PERAWATAN LUKA
Oleh:
Dina Tria Febriyanti
1102010079
Pembimbing:
dr. Aunurrafieq, Sp.B
ANATOMI SISTEM INTEGUMEN
Epidermis
• Stratum korneum (Lapisan tanduk):
lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk
(keratinasi), gepeng, kering, dan tidak berinti.
• Stratum lusidum (Lapisan bening) :
lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang
sangat gepeng dan bening.
• Stratum granulosum (Lapisan berbutir):
lapisan ini menghalangi masuknya benda asing,
kuman, dan bahan kimia yang masuk ke dalam
tubuh.
• Stratum spinosum (Lapisan bertaju):
lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan
dari luar, tebal, dan terdapat di daerah tubuh
yang banyak bersentuhan atau menahan beban
dan tekanan.
• Stratum germinativum/basal (Lapisan
benih): inti bagian basal lapis taju mengandung
kolesterol dan asam-asam amino.
Dermis
Derivate dermis terdiri atas bulu, kelenjar minyak,
kelenjar keringat, dan kelenjar lendir yang
membenam jauh ke dalam dermis. Dermis terdiri
atas serat-serat kolagen, serabut-serabut elastis,
dan serabut-serabut retikulin. Serat-serat ini
bersama pembuluh darah dan pembuluh getah
bening membentuk anyaman-anyaman yang
memberikan perdarahan untuk kulit.
• Lapisan papilla terdiri atas serat kolagen
halus, elastin, dan retikulin yang tersusun
membentuk jaring halus yang terdapat di bawah
epidermis.
• Lapisan retikulosa : lapisan retikulosa
mengandung jaringan pengikat rapat dan serat
kolagen. Lapisan ini ditemukan sel-sel fibrosa,
sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak
rambut.
Hipodermis atau Subkutis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia
superficial) yang terdiri atas jaringan pengikat
longgar, komponennya serat longgar, elastic, dan
sel lemak. Dalam lapisan hypodermis terdapat
anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan
anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan
permukaan kulit di bawah dermis.
Kelenjar
di Kulit
Persarafan Kulit
Fisiologi Sistem Integumen
Kulit memiliki banyak fungsi, yaitu:
• Fungsi proteksi
• Fungsi absorpsi
• Fungsi ekskresi
• Fungsi persepsi
• Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
• Pembentukan vitamin D.
LUKA
Luka (wound) merupakan adanya diskontinuitas
dan/atau kerusakan jaringan tubuh yang
menyebabkan gangguan fungsi. Luka disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan.
Klasifikasi
Berdasarkan kontaminasi
• Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak
terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan,genital dan urinari tidak terjadi.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
• Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
• Contamined Wounds (Luka terkontaminasi),
termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk
insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan
infeksi luka 10% – 17%.
• Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau
infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada
luka.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
• Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching
Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
• Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu
hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
• Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu
hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat
meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai
pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi
tidak mengenai otot.
• Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Berdasarkan waktunya
• Luka akut
Luka akut adalah luka dalam hitungan jam (s/d 8
jam). Luka yang dibiarkan lebih dari 8 jam
dinamakan neglected wound (luka yang terabaikan).
Luka akut umumnya merupakan luka traumatik,
contohnya luka tertusuk, terpotong, abrasi, laserasi,
luka bakar, dan luka traumatik lainnya.
• Luka kronik
Luka kronis adalah luka yang berlangsung lebih dari
2 minggu tanpa melewati fase-fase penyembuhan
secara sempurna; atau merupakan luka yang
berulang. Contohnya adalah luka akibat tekanan.
Berdasarkan penyebabnya
• Luka mekanik, terdiri atas :
▫ Vulnus scissum, atau luka sayat akibat benda
tajam.
▫ Vulnus contusum, luka memar di karenakan
cedera pada jaringan bawah kulit akibat
benturan benda tumpul.
▫ Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena
mesin atau benda lainnya yang menyebabkan
robeknya jaringan rusak dalam.
▫ Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil di
bagian luar (bagian mulut luka) akan tetapi
besar di bagian di dalam luka.
▫ Vulnus seloferadum, luka tembak akibat
tembakan peluru.
▫ Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas
bentuknya pada bagian luka.
Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu
sama lain dengan hati-hati. Tegangan dari tepi–tepi kulit harus seminimal
mungkin atau kalau mungkin tidak ada sama sekali. Ini dapat dicapai dengan
memotong atau merapikan kulit secara hati–hati sebelum dijahit.
Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi
ringan pada tepi–tepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada
kulit yang dijahit.
Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat
diserap atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu mmenjahit
kulit
Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai
daripada jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh
karena itu jahitan pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam–5 hari),
sedangkan jahitan pada dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan selama 10
hari atau lebih.
Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
• Jarum jahit bedah
Jarum jahit bedah, yang lurus maupun yang
lengkung, berbeda-beda bentuknya. Perbedaan
bentuk ini pada penampang batang jarum yang
bulat atau bersegi tajam, dan bermata atau tidak
bermata. Panjang jarum pun beragam dari 2-60
mm. Masing-masing berbeda kegunaannya,
berbeda cara mempersiapkan dan memasang
benangnya.
Kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman
jaringan yang berbeda, sedangkan penampang
batang jarum dipilih berdasarkan lunak kerasnya
jaringan. Jarum yang sangat lengkung untuk luka
yang dalam dan penampang yang bulat untuk
jaringan lunak dan yang bersegi untuk kulit.
Jarum yang bermata akan membuat lubang
tusukan lebih besar, sedangkan jarum yang tidak
bermata yang disebut atraumatik akan membuat
lubang yang lebih halus
Teknik
Penjahitan
Luka
Profilaksis Tetanus
Imunisasi pasif
- ATS dari serum kuda
- Tetanus Immunoglobulin Human (TIGH).
Dosis ATS yang dianjurkan belum ada keseragaman
pendapat
- 1500–3000 u i.m
- 3000–5000 u i.m.
Dosis TIGH: 250–500 u i.m
Imunisasi aktif
- DPT : diberikan untuk imunisasi dasar
DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun; diberikan
pada anak dengan riwayat demam dan kejang
- TT: diberikan pada: ibu hamil dan anak usia 13 tahun
keatas.
Profilaksis Antibiotik
Pencabutan Jahitan
Umumnya luka didaerah wajah memerlukan
waktu 3-4 hari, di daerah lain 7-10 hari. Salah satu
faktor penting dalam menentukan saat pencabutan
jahitan adalah tegangan pada tepi luka bedah. Tepi
luka yang searah dengan garis lipatan kulit tidak
akan tegang, sementara luka yang arahnya tegak
lurus terhadap garis kulit atau yang dijahit setelah
banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan
ketegangan tepi luka yang besar.
TERIMA KASIH