MPO
K2
o Rosviana Amelia
o Alia Hermawati
o Defiani Nindasari o Tika Sartika
o Zenit Carolin o Ade Nova Miyagi
o Mila Maretania o Ardhea Regita Cahyani
Sunarya o Elsa Christine
o Putri Yunita Lestari Manurung
o Chita Dwi Juliastuti
o Anna Elok
Rismoyowati
PENGANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
BAB 5
Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak di capai selama
periode waktu tertentu yang di nyatakan dalam
ukuran finansial (Mardiasno, 2009: 61)
Jelas Transparan
Periodik Akurat
PENDEKATAN
PENGANGGARAN PADA
SEKTOR PUBLIK
Pendekatan Tradisional
Anggaran Tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di
negara berkembang
Ciri-Ciri :
Penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism
Struktur dan susunan anggaran bersifat line-item.
Cenderung sentralistis
Bersifat spesifikasi;
Tahunan
Menggunakan prinsip anggaran bruto
Tidak mampu mengungkapkan besarnya dana,
Digunakan untuk tujuan pengawasan hanya pada tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
INCREMENTALIS LINE - ITEM
1. M
Hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah 1. Didasarkan atas sifat dasar (nature) dari
pada item-item anggaran yang sudah ada penerimaan dan pengeluaran.
sebelumnya 2. Tidak memungkinkan untuk menghilangkan
2. Masalah utama anggaran tradisional adalah tidak item-item penerimaan atau pengeluaran yang
memperhatikan konsep value for money sebenarnya sudah tidak relevan lagi
(ekonomi, efisiensi dan efektivitas) 3. Penilaian kinerja tidak akurat
3. Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya 4. Dilandasi alasan orientasi sistem.
anggaran yg diajukan
4. Cenderung menerima konsep harga pokok
pelayanan historis (historic cost of service)
Kelemahan Anggaran Tradisional
Hubungan yang tidak memadai (terputus)
Sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
Lebih berorientasi pada input dari pada output
Sekat antar departemen yang kaku
Proses anggaran terpisah
Anggaran tradisional bersifat tahunan
Persetujuan anggaran yang terlambat
Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai
Pendekatan New Public
Management
NPM berfokus pada kinerja organisasi, bukan
pada kebijakan. Konsekuensinya, pemerintah
dituntut untuk melakukan efisiensi, cost
cutting & kompetisi tender.
ZER
BUD O BASED
GE T
Proses implementasi ZBB (ZBB ING
)
Identifikasi unit-unit keputusan
Penentuan paket-paket keputusan
• identifikasi tujuan
● Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa perkembangan teori penganggaran selama ini
hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk mengalokasikan sejumlah uang, tanpa
memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-nilai social politik yang melingkupinya dan
hal ini sebenarnya sudah disadari sejak tujuh puluh tahun yang lalu oleh V. O. Key (1940).
● Gibran dan Sekwat menggunakan defenisi teori menurut Bacharach (1999) yang menyatakan
bahwa teori adalah sebuah pernyataan tentang hubungan-hubungan dalam dunia nyata yang
dibuat dalam kerangka kepercayaan/keyakinan tentang bagaimana dunia ini bekerja.
● Gibran dan Sekwat mencatat bahwa secara historis pengaruh arus pemikiran yang
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi terhadap perkembangan teori
penganggaran publik pada periode tahun 1896-1920 berhasil memisahkan bentuk
penganggaran dari nilai-nilai, perilaku, makna dan lingkungan sosial politik.
● Para pemikir (scholars) pada masa periode tersebut berhasil menunjukkan masalah-masalah
ketidakefisian dan efektivitas operasional pemerintahan dengan menggunakan instrumen-
instrumen yang dibangun berdasarkan rasional teknikal. Pelaku gerakan pembaruan
diinspirasi oleh Woodrow Wilson (1987), Frank Goodnow (1900), Leonard White (1926),
dan Luther Gullick dan Lyndall Urwick (1937).
● Lewis (1997, 157-159) menunjukkan fakta bahwa gerakan manajemen sains dan manajemen
administrative berpengaruh signifikan dalam membentuk kekuatan politik dan ideology sehingga
menuntut diberlakukannya Budgeting and Accounting Act tahun 1921. Kemudian sistem
penganggaran yang dihasilkan tahun 1921 berfokus pada pengendalian.
● Di tahun 1949, Hoover Commission meninjau ulang isu dari penganggaran publik dan menyarankan
pengadopsian penganggaran kinerja (performance budgeting). Metode ini didasarkan pada fungsi
dan aktivitas pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakannya.
● Metode penganggaran program pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah federal Amerika Serikat
pada tahun 1960-an. Pemerintah federal Amerika Serikat menggantikan penganggaran kinerja
dengan penanggaran program.
● Reformasi besar anggaran selanjutnya datang di tahun 1970-an dalam bentuk zero-based budgeting.
Metodologi ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pengambil keputusan untuk
membandingkan lebih dari satu tingkat rekomendasi dari pengeluaran untuk setiap aktivitas
program dan untuk menentukan unit keputusan mana yang menganggap pencapaian tujuan program
terbaik.
● Line item budget, penganggaran program, penganggaran kinerja dan zero based budgeting
semuanya bersifat teknikal. Secara historis, reformasi penganggaran dirancang untuk menunjukkan
metode persiapan anggaran publik dan untuk mencapai outcomes yang dijelaskan secara rasional.
Gibran dan Sekwat menyarankan empat (4) argumentasi berikut ini.
1. Teori penganggaran seharusnya selalu sadar bagaimana individu bereaksi, lokasi mereka, fungsi dan interaksi
pada sebuah sistem yang lebih besar.
2. Kajian tentang penanggaran seharusnya pertama kali ditujukan ke makro, kemudian konteksi mikro sistem
penganggaran seharusnya memandang anggaran hanya sebagai hasil dari sistem yang dinamis dari multi
rasionalitas yang mengoperasikan secara berbeda dalam bagian yang berbeda atas proses penganggaran. Hal ini
akan membantu fokus kajian pada input, output, dan sistem penganggaran organisasi baik secara keseluruhan
maupun bagian, tanpa mengganggu secara keseluruhan dalam waktu yang sama.
3. Sebuah teori tentang penganggaran seharusnya menjelaskan bagaimana interaksi antara tingkat makro
pemerintah memengaruhi perilaku partisipan pada subsistem penganggaran dan membantu untuk menentukan
kekuatan apa yang memengaruhi tujuan kebijakan, bagaimana tujuan penganggaran dipandang dan apa yang
cocok serta hasil yang dihasilkan dari interaksi ini. Hal ini seharusnya juga menjelaskan bagaimana norma
memengaruhi penganggaran melalui imbal balik untuk sistem penganggaran dan bagaimana mereka bekerja
dengan cara mereka melalui berbagai tingkat organisasi dan subsistem ke dalam siklus selanjutnya atas
kebijakan penganggaran.
4. Tingkat pemisahan atas subsistem penganggaran dengan menerapkan tingkat rasionalitas yang berbeda, model
ini menyediakan kita dengan sebuah metode yang menguatkan beberapa masalah metodologi pada teori
penganggaran tradisional.
● Empat argumentasi yang disarankan oleh Gibran dan Sekwat di atas diharapkan mampu
memberikan alternatif arah pengembangan teori penganggaran di masa mendatang yang
lebih lengkap dan mampu menjawab pertanyaan mengapa pemerintah melakukan
penganggaran dengan cara yang mereka lakukan. Pendekatan teori sistem terbuka yang
disarankan oleh Gibran dan Sekwat, memberikan usaha riset di masa mendatang untuk
lebih mengkaji teori penganggaran publik tidak hanya dari aspek rasionalitas teknikal saja
melainkan juga keterkaitannya dengan konteks yang lebih luas, misalnya nilai dan norma
yang berlaku, perilaku, makna dan faktor sosial politik masyarakat.
● Dalam konteks pemerintahan di Indonesia, teori dan konsep penganggaran yang digunakan
adalah penganggaran berbasis kinerja. Implementasi anggaran berbasis kinerja
mensyaratkan adanya analisis standar belanja (ASB) dan standar pelayanan minimal
(SPM). Kedua instrumen tersebut menjadi acuan pemerintah (daerah) untuk menyusun
perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintahan. Subbab berikut akan
menjelaskan keterkaitan penganggaran dengan SPM.
PENGANGGARAN DAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM)
1. Pengertian pemerintah daerah adalah kepala daerah dan 7. Indikator kinerja pemerintah daerah mencakup : a.
DPRD. Maksudnya adalah tidak terdapat pemisahan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, b.
antara lembaga eksekutif dan legislative. perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya, c.
2. Perhitungan APBD berdiri sendiri, terpisah dari target dan presentase fisik proyek.
pertanggungjawaban kepala daerah. 8. Laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah
3. Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas : dan Laporan Perhitungan APBD.
perhitungan APBD, nota perhitungan, perhitungan kas 9. Proses penyusutan anggaran menggunakan sistem
dan pencocokan antara sisa kas dan sisa perhitungan. tradisional dengan pendekatan incremental dan line item
4. Pinjaman, baik pinjaman pemerintah dan BUMD. yang menekankan pada pertanggungjawaban setiap input
5. Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD yang dialokasikan.
6. Bentuk dan susunan APBD pada periode ini mengalami 10. Sistem pencatatan yang dilakukan masih sangat
dua kali perubahan. sederhana yaitu menggunakan sistem tata buku tunggal
berbasis kas, yang lebih berbentuk kegiatan
“pembukuan” bukan kegiatan “akuntansi”.
PENGANGGARAN DI ERA (PASCA) REFORMASI (PERIODE
1999-2004)
Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran yang terdiri dari laporan perhitungan APBD,
nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan neraca daerah
Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pendapatan melainkan masuk dalam proses penerimaan yang
belum tentu menjadi hak Pemda
Proses penyusunan APBD melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat selain Pemda dan DPRD
Bentuk dan susunan APBD terdiri atas tiga bagian yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan
Indikator kinerja Pemda tidak hanya mencakup tiga hal sebagaimana masa pra reformasi tetapi juga
meliputi standar pelayanan yang diharapkan
Perubahan pada sistem pencatatan yaitu dengan dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan
daerah dan bukan pembukuan sebagaimana yang dilaksanakan selama masa reformasi
Penganggaran di Era Pasca-Reformasi Lanjutan
(Periode 2004-Sekarang)
TERIMAKASIH