Anda di halaman 1dari 111

REGULASI TERKAIT KEPERCAYAAN TERHADAP

TUHAN YANG MAHA ESA DI INDONESIA

DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI,


DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Disampaikan dalam Penguatan Nilai Budaya Dalam Pengembangan Watak Dan Karakter Bangsa
PENGERTIAN KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Adalah pernyataan dan pelaksanaan


hubungan pribadi dengan Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keyakinan yang
diwujudkan dengan prilaku ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
pengamalan budi luhur yang ajarannya
bersumber dari kearifan lokal bangsa
Indonesia.

2
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Budaya Leluhur
Salah satu Kepercayaan Masyarakat

Kearifan Lokal

Mengandung Nilai-nilai Luhur

Sifat Kebatinan, Kejiwaan dan


Kerokhanian
CIRI POKOK KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA

Adanya keyakinan kepada Identitas Dasar


Tuhan

Sarana mendekatkan
Adanya perilaku ketakwaan
diri kepada Tuhan

Adanya pengamalan budi luhur Pengemban Sosial


Jumlah Organisasi Penghayat Kepercayaan
di Indonesia (tahun 2018)
Penyebaran Organisasi Pusat
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(Tahun 2018)
5 kab, 1 kota 12 organisasi
1. Propinsi Sumatera Utara 5 kab, 1 kota 12 organisasi
2. Propinsi Lampung 2 kab, 5 organisasi
3. Propinsi DKI Jakarta 4 kota 14 organisasi
4. Propinsi Banten 1 kab 1 organisasi
5. Propinsi Jawa Barat 3 kab, 2 kota 7 organisasi
6. Propinsi Jawa Tengah 15 kab, 4 kota 55 organisasi
7. Propinsi DIY 3 kab, 1 kota 24 organisasi
8. Propinsi Jawa Timur 11 kab, 4 kota 50 organisasi
9. Propinsi Bali 2 kab, 1 kota 8 organisasi
10. Propinsi NTB 2 kab 2 Organisasi
11. Propinsi NTT 5 kab 5 organisasi
12. Propinsi Sulawesi Utara 2 kab 1 kota 4 organisasi
13 Propinsi Riau 1 kota 1 organisasi
14 Propinsi Kalimantan Selatan 1 kab 1 organisasi
15 Provinsi Sulawesi Barat 1 Kab 1 Organisasi
REGULASI TERKAIT DENGAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME
1. Undang-undang 1945 Bab XA tentang Hak Azasi Manusia pasal 28E ayat (2):
“setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
meyatakan, pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya”
2. Undang-Undang 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2
(1) “Negara berdasarkan atas Ketuhaan Yang Maha Esa
(2) “Negara menjamain kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu”
3. Undang-undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi
Manusia pasal 22
(1) “ setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu
(2) “negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”
REGULASI TERKAIT DENGAN KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN YME
4. Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
yang diubah menjadi Undang-Undang No. 24 Tahun 2013
5. Undang-undang No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,
pasal 29
6. Putusan MK Nomor 97/PUU-XIV/2016, tgl 18 Oktober 2017
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji PNS
8. Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No. 23
tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
9. Peraturan Bersama Menteri (PBM) Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata No. 43 dan 41 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelayanan Kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 77 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan Lembaga Adat.
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 27 Tahun 2016
tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa pada Satuan Pendidikan
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN
2006
TENTANG ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
Bagian Kesatu Penyelenggara
Paragraf 1 Pemerintah
a. Bab III Kewenangan Penyelenggara dan Instansi Pelaksana Pasal 8 ayat (4)
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata
cara Pencatatan Peristiwa
Penting bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagaimana agama
berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada
Peraturan Perundang-undangan.

b. Bab V Pencatatan Sipil


Bagian Ketiga Pencatatan Perkawinan
Paragraf I : Pencatatan Perkawinan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
“ Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana
di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak tanggal Perkawinan”
c. Bab VI Data dan Dokumen Kependudukan :
Bagian Kesatu Data Kependudukan
Pasal 61 ayat (2)
Keterangan menegenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bagi penduduk yang agamanya
belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam data
base kependudukan.

Pasal 64 ayat (2)


Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan
ketentuan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan
tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database
kependudukan.
Sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan UU No. 23
Tahun 2016 Tentang Administrasi Kependudukan

Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut :


Pasal 64 Ayat (1)
KTP - el mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta
wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, memuat elemen data
penduduk yaitu NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau peempuan
agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal
dikeluarkan KTP-el dan tanda tangan pemilik KTP-el
Pasal 64 Ayat (5)
Elemen data penduduk tentang agama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan dengan atau bagi
penghayat kepercayaan tidak diisi tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam
database kependudukan
d. Bab XIV Ketentuan Penutup, Pasal 105
Dalam waktu paling lambar 6 (enam) bulan sejak
diundangkannya Undang-Undang ini, pemerintah wajib
menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur
tentang penetapan persyaratan dan tata cara
perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai
dasar diperolehnya kutipan akta perkawinan dan
pelayanan pencatatan Peristiwa Penting.
DASAR HUKUM PENCATATAN

1. PERATURAN PEMERINTAH NO. 37 TAHUN 2007 TENTANG


PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2006 TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAB X TENTANG PERSYARATAN
DAN TATA CARA PENCATATAN PERKAWINAN BAGI PENGHAYAT
KEPERCAYAAN PASAL 81, 82, 83
Pasal 81 :
(1) Perkawinan Penghayat kepercayaan dilakukan di hadapan
Pemuka Penghayat Kepercayaan
(2) Pemuka Penghayat Kepercayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditunjuk dan ditetapkan oleh organisasi penghayat
kepercayaan, untuk mengisi dan menandatangani surat
perkawinan penghayat kepercayaan
(3) Pemuka Penghayat Kepercayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) didaftar pada kementerian yang bidang tugasnya secara
teknis membina Organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap
DASAR HUKUM ….. Lanjutan

Pasal 82 :

Peristiwa perkawinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 81 ayat


(2) wajib dilaporkan kepada Instansi pelaksana atau UPTD Instansi
Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh)hari dengan
menyerahkan:

• Surat perkawinan penghayat kepercayaan;

• Fotocopy KTP; (Sesuai Ps. 61 dan 64 ayat (2) UU No. 23

Tahun 2006)
• Pas Foto suami dan istri;

• Akta kelahiran; dan

• Paspor suami dan/istri bagi orang asing


DASAR HUKUM …. Lanjutan
Pasal 83 :
(1) Pejabat Instansi Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana mencatat
perkawinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 dengan tata cara:

a. Menyerahkan formulir pencatatan perkawinan kepada


pasangan suami istri;
b. Melakukan verifikasi dan validasi terhadap data yang
tercantum dalam formulir pencatatan perkawinan; dan
c. Mencatat pada register akta perkawinan dan menerbitkan
kutipan akta perkawinan Penghayat Kepercayaan

(2) Kutipan akta perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diberikan kepada masing-masing suami dan istri.
2. SURAT EDARAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN
PARIWISTA NO : 01/SE/NBSF/VIII/07 TENTANG
PENUNJUKAN DAN PENETAPAN PEMUKA
PENGHAYAT KEPERCAYAAN

Ditujukan kepada :

Ketua Organisasi Penghayat Kepercayaan seluruh


Indonesia

Tembusan :
1. Dirjen Kependudukan dan catatan sipil
2. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia
Cara Penunjukan Pemuka Penghayat Kepercayaan:

 Ketua Organisasi Bermusyawarah dengan:

* Sesepuh Organisasi
* Pengurus Organisasi
* Warga Organisasi

 Persyaratan menjadi pemuka


 Menentukan jumlah Pemuka (sesuai
dengan
kebutuhan)
 Menunjuk dan menetapkan pemuka
Pemuka :

Didaftarkan ke Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan


Yang Maha Esa dan Tradisi dengan dilengkapi :
 Surat pengajuan dari Pengurus organisasi yang bersangkutan mengusulkan
Pemuka Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi
 Fotokopi KTP (kolom agama kosong sesuai dengan UU No. 24 Tahun
2013)
 Surat pengantar dari Dinas kabupaten/kota setempat yang membidangi
kebudayaan yang menerangkan bahwa yang bersangkutan akan mendaftar
atau memperpanjang sebagai pemuka penghayat sesuai wilayah kerjanya.
 Pas Foto berwarna ukuran 4 x 6 cm (3 lembar)
PROSES :
Pemuka :

Tugas: Mengisi dan menandatangani


Surat Perkawinan Penghayat
Kepercayaan

Masa Kerja: 5 tahun


PROSES
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENCATATAN
PERKAWINAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN
1. KTP disesuaikan dengan UU no.23/2006.
(disesuaikan dengan peraturan berlaku)
2. Datang ke RT-RW-Kelurahan: Membawa Surat
Pernyataan dan Buku Pintar.
3. Menghubungi/melapor ke pemuka penghayat
4. Apabila ada masalah, lapor ke Direktorat
Calon Mempelai
Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi.
• Mengecek KTP: Sesuai dengan UU no.23/2006.(disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku)

• Menyiapkan: 1. Buku registrasi


2. Cap Organisasi
3. SPP (Surat Perkawinan Penghayat)

Tugas: Mengisi dan menandatangani Surat Perkawinan


Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME
rangkap 3, untuk :
- Instansi Pelaksana (asli)
- Mempelai
- Pemuka
Pemuka Tugasnya bukan menikahkan dan berada di tengah-tengah mempelai
Lanjutan…
 Yang Dilayani oleh Pemuka:
1. Warga organisasi yang bersangkutan.
2. Penghayat Perseorangan
3. Penghayat dari organisasi lain yang
belum mempunyai pemuka.
pemuka
Proses Perkawinan

 Calon mempelai
S P S  Orang tua atau wali
 Saksi-saksi dari kedua calon
O O mempelai
T T  Pemuka penghayat kepercayaan
CM
Tata cara:
• Sesuai dengan adat atau tata cara
dari masing-masing organisasi bila
ada.
Lanjutan…

Mempelai:
1. Melapor ke Instansi Pelaksana Paling Lambat 60 Hari
* SPP
* Fotokopi KTP
* Pas foto suami dan istri
* Akta kelahiran
* Paspor suami dan/atau istri bagi orang asing
Proses 2. Pejabat instansi pelaksana mencatat :
Pencatanan * Formulir Pencatatan Perkawinan
* Verivikasi dan Validasi
* Register - terbit
3. Memperoleh Kutipan Akte Perkawinan Suami dan
Isteri
Apabila ada hambatan segera koordinasi dengan
Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan
Tradisi dan Kementerian Dalam Negeri
( Ditjen Dukcapil)
Lama
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA DANTRADISI

SERTIFIKAT
PEMUKA PENGHAYAT KEPERCAYAAN
S. Kep. No :

NAMA :
JENIS KELAMIN :
ORGANISASI :
ALAMAT :
WILAYAH KERJA :

Foto Jakarta, ...................................


4x6 Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi

(...........................................)
Berlaku Hingga :
NIP : ...................................
Baru

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
DIREKTORAT PEMBINAAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

SURAT KETERANGAN TERDAFTAR


PEMUKA PENGHAYAT KEPERCAYAAN
NO : /SKT/PKT/KEB/VI/13
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Bab XIV tentang Ketentuan Penutup Pasal 105
dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan BAB X tentang Persyaratan dan Tata Cara Perkawinan Bagi Penghayat Kepercayaan Pasal 81 ayat 1, 2 dan 3,
Pasal 82, dan Pasal 83 ayat 1 dan 2; serta Surat Edaran Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. 01/SE/NBSF/V/VIII/07,
tanggal 1 Agustus 2007 tentang Penunjukan Pemuka Penghayat Kepercayaan.
Memperhatikan Surat Permohonan Organisasi Persatuan Warga Sapta Darma Pusat No. 002/PSD.P/SP/V/2013 tertanggal 29
Mei 2013 perihal Permohonan Rekomendasi Pemuka Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Kerokhanian
Sapta Darma); dan Surat Keterangan Pemuka Penghayat Kepercayaan atas nama David Jumadi yang telah berakhir masa
berlakunya pada 22 November 2012, dengan ini maka Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan Tradisi telah terdaftar:
 
Nama : DAVID JUMADI
Tempat, tgl lahir : Curup, 9 September 1977
Jenis Kelamin : Laki-laki
Organisasi : Persatuan Warga Sapta Darma
Alamat : Jl. Raya Baru Manis No. 35, Bermani Ulu, Rejang Lebong,
Wilayah Kerja : Bengkulu
sebagai Pemuka Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Surat Keterangan ini harap digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, Juni 2013
FOTO Direktur Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan
4X6 Yang Maha Esa dan Tradisi,

Berlaku hingga: Drs. Gendro Nurhadi, M.Pd.


NIP. 19540125 198503 1 001
Juni 2017
SURAT PERKAWINAN
PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 01/SPPK/PEM.PERJ/IV/08

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan, bahwa pada hari Kamis tanggal Tujuh belas
bulan April tahun dua ribu delapan, telah dilangsungkan perkawinan yang sah antara:

Nama : Bambang Warsito


Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 17 April 1980
Alamat : Jl. Sukarno Hatta No. 17, Bandung, Jawa Barat

Anak laki-laki dari Bapak/Ibu Wiratmanto yang beralamat di kampung/jalan Wates Kulon
Desa/Kelurahan Badran , Kecamatan Poncoliko, Kabupaten/Kota Solo
Provinsi Jawa Tengah

dengan :

Nama : Untari
Tempat dan tanggal lahir : Subang, 5 Mei 1985
Alamat : Peruri, Jl. S. Parman No. 2/17, Subang, Jawa Barat
Anak perempuan dari Wongsodikromo, yang beralamat di kampung/jalan Karang Wetan
Desa/Kelurahan Cilebud, Kecamatan Cilebud, Kabupaten/Kota Subang Barat
Provinsi Jawa Barat
Subang, 17 April 2008
Pemuka Penghayat Kepercayaan
Organisasi: Perjalanan
Cap(ttd)
( ................................................... )
S.Kep. No.: 105/SK/Dit.Kep/NBSF/X/08

Mempelai Pria Mempelai Perempuan


( Bambang Warsito ) ( Untari )
Orang tua/wali Orang tua/wali
( Wiratmanto ) ( Wongsodikromo )
Saksi I Saksi II
( Sudirman ) ( Sudirgo )
Buku Induk Regester

No Nama Calon Tempat, Tanggal Nama Alamat Pelaksanaan Keterangan


Mempelai Lahir/Usia Orang Tua
Ekspedisi

No Nama Mempelai Nomor SPP Pelaksanaan, Saksi Keterangan


Tempat, Tanggal
Contoh SP Pengosongan KTP

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Tempat dan tanggal lahir :
NIK/No KTP :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Menyatakan bahwa saya Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha


Esa.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan dalam Pelayanan


Administrasi Kependudukan.
........................... 2016

Materai

Tanda tangan dan Nama


CONTOH KUTIPAN AKTA PERKAWINAN
1 2
PERATURAN BERSAMA
MENTERI DALAM NEGERI DAN
MENTERI KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA

NOMOR 43 DAN NOMOR 41 TAHUN 2009

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN


KEPADA PENGHAYAT KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
TUJUAN PBM

1. Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam


memberikan pelayanan kepada penghayat kepercayaan
2. Memberikan pengayoman, perlindungan, dan pelayanan
prima kepada penghayat kepercayaan
3. Menjaga kerukunan dan keharmonisan masyarakat
LINGKUP
PELAYANAN

Administrasi Pendirian Sasana


Pemakaman
Organisasi Sarasehan

Penerbitan SKT oleh


Gubernur ditingkat
Dasar keperluan
provinsi dan Memfasilitasi pemberian izin
nyata/sungguh-sungguh
penerbitan SKT oleh
Bupati/Walikota
ditingkat
Kabupaten/kota Memfasilitasi pemberian ijin
Dimakamkan di pemakaman pendirian
Penerbitan Tanda Inventarisasi umum
oleh Menbudpar c.q Direktur
Kepercayaan thd Tuhan YME
melalui dinas yang
Persyaratan PersyaratanTeknis
membidangi kebudayaan
Administrasi Pembanguan
Gedung
Fasilitasi
LINGKUP PELAYANAN
KEPADA PENGHAYAT KEPERCAYAAN

Bab II, Pasal 2 :

1. Pemerintah Daerah memberikan pelayanan


kepada penghayat kepercayaan

2. Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):


a. Administrasi organisasi penghayat kepercayaan
b. Pemakaman dan
c. Sasana Sarasehan atau sebutan lain

a b c
a. PELAYANAN ADMINISTRASI ORGANISASI
PENGHAYAT KEPERCAYAAN

(Bab III Pasal 5)

1. Penerbitan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) oleh Gubernur


di tingkat Provinsi (Pasal 5)
(1) Gubernur menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar(SKT)
(2) Penerbitan SKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
persyaratan: (hal. 6 PBM)

2. Penerbitan SKT oleh Bupati di tingkat kabupaten (Pasal 6)


(1) Bupati/walikota menerbitkan SKT organisasi penghayat Kepercayaan
untuk kabupaten/kota
(2) Penerbitan SKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan persyaratan : (hal. 7 PBM)

3. Penerbitan Tanda Inventarisasi oleh Mendikbud cq.Direktur


Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi melalui dinas yg
Membidangi Kebudayaan (Pasal 7) “Surat Keterangan Terinventarisasi
diajukan oleh Pengurus organisasi kepada Menbudpar melalui dinas/lembaga/
unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi menangani kebudayaan dengan
Melampirkan persyaratan yang telah ditentukan”
Persyaratan Yg Harus Dipenuhi Untuk
Mendapatkan SKT Gubernur

a. akte pendirian yang dibuat oleh Notaris;


b. program kerja ditandatangani ketua dan sekretaris;
c. Surat Keputusan Pendiri atau hasil musyawarah nasional
atau sebutan lainnya yang menyatakan susunan
kepengurusan;
d. SKT minimal di 3 (tiga) Kabupaten/Kota;
e. foto copy Surat Keterangan Terinventarisasi;
f. riwayat hidup (biodata), pas foto berwarna ukuran 4 X 6
cm, foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengurus
provinsi yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara
masing-masing sebanyak 1 lembar:
LANJUTAN………………

g. formulir isian;
h. data lapangan;
i. foto tampak depan dengan papan nama alamat
kantor/sekretariat;
j. Nomor Pokok Wajib Pajak;
k. Surat Keterangan Domisili ditandatangani oleh lurah dan
camat;
l. surat kontrak /izin pakai tempat bermaterai cukup;
m. surat keterangan organisasi tidak sedang terjadi konflik
internal dengan bermaterai cukup yang ditandatangani
ketua dan sekretaris; dan
n. surat keterangan bahwa organisasi tidak berafiliasi
dengan partai politik dengan bermaterai cukup yang
ditandatangani ketua dan sekretaris.
Persyaratan Yg Harus Dipenuhi Untuk
Mendapatkan SKT Bupati

a. akte pendirian yang dibuat oleh Notaris;


b. program kerja ditandatangani ketua dan sekretaris;
c. Surat Keputusan Pendiri atau hasil musyawarah nasional
atau sebutan lainnya yang menyatakan susunan
kepengurusan;
d. SKT minimal di 3 (tiga) kecamatan;
e. foto copy Surat Keterangan Terinventarisasi;
f. riwayat hidup (biodata), pas foto berwarna ukuran 4 X 6
cm, foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengurus
kabupaten yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan
bendahara masing-masing sebanyak 1 lembar:
LANJUTAN………………

g. formulir isian;
h. data lapangan;
i. foto tampak depan dengan papan nama alamat
kantor/sekretariat;
j. Nomor Pokok Wajib Pajak;
k. Surat Keterangan Domisili ditandatangani oleh lurah dan
camat;
l. surat kontrak /izin pakai tempat bermaterai cukup;
m. surat keterangan organisasi tidak sedang terjadi konflik
internal dengan bermaterai cukup yang ditandatangani
ketua dan sekretaris; dan
n. surat keterangan bahwa organisasi tidak berafiliasi
dengan partai politik dengan bermaterai cukup yang
ditandatangani ketua dan sekretaris.
PROSES PENDAFTARAN UNTUK
MENDAPATKAN SKT GUBERNUR/BUPATI

1. Surat Permohonan Pendaftaran Organisasi ditujukan


kepada Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik
u.p. Direktur Fasilitasi Organisasi Politik dan Kemasyarakatan
untuk Tingkat Nasional, kepada Gubernur/Bupati/Walikota
untuk tingkat Ormas DPD ditandatangani Ketua Umum dan
Sekjen atau Ketua dan Sekretaris DPD untuk Gubernur/
Bupati/Walikota.

2. Calon Organisasi menyerahkan semua berkas persyaratan


sesuai tingkatan SKT, Gubernur/Bupati/Walikota

3. Setelah persyaratan dipelajari dan memenuhi kriteria yang


ditentukan, Gubernur/Bupati/Walikota akan menerbitkan SKT
Persyaratan Terinventarisasi di
Kemendikbud
1. Surat Permohonan Inventarisasi dari pengurus Organisasi
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada Direktur
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi
2. Mengisi Formulir A, A1, dan A2 (formulir disediakan oleh
Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
Tradisi atau dapat diakses melalui laman:
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/2017/03/01/syarat-
tanda-inventarisasi-organisasi-penghayat-kepercayaan/
3. Menyerahkan AD/ ART ( Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga)
4. Memiliki ajaran tertulis (sesuai dengan sistematika yang
telah ditentukan dan disediakan oleh Direktorat Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi)
Persyaratan Terinventarisasi di
Kemendikbud
5. Susunan Pengurus Organisasi Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
6. Daftar Nominatif Anggota (blangko disediakan oleh
Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan Tradisi yang dapat diakses melalui laman:
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/2017/03/01/sy
arat-tanda-inventarisasi-organisasi-penghayat-
kepercayaan/ atau bisa membuat sendiri sesuai dengan
contoh blangko dari Direktorat).
7. Program Kerja Organisasi Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
Persyaratan Terinventarisasi di
Kemendikbud
8. Riwayat Sesepuh (blangko disediakan oleh Direktorat
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi yang
dapat diakses melalui laman:
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/2017/03/01/syarat-
tanda-inventarisasi-organisasi-penghayat-kepercayaan/ atau bisa
membuat sendiri sesuai dengan contoh blangko dari Direktorat)
9. Surat Rekomendasi dari Majelis Luhur Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa Indonesia setempat
10. Surat Rekomendasi dari Dinas yang membidangi Kebudayaan di
tingkat Kabupaten/Kota setempat
11. Organisasi yang mendaftar bukan merupakan pecahan dari
organisasi yang telah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
PROSES :
PELAKSANAAN, HAMBATAN DAN PENYELESAIAN

1. Apabila calon organisasi telah memenuhi persyratan pendaftaran dan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan untuk mendapatkan SKT Gubernur/Bupati,


maka Gubernur/Bupati berkewajiban segera mengeluarkan SKT.

2. Apabila calon organisasi telah memenuhi persyaratan pendaftaran dan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan untuk mendapatkan Tanda Inventarisasi


maka Kemendikbud c.q. Direktorat Kepercayaan segera mengeluarkan Tanda
Inventarisasi.

3. Sesuai dengan ruang lingkup pelayanannya, maka apabila terjadi hambatan


dalam penerbitan SKT, Tanda Inventarisasi, maka semua pihak terkait :
Gubernur/Walikota, Kemendikbud c.q. Direktorat Kepercayaan segera melakukan
koordinasi dengan pihak terkait.
b. PELAYANAN PEMAKAMAN

Pasal 8
1) Penghayat Kepercayaan yang meninggal dunia dimakamkan di tempat
pemakaman umum.
2) Dalam hal pemakaman Penghayat Kepercayaan ditolak di pemakaman
umum yang berasal dari wakaf, pemerintah daerah menyediakan
pemakaman umum.
3) Lahan pemakaman umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
disediakan oleh Penghayat Kepercayaan.
4) Bupati/walikota memfasilitasi administrasi penggunaan lahan yang
disediakan oleh Penghayat Kepercayaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) untuk menjadi pemakaman umum.
PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMAKAMAN

SYARAT-SYARAT PEMAKAMAN :
1. KTP (Almarhum)
2. Kartu Keluarga (KK)
3. Surat Pengantar dari RT/RW
4. Surat Keterangan Kematian dari Kelurahan setempat
5. Surat Visum Keterangan Kematian dari Rumah Sakit atau Puskesmas

PROSEDUR :
• Pihak keluarga/warga setempat melapor kepada Rt/Rw
adanya kematian seseorang
• Pihak Rt/Rw mengeluarkan surat pengantar ke kelurahan setempat
• Pihak Kelurahan kemudian mengeluarkan Surat Keterangan Kematian
• Setelah syarat-syarat terpenuhi, pihak keluarga/warga setempat melaporkan
ke TPU yang dituju
• TPU mengeluarkan Surat Keterangan Pemakaman
• Jenazah dimakamkan
PELAKSANAAN,
HAMBATAN DAN PENYELESAIAN

1. Penghayat yang meninggal dunia dimakamkan di


pemakaman umum sesuai dengan syarat pemakaman
dan prosedur yang ada.

2. Apabila Penghayat Kepercayaan yang meninggal dunia


ditolak di pemakaman umum, maka sesuai dengan
lingkup pelayanannya pemerintah daerah
berkewajiban :
a. Menyediakan lahan pemakaman umum
(dapat disediakan oleh Penghayat Kepercayaan)
b. Memfasilitasi pemberian ijin administrasi
penyediaan lahan dimaksud
c. Apabila kedua hal tersebut belum bisa
dilaksanakan, maka harus segera melakukan
koordinasi dengan instansi terkait.
c. PELAYANAN PENYEDIAAN SASANA SARASEHAN/
SEBUTAN LAIN

Pasal 9
1) Penyediaan sasana sarasehan atau sebutan lain didasarkan
atas keperluan nyata dan sungguh-sungguh bagi Penghayat
Kepercayaan.
2) Penyediaan sasana sarasehan atau sebutan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bangunan baru atau
bangunan lain yang dialih fungsikan.

Pasal 10
Sasana sarasehan atau sebutan lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 harus memenuhi persyaratan
administrasi dan persyaratan teknis bangunan gedung
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
TATA CARA DAN PERSYARATAN PENGAJUAN
IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)
(Perda No. 7 Tahun 2002)

I. Permohonan IMB diajukan secara tertulis kepada Dinas PU Kab/kota melalui UPTSA
dengan mengisi formulir yang telah disediakan akan diketahui oleh Lurah dan
Camat setempat.

II. Formulir dilampiri syarat-syarat sebagai berikut :


1. Foto copy kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon;
2. Foto copy Sertifikat tanah atau keterangan tanah;
3. Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga terdekat;
4. Surat pernyataan sanggup membuat peresapan air hujan;
5. Gambar situasi dengan skala 1 : 500, 1 : 1000;
6. Gambar rencana bangunan dengan skala 1 : 200, 1 : 100 atau 1 : 50 :
a. denah bangunan
b. rencana pondasi
c. rencana sanitasi
d. rencana atap
e. tampak muka
f. tampak samping
g. tampak belakang
h. potongan melintang, dan
i. potongan memanjang.
Lanjutan … ...Syarat IMB

7. Perhitungan dan gambar konstruksi beton apabila bangunan


memakai struktur beton bertulang dan bertingkat;
8. Perhitungan dan gambar konstruksi baja apabila menggunakan
rangka baja;
9. Foto Copy KTP perencana dan penanggung jawab penghitung
konstruksinya yang namanya tercantum pada gambar;
10. Foto copy pemilik tanah apabila pendirian bangunan bukan pada
tanah milik sendiri;
11. Surat pernyataan kerelaan dari pemilik tanah apabila pendirian
bangunan bukan pada panah milik sendiri bermeterai cukup;
12. Surat kuasa bermeterai cukup apabila pemohn diwakilkan;
13. Surat pernyataan pengelola lingkungan (SPPL) apabila bangunan
untuk tempat usaha;

III. Lampiran syarat-syarat dibuat rangkap 2 (dua)


Waktu Pemrosesan 12 (dua belas) hari
Contoh

Perihal : Permohonan Ijin Mendirikan Bangunan

Kepada Yth:
Kepala Dinas PU Kabupaten Bantul
melalui
Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap
Kabupaten Bantul
di Bantul

Dengan hormat,
Bersama ini kami mengajukan permohonan ijin mendirikan bangunan (IMB) dengan data-data
Sebagai berikut:
Nama Pemohon : ………………………………………
Alamat Pemohon : ……………………………………….

Lokasi Bangunan
Jalan : …………………………….
Dusun : …………………………….
Desa : …………………………….
Kecamatan : …………………………….

Demikian permohonan kami, atas terkabulnya kami ucapkan terima kasih.

Bantul, ………………..2012
Hormat kami,

………………………………..
Contoh
Contoh
Contoh

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa kami selaku pemilik tanah hak milik Nomor ………. Terletak di
Desa ………………. Seluas ……………….. M2 tidak keberatan didirikan bangunan oleh :
Nama :
Umur :
Alamat :

Hubungan keluarga antara pemohon dengan pemilik tanah adalah ………………….


Tanah tersebut sampai saat ini tidak menjadi sengketa dengan pihak lain baik mengenai kepemilikan
maupun batas-batasnya.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimanan mestinya.

Bantul,…………………2012
Pemohon Pemilik tanah

Mengetahui,
Camat……………. Kepala Desa………………

……………………. ……………………………..
Contoh

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :

Dengan ini menyatakan bahwa kami sanggup melengkapi bangunan kami dengan saluran drainase dan
sumur peresapan air hujan yang berupa sumuran mempergunakan bus beton diameter 80 cm dengan
kedalaman 2 meter untuk menjaga kelestarian sumber daya air tanah.

Surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya tapa ada paksaan dari pihak manapun dan harap
menjadi periksa.

Bantul,……………2012
Yang membuat pernyataan,

………………………….
Lanjutan ………Sasana Sarasehan
Pasal 11
(1) Penghayat Kepercayaan mengajukan permohonan ijin mendirikan bangunan unt
penyediaan sasana sarasehan atau sebutan lain denagn bangunan baru sebagaima
dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) kepada bupati/walikota.
(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari s
diterimanya permohonanpendirian sasana sarasehan atau sebutan lain yang telah
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudpda ayat (1)

Pasal 12
(1) Penyediaaan sasana sarasehan atau sebutan lainnya yang telah mendapat ijin
sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 11 mendapat penolakan dari masyarakat,
pemerintah daerah memfasilitasi Pelaksanaan pembangunan sasana sarasehan
imaksud.
(2) Dalam hal fasilitasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksdu pada ayat (1) tida
terlaksana, Pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi lokasi baru untuk
pembangunan sasana sarasehan Atau sebutan lain.
Pasal 13

Bupati/walikota memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi


bangunan gedung sasana sarasehan atau sebutan lain yang
memiliki Ijin Mendirikan Bangunan yang dipindahkan
karena perubahan rencana tata ruang wilayah.
PELAKSANAAN,
HAMBATAN DAN PENYELESAIAN
•Setelah Penghayat Kepercayaan memenuhi persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis bangunan gedung sesuai Peraturan Perundang-undangan,
maka paling lambat 90 hari Bupati/walikota harus segera memberikan
keputusan pemberian ijin pendirian Sasana Sarasehan atau sebutan lain.

* Apabila penyediaan Sasana Sarasehan atau sebutan lain yang telah


mendapatkan ijin dari pemerintah mendapat penolakan dari masyarakat, maka
sesuai dengan lingkup pelayanan penyediaan Sasana Sarasehan, pemerintah
daerah wajib :
1. Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan Sasana Sarasehan
2. Memfasilitasi lokasi baru, apabila fasilitasi pembangunan Sasana Sarasehan
sebelumnya tidak dapat dilaksanakan
3. Demi kelancaran penyelesaian hambatan tersebut diperlukan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 14
1) Dalam hal musyawarah untuk mufakat
tidak tercapai, gubernur atau
bupati/walikota memfasilitasi penyelesaian
perselisihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
2) Perselisihan antara Penghayat Kepercayaan
dengan bukan Penghayat Kepercayaan
diselesaikan secara musyawarah untuk
mufakat antar kedua belah pihak.
3) Dalam hal fasilitasi penyelesaian
perselisihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak tercapai, penyelesaian
perselisihan dilakukan melalui proses
peradilan.
1. Apabila terjadi perselisihan antar penghayat
kepercayaan dengan bukan penghayat kepercayaan
terlebih dahulu diselesaikan secara musyawarah untuk
mufakat dari kedua belah pihak.
2. Apabila penyelesaian perselisihan tidak dapat
ditempuh dengan musyawarah mufakat, maka
Gubernur/Bupati/Walikota memfasilitasi penyelesaian
perselisihan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak
terkait.
3. Apabila penyelesaian melalui musyawarah mufakat,
dan fasilitasi dari Gubernur/Bupati/Walikota tidak
tercapai, maka diselesaikan melalui proses peradilan
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG
PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi


PELAYANAN KEPADA PENGHAYAT
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA
ESA
1. Pelayanan Terkait Administrasi Organisasi
Kegiatan dalam Pelayanan Administrasi
Organisasi
Lanjutan (Syarat)
PROSES
Pemohon

Direktorat Kepercayaan terhadap


Tuhan YME dan Tradisi

Verifikasi
Berkas

Tidak
Lengkap
Lengkap

TERBIT TI
2. Pelayananan Terkait Perkawinan Penghayat
Dasar 1. Undang-Undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan dan perubahannya, yaitu Undang-Undang RI
No.24 Tahun 2013 tentang perubahan atas No 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan
2. Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2007 tentang pelaksanaan
UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
3. Surat Keputusan Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film,
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Kemdikbud)
No.278/SK/NBSF/IX/07 tentang Pendelegasian Wewenang
Penetapan Pemuka Penghayat Kepercayaan
4. Surat Edaran Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Kemdikbud)
No.01/SE/NBSF/VIII/07 tentang Penunjukkan dan Penetapan
Pemuka Penghayat Kepercayaan.
Bentuk Penerbitan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Pemuka
Penghayat Kepercayaan

Syarat 1. Surat pengajuan dari pengurus Organisasi yang bersangkutan


mengusulkan Pemuka Penghayat Kepercayaan terhadap
Tuhan YME kepada Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan
YME dan Tradisi
2. Fotokopi KTP (kolom agama kosong sesuai dengan UU
No.24 Tahun 2013) / Peraturan yang berlaku
3. Surat pengantar dari Dinas Kabupaten/Kota setempat yang
membidangi kebudayaan yang menerangkan bahwa yang
bersangkutan akan mendaftar atau memperpanjang sebagai
pemuka penghayat sesuai wilayah kerjanya
4. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm (3 lembar)

Keterangan Kalau memperpanjang dimohon melampirkan SKT yang lama


PROSES
Pemohon

Direktorat Kepercayaan terhadap


Tuhan YME dan Tradisi

Verifikasi
Berkas

Tidak
Lengkap
Lengkap

TERBIT SKT
PERMASALAHAN
 Pelayanan Perkawinan Penghayat
Adanya dinas Kab/Kota yang membidangi kebudayaan masih ada
yang belum mau mengeluarkan rekomendasi/pengantar untuk
permohonan pemuka penghayat kepercayaan kepada kementerian
yang membidangi pembinaan teknis kepercayaan kepada Tuhan
YME
Adanya dinas pencatatan sipil masih ada yang belum mau mencatat
perkawinan penghayat kepercayaan
 Pelayanan Administrasi Organisasi
Adanya dinas yang membidangi kebudayaan yang masih belum mau
mengeluarkan rekomendasi atau surat pengantar tentang
permohonan tanda inventarisasi organisasi penghayat kepercayaan
terhadap Tuhan YME
 Pelayanan dalam hal Pemakaman
Adanya dinas yang membidangi pemakaman kurang peduli terhadap
pemakaman penghayat sesuai dengan peraturan yang berlaku
SOLUSI
Sosialisasi:
1. UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
2. PP No. 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan UU No. 23
Tahun 2006 Tentang Adminduk
3. PBM No. 43 dan 41 Tahun 2009 tentang Pedoman
Kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
Diterbitkan dan disosialisasikannya Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 77 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Lembaga Adat
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI NO.
77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN
LEMBAGA ADAT
 POKOK-POKOK MATERI PERMENDIKBUD RI NO. 77
TAHUN 2013
1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 77 tahun
2013 tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Lembaga Adat ditetapkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 19 Juni
2013
2. Permendikbud RI No. 77 tahun 2013 terdiri dari 7 Bab dan 18
Pasal mengatur mengenai:
a. Ketentuan Umum
b. Maksud dan Tujuan
c. Pembinaan
d. Pemantauan dan Evaluasi
e. Pelaporan
f. Ketentuan Penutup
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI NO.
77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN
LEMBAGA ADAT
 Maksud

Pedoman Pembinaan lembaga Kepercayaan dan Lembaga Adat dimaksudkan sebagai


acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
rangka pelaksanaan pembinaan lembaga dan lembaga adat
 Tujuan
 Meningkatkan peran pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam
melaksanakan pembinaan Lembaga Kepercayaan dan Lembaga Adat;
 Menumbuhkembangkan partisipasi, kontribusi dan kreatifitas Lembaga kepercayaan
dan Lembaga Adat dalam pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia;
 Memupuk solidaritass antar lembaga dan masyarakat dalam semboyan bhineka
tunggal ika untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis, saling menghargai dan
menghormati;
 Memfasilitasi penghayat kepercayaan dan masyarakat adat yang belum terorganisir
sehingga sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Membantu penyelesaian masalah-masalah yang berhubungan dnegan Lembaga
Kepercayaan dan Lembaga Adat
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI NO. 77
TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN
LEMBAGA ADAT

•Bab I – Ketentuan Umum


Memuat tentang pengertian-pengertian antara lain:
 Pembinaan Lembaga kepercayaan
 Lembaga kepercayaan
 Lembaga Adat
 Pemerintah
 UPT
 SKPD
Bab II- Maksud dan Tujuan
Memuat antara lain:
 Maksud pedoman pembinaan Lembaga Kepercayaan
dan Lembaga Adat
 Tujuan penyusunan Pedoman lembaga Kepercayaan
dan lembaga Adat
Bab III- Pembinaan
Memuat antara lain:
 Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
melaksanakan pembinaan kepada Lembaga
Kepercayaan dan Lembaga Adat
 Bentuk Pembinaanya meliputi :
 Inventarisasi dan dokumentasi, perlindungan,
pemberdayaan dan peningkatan kapasitas, advokasi
Bab IV- Pemantauan dan Evaluasi
Memuat antara lain:
 Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan
pemantauan dan evaluasi berkala
 Tujuan pemantauan dan evaluasi kepada Lembaga
Kepercayaan dan Lembaga Adat
 Hasil evaluasi pelaksanaan kebijakan program dan
kegiatan pembinaan lembaga kepercayaan dan lembaga
adat digunakan sebagai bahan masukan bagi kebijakan,
program dan kegiatan Lembaga kepercayaan dan
Lembaga Adat tahun berikutnya
Bab V- Pelaporan
Memuat antara lain :
 Bupati/Wali Kota melaporkan pelaksanaan pembinaan
Lembaga adat kepda Gubernur
 Gubernur melaporkan pelaksanaan pembinaan
Lembaga kepercayaan dan lembaga adat kepada
menteri Dalam negeri Melalui Menteri
 Laporan tersebut disampaikan setahun sekali ada
sewaktu-waktu jika diperlukan
Bab VI- Pendanaan
 Pendanaan pelaksanaan pembinaan pda lembaga
Kepercayaan dan lembaga adat di Kab/Kota bersumber
pada anggaran pendapatan dan belanja daerah
kabupaten/kota dan dari sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
 Pendanaan pelaksanaan pembinaan pda lembaga
keprcayaan dan lemabaga adat di provinsi bersumber dari
anggaran pendapatan belanja daerah provinsi dan dari
sumber lain yang sah sesuai dengan perundangan
 Pemerintah dapat memeberikan bantuan pendanaan di
provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan
Bab VII-Ketentuan Penutup
Memuat antara lain:
 Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan (21 Juni 2013)
 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan peraturan menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara republik
Indonesia
LAYANAN PENDIDIKAN KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA PADA SATUAN
PENDIDIKAN
A. PRINSIP PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN

Pendidikan diselenggarakan secara


demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa (Pasal 4 UU
Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003)
83
B. LAYANAN PENDIDIKAN
KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA
 Mengadakan dialog-dialog terkait dengan pelayanan
pendidikan kepercayaan
 Menerbitkan Permendikbud Nomor 27 tahun 2016
tentang Layanan Pendidikan kepercayaan terhadap
Tuhan YME pada Satuan Pendidikan
 Menyusun turunan dari permendikbud, seperti
kompetensi inti dan dasar, silabus, RPP, penyediaan
tenaga pendidik, buku teks dan bahan ajar serta
pedoman implementasi layanan pendidikan
kepercayaan terhadap Tuhan YME pada satuan
pendidikan
C. CAPAIAN LAYANAN
PENDIDIKAN KEPERCAYAAN
1.Sosialisasi Permendikbud No 27 Tahun 2016 dan Pedoman
Implementasinya
2.Penyusunan soal USBN untuk siswa penghayat kepercayaan
3.Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor: 03/D/SE/PD/2017 tentang USBN bagi
Peserta Didik Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME
4.Sertifikasi Penyuluh Kepercayaan supaya legal formal
5.Sertifikasi Assesor Penyuluh Kepercayaan Supaya Legal
Formal
C. CAPAIAN LAYANAN
PENDIDIKAN KEPERCAYAAN
6. E. Raport SD, SMP, dan SMA sedang dalam diproses
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor:
9955/D/PD/2018 tentang Rapor Manual bagi Peserta Didik Penghayat
Kepercayaan terhadap Tuhan YME
8. Jumlah Assesor Kepercayaan sebanyak 15 orang ( dari Sumut 1 Orang)
9. Jumlah penyuluh Kepercayaan yang sudah tersertifikasi 169 + 15 (Asesor
kepercayaan merangkap Penyuluh kepercayaan) 184 di seluruh Indonesia,
(dari Sumut 2 Orang )
10. Buku Pengangan Guru dari kelas 1 s.d 12 sudah dalam Proses Pencetakan
11. Buku teks untuk siswa dalam waktu dekat akan diadakan pleno untuk daft
buku tersebut
12. Bekerjasama dengan Untag Semarang Untuk Membuka program studi
Kepercayaan
Peraturan Pemerintah RI No 21 Tahun 1975 Tentang Sumpah
Janji PNS Tanggal 23 Juni 1975
Bagi PNS Penghayat Kepercayaan, terhadap Tuhan Yang
diatur dalam Pasal 3, Ayat 6, ‘’Bagi mereka  yang
berkepercayaan kepada Tuhan Yang Mahaesa selain
daripada beragama Islam, Kristen, Hindu, dan Budha, maka
kata-kata "Demi Allah" dalam Pasal 2 diganti dengan kata-
kata lain yang sesuai dengan kepercayaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.’’
Pasal 6 Ayat 1’’ Pejabat yang mengambil Sumpah/Janji
Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara tentang
pengambilan sumpah/janji tersebut, menurut salah satu
contoh sebagai tersebut dalam Lampiran I sampai dengan
VI Peraturan Pemerintah ini.
Pada bagian penjelasan Pasal demi Pasal
Pasal 1
“Setiap calon Pegawai Negeri Sipil segera setelah diangkat oleh
pejabat yang berwenang menjadi Pegawai Negeri Sipil wajib
mengangkat Sumpah/ Janji Pegawai Negeri Sipil menurut
agama/kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.”
Pasal 5 Ayat 2
“Rohaniwan yang mendampingi Pegawai Negeri Sipil yang
mengangkat sumpah/janji adalah Rohaniwan yang
seagama/sealiran kepercayaan kepada Tuhan Yang Mahaesa
dengan Pegawai Negeri Sipil yang mengangkat sumpah/janji”.
Pasal 6 Ayat 1
“ Dalam Peraturan Pemerintah ini dilampirkan 6 (enam)
buah contoh berita acara pengambilan sumpah/janji,
yaitu :
lampiran II, adalah contoh berita acara pengambilan
Janji Pegawai Negeri Sipil yang karena keyakinannya
tentang agama/kepercayaannya terhadap Tuhan Yang
Mahaesa berkeberatan mengucapkan sumpah.
Undang – Undang No 5 Tahun 2017
Tentang Pemajuan Kebudayaan
Pasal 2
Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan berlandaskan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 3
Pemajuan Kebudayaan berasaskan: a . toleransi; b. ke
beragaman; c. kelokalan; d. lintas wilayah; e. partisipatif;
f. manfaat; g. keberlanjutan; h. kebebasan berekspresi; 1.
keterpaduan; J . kesederajatan; dan k. gotong royong.
Pada Bagian Penjelasan Pasal 3 huruf B dapat dilihat
Uraian yang dimaksud dengan azaz keberagaman:
Bahwa pemajuan Kebudayaan mengakui dan
memelihara perbedaan suku, ras agama dan
kepercayaan
Pasal 5
Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi: · a. tradisi lisan;
b . manuskrip; c . adat istiadat; d. ritus; e . pengetahuan
tradisional; f. teknologi tradisional; g. sem; h . bahasa;
1. permainan rakyat; dan J. olahraga· tradisional
Pasal 8
Pemajuan Kebudayaan berpedaman pada: a. Pokok
Pikiran Kebudayaan Daerah kabupatenjkota; b. Pokok
Pikiran Kebudayaan Daerah provinsi; c. Strategi
Kebudayaan; dan d . Rencana Induk Pemajuan
Kebudayaan

Dalam memajukan kebudayaan Juga memperhatikan


Perlindungan, pengamanan, pemeliharaan,
penyelamatan, pengembangan, Pemanfaatan
PUTUSAN MK Nomor 97/PUU-IVX/2016,
18 Oktober 2017
Mengikat dan Final
1. Mengabulkan Permohonan Para Pemohon Untuk
Seluruhnya
2. Kata Agama Dalam Pasal 61 ayat 1 dan Pasal 64 Ayat 2
UU 23 tahun 2006 Sebagai telah diubah dengan UU no 24
Tahun 2013 tentang perubahan atas UU 23 Tahun 2006
tentang Adminduk Bertentangan dengan UUD NRI 1945
dan tidak mempunyai kekuatan Hukum Mengikat secara
bersyarat sepanjang tidak termasuk kepercayaan
3. Pasal 61 ayat 2 dan Pasal 64 ayat 5 UU no 23 Tahun 2006
sebagai mana telah di ubah dengan UU no 24 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas UU 23 Tahun 2006 Tentang
Adminduk dan Tidak mempunyai hukum mengikat
(Putusan MK No 97/ PUU-XIV 18 Oktober 2017
Pertimbangan Hukum MK
 3.13.5 Bahwa agar tujuan untuk mewujudkan tertib Administrasi
Kependudukan dapat terwujud serta mengingat Jumlah
kepercayaan dalam Masyarakat Indonesia sangat Banyak dan
Beragam Maka Pencantuman Elemen data kependudukan
tentang Agama bagi penghayat kepercayaan hanya dapat
mencatatkan yang bersangkutan sebagai penghayat kepercayaan
tanpa merinci kepercayaan yang dianut di dalam KK Maupun
KTP el begitu Juga Penganut Agama Lain
 Konsekuensi Konstitusional Hukum : Kolom Agama :
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Penulisan tidak
dengan redaksi penghayat melainkan kepercayaan terhadap
Tuhan YME. Penghayat merujuk kepada orang atau penganut
atau Pemeluk
TERIMA KASIH

RAHAYU

Anda mungkin juga menyukai