Anda di halaman 1dari 35

Proses Preservasi Kadaver dan

Bahan Kimia Dalam Preservasi

Samuel P Ratumanan
Overview
 Definisi

 Sejarah Preservasi Kadaver

 Tujuan Preservasi Kadaver

 Teknik Lama dan Baru Preservasi

 Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi


Definisi
 Preservasi : Suatu tindakan untuk
melindungi sesuatu dari kerusakan dan
dekomposisi
 Konservasi : merupakan suatu proses
preservasi yang secara cermat untuk
melindungi sesuatu
 Embalment: suatu ‘treatment pada
bagian tubuh yang mati menggunakan
zat kimiawi khusus sebagai proteksi
terhadap pembusukan.1

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2. Masuko TS, Andrade LDS, Ottone NE, Baptista C, Augusto C, Barros MD. A new technique of human body embalming and
preservation at room temperature and dry storage. The FASEB Journal. 2019; 33: 767.4-767.4. 
https://doi.org/10.1096/fasebj.2019.33.1_supplement.767.4
Tujuan Preservasi Kadaver
Edmond Souchon (1908), the aims of embalming for anatomical purposes are:
 The thorough and complete preservation.
 The softness of the tissues, as they are found in the unembalmed subjects.
 The colour of the muscles and organs, the securing at least of a brown dark
colour for the muscles.
 The distension – and the colouring – of the arteries

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode Ancient
 Mesir (3200 SM)  anggota kasta imam dan pendeta
 Terdapat 2 perkembangan utama
1. Penggunaan zat tambahan seperti natron, herba, minyak cedar, resin alami yang berasal dari
pohon, dupa dan getah, nada, dan tar.
2. eksenterasi atau pengeluaran isi.
 Eksenterasi ini menandai pelestarian jenazah manusia selama ribuan tahun berikutnya.

 Persia  pembalseman pada mayat Alexander Agung


 Menggunakan emersinya dengan bahan utamanya adalah madu

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode Ancient
 Eropa  pemakaman dolmenik 'La Velilla' di Osorno (Spanyol).
 Tulang manusia berusia 5000 tahun telah ditemukan, yang terlapisi cinnabar (vermillion)

 Kekaisaran Romawi (300 M) Komponen seskuiterpen, triterpenoid, dan diterpenoid, yang
berasal dari resin konifera dan pistasia, mur, dan rempah-rempah lainnya, ditemukan pada tubuh
mumi di Yunani Utara, mengkonfirmasi informasi kuno tentang metode pengawetan pada zaman
Yunani dan Romawi

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode Anatomi
 Dari budaya kuno itu, pembalseman menyebar ke Eropa (500 M)
 Ambroise Pare (1510-1590) & Peter Forestus (1522-1597)
 prosedur mengeluarkan isi tubuh, mencuci dengan air dingin dan aqua vita, mengisi rongga dengan
lapisan kapas yang dibasahi Aqua vita, dan bedak, menjahit mayat, dan terakhir membungkus mayat
dengan kain lilin dan hal-hal lain.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode Anatomi
Periode renaisans pengaruh di bidang kedokteran
Alessandro Giliani (1326): disuntikan ke arteri dengan larutan berwarna yang kemudian
mengeras (da Vinci & O’Malley, 1983).
Leonardo da Vinci (1452-1519)  Cairan pembalsemannya adalah campuran yang terbuat
dari terpentin, kamper, minyak lavender, vermilion, anggur, rosin, natrium nitrat, dan
kalium nitrat. Ia juga menggunakan suntikan lilin ke ventrikel,
Jacobus Berengar (1470-1550) menyuntikkan air hangat ke pembuluh darah,
Bartholomeo Eustachius (1520-1574) menggunakan suntikan tinta hangat,
Reinier de Graaf (1641–1673) menyuntikkan cairan dengan menambahkan merkuri
Jan Swammerdam (1637-1680) menyuntikkan bahan seperti lilin yang kemudian

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode Anatomi
 William Hunter (1718–1783), John Hunter (1728–1793) dan Matthew Baillie (1761–1823),
menyempurnakan metode injeksi arterial sehingga seluruh bagian mayat terjangkau

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode Anatomi
 Jean Nicolas Gannal (1721–1783): pembalsem pertama kali tercatat dalam studi ilmiahdan
diterbitkan

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode Anatomi
 Alfredo Salafia (1869–1933)  Embalmer dari italy yang tercatat menggunakan formaldehida
pertama kali.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Sejarah Preservasi Kadaver
Periode pembalseman Untuk Pemakaman (1861)

 Perang Saudara Amerika, terutama karena motif sentimental.


 Bertujuan  mengawetkan jenazah agar dapat dikuburkan tanpa tergesa-gesa, mencegah
penyebaran infeksi dan kosmetik untuk alasan estetika.
 Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, arsenik sering digunakan sebagai cairan pembalseman,
tetapi telah digantikan oleh formaldehida.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Sejarah Preservasi Kadaver
Modern Periode

• Lakowski (1886) memperkenaln pembalseman anatomi menggunakan campuran fenol dan


gliserin (1:20) kemudian mengganti campurannya menjadi (Fenol,asam borat,alkohol dan gliserin
 1:1:4:20).
• Thiel (1992, 2002)  metode halus untuk 'pengawetan seluruh mayat dengan warna-warna
alami'. Metode ini memiliki keuntungan memenuhi standar pengawetan yang tinggi tanpa
melepaskan zat berbahaya ke lingkungan. Meski demikian, metodenya cukup rumit dan
memasukkan beberapa zat mahal selama proses pengawetan.
• Thiel menyarankan untuk menyuntikkan campuran air keran 40 mL, etanol 45 mL dan
formaldehida 15 mL ke ventrikel otak

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Sejarah Preservasi Kadaver
Modern Periode

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
2.
Metode dan Tahapan Preservasi
Preservasi Formaldehida
• Dibutuhkan 4.0- 4.8g formaldehyde untuk melarut 100g
soluble protein sedangakn protein non-soluble lebih tinggi
• kandungan protein rata-rata pada manusia adalah 164.4g /
kg. contoh cadaver 80kg akan membutuhkan 1,4-1,7L
larutan formaldehida 37% atau 0,52-0,63kg formaldehida
murni
• Formaldehida di injeksikan kedalam cadaver
• tambahkan 0,025 M natrium pirofosfat dengan atau tanpa
0,001 M magnesium klorida  otot tetap lentur dan
persendian dapat digerakkan.

1. Aslam F, Kumarasinghe. N. Cadaver Preservation Methods for Human Anatomy Teaching; a Three-Dimensional Approach.
American Journal of Clinical Anatomy & Physiology. 2021; 3 (1): 01-4
2. Denis-Rodríguez E, Aguirre-Gutiérrez AA .Thiel Soft-Fix method for long term preservation .Rev Mex Med Forense,.2017; 3(2):91-98
Metode dan Tahapan Preservasi
Preservasi Ethanol/Alcohol
• Etanol adalah agen anti infeksi yang banyak digunakan dan pelarut beralkohol dalam
pengawetan mayat.
• Etanol secara reversibel mengubah sifat protein ketika dikombinasikan dengan gliserin
dengan mempengaruhi lapisan hidrat dalam struktur tersier protein dan ngganggu
jembatan hidrogen.
• saat ini telah mengidentifikasi bahwa etanol 70%  konsentrasi ideal yang diperlukan untuk
mengawetkan sampel.
• keterbatasan dan kurangnya data dan publikasi tentang metode ini  peneliti menolak
menggunakannya pada preservasi

1. Aslam F, Kumarasinghe. N. Cadaver Preservation Methods for Human Anatomy Teaching; a Three-Dimensional Approach.
American Journal of Clinical Anatomy & Physiology. 2021; 3 (1): 01-4
Metode dan Tahapan Preservasi
Thiel Method
• menggunakan campuran berbasis air dengan
monopropilen glikol, amonium nitrat, kalium nitrat,
natrium sulfit, asam borat, klorokresol, formalin, dan,
dalam kasus cairan perfusi, juga alkohol dan morfolin
• Langkah pertama  perfusi Dua cairan diinfuskan
secara bersamaan, satu arteri (biasanya melalui arteri
femoralis atau brakialis) dan satu vena (biasanya melalui
sinus sagital superior atau vena brakialis).
• Jenazah direndam dalam tangki berisi cairan pembalseman
setidaknya selama 4-6 bulan.
• Kemudian dapat disimpan dalam kantong plastik tertutup
sampai digunakan, tanpa perlu didinginkan

1. Eisma, Roos, Wilkinson, Tracey. From “Silent Teachers” to Models. PLoS biology. 2014; 12. e1001971.
10.1371/journal.pbio.1001971.
Metode dan Tahapan Preservasi
Thiel Soft fix Technique: Initial Embalment
• Mencuci dan mengeringkan seluruh pohon vaskular, untuk
menghilangkan gumpalan dan faktor lain yang menurunkan sirkulasi
cairan.
• larutan injeksi dimasukkan melalui jalur serviks (arteri karotis interna
atau karotis komunis), dengan menggabungkan Larutan A dan
larutan B dan menambahkan 300 ml formaldehida dan 700 g
natrium sulfit, dengan volume total 15,7 liter.
• Larutan A mengandung 3% asam borat, 30% etilen glikol, 20%
amonium nitrat, 5% kalium nitrat dan 42% air dengan volume total
biasanya 14-15 liter.
• Larutan B mengandung 10% ethylene glycol dan 1% 4- chloro-3-
methylphenol dengan total volume 500 ml.
• Campuran yang sama ini dimasukkan ke tubuh secara oral dan rektal
untuk mencoba memasukkannya ke dalam saluran pencernaan dan
pernapasan

1. Denis-Rodríguez E, Aguirre-Gutiérrez AA .Thiel Soft-Fix method for long term preservation .Rev Mex Med Forense,.2017; 3(2):91-98
Metode dan Tahapan Preservasi
Thiel Soft fix Technique: Emersi
• Cadaver ditempatkan di kolam atau bak, yang berisi Solusi Perendaman (mengandung 10%
etilen glikol, 2% formaldehida, 2% larutan B Thiel, 3% asam borat, 10% amonium nitrat, 5%
kalium nitrat, 7% natrium sulfit dan 65%% air)
• Total volume yang bergantung pada ukuran kolam & cukup untuk menenggelamkan tubuh
secara keseluruhan.
• Waktu perendaman  30 hari
• Setelah itu jenazah dikeluarkan dari kolam dan dimasukkan ke dalam tas dengan segel
kedap udara;
• Jika tanda-tanda dehidrasi, dapat dibenamkan kembali di baskom yang sama selama 5-7
hari

1. Denis-Rodríguez E, Aguirre-Gutiérrez AA .Thiel Soft-Fix method for long term preservation .Rev Mex Med Forense,.2017; 3(2):91-98
Contoh

1. Instruksi Kerja Proses Pengawetan Kadaver. Laboratorium/Departemen Anatomi - Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. [Internet] 2012[ Diambil pada 2021] Diambil dari http://fk.ub.ac.id/labanatomi/wp-content/uploads/2013/10/IK-
Pengawetan-Kadaver.pdf
1. Eisma, Roos, Wilkinson, Tracey. From “Silent Teachers” to Models. PLoS biology. 2014; 12. e1001971.
10.1371/journal.pbio.1001971.
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi

germicides/ modifying
preservatives, surfactants
disinfectants, agents,

anticoagulants dyes, perfuming agent

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Preservatif/Fixatif Aldehida

• Formaldehida  bakterisidal, fungisida dan insektisida (dalam efisiensi


menurun).
• Penggunaan formaldehida sebagai bahan pengawet  fakta formaldehida
memiliki sifat antiseptik dan mencegah masuknya organisme
• Meskipun demikian, meskipun formaldehida adalah fiksatif jaringan yang
sangat baik, penggunaannya umumnya dikaitkan dengan kekakuan yang
ekstrim (Richins et al. 1963).
• Termasuk disinfektan tingkat tinggi (formaldehida 8% dalam alkohol 70%)
atau tingkat menengah hingga tinggi (4–8% formaldehida dalam air).

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Preservatif/Fixatif Aldehida

• Glutaraldehida  dialdehida yang biasanya reaktif dan digunakan untuk


berbagai sintesis kimiawi.
• 1940-an dan 1950-an, menjadi jelas bahwa glutaraldehida menunjukkan
sifat yang lebih unggul dalam banyak hal daripada formaldehida dalam
kimia fiksasi protein dan
• bidang awal disinfeksi / sterilisasi. Ketertarikan pada glutaraldehida
memuncak pada awal 1960-an,

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Preservatif/Fixatif Aldehida
• Glyoxal (oxaldehyde)  pestisida yang dirancang untuk membunuh
organisme yang menghasilkan lendir.
• Karena mengandung gugus kromofor, larutan glioksal cenderung membuat
jaringan menjadi kuning (Mayer, 2012).
• Glioksal menyerang gugus amino protein, nukleotida, dan lipid dengan
gugus karbonilnya yang sangat reaktif.
• Urutan reaksi non-enzimatik, yang disebut glikasi, menghasilkan produk
akhir glikasi lanjutan yang stabil, yang mengubah fungsi protein dan
menonaktifkan enzim, mengakibatkan gangguan metabolisme sel,
gangguan proteolisis, dan penghambatan proliferasi sel dan sintesis protein.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Preservatif/Fixatif Tetrakis(hydroxymethyl)phosphonium chloride
• Tetrakis (hidroksimetil) fosfonium klorida  disintesis melalui reaksi
fosfin, formaldehida dan asam klorida.
• Dapat bisa diserap melalui kulit
• Cairan pembalseman bebas formaldehida menggunakan zat ini baru-baru
ini disajikan oleh Shi et al. (2012),
• Tidak ada data epidemiologi yang relevan dengan karsinogenisitas garam
tetrakis (hidroksimetil) fosfonium yang tersedia.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Preservatif/Fixatif Alcohol
• alkohol  bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bentuk vegetatif,
• efek spesifiknya tergantung pada konsentrasi dan kondisi.
• Cara kerja yang dominan tampaknya berasal dari koagulasi / denaturasi protein, dengan fakta
bahwa protein tidak terdenaturasi dengan mudah jika tidak ada air seperti oleh campuran
alkohol dan air.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Preservatif/Fixatif Narium nitrat
• Natrium nitrat  pengawet ('garam pengawet'; Macdonald & MacGregor, 1997).
• Selain digunakan dalam metode pembalseman kuno, ia konon merupakan salah satu
komponen cairan pembalseman Leonardo da Vinci (McKone, 1999).
• Sebagai bahan tambahan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri,
khususnya Clostridium botulinum dan membantu menjaga warna daging yang
diawetkan (Sarraga et al. 1989).

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Preservatif/Fixatif Asam borat
• Asam borat  telah digunakan sejak masa di firaun Mesir (Kaup et al. 2003; Buckley et
al. 2004).
• Borat digunakan untuk reservasi anatomi oleh Lakowski, Thiel dan Majewski (Laskowski,
1886; Thiel, 2002; Majewski et al. 2003).
• Menurut Peters (1956), asam borat harus diklasifikasikan sebagai bahan pengawet. Ia
bekerja sebagai insektisida, telah digunakan sebagai antiseptik ringan atau
bakteriostatik pada pencuci mata dan obat kumur,

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Disinfektan Fenol dan derivatnya
• Fenol  kristal solid tak berwarna dengan titik leleh yang relatif rendah
• Turunan fenol dan fenol digunakan dalam resin dan produk berbasis
resin seperti formaldehida dan bisphenol resin, disinfektan & pewarna
organik.
• Penggunaan fenol yang pertama kali dipublikasikan secara luas sebagai
desinfektan di bidang medis oleh Lister (1867) (Bedino, 1994).
• Fenol adalah bakteriostatik dalam konsentrasi sekecil 0,2% berdasarkan
kemampuannya untuk menonaktifkan enzim di dalam sel dan
mempengaruhi permeabilitas sel. Ini menjadi bakterisidal / fungisida
pada konsentrasi 1,0-1,5% dan benar-benar menghancurkan dinding
sel.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi

Modifyng Agent Buffer

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi
Modifyng Agent Humectan & Wetting Agent
• Gliserin  bukan disinfektan, tetapi meningkatkan efisiensi
formaldehida untuk membuat sejumlah kecil formalin dan
gliserin sama kuatnya dengan disinfektan dengan jumlah
yang jauh lebih besar dari formalin saja (Bradbury &
Hoshino, 1978)
• Kloral hidrat  turunan glikol dan merupakan metabolit
utama trikloroetilen . Dalam cairan pembalseman anatomis,
kloral hidrat telah digunakan oleh beberapa penulis (Jores,
1913; Peters, 1956; Kurz, 1977/1978; Frewein et al. 1987;
Sampaio, 1989; Guimaraes ~ Da Silva et al. 2004).
• Sorbitol  digunakan sebagai pengganti gliserin (Richins et
al. 1963; Gbr. 3). Ini adalah humektan yang lebih baik, dan
ada sedikit penggelapan atau 'pencoklatan' jaringan.

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344
Pengenalan Bahan Kimia Dalam Preservasi

Modifyng Agent Softener & Abticoagulan

1. Brenner E. Human body preservation – old and new techniques. Journal of Anatomy. 2014; 224: pp316—344

Anda mungkin juga menyukai