Anda di halaman 1dari 16

Journal Reading

Quantifying Suppression in Anisometropic


Amblyopia With VTS4 (Vision Therapy System4)

Shivalika Sehgal and PremNandhini Satgunam

1 Brien Holden Institute of Optometry and Vision Sciences,


Hyderabad Eye Research Foundation, L V Prasad Eye Institute,
Hyderabad, India

HANSEN WIJAYA 112019096

PEMBIMBING : dr. Santi Anugrah Sari sp.M


Amblyopia

Amblyopia atau biasa yang lebih dikenal dengan


istilah lazy eyes (mata malas) merupakan suatu
keadaan dimana tajam penglihatan mata tidak
optimal meski sudah diberikan koreksi terbaik.

Unilateral Bilateral

Dapat disebabkan oleh beberapa kelainan seperti


strabismus (mata juling), kelainan refraksi seperti
miopia, hipermetropia, dan astigmatism. Dan juga
anisometropia (perbedaan gangguan refraksi)
deprivation (terdapat gangguan pada retina,
contohnya: katarak).
TINJAUAN PUSTAKA
P e n y e b a b d a r i a m b l y o p i a d a p a t d i s e b a b k a n o l e h b e b e r a p a f a k t o r, k e m u d i a n d a r i f a k t o r - f a k t o r t e r s e b u t a m b l y o p i a d a p a t d i k a t e g o r i k a n m e n j a d i 3 y a i t u :

Refractive Amblyopia
Tipe amblyopia ini di sebabkan oleh adanya
gangguan pada media refraksi sehingga
menyebabkan penuruan visus pada satu
atau kedua bagian mata.

Isometropic
Anisometropic
Amblyopia
Amblyopia

Refractive amblyopia juga dapat dibagi 3


berdasarkan tingkat keparahanya

Mild : Moderate : Severe :


VA 6/12 –
VA 6/9 - 6/12 6/36 VA 6/36
Introduction

Ketidakseimbangan VA pada kedua mata pada masa pertumbuhan, dapat


mengganggu perkembangan binocular vision yang nantinya akan menyebabkan
gangguan perkembangan saraf pada mata yang disebut Amblyopia

Untuk mengukur seseorang menderita amblyopia, dapat dilakukan pemeriksaan


yang berfokus pada penglihatan binocular pasien.
Permasalahan

Commonly used test:


-Bagolini Striated test
-Worth 4 dot test

Kekurangan :
Tidak mampu mengukur supresi yang terjadi pada penderita
ambliopia
- Cross Sectional = suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek, dan dengan suatu pendekatan, observasi ataupun dengan pengumpulan data pada suatu saat
tertentu (point time approach)

- 44 Artikel digunakan dalam penelitian ini


Results

Total pasien :
28 (13 wanita – 15 pria)

Rentang usia 6-21 tahun


Rata-rata umur 11.6 tahun

Seluruh pasien dapat mengerti dan mampu melaksanakan VTS4


15 pasien starting scale value pada 100% (160 visual angle)
13 pasien starting scale value pada 48.8% (80 visual angle)

Rata-rata ukuran scotoma pada pasien adalah 47.46%


Results

Pada pemeriksaan Randot stereo test, 7 pasien tidak dapat diukur


hasilnya. Dalam grup ini 4 orang terdeteksi mengalami supresi pada
mata yang mengalami amblyopia dikarenakan tidak dapat
menyelesaikan salah satu tahap pemeriksaan, sedangkan 3 lainnya
dapat menjalankannya. Hal ini mengindikasikan adanya partial
supression
Results
Results

Stereoacuity memiliki korelasi yang lebih baik dengan


ukuran supresi scotoma (gambar3) dibandingkan dengan
interocular visual acuity difference (gambar4). Hal ini
dianggap wajar dikarenakan pengukuran VA adalah
pengukuran secara monokuler, dimana stereoacuity
merupakan indicator yang lebih baik dalam pemeriksaan
kedua mata yang berfungsi baik sebagai penglihatan
binokuler
Discussion
Conclusion
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai