BTCO : http://www.oilgastraining.com
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemboran terutama yang berhubungan dengan well
control yaitu :
Tekanan Formasi
F
P
A
dimana :
P = Tekanan
F = Gaya yang bekerja
A = Luas permukaan
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang
diakibatkan beban fluida diatasnya
P d .g.h
h P = Tekanan hidrostatik
d = Densitas fluida
h = Tinggi kolom fluida
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Overburden
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Formasi Normal
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Rekah
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Formasi Abnormal
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Formasi Subnormal
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Sebab- Sebab Terjadinya
Well Kick
BTCO : http://www.oilgastraining.com
1.Berat jenis Lumpur (MW) kurang memadai
BTCO : http://www.oilgastraining.com
2. Kurangnya Tinggi Kolom Lumpur
BTCO : http://www.oilgastraining.com
3. Terjadinya Lost Circulation
BTCO : http://www.oilgastraining.com
4. Adanya Gas Dalam Lumpur
BTCO : http://www.oilgastraining.com
5. Akibat Efek Pengisapan (swabbing)
BTCO : http://www.oilgastraining.com
KICK DETECTION
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Pada Saat Drilling
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Pada Saat Tripping
BTCO : http://www.oilgastraining.com
WELL KICK DAN
PENANGGULANGANNYA
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Operasi Normal
Tek.Operasi Normal : Tekanan hidrostatik lumpur
pemboran yang masih bisa mengimbangi tekanan
formasi sehingga tidak ada fluida formasi yang
mendesak memasuki sumur pemboran.
Kondisi tekanan selama operasi pemboran berjalan
dengan normal ialah gradien tekanan lumpur
dinamik di anulus lebih besar sedikit dari gradien
tekanan lumpur statik dan lebih besar dari gradien
tekanan formasi
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Operasi Normal
Kondisi tekanan ketika operasi berjalan
normal adalah sebagai berikut :
Besarnya tekanan lumpur yang keluar dari annulus
sangat kecil mendekati nol.
Ketika sirkulasi terjadi pompa harus memberikan
tekanan kepada lumpur sebesar tekanan yang
hilang sepanjang jalan yang dilalui lumpur.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Normal and Abnormal Pore Pressure
Abnormal
Pressure
Gradients
10,000’ ??
Pore Pressure, psig
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Normal
Abormal
Pore Pressure
Gradient
BTCO : http://www.oilgastraining.com
* Pore
Pressure
Gradients
* Fracture
Gradients
* Casing
Setting
Depths
Some Causes of Abnormal Pressure
2. Tectonic movements
Uplift
Faulting
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Some Causes of Abnormal Pressure
5. Large structures...
BTCO : http://www.oilgastraining.com
HIGH PRESSURE
NORMAL PRESSURE
NORMAL PRESSURE
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Ploss = Psc + Pdp + Pdc + Pbt + Pdca + Pdpa (1)
Ploss = Besarnya kehilangan tekanan, psi
Psc = Kehilangan tekanan di alat permukaan, psi
Pdp = Kehilangan tekanan di dalam pipa, psi
Pdc = Kehilangan tekanan di dalam collar, psi
Pbt = Kehilangan tekanan di bit, psi
Pca = Kehilangan tekanan diluar collar, psi
Pdpa = Kehilangan tekanan diluar pipa, psi
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 2. Kelakukan Tekanan pada Operasi Pemboran Normal
BTCO : http://www.oilgastraining.com
1. Tekanan yang diberikan pompa untuk menanggulangi
besarnya tekanan yang hilang selama perjalanan
lumpur.
2. Tekanan dalam pipa, yaitu tekanan pompa dikurangi
tekanan yang hilang ditambah tekanan hidrostatik tiap
kedalaman tertentu.
3. Tekanan yang hilang di pahat.
4. Tekanan di anulus, yaitu tekanan yang diberikan pahat
dikurangi tekanan yang hilang dan dikurangi tekanan
hidrostatik tiap kedalaman tertentu.
5. Tekanan statik lumpur.
6. Tekanan statik formasi.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Operasi Pada Saat
Terjadi Well Kick
Hadirnya kick pada sumur pemboran menunjukkan
bahwa gradien tekanan formasi lebih besar dari gradien
tekanan dinamik lumpur yang jelas lebih besar pula dari
tekanan hidrostatik lumpur.
Gradien tekanan statik formasi (nomor 6) lebih besar
daripada gradien tekanan dinamik lumpur maupun
gradien tekanan statik lumpur sehingga menyebabkan
fluida formasi mendesak masuk kelubang sumur.
Kejadian ini terjadi karena gradien lumpur (no. 4 dan 5.)
itu sendiri yang mengecil atau gradien formasi itu sendiri
yang membesar karena mendekati daerah abnormal
pressure
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 3. Diagram Kelakukan Tekanan Pada Saat Kick.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Tekanan Operasi Penanggulangan
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Pada kondisi normal, tekanan formasi cukup
terpengaruhi tekanan hidrostatik lumpur sehingga
tekanan dipermukaan berharga nol.
Kondisi kick, tekanan formasi dipenuhi oleh tekanan
hidrostatik lumpur dan hidrostatik kick sehingga
permukaan menerima tekanan sebesar CP
CP = Pr – Pm – Pk (1)
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Kondisi blow-out, tekanan formasi hanya ditanggulangi
oleh tekanan hidrostatik kick saja makapermukaan
menerima tekanan sebesar CP
CP = Pr – Pk (2)
Karena harga Phid kick biasanya kecil dibandingkan
harga P hid lumpur maka harga CP pada blowout jauh
lebih besar. Sedangkan kalau kick tersebut adalah gas
maka harga CP sangat mendekati harga tekanan
formasi.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 5. Sumur Ditutup Ketika Ada Kick
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Pada saat hadir kick dalam sumur kemudian
sumur ditutup terus maka kelakukan tekanan
akan bergerak mengikuti laju pengangkatan kick
ke permukaan, hal ini disebabkan karena sumur
dalam keadaan tertutup maka tekanan kick
mempunyai harga yang tetap sebesar tekanan
formasi (Hukum Boyle).
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Pada kondisi kick dibawah akibat adanya kick di anulus
maka besarnya tekanan di casing CP adalah:
CP = Pr – Pm – Pk (3)
CP = Pr – 0.052 m (D-D1) – 0.052 k D1 (4)
Maka tekanan di permukaan pipa DP adalah:
DP = Pr – Pm (5)
DP = Pr – 0.052 m D
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Pada kondisi kick ditengah-tengah besarnya tekanan
casing CP adalah:
CP = Pr – Pm – Pk (6)
CP = 0.052 m D2 – 0.052 k D1 (7)
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Maka tekanan dipermukaan pipa DP adalah:
DP = BP – Pm (10)
DP = Pr+0.052 m(D–D1–D2)–0.052 m(D1 + D2) (11)
Pada kondisi kick dipermukaan besarnya tekanan di
casing CP adalah:
CP = Pr – Pk (12)
CP = Pr – 0.052 k D1 (13)
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Besarnya tekanan dasar sumur:
BP = Pr + Pm (14)
BP = Pr + 0.052 m (D – D1) (15)
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Metoda Penanggulangan
Terdapat beberapa metode, diantaranya :
Metode Driller’s
Metode Wait & Weight
Metode Concurrent
Metode Volumentrik
True Method
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Metode Driller’s
“ Teknik penanggulangan kick yang
dilakukan dengan cara
mensirkulasikan fluida formasi/kick
keluar dari sumur dengan
menggunakan lumpur actual ”
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Prosedur dalam Metode Driller’s
1. Sumur ditutup setelah terjadi kick
2. Catat Shut In Drillpipe (SIDPP) dan Shut In
Casing Pressure (SICP) yang stabil.
3. Menggunakan lumpur actual sirkulasikan kick
keluar dari sumur.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Prosedur dalam Metode Driller’s
4. Ketika kick sudah keluar, tutup sumur
sebentar.
5. Buat lumpur baru yang lebih berat daripada
lumpur lama
6. Lakukan sirkulasi kedua dengan
menggunakan lumpur baru untuk memperoleh
hidrostatik yang memadai
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 6. Kondisi Sumur Selama Operasi Pengeluaran Kick Berlangsung
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Dalam prakteknya penggunaan Metode
Driller’s :
Menyebabkan tekanan casing menjadi lebih tinggi
Material pemberat tidak dibutuhkan segera/ secara
langsung
Digunakan ketika kecepatan migrasi kick sangat
cepat.
Jumlah personel diatas terlalu sedikit
Perlengkapan permukaan tidak lengkap/kurang
memadai.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 7. Kondisi Tekanan Metode Driller Pada Lumpur Baru Masuk.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 8. Profil Tekanan Selama Penanggulangan Kick dengan Metode
Driller.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Metode Wait and Weight
“Teknik penanggulangan kick yang
dilakukan dengan cara
mensirkulasikan fluida formasi/kick
keluar dari sumur dengan
menggunakan lumpur baru (kill mud) ”
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Dalam prakteknya penggunaan Metode Wait
and Weight :
1. Waktu yang digunakan pada keseluruhan proses lebih
pendek, karena penggunaan langsung dengan lumpur
baru
2. Casing tidak terbebani tekanan terlalu tinggi.
3. Fasilitas mixing & materialnya telah memadai
4. Crew harus cukup banyak & lengkap
5. Sumur ditutup setelah terjadi kick.
6. Ketika kita cukup yakin kick tidak naik terlalu cepat.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 9. Kondisi Sumur Selama Sirkulasi Penanggulangan Dengan
Metode Batch
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Prosedur dalam Metode Wait and Weight
Sumur ditutup setelah terjadi kick.
Catat SIDPP dan SICP yang telah stabil.
Berat mud ditingkatkan sesuai dengan perhitungan
Lakukan sirkulasi untuk mengeluarkan kick dengan
lumpur yang telah diperberat
Lakukan seluruh proses dengan mempertahankan
tekanan sesuai dengan tabel tekanan yang telah dibuat.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Pertimbangan Tekanan:
Selama sirkulasi kick, tekanan perlu dijaga
dengan maksud:
Tidak terjadi kick susulan
Casing shoe tidak pecah
Lumpur yang disirkulasikan dapat mengalir dan
mengatasi tekanan kick
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Gambar 10. Kondisi Tekanan Pada Penanggulangan Dengan
Metode Batch
BTCO : http://www.oilgastraining.com
True Method
“True method dapat digunakan untuk
memperkirakan grafik tekanan drill-pipe
terhadap pump stroke pada kick sumur
vertikal, directional, atau horizontal.
Selain itu juga bisa diterapkan jika
menggunakan tapered string. “
BTCO : http://www.oilgastraining.com
Penggunaan True Method dibagi menjadi
tiga tahap:
Tekanan sirkulasi di KOP dihitung dengan
menghitung kenaikan tekanan hidrostatika dan
friksi sampai di KOP tersebut
Tekanan sirkulasi dibagian permukaan
horizontal
Tekanan sirkulasi diujung sumur horizontal.
BTCO : http://www.oilgastraining.com
The End
BTCO : http://www.oilgastraining.com