Anda di halaman 1dari 46

E N ER G I DA N L ING K UN G AN

PERATURAN PERUNDANGAN TENTANG


PEMANFAATAN ENERGI DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
KELOMPOK 5

JOY ANUGRAH REPI


NURNIA HAMID
GABRIEL LELEMBOTO
ALFRITS ALAMAT
SINTHA WATUNG
ALTRIKA TURU
GREATLY MANUA
FRISKA SAGAI
Peraturan Perundangan tentang
Pemanfaatan Energi
Energi merupakan sebuah unsur yang diperoleh
dari sumber daya alam yang berfungsi untuk
ENERGI memenuhi
WHAT WE segala
DOkebutuhan makhluk hidup
terutama bagi manusia dalam menjalani
aktivitasnya. Penggunaan energi tersebut
Presentations are communication tools that
dimaksudkan sebagai bentuk upaya manusia untuk
can mempertahankan
dapat be used as demonstrations, lectures,
keberadaannya dan mampu
speeches, reports,
meningkatkan and more. Itdan
kesejahteraan is mostly
kemakmuran
hidupnya. Penggunaan
presented before terhadap energi tersebut
an audience.
sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber
untuk penyediaan tenaga listrik.
Pada Pasal 33 Ayat (3)
UUD 1945 yang
menyatakan bahwa
“Bumi dan air dan
kekayaan alam yang
terkandung di
dalamnya dikuasai
GOING ONLINE

negara dan
dipergunakan untuk
sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat"
Sayangnya, Pemanfaatan terhadap energi oleh
manusia lebih didominasi kepada penggunaan
energi fosil yang jumlah Ketersediannya sangat
terbatas. Selain itu, Pemanfaatan atas energi
tersebut sering digunakan secara terus-menerus
sehingga dapat menyebabkan kelangkaan atau
bahkan menyebabkan habisnya suatu energi.
Oleh karena itu Energi Baru dan Terbarukan
muncul sebagai suatu Inovasi dan alternatif
untuk mengatasi permasalahan tersebut sebagai
upaya untuk mencegah kelangkaan energi yang
nantinya akan berdampak pada terganggunya
stabilitas kehidupan makhluk hidup.Maka
muncul pertanyaan mengenai bagaimanakah
pemanfaatan Energi bagi kehidupan, apakah
telah ada instrument hukum yang mengatur?
Dan bagaimanakah langkah yang perlu
dilakukan pemerintah dalam menerapkan
kebijakan Energi?
LANDASAN
HUKUM ENERGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2007
TENTANG
ENERGI
a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana diamanatkan dalam
Menimbang Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikuasai negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat;
b. bahwa peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan
ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan,
pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan,
optimal, dan terpadu;

c. bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan terbatas, maka perlu adanya
kegiatan penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,


dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Energi;
Mengingat :

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33


UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

Maka ...
DENGAN KEPUTUSAN BERSAMA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA
DAN
PRESIDEN RAPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG
NOMOR 30 TAHUN 2007
TENTANG ENERGI
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi
menjelaskan bahwa energi adalah kemampuan untuk
melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya,
mekanika, kimia, dan elektromagnetika.
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi
disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 10 Agustus 2007 di Jakarta. UU 30 tahun
2007 tentang Energi mulai berlaku setelah diundangkan
oleh Menkumham Andi Mattalatta pada tanggal 10
Agustus 2007 di Jakarta.
Undang-Undang tersebut ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 96. Penjelasan Atas UU 30 tahun 2007 tentang
Energi ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746. Agar setiap orang
mengetahuinya.
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang
Energi mengatur tentang:
a. pengaturan energi, terdiri dari penguasaan dan
pengaturan sumber daya energi;
b. cadangan penyangga energi untuk menjamin
ketahanan energi nasional;
c. keadaan krisis dan darurat energi, serta harga
energi;
d. kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah
dalam pengaturan di bidang energi;
GOING ONLINE

e. kebijakan energi nasional, rencana umum energi


nasional, dan pembentukan dewan energi
nasional;
f. hak dan peran masyarakat dalam pengelolaan
energi;
g. pembinaan dan pengawasan kegiatan
pengelolaan di bidang energi;
h. penelitian dan pengembangan di bidang energi.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

1. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia,
dan elektromagnetika.

2. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui
proses konversi atau transformasi.

3. Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai
sumber energi maupun sebagai energi.

4. Sumber energi baru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru baik yang
berasal dari sumber energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain nuklir,
hidrogen, gas metana batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), dan batu bara
tergaskan (gasified coal).
5. Energi baru adalah energi yang berasal dari sumber energi baru

6. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang
berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan
terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.

7. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan.

8. Sumber energi tak terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang
akan habis jika dieksploitasi secara terus-menerus, antara lain, minyak bumi, gas bumi, batu bara,
gambut, dan serpih bitumen.

9. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusi serta makhluk hidup lain.
10. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

11. Badan usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap,
terusmenerus, dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta bekerja dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

12. Bentuk usaha tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan dan berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundangundangan Republik Indonesia.

13. Cadangan penyangga energi adalah jumlah ketersediaan sumber energi dan energi yang disimpan
secara nasional yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional pada kurun waktu tertentu.
14. menyediaan energi adalah kegiatan atau proses menyediakarl energi, baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri.

15. Menyediaan energi adalah kegiatan atau proses menyediakarl energi, baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri.

16. Pengelolaan energi adalah penyelenggaraan kegiatan penyedisan, pengusahaan, dan pemanfaatan
energi serta penyediaan caclangan strategis dan konservasi sumber daya energ

17. Pengusahaan energi adalah kegiatan menyelenggarakan usaha penyediaan dan j atau pemanfaatan
energi.

18. Pengusahaan jasa energi adalah kegiatan menyelenggarakan usaha jasa yang secara langsung atau
tidak !angsung berkaitan dengan penyediaan dan/atau pernanfaatan energi.

19.Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya
energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatanriya.
BAB II
ASAS DAN 'TUJUAN

Pasal 2

Energi dikelola berdasarkan asas kemanfaafan, rasionalitas,


efisiensi berkeadilan, peningkatan nilai tambah, keberlanjutan,
kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan
hidup, ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan
mengutamakan kemampuan nasional.
Pasal 3

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara


berkelanjutan dan meningkatkan ketahan~n energi nasional,
tujuan pengelolaan energi adalah:
a. tercapainya kemandirian pengelolaan energi;
b. terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari
sumber di dalam negeri maupun di luar negeri;
c. tersedianya sumber energi dari dalam negeri dan/atau luar
negeri sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk:
1. pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri;
2. pemenuhan kebutuhan balian baku industri dalam
negeri; dan
3. peningkatan devisa negara
d. terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara
optimal, terpadu, dan berkelanjutan;
e. termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor
BAB III
PENGATURAN ENERGI

BAGIAN KESATUAN
SUMBER DAYA ENERGI :

Pasal 4

(1) Sumber daya energi fosil, panas bumi, hidro skala besar,
dan sumber energi nuklir dikuasai oleh negara dan
dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(2) Sumber daya energi barn dan sumber daya energi
terbarukan diatur oleh negara dan dimanfaatkan untuk
sebesar-besar kemakinuran ra kyat.
(3) Penguasaan dan pengaturan sumber daya energi oleh
negara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diselenggarakan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Bagian Kedua Cadangan Penyangga Energi :
Pasal 5
(1) Untuk menjamin ketahanan energi nasional, Pemerintah
wajib menyediakan cadangan penyangga energi.
(2) Ketentuan mengenai jenis, jurnlah, waktu, dan lokasi
cadangan penyangga energi, se bagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Dewan Energi Nasional.

Bagian Ketiga Keadaan Krisis dan Darurat Energi

Pasal 6
(1) Krisis energi merupakan kondisi kekurangan energi.
(2) Darurat energi merupakan kondisi terganggunya pasokan
energi akibat terputusnya sarana dari prasarana energi.
(3) Dalam ha1 krisis energi dan darurat energi, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatlcan
terganggunya fungsi pemerintahan, kehidupan sosial
masyarakat, dan/atau kegiatan perekononian, Pemerintah wajib
rnelaksanakan tindakan penanggulangan yang diperlukan
Pasal 7

(1) Harga energi ditetapkarl berdasarkan nilai keekonomian berkeadilan.


(2) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dans subsidi untuk kelompok
masyarakat tidak mampu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai harga energi dan dana subsidi, sebagairnana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur derigan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima
Lingkungan dan Keselamatan
Pasal 8
(1) Setiap kegiatan pengelolaan energi wajib mengutamakan pengguriaan teknologi yang
ramah lingkungan cia11 memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peratura11
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

(2) Setiap kegiatan pengelolaan ensrgi wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
peraturan perundang?undangan di bidang kesela.matan yang meliputi standardisasi, pengamanan
dan keselamatan instalasi, serta keselamatan dan kesehatzn kerja
Bagian Keenam
Tingkat Kandungan Dalam Negeri
Pasal 9
(1) Tingkat kandungan dalam negeri, baik barang maupun
jasa, wajib dimaksimalkan dalam pengusahaan energi.
(2) Pemerintah wajib mendorong kemampuan penyediaan
barang dan jasa dalam negeri guna menunjang industri
energi yang mandiri, efisien, dan kompetitif.

Bagian Ketujuh
Kerja Sama Internasional
Pasal 10
(1) Kerja sama internasional di bidang energi hanya dapat dilakukan untuk:
a. menjamin ketahanan energi nasional;
b. menjamin ketersediaan energi dalam negeri; dan
c. meningkatkan perekonomian nasicnal.
(2) Kerja sama internasional, sebagaima dimaksud pada ayat (1dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturar?
BAB IV
KEBIJAKAN ENERGI DAN
DEWAN ENERGI NASIONA

Ragian Kesatu Kebijakan Energi


Nasional
Pasal 11

(1) Kebijakan energi nasional rneliputi, antara lain:


a. ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional;
b. prioritas pengembangan energi;
c. pemanfaatan sumber daya energi nasional; dan
d. cadanga.n penyangga energi nasional.
(2) Kebijakan energi nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Pemerintah dexgan persetujuan
DPR
Bagian Kedua Dewan Energi
Nasional

Pasal 12

(1) Presiden membentuk Dewan Energi Nasional


(2) Dewan Energi Nasional bertugas:
a. merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional untuk ditetapkan oleh Pemerintah
dengan persetujuan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat(2);
b. menetapkan rencana umurn energi nasional;
c. menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi;
d. mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral.
(3) Dewan Energi Nasional terdiri atas pimpinan dan anggota.
(4) Pimpinan Dewan Energi Nasional terdiri atas:
a. Ketua: Presiden.
b. b7akil Ketua Wakil Presiden.
c. Metua Harim: Menteri yang membidangi energ
Pasal 13

( 1) Anggota Dewan Energi Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf a
diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.
(2) Anggota Dewan Energi Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf b
dipilih oleh Dewan Penvakilan Rakyat.
(3) Anggota Dewail Energi Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf b
terdiri atas: a. 2 (dua) orang dari kalangan akademisi;
b. 2 (dua) orang dari kalangan industri;
c. 1 (satu) orang dari kalangan teknologi;
d. 1 (satu) orang dari kalangan lingkungan hidup; dan
e. 2 (dua) orang dari kalangan konsumsn.
(5) Penentuan calon, sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui proses
penyaringan yang transparan dan
akuntabel.
(6) Anggota Dewan Energi Nasional, sebagaimana dimaksud dallam Pasal 12 ayat (5) huruf b
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyaringan calon anggota Dewan Energi
Nasional, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 14

(1) Masa jabatan Anggota Dewan Energi Nasional yang berasal dari Menteri dan pejabat
Pemerintah lainnya berakhir setelah tidak menjabat lagi dalam jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf a.
(2) Masa jabatan Anggota Dewan Energi Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5)
huruf b adalah selama 5 (lima) tahun

Pasal 15
Anggaran biaya Dewan Energi Nasional dibebankan padn Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
BAB V
PENGELOLAAN ENERGI
Bagian Kesatu
Penyediaan dan Pemanfaatan
Pasal 20
(1) Penyediaan energi dilakukan melalui:
a. inventarisasi sumber daya energi;
b. perlingkatan cadangan energi;
c. penyusunan neraca energi;
d. diversifikasi, konservasi, dan intensifikasi sumber energi
dan energi; dan
e. penjaminan kelancaran penyaluran, transmisi, dan
penyimpanan surrlber energi dan energi.

(2) Penyediaan energi oleh Pemerintah da.n/atau pemerintah daerah diutamakan di daerah yarig
belhm Serkembang,daerah terpencil, dan daerah perdesaan dengan menggunakan sumber energi
setempat, khususnya sumber energi terbarukan.
(3) Daerah penghasil sumber energi mendapat prioritas untuk memperoleh energi dar-i sumber energi
setempat.

(4) Penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya.

(5) Penyediaan energi dari sumber energi baru dan sumber energi terbarukan yang dilakukan o!eh badan
usaha, bentuk usaha tetap, dan perseorangan dapat memperoleh kemudahan dan/atau insentif dari
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu tertentu hingga
tercapai nilai keekonorniannya.
Pasal 21

(1) Pendanaan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 difasilitasi
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pendanaan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi energl, sebagaimana
dimaksud pada ayat (I) antara lain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Relanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dari dana dari swasta.

(3) Pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian tentang energi baru dan energi terbarukan dibiayai
dari pendapatarl negara yang berasal dari energi tak terbarukan.
Bagian Kedua
Pengusahaan
Pasal 23
(1) Pengusahaan energi rneliputi pengdsahaan sumber daya energi, sumber energi, dan energi.

(2) Pengusahaan energi dapat dilakultcn oleh badan usaha, bentuk usaha tetap, dan perseorangan.

(3) Pengusahaan jasa energi hanya dapat dilakukan oleh badan usaha dan perseorangan.

(4) Pengusahaan jasa energi, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengikuti ketentuanklasifikasi jasa
energi.
(5) Klasifikasi jasa energi ditetapkan antara lain untuk melindungi dan memberikan kesempatan
pertama dalam penggunaan jasa energi dalam negeri.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi jasa energi diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(7) Pengusahaan energi dan jasa energi, sebagaimana dimaksud pada ayat (I), ayat (2), dan ayat (3)
dilakukan sesuai aengari ketentuan peraturan perundang-undangan,
Hingga saat ini Peraturan Pelaksanaan atau Aturan Turunan dari Undang-
Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi adalah sebagai berikut:

o PP 70/2009 tentang Konservasi Energi;


o PP 71/2009 tentang Jenis dan Tarif Jenis PNBP yang berlaku pada Departemen Dalam
Negari;
o PP 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional;
o Perpres 15/2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar
Minyak Tertentu;
o Perpres 1/2014 tentang Pedoman Umum Rencana Umum Energi Nasional;
o Perpres 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan
Bakar Minyak;
o Perpres 125/2015 tentang Perubahan Atas Perpres 64/2012 tentang Penyediaan,
Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas untuk Transportasi Jalan;
o Perpres 126/2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Liquified
Petroleum Gas untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil;
o Perpres 18/2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah
di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta,
Kota Surabaya dan Kota Makassar;
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Upaya pelestarian lingkungan hidup menjadi
kewajiban setiap warga negara, tanpa

LINGKUNGAN terkecuali. Jika lingkungannya terjaga dengan


WHAT WE DO
baik, maka keberlangsungan hidup umat
manusia juga semakin terjamin. Salah satu
Presentations
upaya are communication
Pemerintah tools that dalam
Indonesia
can be used as demonstrations,
mengupayakan lectures,
pelestarian lingkungan hidup
ialah melalui
speeches, pembuatan
reports, Undang-Undang
and more. It is mostly
Nomor 32 Tahun
presented before an2009 Tentang Perlindungan
audience.
serta Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang ini disahkan pada 3 Oktober
2009 oleh Presiden Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono beserta Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
Andi Mattalatta. UU Nomor 32 Tahun 2009
berisikan 127 pasal dengan perlindungan
serta pengelolaan lingkungan hidup sebagai
fokus utamanya.
LANDASAN
HUKUM ENERGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

b. bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

c. bahwa semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan


Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan
pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

d. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku
kepentingan;
e. bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim
sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

f. bahwa agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap
hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem, perlu dilakukan pembaruan
terhadap Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf


c, huruf d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Mengingat :

Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), serta Pasal
33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Maka ...
DENGAN KEPUTUSAN BERSAMA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA
DAN
PRESIDEN RAPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG
PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG
LINGKUP
Bagian Kesatu Asas
Pasal 2
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dilaksanakan berdasarkan asas:
a. tanggung jawab negara;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
e. manfaat;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.
Bagian Kedua
Tujuan

Pasal 3

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


bertujuan:
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari
hak asasi manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup

Pasal 4

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum.
 BAB IX
TUGAS DAN WEWENANG
PEMERINTAH DAN
PEMERINTAH DAERAH

Pasal 63
(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan
berwenang:
a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan norma, standar, prosedur,
dan kriteria;
c. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai RPPLH nasional;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai KLHS;
e. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
(2) Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah provinsi
bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS
tingkat provinsi;
c. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai RPPLH provinsi;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam dan emisi gas rumah kaca
pada tingkat provinsi;
(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah
kabupaten/kota bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan tingkat
kabupaten/kota;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS
tingkat kabupaten/kota;
c. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai RPPLH
kabupaten/kota;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam dan emisi gas rumah kaca
pada tingkat kabupaten/kota;
BAB XI
PERAN MASYARAKAT

Pasal 70
(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.
(3) Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dankemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; dan
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai