Anda di halaman 1dari 29

PERAKITAN VARIETAS TANAMAN (AGT 323)

MEKANISME PENGHAMBAT
REPRODUKSI SEKSUAL

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2020
PENDAHULUAN

 Reproduksi seksual yang bermuara pada pembuahan mempunyai


peran penting untuk mentransfer gen dari tetua kepada keturunannya.
 Reproduksi seksual melalui penyerbukan sendiri diperlukan untuk
mengumpulkan (fiksasi) gen-gen pembawa sifat keunggulan ke dalam
bentuk homosigot.
 Reproduksi seksual melalui penyerbukan silang diperlukan untuk
menghasilkan rekombinasi gen dari tetua yang berlainan.
 Pada beberapa spesies tanaman, reproduksi seksual baik melalui
penyerbukan sendiri maupun melalui penyerbukan silang dapat disertai
dengan pembuahan dan menghasilkan biji tanpa hambatan.
 Namun pada beberapa spesies tanaman lainnya, proses penyerbukan
dapat berlangsung namun tidak diikuti dengan peroses pembuahan
sehingga biji tidak terbentuk.
 Tidak terjadinya proses pembuahan yang mengikuti penyerbukan ini
dikenal dengan INFERTILITAS
PENDAHULUAN

INFERTILITA
S

INKOMPATIBILITAS

MANDUL JANTAN
INKOMPATIBILITAS

 Inkompatibilitas merupakan hambatan reproduksi seksual yang


disebabkan oleh kegagalan polen dan ovule normal untuk
melakukan pembuahan dan menghasilkan zigot (biji) akibat
hambatan fisiologi atau genetik.
 Kegagalan pembuahan tersebut dapat terjadi pada :
 Stigma: dinding polen (exine) mengandung
protein tidak dikenali stigma sehingga polen
tidak dapat berkembang menjadi pollen tube
 Stylus : pollen tube dapat terbentuk tetapi tidak
dapat melewati stylus
 Ovari : pollen tube dapat melewati stylus dan
melepas sperm nuclei (sel sperma) ke dalam
ovari tetapi tidak mampu melakukan
pembuahan (fertilisasi/syngamy).
KOMPATIBEL vs INKOMPATIBLE
INKOMPATIBILITAS

 Incompatibility pada tanaman pertama dilaporkan oleh KOELREUTER


pada pertengahan abad 18.
 Lebih dari 300 spesies dari 70 famili anggota devisi angiosperma
menunjukkan fenomena incompatibility

 Incompatibility dapat berlangsung pada:


 Sesama spesies = inkompatibilitas intraspesifik (intraspecific
incompatibility) atau lebih dikenal sebagai inkompatibilitas-
sendiri (self- incompatible).
 Antar species = inkompatibilitas interspesifik (interspecific
incompatibility)
INKOMPATIBILITAS

 Self-incompatibility memiliki arti lebih penting dalam pemuliaan


tanaman dibanding interspesific incompatibility, karena
persilangan antar spesies hanya merupakan pilihan jika sumber
gen dalam satu spesies tidak mencukupi.
 Adanya fenomena self-incompatible memungkinkan pemulia
menghasilkan variabilitas (keragaman) bahan pemuliaan tanpa
kuatir terjadi pembuahan sendiri (self fertilization) sekaligus
dapat melalukan seleksi untuk memilih genotipe unggul.
 Adanya fenommena self-incompatible juga sangat bermanfaat
mengelola persilangan dalam perakitan hibrida, yakni tidak
memerlukan emaskulasi yang biasanya dilakukan untuk
mencegah pembuahan sendiri (self fertilization)
SISTEM SELF-INCOMPATIBILITY

DISTYLY
HETEROMOPHIC
INCOMPATIBILITY
TRISTYLY
SELF-
INCOMPATIBILITY
GAMETOPHYTI
C
HOMOMORPHIC
INCOMPATIBILITY
SPOROPHYTIC
HETEROMORPHIC INCOMPATIBILITY

 Heteropmorphic incompatibility terjadi karena adanya perbedaan


panjang filament dan stylus (bunga heterosytly)
 Bunga heterostyly sangat jarang dijumpai pada tanaman, hanya
pada sekitar 25 famili
 Sifat heterostyly dikendalikan oleh gen yang saling bertautan
dengan gen-gen yang mengendalikan keragaman bentuk bunga
(polimorfisme)
 Bentuk paling umum dari heterosyly adalah : distyly dan tristyly.
HETEROMORPHIC INCOMPATIBILITY
(DISTYLY)
 Spesies tanaman distyly dicirikan dengan dua tipe bunga, yaitu:
 Bunga pin : stylus (tangkai putik) panjang dan filament
(tangkai sari) pendek
 Bunga thrum : stylus pendek dan filament panjang
 Contoh : bunga primula
 Distyly dikendalikan oleh 1 gen dengan dua allele (S dan s)
 Sifat pin dikendalikan oleh genotipe homosigot resesif (ss),
sedangkan sifat thrum dikendalikan oleh genotipe heterosigot
(Ss)
 Persilangan :
 pin x pin → tidak kompatibel
 pin x thrum → kompatibel (1 pin : 1 thrum)
 thrum x pin → kompatibel (1 thrum : 1 pin)
 thrum x thrum → tidak kompatibel
HETEROMORPHIC INCOMPATIBILITY
(DISTYLY)
HETEROMORPHIC INCOMPATIBILITY
(TRISTYLY)
 Spesies tanaman memiliki tiga tipe bunga, yaitu:
 Stylus pendek, filament sedang dan panjang Persilangan
 Stylus sedang, filament pendek dan panjang sesama tipe
bunga =
 Stylus panjang, filament pendek dan sedang
inkompatible
 Contoh: bunga lithrum
 Tristyly dikendalikan oleh 2 gen, masing-masing dengan dua
allele ( S, s, dan M, m)
 Genotipe dengan allele dominan ganda (SS MM) menghasilkan
stylus pendek
 Genotipe dengan allele dominan ganda (ss mm) menghasilkan
stylus panjang
HETEROMORPHIC INCOMPATIBILITY
(TRISTYLY)
HOMOMORPHIC INCOMPATIBILITY

 Hambatan pembuahan tidak terjadi karena perbedaan morfologi


bunga melainkan karena faktor genetik.
 Mekanisme inkompatibilitas dikendalikan oleh 1 gen dengan
sejumlah allele (S1, S2,S3,……Sn)
 Reaksi inkompatibilitas pollen terhadap stylus dikendalikan oleh
genotipe polen (gametopytic incompatibility) atau oleh genotipe
tanaman penghasil polen tersebut (sporophytic incompatibility).
 Pollen adalah haploid sehingga genotipenya hanya memiliki 1
allele
 Jika tanaman penghasil pollen adalah diploid , maka genotipe
tanaman tersebut memilki 2 allele
HOMOMORPHIC INCOMPATIBILITY
(GAMETOPHYTIC)
 Banyak dijumpai pada spesies tanaman dari famili Solanaceae, Onagraceae,
Rosaceae, Graminae (Poaceae), Leguminoceae, Scrophulariaceae

BUNGA TEMBAKAU

BUNGA KENTANG
HOMOMORPHIC INCOMPATIBILITY
(GAMETOPHYTIC)
 Awalnya dikenal sebagai Oppositional factor system
 Sifat inkompatibilitas pollen ditentukan oleh genotipe dari pollen
itu sendiri
 Reaksi inkompatibilitas terjadi pada stylus
 Pollen tube tidak akan dapat menembus stylus jika allele dari
pollen sama dengan salah satu allele dari pistil, sehingga
pembuahan tidak dapat berlangsung
HOMOMORPHIC INCOMPATIBILITY
(SPOROPHYTIC)
 Banyak dijumpai pada familia Brassicaceae, seperti brokoli,
radish, dan kale

Brokoli Buckwheat
HOMOMORPHIC INCOMPATIBILITY
(SPOROPHYTIC)
 Reaksi inkompatibilitas terjadi pada permukaan stigma
 Inkompatibilitas pollen terhadap stigma ditentukan oleh genotipe
tanaman penghasil pollen tersebut.
 Sifat inkompatibilitas pollen dikendalikan allele dominan,
misalnya tanaman penghasil polen memiliki genotipe S1S2 dan
S1 dominan terhadap S2, maka semua pollen yang dihasilkan
(baik S1 maupun S2) akan bertindak seperti S1, sehingga
pollen-pollen tersebut akan inkompatibel terhadap pistil dengan
genotipe yang mengandung allele S1.
HOMOMORPHIC INCOMPATIBILITY
(SPOROPHYTIC)
UPAYA MENGATASI SELF-INCOMPATIBILITY

 Polinasi kuncup (bud pollination)


Polinasi pollen masak fisiologis pada stigma yang belum masak fisiologis;
biasanya dilakukan 1 – 2 hari sebelum bunga mekar/anthesis
 Polinasi akhir musim
Pada beberapa spesies derajat inkompatibilitas berkurang pada akhir
musim berbunga
 Polinasi ganda
Beberapa spesies inkompatibilitas dapat dikurangi melalui penyerbukan
stigma dengan campuran polen yang inkompatibel.
 Suhu tinggi
Kesuburan pistil dapat dikurangi dengan mengekposnya pada suhu hingga
60 oC sehingg reaksi inkompatibilitasnya terhadap polen berkurang.
 Radiasi
Penggunaan sinar x secara sementara dapat menghilangkan
inkompatibilitas
MANDUL JANTAN

 Mandul jantan (male sterility) adalah kegagalan tanaman


menghasilkan pollen yang fungsional, yaitu mampu membuahi ovule.
 Seperti halnya self-incompatibility, mandul jantan juga mendorong
terjadinya penyerbukan silang.
 Kemandulan dapat terjadi karena beberapa sebab:
 Tanaman gagal menghasilkan anther atau
 Anther yang dihasilkan gagal melakukan meiosis sehingga tidak
menghasilkan pollen atau
 Pollen yang dihasilkan tidak lepas dari anther atau
 Pollen yang lepas dari anther tidak mengalami kematangan secara
normal atau
 Sengaja dimandulkan melalui proses induksi dengan agen fisik
(radiasi, suhu tinggi, dsb) maupun agen kimia (gametosida atau
pollen suppressant)
MANDUL JANTAN

 Mandul banyak dimanfaatkan untuk perakitan varietas hibrida,


terutama pada tanaman penyerbuk sendiri.
 Keuntungan mandul jantan dalam perakitan hibrida adalah:
 Biaya produksi benih hibrida dapat dikurangi, karena pekerjaan
emaskulasi dan polinasi dapat ditiadakan.
 Dengan ditiadakannya pekerjaan emaskulasi dan polinasi maka
proses pengembangan dan evaluasi hibrida dapat dilakukan dalam
waktu yang relatif cepat.
 Dengan berkurangnya biaya tersebut maka produksi benih hibrida
dapat dilakukan dalam skala besar.
Genetic Male Strerility
TIPE MANDUL JANTAN(GMS)
MALE Cytoplasmic Male Sterility
STERILITY
(MS) (CMS)

Cytoplasmic–Genetic
Male Sterility (CGMS)
MANDUL JANTAN GENETIK
(GENETIC MALE STERILITY/ GMS)

 Kemandulan dikendalikan secara genetik dalam inti sel


(nukleus) yang menghambat perkembangan anther dan pollen
 Pollen mandul dikendalikan oleh allele resesif (ms), sedangkan
pollen normal dikendalikan allele dominan (Ms), jadi genotipe
msms adalah steril, sebaliknya MsMs dan Msms adalah fertil.
 Ekspresi umum dari GMS adalah aborsi pollen (pistilody)
sehingga efektivitas GMS diukur berdasarkan persentase biji
yang terbentuk; Lengkap (jika tidak ada biji terbentuk) atau
Parsial (jika terdapat beberapa biji yang terbentuk)
MANDUL JANTAN GENETIK
(GENETIC MALE STERILITY/ GMS)

 Tanaman dengan GMS memiliki morfologi bunga bervariasi


antara tidak adanya stamen hingga terdapat stamen tapi pollen
yang dihasilkan tidak dapat lepas.
 Bunga GMS umumnya memiliki ukuran lebih kecil dari bunga
normal (fertil), ukuran stamen (jika ada) juga berukuran lebih
kecil dari stamen normal.
 GMS dapat diinduksi melalui mutasi spontan, irradiasi,
penggunaan mutagen kimia, fusi protoplasma, atau rekayasa
genetika
MANDUL JANTAN GENETIK
(GENETIC MALE STERILITY/ GMS)
 GMS banyak dijumpai berbagai jenis tanaman termasuk padi,
jagung, kapas, kedelai, tomat, sorgum, dan tembakau.
 Fenomena GMS sangat bermanfaat dalam perakitan hibrida,
karena tidak memerlukan emaskulasi untuk mencegah
persilangan sendiri.
 Agar GMS dapat dimanfaatkan dalam program perakitan hibrida,
sifat GMS harus lengkap (tidak ada biji yang terbentuk) dan
stabil pada berbagai kondisi lingkungan.
 Untuk mempertahankan galur GMS, pemulia harus
menyilangkan tanaman GMS (msms) dengan tanaman
heterosigot (Msms), yang keturunannya 50% Msms (fertil) dan
50% msms (mandul).
(Ingat persilangan sendiri atau persilangan sesama GMS
(msms) tidak dapat dilakukan karena mandul)
MANDUL JANTAN SITOPLASMA
(CYTOPLASMIC MALE STERILITY/CMS)

 Dikendalikan oleh gen mitokondria yang terdapat pada


sitoplasma
 Tanaman dengan sitoplasma tanpa gen kemandulan disebut
tanaman normal (N) sedangkan tanaman dengan sitoplasma
pembawa gen kemandulan disebut dengan tanaman CMS (S)
 Seluruh keturunan yang dihasilkan dari persilangan tanaman
CMS dengan tanaman normal akan selalu mandul jantan, karena
sitoplasma berasal dari sel telur
 CMS dapat terjadi karena mutasi spontan, persilangan antar
spesies ( interspesific hybridization), atau diinduksi dengan
mutagen kimia
 CMS dapat dijumpai pada jagung, sorghum, wortel, bunga
matahari, cabe, bawang merah, dan bit gula.
MANDUL JANTAN SITOPLASMA
(CYTOPLASMIC MALE STERILITY/CMS)

 CMS telah banyak dimanfaatkan untuk perakitan varietas hibrida


padi, jagung, wortel, bawang merah, bunga matahari, dan jenis
tanaman lainnya.
 Pada tanaman sayur non buah atau tanaman hias, adanya
CMS menyebabkan kualitas sayur atau bunga menjadi lebih baik
karena awet segar dalam waktu lebih lama.
CYTOPLASMIC-GENETIC MALE STERILITY
(CGMS)

 Kemandulan yang dikendalikan oleh interaksi gen pada inti sel


dan gen pada mitokondira (sitoplasma)
 Pengelolaan CGMS untuk pengembangan hibrida cukup
kompleks, sehingga pemanfaatnnya masih terbatas.

Anda mungkin juga menyukai