TINJAUAN PUSTAKA
Pengawetan mayat ini biasa dilakukan pada mumi. Caranya yaitu (Bedino, 2013) :
a. Pengeluaran otak.
b. Pegeluaran oragan tubuh, kecuali jantung.
c. Proses Pengawetan dengan menggunakan natron dan anggur.
d. Diamkan mayat selama 40 hari pada sebuah meja terbuat dari batu.
e. Pemumian atau pembalutan.
f. Pemetian.
g. Penguburan dalam pyramid.
Pengawetan mayat ini dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana. Caranya yaitu
(Kiernan, 2012) :
a. Membersihkan mayat, isi kotoran dalam perut mayat harus dibuang, jadi harus benar-
benar bersih.
b. Minumkan mayat tersebut dengan larutan cuka dan garam yang telah direbus. Harus
diminumkan sampai satu gelas air cuka habis.
c. Siram mayat dengan cairan daun sirih, tembakau dan daun teh.
d. Pusar mayat ditutupi dengan cairan daun kom.
e. Bungkus mayat dengan kain yang sebelumnya dibungkus dengan daun sirih.
Pengawetan yang dilakukan dengan menggunkan formalin. Caranya yaitu (Depkes RI, 2016):
a. Sayat mayat pada bagian arteri femoralis (pada bagian paha).
b. Alirkan cairan formalin kedalam mayat tersebut.
c. Rendam mayat beberapa menit pada formalin.
d. Dan tunggu selama 2-3 jam.
Pengawetan yang dilakukan dengan menggunakan formalin. Caranya yaitu (Mayer, 2011) :
c. Hypodermic embalming
Hypodermic embalming merupakan metode tambahan dimana injeksi bahan kimia
pengawet ke dalam jaringan dengan menggunakan jarum dan suntik hipodermik yang biasanya
digunakan pada kasus dimana area yang tidak memiliki aliran arterial yang baik setelah dilakukan
injeksi arteri (Empl, 2011).
d. Surface embalming
Surface embalming merupakan metode tambahan yang menggunakan bahan kimia
pengawet untuk mengawetkan area langsung pada permukaan kulit dan area superfisial lainnya
dan juga area yang rusak, seperti pada kecelakaan lalu lintas, penbusukan, pertumbuhan kanker,
atau donor kulit (Edmund, 2011).
1. Bajracharya S, Magar A. Embalming: an art of preserving human body. Kath Univ Med J.
2010; 4(4): 554-557
2. Morgan O. Infectious disease risks from dead bodies following natural disasters. Rev
Panam Salud Publica. 2014;15(5):307–12.
3. Singh S. Ilmu Kedokteran Forensik. Medan, 2012
4. Atmadja DS. Tatacara Dan Pelayanan Pemeriksaan Serta Pengawetan Jenazah Pada
Kematian Wajar. 2012. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI /
RSUPN Cipto Mangunkosumo.
5. Atmadja DS. Pengawetan Jenazah Dan Aspek Medikolegalnya. Majalah Kedokteran
Indonesia. 2012; 52(8): 293-7
6. Tim Permata Press. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. 2008. Jakarta: Permata Press.
7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Buku Kesatu.. Diunduh
dari:http://hukum.unsrat.ac.id/uu/kolonial_kuh_perdata.pdf .
8. Departement of health. Precautions for handling and disposal of dead bodies. 2010 may;
8
9. Bedino JH. Embalming chemistry: glutaraldehyde versus formaldehyde. Champ Exp
Encyclopedia of Mortuary Practices. 2013; 649
10. Kiernan JA. Preservation and retrieval of antigens for immunohistochemistry – methods
and mechanisms. 2012; 1: 63-84
11. Departemen Kesehatan Indonesia. Mengenal formalin. 2016; p 2-4
12. Mayer RG. An introduction to the American society of embalmers. [Accessed on 2
Desember 2011] Available from: http://www.amsocembalmers.org/html/intro.html.
13. Kathy hawkins. What is embalming?. 2011 [Accessed on 3 Desember 2011] http://www.
wisegeek.com/what-is-embalming.htm.
14. Atmadja DS. Pengawetan jenazah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran
Indonesia. 2002; 52(8): 293-7. [diakses pad 3 Desember 2011] diunduh dari:
http://isjd.pdii.lipi.go.id
15. Ezugworie J, Anibeze C, Ozoemena F. Trends in the development of embalming
methods. The internet journal of alternative medicine. 2009; 7(2). [Accessed on 3
Desember 2011] Available from: http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_
alternativ e_medicine/volume_7_number_2_21/article/trends-in-the-development-of-
embal ming-methods.html.
16. Employment development department. California occupational guide : embalmers. 2005.
[Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.calmis.ca.gov/file/occ guide
/embalmer.pdf.
17. Edmund G, Brown JR. Information and instructions for embalmer licensure. 2011.
[Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.cfb.ca.gov.
18. Bedino JH. Embalming chemistry : glutaraldehyde versus formaldehyde. Expanding
encyclopedia of mortuary practices. 2003; 649. [Accessed on 3 Desember 2011]
Available from:http://www.champion-newera.com/CHAMP.PDFS/encyclo649.pdf.
19. Departement of health and ageing NICNAS. Formaldehyde. Australia: Commonwealth of
Australia. 2006. [Accessed on 3 Desember 2011] Available
from:http://www.nicnas.gov.au/publication/car/pec/pec28/pec_28_full_report_pdf.pdf.
20. Zulham. Penuntun praktikum histoteknik. Medan: Departemen histologi FKUSU. 2009.
1-32.
21. Tatum M. What are the effect of formaldehyde exposure. 2001. [Accessed on 3 desember
2011] Available from: http://www.wisegeek.com/what-are-the-effects-of-formaldehyde-
exposure.htm.
22. Mao C, Woskie S. Formaldehyde use reduction in mortuaries. University of
Massachusetts Lowell. 1994. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from:
http://www.turi.org.
23. Paak funeral. Shipment & embalming. 2011. [Accessed on 3 Desember 2011] Available
from: https://paakfuneral.com/body-shipping.
24. Atmadja DS. Tatacara dan pelayanan pemeriksaan serta pengawetan jenazah pada
kematian wajar. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI / RSUPN
Cipto Mangunkosumo. 2002. [diakses pada 3 Desember 2011] diunduh dari:
http://www.tatacaraembalming.com.
25. Atmadja DS. Pengawetan jenazah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran
Indonesia. 2002; 52(8): 293-7. [diakses 3 Desemeber 2011] diunduh dari:
http://isjd.pdii.lipi.go.id.
26. Tim Permata Press. Kitab undang-undang hukum pidana dan Kitab undang-undang
hukum acara pidana. Jakarta: Permata Press. 2008
27. Wyoming Funeral Directors Association. Embalming history. [Accessed on 2 Desember
2011] Available from: http://www.wyfda.org/basics_3.html
28. Chew JA, Laframboise R. Applied embalming. [Accessed on 3 Desember 2011]
Available from: http://www.embalmers.com/applied.html
29. Bedino JH, Chemist. A failure to evolve: formaldehyde-driven archaism and obsolescence
in embalming. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from:
http://www.themodernembalmer.com/archaicformaldehyde.html
30. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik FKUI. 1997.
31. Kitab undang-undang hukum perdata. Buku kesatu. [diakses 2 Desember 2011]. Diunduh
dari: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/kolonial_kuh_perdata.pdf.
32. Wikipedia. Embalming.2011. [Assecced on 3 Desember 2011] Available from:
http://www.wikipedia.com
33. Rumililawati. Pegawetan mayat guna penelitian ilmiah menurut hukum islam. Jambi:
Badan Pengembangan dan Penelitian Daerah Provinsi Jambi. 2002. ISBN 979-9203-28-7.
34. Lawler P. is embalming a big, anti cristian deal?. 2011. [Accessed on 3 Desember 2011].
Available from: http://www.firstthings.com/postmodernconservative/2011/01/15/is-
embalming-a-big-anti-christian-deal/