktupencapaian SPM yang telah
ditetapkan pemerintah.
3. Menentukan urusan perioritas kegiatan-
kegiatan untuk mencapai SPM.
4. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk
masing-masing kegiatan
denganmenggunakan ASB.
PENGANGGARAN DI
ERA PRAREFORMASI
BAB 6
Ciri-Ciri Pengelolaan Kuangan Daerah Pada Periode Prareformasi sebagai
berikut (Halim dan Kusufi, 2012)

1. Pengertian pemerintah daerah adalah kepala daerah dan 7. Indikator kinerja pemerintah daerah mencakup : a.
DPRD. Maksudnya adalah tidak terdapat pemisahan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, b.
antara lembaga eksekutif dan legislative. perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya, c.
2. Perhitungan APBD berdiri sendiri, terpisah dari target dan presentase fisik proyek.
pertanggungjawaban kepala daerah. 8. Laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah
3. Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas : dan Laporan Perhitungan APBD.
perhitungan APBD, nota perhitungan, perhitungan kas 9. Proses penyusutan anggaran menggunakan sistem
dan pencocokan antara sisa kas dan sisa perhitungan. tradisional dengan pendekatan incremental dan line item
4. Pinjaman, baik pinjaman pemerintah dan BUMD. yang menekankan pada pertanggungjawaban setiap input
5. Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD yang dialokasikan.
6. Bentuk dan susunan APBD pada periode ini mengalami 10. Sistem pencatatan yang dilakukan masih sangat
dua kali perubahan. sederhana yaitu menggunakan sistem tata buku tunggal
berbasis kas, yang lebih berbentuk kegiatan
“pembukuan” bukan kegiatan “akuntansi”.
PENGANGGARAN DI ERA (PASCA) REFORMASI (PERIODE
1999-2004)

Pada periode ini merupakan masa reformasi dengan ditandai jatuhnya


rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Gerakan
reformasi ini tidak hanya sekedar menghasilkan pergantian kekuasaan
tapi juga diikuti gerakan reformasi di segala bidang yang termasuk
reformasi di bidang pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara.
Reformasi sistem pemerintahan ini terjadi dengan adanya perubahan
dari pemerintahan yang sentralistik ke desentralisasi. sistem
desentralisasi yang melahirkan otonomi daerah. Sedangkan Otonomi
daerah adalah Wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur
masyarakat menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
Sedangkan pelaksanaan otonomi daerah diatur oleh dua UU yaitu UU nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 99 tentang perimbangan keuangan pemerintahan pusat
dan daerah, Selain itu pemerintah juga mengeluarkan aturan pedukung otonomi pengelolaan lainnya seperti:

PP nomor 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan


PP Nomor 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
PP nomor 107 tahun 2000 tentang pinjaman daerah
PP Nomor 108 tahun 2000 tentang tata cara pertanggungjawaban kepala daerah
Surat menteri dalam negeri dan otonomi daerah tanggal 17 November 2000 tentang pedoman umum
penyusunan dan pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001
Kemendagri nomor 29 tahun 2002 tentang pedoman pengurusan pelaksanaan tata usaha keuangan daerah
UU nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan daerah
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan daerah
Pengelolaan keuangan daerah pada reformasi ini memiliki beberapa perbedaan pada saat masa pra
reformasi (Halim dan Kusufi,2012) yaitu

Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran yang terdiri dari laporan perhitungan APBD,
nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan neraca daerah
Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pendapatan melainkan masuk dalam proses penerimaan yang
belum tentu menjadi hak Pemda
Proses penyusunan APBD melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat selain Pemda dan DPRD
Bentuk dan susunan APBD terdiri atas tiga bagian yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan
Indikator kinerja Pemda tidak hanya mencakup tiga hal sebagaimana masa pra reformasi tetapi juga
meliputi standar pelayanan yang diharapkan
Perubahan pada sistem pencatatan yaitu dengan dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan
daerah dan bukan pembukuan sebagaimana yang dilaksanakan selama masa reformasi
Penganggaran di Era Pasca-Reformasi Lanjutan
(Periode 2004-Sekarang)

Pada tanggal 13 Juni 2005, pemerintah menetapkan PP Nomor 24 Tahun


2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang menjadi acuan
bagu penyusunan laporan keuangan, pemeriksaan laporan keuangan, dan
pengguna laporan keuangan daerah (Ritonga, 2010)

Pada APBN, dengan adanya peraturan tersebut menyebabkan pencatatan


pembukuan berbah dari berbasis kas menjadi berangsur-angsur berbasis
akrual
Beberapa perubahan mendasar yang terjadi pada periode ini adalah
sebagai berikut:
Dikenalkan kembali bendahara
penerimaan dan bendahara
pengeluaran untuk Pengelompokkan belanja diganti dari belanja
mengadministrasikan aparatur, belanja pelayanan publik, belanja bagi
penerimaan dan pengeluaran hasil dan bantuan keuanan, belanja tidak
anggaran. terduga; menjadu belanja langsung dan belanja
tidak langsungyang dikaitkan dengan
keterkaitan langsung maupun tidak langsung
dengan program dam kegiatan
Konsekuensi dari diterbitkannya PP
Nomor 24 Tahun 2005 dan PP Diterapkannya
Nomor 58 Tahun 2005 adalah konsep multi term
pengelolaan keuangan daerah dan expenditure
bertanggung jawab pengelolaannya Perlunya penyususnan sistem akuntansi framework (MTEF)
yang telah didelegasikan dari keuangan daerah yang mensyaratkan
Kepala Daerah kepada masing- asanya standar akuntansi pemeritahan
masing Kepala SKPD. dan prosedur akuntansi keuangan
daerah untuk menjamin konsistensi
dalam pelaporan keuangan.
PP Nomor 24 Tahun 2005 berlaku selama 5 tahun lalu pada tahun 2010 KSAP menggantikan PP
tersebut dengan menerbitkan SAP Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor 71 Tahun
2010. Standar akuntansi yang diterapkan pada PP Nomor 24 Tahun 2005 adalah standar akuntansi
yang ditunjuksn untuk masa transisi menuju akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Selain itu, PP
Nomor 71 Tahun 2010 hanya memberlakukan basis akrual pada sistem akuntansinya dan tidak
berlaku pada sistem penganggaran. Oleh karna itu, penerapan akuntansi berbasis akrual
berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 merupakan agenda di masa mendatang bagi entitas
pemerintah (baik pusat maupun daerah).
AGENDA DI MASA MENDATANG

Bagaimana Menyusun konsep dan penganggaran berbasis akrual yang


merupakan syarat diterapkannya pemerintahan berbasis akrual seperti
amanat untuk melaksanakan akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual
sebagaimana diamanatkan oleh UU Nomor 17 tahun 2003 pasal 26.Jika
anggaran pendapatan ,belanja dan pembiayaannya masih berbasis kas
sedangkan realisasinya berbasis akrual,maka antara anggaran dan
realisasinya tidak dapat diperbandingkan dan diperlukan dukungan SDM
yang benar-benar berkompeten dan ahli(memahami) pengelolaan keuangan
pemerintahan. Oleh karena itu,perlu adanya komitmen dan dukungan politik
dari para pengambil keputusan dalam pemerintah daerah
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik and illustrations by Stories

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai