Anda di halaman 1dari 16

19

BAB III

ANALISIS SISTEM BERJALAN

3.1 Tinjauan Perusahaan


Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan bungursari merupakan unit kerja Kementerian
Agama yang secara institusional berada paling depan dan menjadi ujung tombak dalam
pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat dibidang keagamaan.

3.1.1 Sejarah Perusahaan


Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan merupakan unit kerja Kementerian Agama
yang secara institusional berada paling depan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan
tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat dibidang keagamaan. Secara histories, KUA adalah
unit kerja Kementerian Agama yang memiliki rentang usia cukup panjang. Menurut seorang
ahli dibidang ke-Islaman Karel Steenbrink, bahwa KUA Kecamatan secara kelembagaan telah
ada sebelum Depertemen Agama itu sendiri ada. Pada masa kolonial, unit kerja dengan tugas
dan fungsi yang sejenis dengan KUA kecamatan, telah diatur dan diurus dibawah lembaga
Kantor Voor Inslanche Zaken (Kantor Urusan Pribumi) yang didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda. Pendirian unit kerja ini tak lain adalah untuk mengkoordinir tuntutan pelayanan
masalah-masalah keperdataan yang menyangkut umat Islam yang merupakan produk pribumi.
Kelembagaan ini kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Jepang melalui lembaga sejenis
dengan sebutan Shumbu. Pada masa kemerdekaan, KUA Kecamatan dikukuhkan melalui
undang - undang No. 22 tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR).
Undang-undang ini diakui sebagai pijakan legal bagi berdirinya KUA kecamatan. Pada
mulanya, kewenangan KUA sangat luas, meliputi bukan hanya masalah NR saja, melainkan juga
masalah talak dan cerai. Dengan berlakunya UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang
diberlakukan dengan. PP. No. 9 tahun 1975, maka kewenangan KUA kecamatan dikurangi oleh
masalah talak cerai yang diserahkan ke Pengadilan Agama. Dalam perkembangan selanjutnya,
maka Kepres No. 45 tahun 1974 yang disempurnakan dengan Kepres No. 30 tahun 1978,
mengatur bahwa Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan mempunyai tugas dan fungsi
melaksanakan sebagaian tugas Departemen Agama Kabupaten dibidang urusan Agama Islam
diwilayah Kecamatan.
Sejak awal kemerdekaan Indonesia, kedudukan KUA Kecamatan memegang peranan
yang sangat penting sebagai pelaksana hukum Islam, khususnya berkenaan dengan perkawinan.
Peranan tersebut dapat dilihat dari acuan yang menjadi Dasar hukumnya, yaitu:
1. UU No. 22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk.
2. UU No.22 tahun 1946 yang kemudian dikukuhkan dengan UU No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan.
3. Keppres No. 45 tahun 1974 tentang tugas dan fungsi KUA kecamatan yang dijabarkan
dengan KMA No. 45 tahun 1981.
4. Keputusan Menteri Agama No. 517 tahun 2001 tentang pencatatan struktur organisasi
KUA kecamatan yang menangani tugas dan fungsi pencatatan perkawinan, wakaf dan
kemasjidan, produk halal, keluarga sakinah, kependudukan, pembinaan haji, ibadah sosial
dan kemitraan umat.
5. Keputusan Menteri Agama RI No. 298 tahun 2003 yang mengukuhkan kembali kedudukan
KUA kecamatan sebagai unit kerja Kantor Departemen Agama kabupaten / kota yang
melaksanakan sebagian tugas Urusan Agama Islam.
Karena tugasnya berkenaan dengan aspek hukum dan ritual yang sangat menyentuh
kehidupan keseharian masyarakat, maka tugas dan fungsi KUA kecamatan semakin hari
semakin menunjukkan peningkatan kuantitas dan kualitasnya. Peningkatan ini tentunya
mendorong kepala KUA sebagai pejabat yang bertanggung jawab dalam melaksanakan dan
mengkoordinasikan tugas-tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk bersikap dinamis,
proaktif, kreatif, mandiri, aspiratif dan berorientasi pada penegakkan peraturan yang
berlaku.Untuk lebih mendorong kualitas kinerja dan sumberdaya manusia, Kanwil Kementerian
Agama Prop. Aceh berupaya melakukan berbagai terobosan yang efektif yang intinya selain
bersifat koordinatif, juga sekaligus evaluatif dalam pelaksanaan tugas-tugas KUA. Salah satu
terobosan tersebut adalah penyelenggaraan penilaian terhadap KUA dalam bentuk kegiatan
penilaian KUA percontohan yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Penilaian terhadap Kantor
Urusan Agama yang diajukan dalam kegiatan tersebut, hasilnya dapat digunakan sebagai tolak
ukur untuk melihat sejauh mana penjabaran visi misi serta etos kerja yang telah dilaksanakan
para pelaksana tugas dan fungsi KUA tersebut, maka Kementerian Agama Insya Allah
memberikan warna dalam rangka mengaktualisasikan visi tersebut.
Adapun objek yang menjadi prioritas penilaian adalah menyangkut keseluruhan
pelaksanaan tugas KUA kecamatan, mulai dari bidang yang bersifat fisik, maupun administrasi
dan sumberdaya manusia. Dalam rangka memenuhi kriteria inilah profil KUA kecamatan
Simulue Timur Kabupaten Simeulue disusun sebagai KUA yang diberi kehormatan untuk
mengikuti penilaian KUA percontohan ditingkat Propinsi.
(KUA) kecamatan bungursari memiliki sebuah visi dan misi sebagai pedoman dan
tujuan. Selain itu (KUA) kecamatan bungursari juga memiliki Budaya dan Etos kerja yang
20
selalu diterapkan untuk mencapai visi dan misi. Berikut adalah Visi dan Misi (KUA)
kecamatan bungursari :

1. Visi
Terwujudnya kantor urusan agama sebagai pusat pelayanan bidang keagamaan
yang amanah dan professional.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi nikah dan rujuk
b. Meningkatkan kualitas pembinaan keluarga sakinah
c. Meningkatkan kualitas pelayanan ibadah social dan pembinaan syariah
d. Pemberdayakan lembaga-lembaga keagamaan islam dalam pembinaan umat.

3.1.2 Struktur Organisasi Dan Fungsi

Gambar III.1 Struktur Organisasi KUA

A. Tugas daan Fungsinya


Kantor urusan agama kecamatan bungursari adalah unit pelaksana teknis kementrian

21
agama (direktur Jendral bimbingan Masyarakat islam) yang bertugas melaksanakan sebagian
tugas kantor kementrian agama kabupaten purwakarta di bidang urusan agama islam, yang
berfungsi menyelenggarakan :
1. Menyelenggarakan pelayanan, pengawasan dan pelaporan nikah dan rujuk.
2. Menyelenggarakan stastik, dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi menejemen.
3. Menyelenggarakan kegiatan ketata usahaan dan kerumah tanggan kantor

4. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan keluarga sakinah

5. Menyelenggarakan pelayanan kemasjidan.

6. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan syariah.

7. Menyelenggarakan fungsi lain di bidang agama islam yang di tugaskan oleh kepala
kantor kementrian agama kabupaten purwakarta.
Untuk memberikan arah yang jelas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya kantor urusan
agama kecamatan bungursari.

3.2 Prosedur Sistem Berjalan


Analisis prosedur yang berjalan saat ini adalah sebagai berikut :
1. Calon mempelai
a. Menyerahkan persyaratan kelengkapan administrasi nikah berupa :
- Surat keterangan untuk nikah ( N1 ) yang telah di tanda tangani kepada kepala
desa/lurah.
- Surat keterangan asal – usul ( N2 ) yang telah di tandatangani kepada kepala
desa/lurah
- Surat persetujuan mempelai ( N3 ) yang telah ditandatangain oleh masing–
masing calon mempelai.
- Surat keterangan orang tua ( N4 ) yang telah di tandatangani kepala desa/lurah
- Surat izin orang tua ( N5 ) jika calon mempelai di bawah umur 21 tahun.
- Akta kematian atau surat keterangan kematian suami/istri yang ditandatangani
oleh kepala desa/lurah atau pejabat berwenang menjadi dasar pengisian model
N6 bagi janda/duda yang akan menikah.
- Akta cerai dari pengadilan agama untuk duda/janda cerai.
- Serat pemberitahuan kehendak nikah ( model N7 ) dari kantor desa/kelurahan
setempat.

22
- Foto copy KTP/KK ( laki-laki/perempuan )
- Surat izin pengadilan apabila apabila tidak ada izin dari orang tua/wali ( bagi
yang belum berusia 21 tahun )
- Dispensasi dari pengadilan bagi calon suamiyang belum berumur 19 tahun dan
bagi calon istri yang belum berumur 16 tahun.
- Surat izin dari atasan/kesatuan jika calon pengantin adalah anggota
TNI/POLRY.
- Surat izin menikah dari imigrasi bagi pernikahan campuran.
- Surat izin pengadilan bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang.
- Membayar biaya pendataan nikah sebesar Rp. 30.000,- sesuai dengan pp No.47
tahun 2004
2. Bagian pendataan mencatat data pendaftaran di buku pendaftaran.
3. Bagian pendaftaran mengisi mengisi formulir model NB berdasarkan data-data yang ada
dipersyaratan permohonan nikah dan diberikan kepada penghulu/PPN dengan buku
nikah.
4. Penghulu / PPN menerima formulir model NB yang telah di isi oleh bagian pendaftaran
besertapersaratan administrasi nikah.
5. Penghulu / PPN mengawasi akad nikah dan menandatangani formulir model NB dan buku
nikah kemudian meminta tanda tangan dari suami, istri, wali nikah, saksi-saksi di surat
model NB.
6. Penghulu memberikan formulir yang telah di tandatangani dan persyaratan administrasi
nikah ke bagian pendaftaran dan memberikan buku nukah kepada mempelai.
7. Pengantin menerima buku dari penghulu.
8. Bagian pendataan menerima formulir yang telah di tandatangani dan persaratan
administrasi nikah kemudian mencatat ke dalam buku akad nikah dan di arsipkan.
9. Untuk prosedur pendataan kantor agama hanya menerima data-data calon mempelai dari
pengadilan agama.
10. Bagian pendaftaran membuat laporan bulanan dan tahunan.
Kepala KUA menerima laporan pernikahan dari bagian pendaftaran.

3.3 Activity Diagram


Proses - proses yang terjadi memodelkan suatu aliran kerja (workflow) atau aktifitas dan
suatu operasi. Dimodelkan dalam suatu diagram yaitu activity Diagram yang disertai uraian -
uraian yang menggambarkan aliran kerja dari aktifitas ke aktifitas lain yang terdapat pada

23
sistem.

Gambar III.2 Activity Diagram Login

24
Gambar III.2 Activity Diagram Login

25
Gambar III.3 Activity Diagram Pendaftaran

26
Gambar III.5 Activity Diagram Data Penghulu

27
Gambar III.6 Activity Diagram Data Jadwal KUA

28
Gambar III.7 Activity Diagram Data Buku Nikah

29
Gambar III.8 Activity Diagram Data Petugas

30
Gambar III.9 Activity Diagram Data Laporan

31
Gambar III.10 Activity Diagram Logout

3.1 Spesifikasi Dokumen Masukan


Dokumen yang menjadi masukan system akan diuraikan lebih lanjut menjadi spesifikasi
bentuk dokumen masukan berupa penjelasan rinci dari dokumen tersebut. Dokumen masukan
yang mengalir disistem terdiri dari satu (1) dokumen yaitu pendaftaran.
Nama Dokumen : Pendaftaran
Fungsi : Sebagai input data calon mempelai
Sumber : calon mempelai
Tujuan : Administrasi
Media : Kertas

32
3.4 Spesifikasi Dokumen Keluaran
Dokumen yang menjadi keluaran system akan diuraikan lebih lanjut menjadai
spesifikasi bentuk dokumen keluaran berupa penjelasan rinci dari dokumen tersebut. Dokumen
keluaran yang dialirkan oleh system terdiri dari satu (1) dokumen rekap data pernikahan

Nama Dokumen : Rekap data pernikahan

Fungsi : Sebagai rekap laporan

Sumber : Administrasi

Tujuan : KUA kecamatan bungursari

Media : Kertas

Jumlah 1

Frekuensi : Setiap periode

Lampiran :

3.6. Permasalahan Pokok


Setelah melakukan praktikan di Kantor Urusan Agama(KUA) Kecamatan Bungursari,
penulis menemukan beberapa permasalahan pokok yang mengganggu kelancaran aktifitas atau
operasional di Kantor Urusan Agama(KUA) Kecamatan Bungursari, apabila dipermasalahan
ini tidak diselesaikan maka akan merugikan pihak Kantor Urusan Agama(KUA) Kecamatan
Bungursari tentunya, Adapun permasalahan pokok tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pencatatan data pernikahan/perndaftaran yang masih dilakukan secara manual
2. Data yang ditampilkan hanya sebatas informasi pernikahan di KUA Kecamatan
Bungursari. Lama nya proses rekap data laporan.

3.7. Pemecahan Masalah


Setelah meneliti dan mengamati dari permasalahan yang ada pada sistem yang sedang
berjalan,agar memudahkan dalam pembuatan laporan harian calon pengantin di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Rajeg diperlukan sistem yang terkomputerisasi.

Alternatif pemecahan masalah yang penulis usulkan yaitu dengan merancang, membuat, dan
33
membangun suatu sistem persyaratan nikah berbasis website sehingga dapat memudahkan
admin dalam pengolahan datanya. Dalam sistem sudah menggunakan basis data sehingga
hilanglah penumpukan data yang menggunakan kertas-kertas, serta proses pencarian data lebih
cepat pada saat dibutuhkan dalam pebuatan laporan.

34

Anda mungkin juga menyukai